Anda di halaman 1dari 18

KEBUDAYAAN DAN KESEHATAN

SUKU SASAK
KELOMPOK 3
1. RIZKI RESTIYANI (002)
2. KARTIKA DWI ANANDA (008)
3. MINKHATUN SANIYAH (014)
4. AJENG LARAS A (020)
5. ERNA NUR HASANAH (025)
6. TIARA BELA K N (030)
7. VITA KRIDANA (039)
8. NURHALIMAH (034)
9. HEPRI DWI HANDAYANI (042)
KEBUDAYAAN SUKU SASAK
Indonesia adalah negara yang kaya dengan beragam
suku dan budaya, yaitu sekitar 300 suku bangsa. Setiap
suku memiliki keunikan masing-masing. Diantara suku –
suku diatas, disini kita akan membahas tentang Suku
Sasak. Suku Sasak adalah suku terbesar di Propinsi yang
berada di antara Bali dan Nusa Tenggara Timur. Suku
Sasak masih dekat dengan suku bangsa Bali, tetapi suku
ini sebagian besar memeluk agama Islam.
KONSEP TRANSCULTURE
Transcultural Nursing adalah suatu area/wilayah
keilmuwan budaya pada proses belajar dan praktek
keperawatan yang fokus memandang perbedaan
dan kesamaan diantara budaya dengan menghargai
asuhan, sehat dan sakit didasarkan pada nilai
budaya manusia, kepercayaan dan tindakan, dan
ilmu ini digunakan untuk memberikan asuhan
keperawatan khususnya budaya atau keutuhan
budaya kepada manusia (Leininger, 2002).
Perawatan transkultural adalah berkaitan dengan
praktik budaya yang ditujukan untuk pemujaan dan
pengobatan rakyat (tradisional). Caring practices adalah
kegiatan perlindungan dan bantuan yang berkaitan
dengan kesehatan. Menurut Dr.Madelaine Leininger,
studi praktik pelayanan kesehatan transkultural adalah
berfungsi untuk meningkatkan pemahaman atas
tingkah laku manusia dalam kaitan dengan
kesehatannya.
Budaya merupakan salah satu dari perwujudan atau bentuk
interaksi yang nyata sebagai manusia yang bersifat sosial. Budaya
yang berupa norma , adat istiadat menjadi acuan perilaku
manusia dalam kehidupan dengan yang lain . Pola kehidupan
yang berlangsung lama dalam suatu tempat , selalu diulangi ,
membuat manusia terikat dalam proses yang dijalaninya .
Keberlangsungaan terus –menerus dan lama merupakan proses
internalisasi dari suatu nilai – nilai yang mempengaruhi
Pembentukan karakter , pola pikir , pola interaksi perilaku yang
kesemuanya itu akan mempunyai pengaruh pada pendekatan
intervensi keperawatan (cultural nursing approach).
 Peran dan Fungsi Transcultural Nursing
Budaya mempunyai pengaruh luas terhadap kehidupan
individu. Oleh sebab itu, penting bagi perawat
mengenal latar belakang budaya orang yang dirawat
(Pasien). Misalnya kebiasaan hidup sehari – hari,
seperti tidur, makan, kebersihan diri, pekerjaan,
pergaulan sosial, praktik kesehatan, pendidikan anak,
ekspresi perasaan, hubungan kekeluargaaan, peranan
masing – masing orang menurut umur. Kultur juga
terbagi dalam sub – kultur . Subkultur adalah kelompok
pada suatu kultur yang tidak seluruhnya menganut
pandangan kelompok kultur yang lebih besar atau
memberi makna yang berbeda. Kebiasaan hidup juga
saling berkaitan dengan kebiasaan.
BUDAYA SUKU SASAK DAN
PENGARUHNYA TERHADAP KESEHATAN
A. BANGUNAN SUKU SASAK
Dari segi bangunan Masyarakat Sasak di Dusun Sade masih
menggunakan bangunan asli dari jaman dahulu, meski
sekitar Desa Sade sudah termasuk modern. Atap bangunan
menggunakan ilalang yang telah disusun sedemikian rupa.
Sehingga meski hujan lebat air tetap tidak bisa masuk ke
dalam rumah. Ruangan di dalam rumah adat Sasak sendiri
dipisahkan oleh 2 – 3 anak tangga yang menghubungkan
ruangan bagian depan dan belakang. . Hanya ada satu pintu
unuk masuk dan keluar, rumah tersebut juga tidak memiliki
jendela. Lantai berupa tanah liat, sebagian memang sudah
menggunakan semen. Yang Unik adalah lantai tanah liat
dalam beberapa waktu sekali di pel menggunakan kotoran
kerbau.
B. BUDAYA ADAT
1. Upacara Rebo
Dimaksudkan untuk menolak bala (bencana/penyakit),
dilaksanakan setiap tahun sekali tepat pada hari Rabu
minggu terakhir bulan Safar. Menurut kepercayaan
masyarakat Sasak bahwa pada hari Rebo Bontong
adalah merupakan puncak terjadi Bala
(bencana/penyakit), sehingga sampai sekarang masih
dipercaya untuk memulai suatu pekerjaan tidak diawali
pada hari Rebo Bontong. Rebo Bontong ini
mengandung arti Rebo dan Bontong yang berarti putus
sehingga bila diberi awalan pe menjadi pemutus.
Upacara Rebo Bontong ini sampai sekarang masih tetap
dilaksanakan oleh masyarakat di Kecamatan
Pringgabaya.
2. Periseian
Adalah kesenian bela yang sudah ada sejak jaman
kerajaan-kerajaan di Lombok, awalnya adalah semacam
