Anda di halaman 1dari 19

KEPANITERAAN KLINIK MADYA

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM MALANG


RSUD “KANJURUHAN” KEPANJEN KABUPATEN MALANG
LABORATORIUM ILMU KESEHATAN MATA

PTERIGIU
M
PEMBIMBING : DR. CHOIRUNNISA FERDIANA, SP.M
OLEH : MAKMUN NAWIL LS
ANATOMI KONJUNGTIVA

• Konjungtiva memiliki 2 sampai 5 lapisan sel epitel


• Konjungtiva di vaskularisasi oleh arteri ciliaris
anterior dan arteri palpebralis
• Konjungtiva menerima persarafan dari
percabangan nervus trigeminus yaitu nervus
oftalmikus
• Terdapat
1. Kelenjar Krause & Wolfring
2. Kelenjar Brunch
ANATOMI KORNEA
• Kornea terdiri dari 5 lapisan
1. Epitel
2. Lapisan Bowman
3. Stroma
4. Membran descemet
5. Endotelium
• Sumber-sumber nutrisi untuk kornea
adalah pembuluh-pembuluh darah
limbus, humor aqueous, dan air mata
PTERIGIUM

Definisi
• Berasal dari kosakata Yunani, yakni “pteron” yang berarti sayap
(wing).
• Merupakan suatu perluasan pinguecula ke kornea, seperti daging
berbentuk segitiga, dan biasanya bilateral (Vaughen & Asbury,
2010).
• Merupakan suatu pertumbuhan fibrovaskular konjungtiva yang
bersifat degeneratif dan invasif. (Ilyas, 2009).
Epidemiologi
• Pterigium sering terjadi di daerah subtropics dan tropis, dan semakin
banyak terjadi pada daerah ekuoator.
• Jumlah penderita pada orang dewasa lebih banyak dibandinkan
dengan anak-anak.
• Prevalensi yang paling tinggi terdapat pada jenis pekerjaan yang
sering terpapar oleh sinar matahari, yakni petani dan nelayan (Erry et
al,2010).
Tabel 2.1 Prevalensi Penderita Pterigium menurut Jenis Pekerjaan (Erry et al, 2010)
Klasifikasi Pterigium
• Klasififikasi Yougsoon (1972)
1. Derajat 1 bila pertumbuhan pterigium hanya terbatas pada limbus kornea
2. Derajat 2 bila pertumbuhan pterigium sudah melewati limbus kornea tapi
tidak lebih dari 2 mm melewati kornea
3. Derajat 3 bila pertumbuhan pterigium sudah melebihi derajat dua tetapi
tidak melebihi tepi pupil mata dalam keadaan cahaya normal (diameter
pupil sekitar 3-4 mm)
4. Derajat 4 bila pertumbuhan pterigium sudah melewati tepi pupil
• Klasifikasi Tan (20012)
1. T1 (tipe atrofi) bila pembuluh darah episklera terlihat jelas,
2. T2 (tipe intermediate) bila pembuluh darah episklera terlihat
sebagian
3. T3 (tipe fleshy) bila pembuluh darah episklera tidak terlihat
seluruhnya
Etiologi Pterigium
• Etiologi pterigium belum dapat ditentukan
• Teori yang paling terkemuka bahwa peningkatan prevalensi pterygium di
antara orang-orang di daerah khatulistiwa adalah karena efek ultraviolet
yang merusak radiasi
• Radiasi ini menyebabkan mutasi pada gen supresor tumor p53, demikian
memfasilitasi proliferasi abnormal epitel limbal (Aminlari et al, 2010; Caldwell
et al, 2015).
• Gen supresor tumor p53 merupakan karena berfungsi melakukan kontrol
negatif terhadap proliferasi sel
Patofiologi
• Patofisiologi pterygium ditandai dengan degenerasi
elastotik kolagen dan proliferasi fibrovaskular, dengan permukaan
yang menutupi epithelium.
• Pada gambaran histologi, pterigium merupakan akumulasi dari
jaringan degenerasi subepitel yang basofilik dengan karakteristik
keabu-abuan di pewarnaan H & E (Fisher, 2017).
Manifestasi Klinis
• Mata tampak merah
• Merasa seperti ada benda asing
• Timbul astigmatisme akibat kornea tertarik oleh pertumbuhan
pterigium tersebut
