Anda di halaman 1dari 66

LAPORAN KASUS

“N Preterm, BBLR, Asfiksia Berat


dengan Neonatal Infection”

Pembimbing:
dr. Fajar Danu Aji, Sp.A
Disusun oleh:
Aprila Citra Dara 1713020043
BATASAN PERINATOLOGI
01
BBLR

02
ASFIKSIA

03
NEONATUS INFECTION

04
BBLR
Berat Badan Lahir Rendah
DEFINISI
Bayi dengan berat lahir < 2500 gram tanpa memandang usia gestasi.
Berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam 1 (satu) jam setelah
lahir.

ETIOLOGI
Faktor resiko terjadi BBLR :
• Faktor ibu : umur, paritas, penyakit selama kehamilan, komplikasi antepartum
• Faktor plasenta : kelainan vaskuler, kehamilan kembar/ganda
• Faktor janin : prematur, hidramnion, kelainan kromosom
EPIDEMIOLOGI

 Prevalensi BBLR diperkirakan 15% dari seluruh kelahiran di dunia


dengan batasan 3,3%-38% lebih sering terjadi di negara berkemban
g atau sosio-ekonomi rendah.
 Secara statistik menunjukkan 90% kejadian BBLR didapatkan
di negara berkembang dan angka kematiannya 35 kali lebih tinggi
dibanding BBL > 2500 gram.
 Faktor utama dalam peningkatan mortalitas, morbiditas dan
disabilitas neonatus, bayi dan anak serta memberikan dampak
jangka panjang terhadap kehidupannya dimasa depan.
 Di Indonesia angka kejadian yaitu berkisar antara 9%-30%
KLASIFIKASI

BBLR dapat diklasifikasikan sebagai berikut :


• Berat badan lahir
1. BBLER : < 1000 gram
2. BBLSR : 1000 – 1500 gram
3. BBLR : 1500 – 2500 gram
• Usia Kehamilan
• Bayi kurang bulan (BKB) : bayi masa kehamilan < 37 mggu
• Bayi cukup bulan (BCB) : bayi masa kehamilan 37 – 42 mggu
• Bayi lebih bulan (BLB) : bayi masa kehamilan > 42 mggu
• Usia kehamilan dan berat badan lahir
• Prematuritas murni : masa gestasinya < 37 minggu dan berat
badannya sesuai dengan berat badan pada masa gestasi
tersebut (BKB-SMK)
• Dismaturitas : berat badan kurang dari berat badan seharusnya
pada masa gestasi. Oleh karena gg retardasi intrauterin, biasa
disebut kecil masa kehamilan (KMK)
Pathway BBLR
Gambaran klinis
BBLR

• Umur kehamilan < 37 minggu • Tumit mengilap, telapak kaki halus


• BBL < 2500 gram • Alat kelamin bayi imatur ( lk : testis belum turun,
• PB < 46 cm pr: klitoris menonjol, labia mayor blm menutupi
• Kuku panjangnya belum melewati ujung jari labia minor)
• Batas dahi dan rambut kepala tidak jelas • Tonus lemah
• LK < 33 cm • Fungsi saraf imatur : reflek hisap,menelan dan
• LD < 30 cm batuk masih lemah, tangis lemah
• Lanugo • Jaringan kelenjar mamae kurang
• Jaringan lemak subkutan tipis/kurang • Verniks kaseosa sedikit/tdk ada
• Tulang rawan daun telinga belum sempurna
DIAGNOSIS BBLR

