A B
Merger
Merger:
Penggabungan badan usaha dimana salah satu perusahaan
yang bergabung akan terus hidup dan mengambil alih semua
aktiva dan hutang perusahaan lain.
The Legal Form of Business Combinations
A B
Consolidation
C
Konsolidasi
Didirikan sebuah perusahaan baru untuk mengambil alih
semua aktiva dan hutang perusahaan yang telah ada
sebelumnya yang bergabung.
The Legal Form of Business Combinations
A B
Acquisitions
A B
Hubungan afiliasi/akuisisi
Masing-masing perusahaan masih tetap hidup dan tetap
menjalankan kegiatan operasional, akan tetapi salah satu akan
menguasai perusahaan yang lain ( Hubungan Induk dan Anak
Perusahaan ).
• Penggabungan Vertikal
Terjadi apabila perusahaan yang melakukan penggabungan badan usaha
tersebut mempunyai kegiatan yang berbeda akan tetapi saling berhubungan,
yaitu sebagai rekanan dan langganan, Keuntungannya :
1. Resiko terjadinya kesulitan dalam memperoleh bahan baku.
2. Mutu produksi lebih baik.
3. Biaya produksi per unit turun , karena proses produksi terintegrasi.
4. Pembayaran PPN ditunda.
• Penggabungan Horizontal
Terjadi apabila perusahaan yang melakukan penggabungan badan usaha
tersebut mempunyai usaha yang sama, Keuntungannya :
1. Menghilangkan terjadinya persaingan di antara mereka.
2. Meningkatkan daya saing
3. Menurunkan biaya produksi
• Penggabungan Konglomerasi
Penggabungan ini dapat berbentuk penggabungan vertikal maupun
horisontal, keuntungannya adalah menurunkan resiko yang diperoleh
melalui diversifikasi.
Ditinjau dari segi akuntansinya, penggabungan badan usaha menimbukan
2 masalah :
1. Penentuan dan pembagian modal saham.
2. Akuntansi penggabungan badan usaha
Jadi sepertinya halnya contoh (1), maka PT. ABC akan menerbitkan modal
saham sebesar Rp. 1.000.000.000 yang akan dibagi sbb :
Keterangan PT. A PT. B PT. C Total
Laba 50 70 80 200
Tingkat Laba 20% 20% 20% 20%
Jumlah modal saham 250 350 500 1000
Pada awal tahun 2006 PT. A, PT. B, PT. C, sepakat melakukan
penggabungan badan usaha membentuk PT. ABC. Ikhtisar Neraca masing-
masing sebelum penggabungan (dalam jutaan rupiah) :
Keterangan PT. A PT. B PT. C Total
Aktiva 250 400 700 1.350
Hutang 50 100 200 350
Modal (Aktiva bersih) 200 300 500 1.000
Kontribusi relatif 20% 30% 50% 100%
Laba 60 60 80 200
Tingkat Laba 30% 20% 16% 20%
Kontribusi Laba 30% 30% 40% 100%
Dari data di atas ditentukan :
1. Perusahaan menerbitkan 2 jenis saham, yaitu saham istimewa 16% dan
saham biasa.
2. Saham istimewa mempunyai hak prioritas dalam pembagian laba,
berpartisipasi penuh dan kumulatif tidak terbatas.
3. Penentuan modal saham didasarkan pada tingkat kapitalisasi 16%.
Lanjutan
Jadi PT. ABC akan menerbitkan modal saham sebesar Rp. 1.250.000.000
yang terdiri atas :
Modal Saham Biasa sebesar Rp. 1.000.000.000
PT. A : Rp. 200.000.000
PT. B : Rp. 300.000.000
PT. C : Rp. 500.000.000
Modal Saham Biasa sebesar Rp. 250.000.000
PT. A : Rp. 175.000.000
PT. B : Rp. 75.000.000
Lanjutan
Jurnalnya :
Aktiva 1.350.000.000
Goodwill 250.000.000
Hutang 350.000.000
Modal Saham Istimewa 16% 250.000.000
Modal Saham Biasa 1.000.000.0000
Dewasa ini terdapat 2 metode akuntansi yang lazim digunakan untuk
mencatat Pengabungan badan usaha yaitu :
1. Metode Kepentingan (Pooling of Interest Method)
2. Metode Pembelian (By Purchases Method)
Kedua metode ini memang bukan merupakan metode alternatif. Jadi
pemilihannya harus didasarkan pada hakekat dari penggabungan badan
usaha tersebut.