• Pada pterigium yang lanjut (derajat 3 dan 4) dapat menutupi pupil
dan aksis visual sehingga tajam penglihatan menurun.
Pemeriksaan
• Penderita dapat melaporkan adanya peningkatan rasa sakit pada
salah satu atau kedua mata, disertai rasa gatal, kemerahan dan
atau bengkak. Kondisi ini mungkin telah ada selama bertahun-tahun
tanpa gejala dan menyebar perlahan-lahan, pada akhirnya
menyebabkan penglihatan terganggu
• Pada inspeksi ditemukan adanya massa jaringan kekuningan akan
terlihat pada lapisan luar mata (sclera) pada limbus, berkembang
menuju ke arah kornea dan pada permukaan kornea
• Uji ketajaman visual dapat dilakukan untuk melihat apakah visus
terpengaruh
Bagian Pterigium;
A. Cap: Biasanya datar, terdiri atas
zona abu-abu pada kornea yang
kebanyakan terdiri atas fibroblast,
menginvasi dan menghancurkan
lapisan bowman pada kornea;
B. B. Whitish: Setelah cap, lapisan
vaskuler tipis yang menginvasi
kornea;
C. C. Badan: Bagian yang mobile
dan lembut, area yang vesikuler
pada konjunctiva bulbi, area
paling ujung
Diagnosa Banding Pterigium
• Pinguekula
• Pseudopterigium
Penatalaksanaan
• Konservatif
Untuk pterigium derajat 1-2 yang mengalami inflamasi, pasien dapat
diberikan obat tetes mata kombinasi antibiotik dan steroid.
• Pembedahan
1. Teknik Bare Sclera
2. Teknik Autograft Konjungtiva
3. Cangkok Membran Amnion
• Pemberian MMC
Indikasi pembedahan (Aminlari et al, 2010)
• Pterigium yang menjalar ke kornea sampai lebih 3 mm dari limbus,
• pterigium mencapai jarak lebih dari separuh antara limbus dan tepi
pupil,
• pterigium yang sering memberikan keluhan mata merah,
• berair dan silau karena astigmatismus, dan
• kosmetik, terutama untuk penderita wanita
Preventif Pterigium
Pada penduduk di daerah tropik yang bekerja di luar rumah
seperti nelayan, petani yang banyak kontak dengan debu dan sinar
ultraviolet dianjurkan memakai kacamata pelindung sinar matahari.
Komplikasi dari pterigium meliputi sebagai berikut :
• Gangguan penglihatan-Mata kemerahan
• Iritasi
• Gangguan pergerakan bola mata.
• Timbul jaringan parut kronis dari konjungtiva dan kornea
Komplikasi post-operatif bisa sebagai berikut:
• Infeksi
• Ulkus kornea
• Graft konjungtiva yang terbuka
• Diplopia
• Adanya jaringan parut di kornea.
DAFTAR PUSTAKA
• Aminlari, A., Sing, R., & Liang, D. 2010 MD. Management of Pterygium Avalaible at
http://www.aao.org/aao/publications/eyenet/201011/pearls.cfm? (Januarym 9 th
2018)
• Caldwell, M., Hirst, L., & Woodward, MA. 2015. Pterygium. EyeWiki American
Academy of Ophtalomogy. Avalaible at http://eyewiki.aao.org/Pterygium
(January, 10th 2018)
• Erry, Mulyani, UA., & Susilowati, D. 2010. Dstribusi & Karakteristik Pterigium di
Indonesia. Buletin Penelitian Sistem Kesehatan. Volume 14 no.1 (84-9) .
• Fisher, JP. 2017. PTERYGIUM. Available at
http://emedicine.medscape.com/article/ 1192527-overview (January, 9th 2018)
• Ilyas S. 2009. Ilmu Penyakit Mata. Edisi 3. Jakarta : Balai Penerbit FKUI
• Snell, RS. 2012. Anatomi Klinis Berdasarkan Sistem. Jakarta : EGC
• Standar Kompetensi Dokter Indonesia.2012. Konsil Kedokteran Indonesia
• Voughan & Asbury. 2009 . Oftalmologi umum , Paul Riordan-eva, John P. Whitcher
edisi 17Jakarta : EGC.
• Youngson, RM. 1972. Recurrence of Pterygium after Excision. Brytannia Journal
Ophtal : 56 (120).

Anda mungkin juga menyukai