• Berat badan <2500 gr


• Tanda-tanda prematuritas
• Tanda bayi cukup bulan atau lebih bulan

Pemeriksaan Pemeriksaan
Anamnesis
fisik penunjang
• Umur ibu
• Riwayat HPHT • Skor Ballard
• Riwayat persalinan sebelumnya • Tes kocok (shake test),
• Paritas, jarak kelahiran • Laboratorium
• Kenaikan berat badan selama hamil • Rontgen
• Aktivitas thoraks/babygram
• Penyakit saat hamil
• Obat selama hamil
Penatalaksanaan
BBLR
1. Medikamentosa
• Pemberian vitamin K : Injeksi 1 mg IM sekali pemberian
2. Dietetik
• Pemberian minum BBLR menurut berat badan dan keadaan bayi :
a. Berat lahir 1750 – 2500 gram
– Sehat : biarkan bayi menyusu pada ibu semau bayi
– Sakit : pemberian minum dapat lewat oral tanpa IV, pemberian minum seperti bayi sehat. Bila perlu iv maka hanya
beri cairan iv selama 24 jam. Hari ke-2 beri minum p.o.
b. Berat lahir 1500-1749 gram
‒ Sehat : Berikan ASI peras dengan cangkir/sendok. Berikan minum 8 kali dalam 24 jam
‒ Sakit : Berikan cairan intravena hanya selama 24 jam I. Beri ASI peras dengan pipa lambung mulai hari ke-2 dan
kurangi jumlah cairan IV secara perlahan.Berikan minum 8 kali dalam 24 jam
c. Berat lahir 1250-1499 gram
‒ Sehat : Beri ASI peras melalui sonde. Beri minum 8 kali dalam 24 jam
‒ Sakit : Beri cairan iv selama 24 jam pertama. Hari ke-2 beri ASI lewat sonde dan kurangi cairain iv perlahan. Beri
minum 8 kali dlm 24 jam.
d. Berat lahir < 1250 gram (tidak tergantung kondisi)
‒ Berikan cairan intravena hanya selama 48 jam pertama
‒ Berikan ASI melalui pipa lambung mulai pada hari ke-3 dan kurangi pemberian cairan intravena secara perlahan.
‒ Berikan minum 12 kali dalam 24 jam
Penatalaksanaan Prognosis

3. Suportif • Kematian perinatal pada bayi BBLR 8 kali lebih besar dari bayi
• Jaga kehangatan bayi, Ukur suhu tubuh dengan berkala
• Bila terjadi penyulit, harus dikoreksi dengan segera normal.
• Anjurkan ibu untuk tetap bersama bayi
• Prognosis akan lebih buruk bila BB makin rendah, angka kematian
4. Monitoring
4. Pemantauan di RS sering disebabkan karena komplikasi neonatal seperti asfiksia,
5. Pemantauan Setelah Pulang
aspirasi, pneumonia, perdarahan intrakranial, hipoglikemia.
• Bila hidup akan dijumpai kerusakan saraf, gangguan bicara,
IQ rendah
Komplikasi
BBLR

Enterokolitis Retinopati of prematurity


nekrotikans

Hipotermia Rentan terhadap infeksi

Sindrom Gawat Nafas Hiperbilirubinemia

Hipoglikemia Perdarahan Intrakranial


ASFIKSIA
NEONATURUM
DEFINISI

• Kegagalan napas secara spontan dan teratur pada saat lahir atau beberapa
saat setelah saat lahir yang ditandai dengan hipoksemia, hiperkarbia
dan asidosis (IDAI,2014).
• Seorang neonatus disebut mengalami asfiksia bila memenuhi kondisi
sebagai berikut:
• Nilai Apgar menit kelima 0-3
• Adanya asidosis pada pemeriksaan darah tali pusat (pH<7.0)
• Gangguan neurologis
• Adanya gangguan sistem multiorgan
EPIDEMIOLOGI

 Diperkirakan sekitar 23% seluruh angka kematian neonatus


di seluruh dunia disebabkan asfiksia neonatorum, dengan proporsi
lahir mati yang lebih besar.
 Laporan dari Organisasi WHO menyebutkan sejak tahun 2000-2003
asfiksia menempati urutan ke-6, yaitu sebanyak 8%, sebagai
penyebab kematian anak diseluruh dunia setelah pneumonia,
malaria, sepsis neonatorum dan kelahiran prematur.
 Menurut hasil riset kesehatan dasar tahun 2007, tiga penyebab
utama kematian perinatal di Indonesia adalah gangguan
pernapasan/respiratory disorders (35,9%), prematuritas (32,4%)
dan sepsis neonatorum (12.0%).
Kurangnya aliran darah ibu melalui plasenta----
ETIOLOGI hipoksia janin ----- Gawat Janin ----- Asfiksia :
1. Preeklampsia dan eklampsia
2. Perdarahan antepartum abnormal (plasenta
Asfiksia Neonaturum Faktor previa atau solusio plasenta)
ibu 3. Partus lama/ partus macet
4. Demam sebelum dan selama persalinan
5. Infeksi berat ( malaria, sifilid, TBC, HIV)
6. Kehamilan lebih bulan ( lebih 42 minggu)

Keadaan bayi yang dapat mengalami asfiksia


walaupun kadang kadang tanpa didahului
tanda gawat janin:
Faktor 1. Bayi kurang bulan/prematur ( kurang 37
bayi minggu kehamilan)
2. Air ketuban bercampur mekonium
3. Kelainan kongenital yang berdampak pada
pernapasan bayi

Penurunan aliran darah dan oksigen melalui tali


pusat bayi ------- Asfiksia :
1. Infark plasenta
Faktor tali 2. Hematom plasenta
pusat/ plasenta 3. Lilitan talipusat
4. Talipusat pendek
5. Simpul talipusat
6. Prolapsus talipusat
Fisiologi Pernapasan BBL
Reaksi bayi pada masa transisi
udara

Cairan paru-
paru janin

Napas pertama Napas kedua Napas


selanjutnya
Patofisiologi Asfiksia
DIAGNOSTIK
ASFIKSIA
• Gangguan atau kesulitan waktu lahir
(lilitan tali pusat, sungsang, ekstraksi

ANAMNESIS vakum, ekstraksi forsep, dll).