Metode ini dipakai apabila :
• Penggabungan merupakan penyatuan pemilikan dari 2 (dua) perusahaan
atau lebih. Jadi tidak terjadi perubahan di dalam dasar pertanggungjawaban
• Aktiva, hutang dan modal tetap akan dicatat sebesar nilai bukunya,
dengan demikian tidak menimbulkan Goodwill baru
• Modal juga tidak akan terjadi perubahan hanya komposisi modal
dapat berubah, sebagai berikut :
1. Modal Saham
Jumlah modal saham setelah penggabungan akan SAMA dengan jumlah modal saham
perusahaan yang melakukan penggabungan (namun boleh bertambah atau
berkurang).
2. Agio Saham
Jumlah agio modal saham setelah penggabungan akan SAMA dengan jumlah agio
modal saham perusahaan yang melakukan penggabungan. Jika jumlah mengalami
perubahan (bertambah atau berkurang), maka agio saham pun akan berubah.
3. Laba Ditahan
Jumlah laba ditahan setelah penggabungan akan SAMA dengan jumlah laba ditahan
perusahaan bergabung. jika jumlah modal saham bertambah dan pertambahannya
melebihi agio saham, maka jumlah laba ditahan pun akan berkurang. Jumlah laba
ditahan dapat berkurang akan tetapi tidak dapat bertambah
Pada awal tahun 2006 PT. X dan PT. Z sepakat untuk bergabung. kedua
perusahaan tersebut (dalam ribuan rupiah) :
PT. X PT. Z TOTAL
Rekening
N. Buku N. Pasar N. Buku N. Pasar N. Buku N. Pasar
AKTIVA
Kas 50.000 50.000 75.000 75.000 125.000 125.000
Piutang 75.000 70.000 100.000 95.000 175.000 165.000
Persediaan 90.000 110.000 150.000 190.000 240.000 300.000
Aktiva Tetap 135.000 170.000 175.000 230.000 310.000 400.000
Total 350.000 400.000 500.000 590.000 850.000 990.000
PASSIVA
Hutang 100.000 100.000 150.000 140.000 250.000 240.000
Modal Saham 200.000 300.000 250.000 450.000 450.000 750.000
Agio Saham 20.000 40.000 60.000
Laba Ditahan 30.000 60.000 90.000
Total 250.000 400.000 500.000 590.000 850.000 990.000
Lanjutan
Kondisi :
1. Penggabungan dengan cara merger dan modal saham setelah
penggabungan sama dengan modal saham sebelum bergabung. PT. X
menerbitkan tambahan modal saham sebesar Rp. 250.000, sehingga
modal saham menjadi Rp. 450.000.
2. Penggabungan dengan cara merger dan modal saham setelah
penggabungan Lebih Besar dengan modal saham sebelum
bergabung. PT. X menerbitkan tambahan modal saham sebesar Rp.
275.000, sehingga modal saham menjadi Rp. 475.000.
Karena jumlah modal saham tidak berubah, maka jumlah agio saham dan
laba ditahan juga tidak berubah, sehingga Neraca setelah penggabungan
menjadi :
PT. X
Neraca
Per 1 Januari 2006
AKTIVA
Kas 125.000
Piutang 175.000
Persediaan 240.000
Aktiva Tetap 310.000
Total 850.000
PASSIVA
Hutang 250.000
Modal Saham 450.000
Agio Saham 60.000
Laba Ditahan 90.000
Total 850.000
Lanjutan
Karena jumlah modal saham tidak berubah, maka jumlah agio saham dan
laba ditahan juga tidak berubah, sehingga Neraca setelah penggabungan
menjadi :
Lanjutan
PT. X
Neraca
Per 1 Januari 2006
AKTIVA
Kas 125.000
Piutang 175.000
Persediaan 240.000
Aktiva Tetap 310.000
Total 850.000
PASSIVA
Hutang 250.000
Modal Saham 475.000
Agio Saham 35.000
Laba Ditahan 90.000
Total 850.000
1. Metode ini dipakai jika syarat-syarat penggunaan metode pooling of
interest tidak dipenuhi.
