Preskas CKD
Preskas CKD
MENGELOLA PENYAKIT
GINJAL KRONIS DAN
KOMPLIKASINYA
-Maria Wibawa-
Pendahuluan
◦ Chronic kidney disease (CKD) diakui sebagai masalah kesehatan utama diseluruh
dunia.
◦ CKD mempengaruhi 40-60 juta orang per tahun
◦ Kesehatan Nasional dan Survei Pemeriksaan Gizi di Amerika
6,2 juta orang >12 tahun: kreatinin >1,5mg / dL,
8 juta orang GFR <60ml/menit/1,73m2
kebanyakan populasi senior (5,9juta orang)
◦ 104% peningkatan dari prevalensi penyakit ginjal kronis dari tahun 1990-2001 di Amerika
Serikat
◦ Di Indonesia, Perhimpunan Nefrologi Indonesia melaporkan bahwa sebanyak 12,5%
populasi Indonesia mengalami penurunan fungsi ginjal.
◦ Jumlah pasien CKD akan terus meningkat
meningkatnya populasi lansia
meningkatnya jumlah pasien dengan diabetes dan hipertensi
o Ketika jumlah pasien CKD meningkat:
praktisi perawatan primer harus menghadapi pengelolaan masalah medis kompleks
yang unik untuk pasien dengan CKD
Ahli nefrologi jarang mengelola kebutuhan medis pasien CKD sampai terapi
penggantian ginjal diperlukan.
◦ CKD didefinisikan sebagai:
kerusakan pada ginjal (struktural maupun fungsional)
berlangsung minimal tiga bulan
CKD dapat dideteksi melalui pemeriksaan laboratorium (albuminuria, sedimen urin,
kelainan elektrolit akibat ginjal)
pemeriksaan histologi, pencitraan, riwayat transplantasi ginjal, atau gangguan fungsi
ginjal dengan laju filtrasi glomerulus (LFG) <60ml/menit/1,73m2.
Pada pasien CKD akan terjadi kehilangan fungsi ginjal secara bertahap selama
beberapa bulan atau tahun dan umumnya berakhir dengan end stage renal failure
(ESRF)/ gagal ginjal.
◦ Perkembangan CKD Sindrom uremikum:
komplikasi serius, termasuk meningkatnya Gambaran klinis disfungsi dari beberapa
insiden penyakit kardiovaskular, hiperlipidemia, sistem organ
anemia, dan penyakit tulang metabolik. penyakit kardiovaskular
Pasien CKD harus dinilai untuk mengetahui
penyakit tulang metabolic
adanya komplikasi dini dan menerima
pengobatan yang optimal untuk mengurangi Peradangan
morbiditas dan mortalitas mereka. pemborosan energi protein
Anemia
disfungsi neurologis dan endokrin.
Maka dari itu intervensi dini sangat penting
untuk mengurangi gejala CKD dan
komplikasinya yang serius, dan
memperlambat perkembangan CKD.
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
◦ Pasien wanita, 66 tahun,
◦ Keluhan utama: muntah sejak 1 hari SMRS.
Muntah selalu diawali dengan rasa mual
Makan atau minum
Frekuensi 10 kali sehari.
Volume yang keluar +/- 1/5 gelas air aqua
Berisi sisa makanan bercampur dengan air, tidak ada lendir dan
darah.
Kakinya bengkak:
o ESR meningkat (125mm/jam) (pH 7.230, PCO2 12.1, PO2 137, HCO3
5mmol/L )
o APTT meningkat (48.8 detik)
◦ Hyponatremia (133mmol/L).
o Ureum meningkat (303mg/dL)
◦ EKG kesan normal.
o Kreatinin meningkat (11.64mg/dL)
Diagnosis
◦ Sindroma uremikum, anemia dan asidosis metabolik e.c. CKD
stage V.
Tatalaksana
◦ Non- Farmakologik:
Membatasi air minum
◦ Farmakologik:
Oxigen 3L/menit NC
Pasien akan mulai hemodialisis(HD) 2 jam
Sekalian transfusi PRC 500ml intra HD.
Obat obat: bicnat 200mg/6 jam, furosemide 20mg IV bolus, ceftiaxone
2 gr IV bolus, omeprazole 40g IV bolus dan ondansetron 4mg IV bolus.
Pasien dirawat inap.
Follow Up
◦ Pada perawatan hari ke-1:
Mimisan dengan frekuensi 3 kali sehari.
Darah yang keluar berwarna merah segar dengan volume sebanyak ¼ gelas aqua.
Lemas dan kepala pusing +
Batuk + dahak warna putih
◦ Berdasarkan kriteria NFK KDOQI tersebut, maka pasien mengalami CKD Stadium V
karena nilai eGFR pasien 3ml/menit/1.73m2 sudah <15ml/menit per 1,73m2.
◦ Plasma konsentrasi kreatinin dan urea mulai naik ketika GFR berkurang.
Pada awal non-linier, minimal,
namun ketika GFR turun di bawah 10ml/menit/1.73m2 kreatinin dan urea akan
meningkat dengan cepat dan biasanya berhubungan dengan manifestasis
sistemik (uremia).
◦ Stadium 1-3 pasien biasanya masih belum mengalami gejala apapun.
◦ Stadium 4 dan 5, mulai tampak gejala klinis seperti badan lemah, mual, nafsu
makan berkurang, kaki bengkak, kehilangan nafsu makan, atau kebingungan.
◦ Menurut teori, Hipertensi akan menyebabkan penebelan dari pembuluh darah dan
terjadi penyembitan penurunan aliran darah ke nefron = penurunan GFR
◦ Terdeteksi oleh sel juxtaglomerular yang mengaktifkan sistem RAAS dan menyebabkan
kenaikan tekanan darah lebih lanjut sebagai mekanisme kompensasi untuk
meninkatkana lajur filtrasi pada glomerulus.
◦ Lingkar setan Glomerulosclerosis Ischemia kerusakan nefron
◦ Pada pemeriksaan fisik juga ditemukan ronkhi yang positif dan bengkak pada kedua
kaki yang bersifat pitting menunjukan kemungkinan edema paru