• Lahir tidak bernafas/menangis.
• Air ketuban bercampur mekonium.

• Bayi tidak bernapas atau napas


megap-megap.
PEMERIKSAAN
• Denyut jantung < 100X/menit
FISIS • Kulit sianosis, pucat.
• Tonus otot menurun.
• Untuk diagnosis asfiksia tidak perlu
menunggu nilai Skor Apgar
APGAR SCORE
Klinis 0 1 2
Warna Kulit Biru Pucat Tubuh merah, Merah seluruh
(Appearance) ekstremitas biru tubuh

Frekuensi Jantung Tidak Ada <100x/ menit >100x/menit


(Pulse)

Rangsangan Refleks Tidak Ada Gerakan sedikit Batuk/ Bersin


(Grimace)

Tonus Otot Lunglai Fleksi ekstremitas Gerakan aktif


(Activitys)

Pernafasan Tidak ada Menangis lemah / terden Menangis kuat


(Respiratory) gar seperti meringis atau
mendengkur

INTEPRETASI
1. Skor apgar 7-10 ( Vigorous Baby).
2. Skor apgar 4-6  (Mild-moderate asphyxia)- Asfiksia sedang.
3. Skor apgar 0-3  Asfiksia berat.
PENATALAKSANAAN
ASFIKSIA NEONATURUM
Terapi medikamentosa
1. Epinefrin :
Indikasi:
• Denyut jantung bayi <60x/m setelah paling tidak 30 detik dilakukan ventilasi adekuat dan kompresi dada belum ada
respons.
• Asistolik.
• Dosis: 0.1-0.3 ml/kg BB dalam larutan 1:10.000 (0.01 mg-0.03 mg/kg BB)
Cara: IV atau endotrakeal. Dapat diulang setiap 3-5 menit bila perlu.
2. Cairan pengganti volume darah
Indikasi:
• Bayi mengalami hipovolemia dan tidak ada respon dengan resusitasi.
• Hipovolemia : akibat perdarahan atau syok.( Klinis ditandai adanya pucat, perfusi buruk, nadi kecil/lemah )
• Jenis cairan :
• Larutan kristaloid yang isotonis (NaCl 0.9%, Ringer Laktat)
• Transfusi darah gol.O negatif jika diduga kehilangan darah banyak dan bila fasilitas tersedia
• Dosis: Dosis awal 10 ml/kg BB IV pelan selama 5-10 menit. Dapat diulang sampai menunjukkan respon klinis
.
3. Bikarbonat :
Indikasi:
• Asidosis metabolik secara klinis ( napas cepat dan dalam, sianosis)
• Prasyarat: Bayi telah dilakukan ventilasi dengan efektip
• Dosis: 1-2 mEq/kg BB atau 2 ml/KgBB (4.2%) atau 1 ml /kgbb (7.4%)
• Efek samping: Pada keadaan hiperosmolaritas dan kandungan CO2 dari bikarbonat merusak fungsi miokardium
dan otak.
Komplikasi
Sistem Pengaruh

Sistem Saraf Pusat Ensefalopati hipoksik-iskemik, infark, perdarahan intrakr


anial, kejang-kejang, edema otak, hipotonia, hipertonia
Kardiovaskular Iskemia miokardium, kontraktilitas jelek, bising jantung, i
nsufisiensi trikuspidalis, hipotensi

Pulmonal Sirkulasi janin persisten, perdarahan paru, sindrom keg


awatan pernapasan
Ginjal Nekrosis tubular akut atau korteks
Adrenal Perdarahan adrenal
Saluran Cerna Perforasi, ulserasi, nekrosis
Metabolik Sekresi ADH yang tidak sesuai, hiponatremia, hipoglike
mia, hipokalsemia, mioglobinuria
Kulit Nekrosis lemak subkutan
Hematologi Koagulasi intravaskular tersebar
Komplikasi yang mungkin terjadi dan perawatan
pasca resusitasi yang dilakukan
Komplikasi yang Sistem Organ Tindakan Pasca resusitasi
mungkin terjadi