2. Aktiva, hutang dan modal akan dicatat berdasarkan harga perolehannya
(mencerminkan nilai wajar).
3. Apabila jumlah yang dibayarkan (nilai pasar modal yang diserahkan)
melebihi nilai wajar atas aktiva bersih, maka kelebihannya akan
diperlakukan sebagai goodwill.
4. Jika nilai pasar modal saham yang diserahkan lebih kecil dari nilai pasar
aktiva bersih, maka akan dialokasikan kepada seluruh aktiva non kas,
dengan demikian, aktiva kas akan dicatat sebesar harga perolehan
sebenarnya.
5. Apabila nilai pasar modal saham yang diserahkan melebihi nilai
nominalnya, maka kelebihannya akan dicatat sebagai agio saham,
sebaliknya akan dicatat sebagai disagio saham.
Pada awal tahun 2006 PT. X dan PT. Z sepakat untuk bergabung. kedua
perusahaan tersebut (dalam ribuan rupiah) :
PT. X PT. Z TOTAL
Rekening
N. Buku N. Pasar N. Buku N. Pasar N. Buku N. Pasar
AKTIVA
Kas 50.000 50.000 75.000 75.000 125.000 125.000
Piutang 75.000 70.000 100.000 95.000 175.000 165.000
Persediaan 90.000 110.000 150.000 190.000 240.000 300.000
Aktiva Tetap 135.000 170.000 175.000 230.000 310.000 400.000
Total 350.000 400.000 500.000 590.000 850.000 990.000
PASSIVA
Hutang 100.000 100.000 150.000 140.000 250.000 240.000
Modal Saham 200.000 300.000 250.000 450.000 450.000 750.000
Agio Saham 20.000 40.000 60.000
Laba Ditahan 30.000 60.000 90.000
Total 250.000 400.000 500.000 590.000 850.000 990.000
Lanjutan
Kondisi :
1. Dalam penggabungan tersebut PT. XZ menerbitkan modal saham
sebesar nilai nominalnya, sebesar Rp. 600.000. Pada saat itu nilai
pasar modal saham ditaksir 125%.
2. Dalam penggabungan tersebut PT. XZ menerbitkan modal saham
sebesar nilai nominalnya, sebesar Rp. 600.000. Pada saat itu nilai
pasar modal saham ditaksir 140%.
3. Dalam penggabungan tersebut PT. XZ menerbitkan modal saham
sebesar nilai nominalnya, sebesar Rp. 600.000. Pada saat itu nilai
pasar modal saham ditaksir 113,33%.
Lanjutan
KONDISI 1
Dalam hal ini berarti tidak ada goodwill, akan tetapi terjadi agio saham
sebesar 25% x Rp. 600.000 = Rp. 150.000.
PT. X
Neraca
Per 1 Januari 2006
AKTIVA
Kas 125.000
Piutang 165.000
Persediaan 300.000
Aktiva Tetap 400.000
Total 990.000
PASSIVA
Hutang 240.000
Modal Saham 600.000
Agio Saham 150.000
Total 990.000
Lanjutan
KONDISI 2
Dalam hal ini berarti terjadi, agio saham dan goodwill :
Agio Saham : 40% x Rp. 600.000 = Rp. 240.000.
Goodwill :
Nilai Pasar Modal Saham : 140% x Rp. 600.000 = Rp. 840.000
Nilai Pasar Aktiva Bersih : Rp. 750.000 (-)
Goodwill Rp. 90.000
KONDISI 3
Nilai Pasar Modal Saham : 113,33% x Rp. 600.000 = Rp. 680.000
Nilai Pasar Aktiva Bersih : Rp. 750.000 (-)
Kelebihan Aktiva Bersih diatas Harga Pasar Saham = Rp. 70.000
Kelebihan nilai pasar aktiva bersih di atas nilai pasar modal saham atau
goodwill negatif sebesar Rp. 70.000, akan diperlakukan sebagai pengurang
aktiva non moneter sebagai berikut :