latihan pedang dan perisai sebelum berangkat ke medan
pertempuran. Pada perkembangannya hingga kini senjata
yang dipakai berupa sebilah rotan dengan lapisan aspal
dan pecahan kaca yang dihaluskan, sedangkan perisai
(Ende) terbuat dari kulit lembu atau kerbau. Setiap
pemainnya/pepadu dilengkapi dengan ikat kepala dan
kain panjang. Kesenian ini tak lepas dari upacara ritual
dan musik yang membangkitkan semangat untuk
berperang. Pertandingan akan dihentikan jika salah satu
pepadu mengeluarkan darah atau dihentikan oleh juri.
Walaupun perkelahian cukup seru bahkan tak jarang
terjadi cidera hingga mengucurkan darah didalam arena.
Tetapi diluar arena sebagai pepadu yang menjunjung
tinggi sportifitas tidak ada dendam diantara mereka
C. UPACARA ADAT
Masyarakat Sasak menyelenggarakan
beberapa upacara yang berhubungan dengan
daur / lingkaran hidup (life cycle) manusia
dimulai dari peristiwa kelahiran hingga
kematian.
Kelahiran
Wanita Sasak apabila hendak melahirkan, maka
suaminya segera mencari be lianyang merupakan
orang yang mengetahui seluk beluk pristiwa
tersebut. Dalam melahirkan anaknya, calon ibu
mengalami kesulitan maka be lian menafsirkan
hal tersebut sebagai akibat tingkah laku sang ibu
sebelum hamil. Hal tersebut biasanya ditafsirkan
akibat berlaku kasar terhadap ibu atau suaminya.
Untuk itu diadakan upacara, seperti menginjak
ubun-ubun, meminum air bekas cuci tangan, dan
sebagainya yang kesemuanya tadi dimaksudkan
agar mempercepat kelahiran sang bayi.
Sesudah lahir, maka ari – ari diperlakukan sama
seperti orang memperlakukan sang bayi, karena
menurut mereka ari – ari merupakan saudara
bayi, yang oleh orang Lombok disebut adi kaka
berarti bayi dan ari – arinya adalah adik – kakak.
Oleh sebab itu, ari – ari mendapat perawatan
khusus, setelah dibersihkan lalu dimasukkan ke
dalam periuk atau kelapa setengah tua yang
sudah dibuang airnya. Kemudian ditanam di
muka tirisan rumah dengan diberi tanda
gundukan tanah seperti kuburan serta batu nisan
dari bambu kecil dan diletakkan lekesan pada
tempat tersebut.
Menjelang dewasa
Menjelang dewasa, anak laki-laki harus menjalani
suatu upacara untuk mengantarkan
kedewasaannya. Upacara tersebut adalah
bersunat atau berkhitan (nyunatang) yang
merupakan hal yang wajib dilakukan oleh
pemeluk Islam. Pada upacara ini dilakukan naglu’
ai’, padakemali mata air denagn diiringi gamelan
serta menggunakan pakaian adat. Air yang
diambil dari kemali kemudian dikelilingi sembilan
kali di tempat paosenli atau berupa pajangan. Air
tersebut digendong oleh seorang wanita yang
dipayungi. Setelah itu air diserahkan kepada inen
beru.
Anak yang dikhitan biasanya harus berendam
terlebih dahulu. Waktu pergi serta pulang
berendam diirngi dengan gamelan serta diusung
di atas juli yang disebut peraja. Khitan
dilaksanakan oleh dukun sunat yang disebut
tukang sunat. Selain upacara di atas, bagi seorang
yang menjelang dewasa, juga dilakukan upacara
potong gigi yang pelaksanaannya biasa
bersamaan dengan upacara lain, seperti bersunat
dan perkawinan. Upacara potong gigi disebut
juga rosoh oleh suku Sasak. Hanya saja upacara
ini jarang dilakukan.
PENYAKIT YANG TIMBUL AKIBAT
BUDAYA SUKU SASAK
Terkait budaya Masyarakat Suku Sasak
yangmelapisi rumah mereka dengan kotoran sapi
dan kerbau, maka secara tidak langsung penyakit
yang mungkin timbul dari kebiasaan ini antara
lain, diare, cacingan, gatal – gatal, sesak napas,
keracunan yang diakibatkan dari gas metana yang
dihasilkan oleh kotoran sapi dan kerbau. Seperti
yang kita ketahui, kotoran hewan, khususnya sapi
dan kerbau mengandung cacing pita (taenia
solium dan taenia saginata) sehingga tidak
menutup kemungkinan masyarakat tersebut
menderita penyakit cacingan.
Pada tradisi pemberian nasi papah, yaitu nasi papah
juga dapat menjadi media penyebaran penyakit antara
si ibu dengan bayi, dimana jika seorang ibu menderita
penyakit-penyakit infeksi menular tertentu yang
berhubungan dengan gigi dan mulut serta pernapasan
maka akan sangat mudah untuk ditularkan pada
bayinya. Misalnya Tuberculosis. Dari segi kebersihan
dan keamanan pangan nasi papah masih perlu
dipertanyakan juga, karena anak bisa tertular penyakit
yang diderita ibu melalui air liur, sedangkan dari segi
kuantitas dan kualitas nilai gizi jelas merugikan bayi,
karena ibu-ibu akan mendapatkan sari makanan
sedangkan bayinya akan mendapatkan ampasnya.

Anda mungkin juga menyukai