Otak Apnu Pemantauan apnu


Kejang Bantuan ventilasi kalau perlu
Pemantauan gula darah, elektrolit
Pencegahan hipotermia
Pertimbangkan terapi anti kejang
Paru-paru Hipertensi Pulmoner Pertahankan ventilasi dan Pneumonia oksigenasi
Pneumotoraks Pertimbangkan antibiotika
Takipnu transien Foto toraks bila sesak napas Sindrom aspirasi Pemberian oksige
Defisiensi surfaktan n alir bebas mekonium Tunda minum bila sesak
Pertimbangkan pemberian surfaktan

Kardiovaskuler Hipotensi Pemantauan tekanan darah dan frekuensi jantung


Pertimbangkan inotropik (misal dopamin) dan atau cairan penambah
volume darah
Komplikasi yang mungkin terjadi dan perawatan
pasca resusitasi yang dilakukan

Ginjal Nekrosis tubuler akut Pemantauan produksi urin


Batasi masukan cairan bila ada oliguria dan vo
lume vaskuler adekuat
Pemantauan kadar elektrolit

Gastrointestinal Ileus Tunda pemberian minum Berikan cairan intravena


Enterokolitis Pertimbangkan nutrisi parenteral
Nekrotikans
Metabolik/ Hipoglikemia Pemantauan gula darah
hematologik Hipokalsemia Pemantauan elektrolit
Hiponatremia Pemantauan hematokrit
Anemia Pemantauan trombosit
Trombositopenia
PROGNOSIS

• Bergantung komplikasi metabolik dan KV (hipoksia,


hipoglikemik, syok) dapat diobati, pada umur kehamilan
bayi (hasil akhir paling jelek jika bayi preterm), dan pada
tingkat keparahan HIE.
• Bayi yang dalam keadaan asfiksia dan pulih kembali harus
dipikirkan kemungkinannya menderita cacat mental seperti
epilepsi dan retardasi mental pada masa mendatang
• Prognosis HIE berkisar antara kesembuhan total hingga
kematian, berkorelasi dengan saat dan lamanya cedera,
derajat keparahan cedera, dan manajemen terapi
NEONATAL INFECTION
DEFINISI
• Infeksi yang terjadi pada bayi baru lahir ada dua yaitu: early infection (infeksi
dini) dan late infection (infeksi lambat).
• Disebut infeksi dini karena infeksi diperoleh dari si ibu saat masih dalam
kandungan sementara infeksi lambat adalah infeksi yang diperoleh dari
lingkungan luar, bisa lewat udara atau tertular dari orang lain.

• 85% 24 hours
Early • 5 % 24 – 48 hours
• 10% 48 – 72 hours

Late • 4 – 90 days after born


EPIDEMIOLOGI

Angka kejadian sepsis di dunia 1/1000 kelahiran hidup


1/250 kelahiran prematur; negara maju 1-4/1000 kelahiran;
Asia Tenggara 2-16/1000 kelahiran.
Angka kejadian di Indonesia 1,5%-3,72% dengan angka
kematian mencapai 37,09%-80%.
Dipengaruhi angka prematuritas, perawatan prenatal,
pelaksanaan persalinan, dan lingkungan perawatan
ETIOLOGI
• Bakteri : Streptococcus Grup B dan bakteri enterik (SNAD);
Enterococcus, Staphylococcus aureus, SGB, E. coli, Listeria
monocytogenes, Staphylococcus coagulase-negatif (SNAL)
• Virus : herpes simpleks virus, enterovirus
• Jamur : Candida albicans

Klasifikasi Sepsis neonaturum :


1. Sepsis Neonatorum Awitan Dini (SNAD)
• Terjadi <72 jam postnatal, diperoleh selama proses persalin
atau intrauteri
2. Sepsis Neonatorum Awitan Lambat (SNAL)
• Terjadi >72 jam postnatal, diperoleh biasanya dari infeksi
nosokomial di ruang perawatan atau lingkungan sekitar
MANIFESTASI KLINIS
Keadaan umum Demam, hipotermia, “tidak merasa
baik”,tidak mau makan, sklerema

Sistem Gastointestinal Perut kembung, muntah, diare,


hepatomegali
Sistem Pernapasan Apnea, dispnea, takipnea, retraksi
, grunting, sianosis
Sistem Saraf Pusat Iritabilitas, lesu, tremor, kejang,
hiporefleksia, hipotonia, refleks
Moro abnormal, pernapasan tidak
teratur, fontanela menonjol, tangis
an nada tinggi
Sistem Kardiovaskuler Pucat, mottling, dingin,kulit
lembab, takikardi, hipotensi,
bradikardi
Sistem Hematologi Ikterus, splenomegali, pucat,
petekie, purpura, perdarahan
Sistem Ginjal Oliguria
Diagnosis

Anamnesis laboratorium

Faktor resiko Gejala klinis


• Risiko Sepsis : 2 Faktor Risiko Mayor atau
1 Risiko Mayor + 2 Faktor Risiko Minor

FAKTOR RISIKO MAYOR FAKTOR RISIKO MINOR


Ketuban pecah dini >18 jam Ketuban pecah dini >12jam
Demam intrapartum >38°C Demam intrapartum >37,5°C
Korioamnionitis Skor APGAR rendah
Ketuban berbau BBLSR
Denyut jantung janin >160 x/m Usia kehamilan <37 minggu
enit
Kembar
Keputihan
Infeksi Saluran kemih
Skoring faktor risiko infeksi neonatus Gupte 2003

No Faktor Skor
1 Prematuritas 3
2 Cairan amnion yang berbau bus 2
uk
3 Ibu demam 2
4 Asfiksia (Apgar I < 6) 2
5 Partus lama 1
6 Pemeriksaan vagina yan 2
g tidak bersih
7 Ketuban pecah dini 1

Skrining sepsis dilakukan pada skor 3-5; skor > 5 dipertimbangkan pemberian terapi
Penatalaksanaan
Kecurigaan Klinis Terhadap Sepsis 1. Lakukan kultur dan lumbal punksi (2 kultur darah + kultur urin + kultur LCS)

-Tanda Klinis (kurang makan, hipotoni, 2. Menghilangkan faktor risiko


kurang aktif, muntah, distensi abdomen, akral 3. Segera mulai pemberian antibiotik empiris spektrum luas. Ampicillin +
dingin, distres nafas) gentamicin (SNAD) atau oxacillin + aminoglikosid (SNAL)

-Faktor Risiko Hentikan pemberian antibiotik empiris setelah 48-72 jam jika hasil kultur dan
tanda klinis menunjukkan penyebab non infeksi
-Laboratorium (PCR, leukositosis/
leukopenia, asidosis metabolik, hiperglikemia,
gangguan fungsi organ)

Evaluasi hasil kultur setelah 48-72 jam

Hasil kultur darah (+) Kultur urin (+) Hasil kultur darah (-) dan tidak ada Kultur LCS (+), indikasi LP
penyebab infeksi terdeteksi
bakteri jamur
Sepsis bakterial : Infeksi jamur UTI atau Urosepsis Meningitis (dengan atau tanpa sepsis)
perbaikan klinis dan sistemik
lab ?
Sepsis klinis : perbaikan klinis dan lab ?
ya
tidak Terapi anti jamur ya tidak
Ganti antibiotik sesuai Ganti antibiotik dan evaluasi Selesaikan terapi hingga 15-21 hari
organisme penyebab infeksi Selesaikan terapi antibiotik
dan antibiogram hingga 15-21 hari -Abses?

-Hifa? (infeksi jamur)

-Fokal infeksi?
Prognosis
• Diagnosis dini dan terapi yang tepat
• Terlewatnya gejala awal dan faktor risiko sepsis
meningkatkan angka kematian
• Rasio kematian pada SNAD 15-40%
• Rasio kematian pada SNAL 10-20%
LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS

I. DATA PASIEN
1. IDENTITAS PASIEN 2. IDENTITAS ORANG TUA PASIEN
Nama : By. Ny Restu Nofiati Keterangan Ayah Ibu
Umur : 0 hari Nama Tn. H Ny. R

Jenis Kelamin : Perempuan Usia 23 tahun 21 tahun


Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan
Kebangsaan : Indonesia
Kebangsaan Indonesia Indonesia
Suku Bangsa : Jawa
Suku Bangsa Jawa Jawa
Agama : Islam Agama Islam Islam
Alamat : Mergasari Pendidikan SMK SMK
Hubungan pasien dengan orang tua adalah anak kandung Pekerjaan Pedagang IRT
Alamat Jatirawa Jatirawa
Penghasilan Rp 2.500.000/bulan -
ANAMNESIS
Keluhan Utama : Bayi lahir tidak langsung menangis

Keluhan Tambahan : Bayi prematur lahir spontan


Sebelum MRS
Pasien G1P0A0 Hamil 33 minggu
keluhan kencang-kencang tidak
teratur jam 20.30 WIB (tgl A
08/02/19). TD: 110/80 VT: 2 cm.
Dibawa ke puskesmas pembukaan
VT 2 cm. Rujuk ke PONEK RSDS. Masuk RS
2 hari sebelumnya aktif hub suami- Pasien masuk ke PONEK RSDS jam
istri. BB Hamil : 68 kg, TB: 160 cm 01.30 WIB (09/02/19) dengan VT: 4cm
B , TFU 28 cm, Leopold:PUKI, preskep.
JIHU DJJ 132 x/menit. N. preterm
Bayi Lahir
C Lahir bayi perempuan, persalinan normal spontan, preterm jam 06.55 dengan BBL
1350 gram, PB 37 cm, LK 28 cm LD 24 cm. APGAR score 2-5-6. Nadi 144 x/menit
pernapasan tidak teratur(megap-megap) 55 x/ menit. Tonus sedang. Menangis
merintih dengan rangsangan. Warna merah jambu dengan ujung – ujung biru.
Reflek gerakan sedikit.
APGAR 0 1 2 1’ 5’ 10’

Denyut jantung Tak ada < 100 > 100 1 1 2

Pernafasan Tak ada Tak teratur Baik 1 1 1

Tonus otot Lemah Sedang Baik 0 1 1

Peka rangsang Tak ada Meringis Menangis 0 1 1

Warna Biru / putih Merah jambu Merah jambu 0 1 1

ujung – 2 biru

Total 2 5 6
RPK Riwayat DM (-), HT (-), Asma (-), Jantung (-)

• Riwayat penyakit dan antenatal :


• pasien ANC rutin ke bidan puskesmas.
• Selama hamil ibu sering mengalami mual
Riwayat • Pada kehamilan 12 minggu os mengalami flek 3 hari
Kehamilan • Semasa hamil os sempat demam dan batuk pilek pada
UK 20 minggu dan minum paracetamol
Ibu • Janin di kandungan dinyatakan sehat.
• BB selama hamil 68 kg, sebelum hamil 55 kg

Os lahir spontan di Ponek RSDS ditolong oleh bidan, tidak menangis


Riwayat skor APGAR 2/5/6. Berat badan lahir 1350 gram, PB :37 cm, LK : 28 cm
Nilai skor Ballard 32 (usia gestasi 33 minggu). Tali pusat berwarna putih,
Kelahiran mekonium (-), anus (+), air ketuban keruh (-). Akral perifer biru (+)
ibu
Pemeriksaan Fisik

1. Keadaan Umum
2. Antropometri
Kesan sakit : letargi
Berat badan : 1350 gram
Kesadaran : Compos mentis, E4V5M6
Panjang badan : 37 cm
Kesan Gizi : Buruk
Lingkar Kepala : 28 cm
Keadaan lain : Pucat (-), sianosis (+), sesak (+),
Lingkar lengan : 9 cm
nafas cuping hidung (+/+), retraksi
Status gizi : WAZ : < - 3 SD WHZ : < - 3 SD
subcostal (+/+)
HAZ : < - 3 SD BMI : < - 3 SD
Kesimpulan: Status Gizi Buruk (Menurut WHO)
2. Tanda Vital
Tekanan Darah : tidak diukur
Nadi : 155 x/menit, regular
Suhu : 36,2°C (aksilla)
Respirasi : 47 x/menit
4. Pemeriksaan fisik sistematis
Pemeriksaan Sistematis Hasil Pemeriksaan
Kepala
 Bentuk dan ukuran mesocephal, ukuran lingkar kepala 37 cm, ubun – ubun besar masih terbuka, tidak tegang, tidak menonjol, caput succe
daneum (-), cephal hematom (-)
 Rambut dan Kulit kepala rambut hitam terdistribusi merata, tidak mudah dicabut, kulit kepala tidak ada kelainan,

Mata Mata sklera tidak ikterik, konjungtiva tidak anemis, pupil bulat, isokor, refleks cahaya positif normal di kedua mata,
kornea jernih.
Telinga Serumen -/-, sekret -/-
Hidung Septum ditengah, sekret -/-, napas cuping hidung (+/+) darah menetes (-)

Mulut : Terpasang CPAP, trismus (-)


Bibir tidak tampak labioschizis, tidak tampak palatoschizis, bibir tidak sianosis, bibir tidak kering
Leher Simetris, tidak tampak pembesaran kelenjar getah bening.
Thorax
 Paru-paru I : Bentuk normochest, simetris, retraksi subcostal (+), pernafasan torakoabdominal, pembesaran KGB axilla (-/-)
P : Stem fremitus meningkat paru kiri = kanan
P : Sonor di kedua lapang paru
A : Bunyi nafas vesikuler, RBH -/-, wheezing -/-
 Jantung I :Ictus cordis tidak terlihat
P :Ictus cordis tidak teraba
P : batas kanan : Linea sternalis dextra ICS V
Batas atas : ICS III linea parasternalis sinistra
Batas kiri : ICS V Linea midclavicularis sinistra
A: bunyi jantung I dan II reguler, tidak ada murmur, tidak ada gallop
Abdomen
 Inspeksi perut datar, venektasi (-), caput medusae (-)
 Palpasi Teraba soefel, massa (-), hepar/ lien tidak teraba
 Perkusi Timpani pada seluruh lapang abdomen
 Auskultasi Bising usus (+) normal
Tulang Belakang Spina bifida (-)
Genitalia perempuan, labia mayor dan labia minor menonjol, tidak ada kelainan
Anus Lubang intak, tidak tampak massa yang keluar dari anus, perianal rash (-)
Anggota gerak Akral hangat, capillary refill time < 2 detik, lesi kulit (-), sianosis (-), edema (-), petechiae (-),
purpura (-)
Tidak ada kelemahan anggota gerak atas maupun bawah
Kulit Lanugo (+) di bahu kanan dan kiri, Tidak pucat, tidak sianosis, tidak ikterik, turgor baik.
Pemeriksaan Reflek Primitif
• Reflek Rooting : (+/kuat)
• Reflek Sucking : (+/lemah)
• Reflek palmar grasp : (+/+)
• Reflek Moro : (+/menurun)
• Reflek Babinski : (+/+)
Pemeriksaan Penunjang
(09/02/2019)
Parameter Jumlah Satuan Nilai Rujukan
1. Leukosit 15,1 uL 5000-21000 /uL
2. Eritrosit 3,8 (L) Juta/uL 4,3-6,30 / uL
3. Hemoglobin 14,4 (L) gr/dl 15,2-23,6 g/dl
4. Hematokrit 41 (L) % 44-72%
5. MCV 107 femtoliter 84-126 fl
6. MCH 38 Pikograms 26-38 pg
7. MCHC 35 g/dl 26-34 g/dl
8. Trombosit 228 Ribu/mm3 150.000-400.000/uL
9. Limfosit 25,30 % 25-40%
10. Monosit 11,50 (H) % 2-8%
11. Basofil 1.20 (H) % 0-1
12. Eosinofil 0,30 (L) % 2-4
13 Netrofil 71,90 (H) % 50-70
14 GDS 64 (L) Mg/dL 75-140
15 Golongan darah O
16 Rhesus Faktor Positive
Pemeriksaan Khusus
1. Ballard Score

10

New Ballard Score

Total skor neuromuskular (10) + maturitas fisik (11) = 21

Kesan: Kehamilan preterm 32 minggu


2. Kurva Lubchenco

Berat Badan Lahir : 1350 gram

Usia Kehamilan (New Ballard Score) : 32 minggu

Kesan: Bayi Kurang Bulan - Sesuai Masa Kehamilan


3. APGAR Score

APGAR 0 1 2 1’ 5’ 10’
Denyut jantung Tak ada < 100 > 100 1 1 2
Pernafasan Tak ada Tak teratur Baik 1 1 1
Tonus otot Lemah Sedang Baik 0 1 1
Peka rangsang Tak ada Meringis Menangis 0 1 1
Warna Biru / putih Merah jambu ujung – Merah jam 0 1 1
2 biru bu
Total 2 5 6

Kesan: Asfiksia Berat


4. Bell Squash Score
Parameter Skor
5. Gupte Score
Partus tindakan (SC, forcep, vakum 0
ekstraksi, sungsang)
Prematuritas 3
Ketuban tidak normal 1
Cairan amnion berbau busuk 0
Kelainan bawaan 0
Ibu demam 0
Asfiksia 1
Asfiksia (APGAR menit 1 ≤ 6) 2
Preterm 1
Berat badan lahir rendah
Partus lama 0

Infeksi tali pusat 0 Vagina tidak bersih 0


Riwayat penyakit Ibu 0 KPD 0
Riwayat penyakit kehamilan 1 Total Skor 5
Total Skor 4
Kesan: Mulai Pemberian Antibiotik
Kesan: Neonatal Infeksi
DIAGNOSIS KERJA
– Neonatus preterm
– Berat Badan Lahir Rendah, sesuai untuk masa kehamilan (SMK)
– Asfiksia berat
– Neonatal infeksi
RENCANA PENGELOLAAN

Program
• Monitor keadaan umum,
tanda vital, dan distress
Medikamentosa pernapasan
• Evaluasi CPAP
 CPAP FiO2 60 PEEP 7 • Diet sonde 6 x 2 ml ASI
 Infus D5% 4 ml/jam perah
 Injeksi cefotaksim 2 x 75 mg IV
• Cek Darah rutin, GDS,
 Injeksi amikasin 3 x 4 mg IV

Golongan darah
Non Medikamentosa Injeksi Ca Glukonas 1 x 0,25 cc ad
aqua IV pelan
 Jaga jalan nafas  Drip dopamin 0,24 ml/jam
 Jaga kehangatan
 Rawat tali pusat bayi
 Bed side monitor
PEMBAHASAN
• Lahir bayi dari ibu G1P0A1 UK 33 minggu
lahir spontan dengan BBL 1350 gram

• Selama hamil ibu riwayat flek usia 12


minggu dan sempat demam pada UK 20
minggu

KASUS TEORI
• Definisi
BBLR adalah berat badan lahir < 2500
gram tanpa memandang usia gestasi
yang ditimbang 1 jam segera setelah
lahir.
• Etiologi
Faktor resiko BBLR adalah faktor ibu,
janin dan plasenta.
Klasifikasi BBLR dapat dinilai
berdasarkan usia gestasi dan berat
badan lahir neonatus
• Bayi tidak menangis
• PF didapatkan : nafas cuping
hidung, retraksi subcostal,
lanugo, daun telinga belum
terbentuk sempurna, labia
mayora dan minora menonjol

TEORI KASUS

• Patofisiologi
Pada BBLR sering terjadi apneu primer yang
berkelanjutan menjadi asfiksia. Hal ini disebabkan karena
pada bayi prematur terjadi imaturitas sistem pernafasn
dimana terjadi defisiensi surfaktan dan keadaan paru yg
belum matang. Selanjutnya ketidakmampuan alveoli pada
saat fase transisi dari kandungan menuju lingkungan luar
menjadi penyebab asfiksia.
• Diagnosis
• Anamnesis : riwayat antenatal, perinatal, janin
• Pemeriksaan fisik : tanda prematur, Ballard score
• Pemeriksaan khusus : grafik Lubchenco
• Pada pemeriksaan penunjang
didapatkan Hb 14,4 mg/dL dan GDS
64 mg/dL
• Bayi dirawat di inkubator, O2 dengan
CPAP, pemberian cairan intravena
pada 24 jam pertama dan dilanjutkan
pemberian ASI

KASUS TEORI

• Komplikasi yang paling sering terjadi


pada BBLR berupa hipotermia,
hipoglikemia, HDN, EKN dan sindrom
gawat nafas.
• Penatalaksanaan pada BBLR adalah
terapi medikamentosa dg pemberian vit
K, non medikamentosa dengan
pemberian diet minum ASI sesuai
kebutuhan dan usia gestasi serta terapi
suportif berupa jaga kehangatan bayi
dan monitoring TTV.
• Lahir bayi perempuan UK 33 minggu,
BB 1350 gram tidak menangis dan
merintih, akral biru namun badan
merah jambu,tonus lemah ketika
dirangsang,

KASUS TEORI

• Definisi : asfiksia adalah gagal nafas


secara spontan dan teratur segera
setelah lahir. Dinilai berdasarkan
kriteria ACOG dan AAP.
• Etiologi : faktor ibu, janin dan
plasenta
• Patofisiologi : berhubungan dengan
BBLR yaitu imaturitas sistem
pernafasan dan defisiensi surfaktan
• Diagnosis : anamnesis, pemeriksaan
APGAR score
• Sesaat setelah bayi tidak bernafas
dimulai penatalaksanaan resusitasi
• Pada pemeriksaan lab didapatkan
anemia, hipoglikemi pada hari
pertama perawatan di NICU

KASUS TEORI

• Tatalaksana : resusitasi menurut


algoritma WHO 2015 dan AAP
• Komplikasi : asfiksia mungkin terjadi
pada multiorgan pasca resusitasi dan
selama dirawat di NICU
• Selama perawatan di NICU, bayi
tampak letargi, menangis bila diberi
rangsang.
• Bayi mendapatkan O2 dengan CPAP.
• Bayi merupakan n preterm BBLR
yang mengalami asfiksia

KASUS TEORI

• Definisi : Neonatal infections adalah


infeksi yang terjadi pada bayi baru
lahir tergantung onset. Early infection
atau late infection.
• Etiologi : infeksi antenatal, infeksi
intranatal, dan infeksi pasca natal.
• Diagnosis : gejala klinis, Bell Squash
score dan Gupte score
• Bayi diberikan terapi antibiotik selama
perawatan di NICU
• Pada pemeriksaan fisik didapatkan
sklerema pada bayi.

KASUS TEORI

• Tatalaksana: pemberian antiobiotik


dimulai setelah hasil dari Gupte
score
• Komplikasi: dapat terjadi komplikasi
mayor dan minor
Prognosis

Ad
Fungtionam

Ad Ad
Vitam Sanationam

Dubia
ad
Bonam
THANK YOU 

Anda mungkin juga menyukai