Perkembangan teknologi dan dunia usaha yang pesat mendorong timbulnya
bidang-bidang khusus (spesialisasi) akuntansi. Akuntansi juga tidak hanya bersifat keilmuan, namun menjadi profesi yang mandiri. Ahli akuntansi juga dapat menduduki jabatan-jabatan penting dalam perusahaan dan pemerintahan. Berdasarkan tujuannya, bidang akuntansi terbagi atas: akuntansi keuangan, akuntansi manajemen, akuntansi biaya, akuntansi pemeriksaan, akuntansi perpajakan, akuntansi penganggaran, akuntansi pemerintahan, dan sistem akuntansi. Untuk mensukseskan pembangunan nasional, peranan penerimaan negara sangatlah penting dan mempuyai kedudukan yang sangat strategis. Berjalannya roda pemerintahan dan kelancaran pelaksanaan pembangunan akan sangat membutuhkan dukungan dana, baik yang berasal dari luar negeri maupun yang berasal dari dalam negeri. Selain mengupayakan peningkatan penerimaan dari ekspor non migas, pemerintah juga mulai mengandalkan penerimaan dalam negeri lainnya untuk senantiasa diupayakan untuk terus meningkat, salah satunya adalah dari sektor pajak. Akuntansi perpajakan (tax accounting) adalah bidang akuntansi yang mencatat, menggolongkan, mengihtisarkan serta menafsirkan transaksi-transaksi finansial yang dilakukan oleh perusahaan dan bertujuan untuk menentukan jumlah penghasilan kena pajak (penghasilan yang digunakan sebagai dasar penetapan beban dan pajak penghasilan yang terutang) yang diperoleh atau diterima dalam suatu tahun pajak untuk dipakai sebagai dasar penetapan beban dan/atau pajak penghasilan yang terutang oleh perusahaan sebagai wajib pajak. Dalam profesi akuntansi perpajakan terdapat jabatan TAX CONSULTANT. Tax Consultant Menurut Haryono Wibowo (2004) perpajakan merupakan salah satu persoalan penting dalam kaitannya dengan hak dan kewajiban kita sebagai warga 6 negara. Saat membayar pajak sering menjadi orang salah satu indikasi seorang warga negara yang baik dan bijak, salah satu caranya adalah dukungan pengetahuan dan pemahaman yang baik mengenai berbagai hal tentang perpajakan. Pengertian Konsultan Pajak menurut Keputusan Menteri Keuangan No. 111/PMK.03/2014 ditetapkan tanggal 9 Juni 2014 adalah sebagai berikut: “Konsultan Pajak adalah orang yang memberikan jasa konsultasi perpajakan kepada Wajib Pajak dalam rangka melaksanakan hak dan memenuhi kewajiban perpajakannya sesuai dengan peraturan perundang- undangan perpajakan ”. Untuk menjadi Konsultan Pajak, harus dipenuhi beberapa syarat umum dan khusus. Syarat-syarat khusus yang harus dipenuhi yaitu : • a. Memiliki Sertifikat Konsultan Pajak (yang sebelumnya disebut sebagai Brevet Konsultan Pajak). • b. Memiliki ijin praktek yang diterbitkan oleh Direktur Jenderal Pajak. Tanggung Jawab Konsultan Pajak Terhadap Wajib Pajak Pada prinsipnya jasa yang diberikan Konsultan Pajak kepada Wajib Pajak adalah berkaitan dengan pelaksanaan hak dan pemenuhan kewajiban perpajakan dari Wajib Pajak. Secara lebih terinci, jasa-jasa tersebut adalah meliputi : Memberikan jasa tax compliance audit, yaitu mengadakan pemeriksaan dan meneliti apakah Wajib Pajak telah melakukan hak dan kewajiban perpajakan- nya sesuai dengan ketentuan perundang-undangan perpajakan, baik memenuhi ketentuan formalnya maupun ketentuan materialnya. Dalam jasa tax compliance audit ini, Konsultan Pajak juga memberikan saran-saran perbaikan dan penyempurnaan kepada Wajib Pajak dalam hal pelaksanaan perpajakannya. Membantu Wajib Pajak dalam membuat perhitungan pajaknya yang harus dibayar dan sekaligus memberikan pengarahan dalam pengisian Surat Pemberitahuan (SPT) sebagai laporan tahunannya yang harus sesuai dengan ketentuan perundang-undangan perpajakan. Memberikan konsultasi dalam masalah perpajakan yang dihadapi Wajib Pajak. Memberikan informasi mengenai hak wajib pajak yang dapat diminta ke Direktorat Jenderal Pajak. Lanjutan…..
Membantu mengusahakan terciptanya iklim yang lebih sehat dalam bidang
perpajakan agar Wajib Pajak merasakan adanya kepastian hukum dalam masalah perpajakannya. Menjembatani hubungan antara Wajib Pajak dan aparat pajak yang pada umumnya dewasa ini Menjembatani hubungan antara Wajib Pajak dan aparat pajak yang pada umumnya dewasa ini Wajib Pajak merasakan masih ada rasa ketakutan dalam menghadapi aparat pajak. Memperjuangkan dipenuhinya hak-hak Wajib Pajak yang diatur dalamUndang- undang perpajakan. Lebih lanjut, secara garis besar jasa yang diberikan seorang konsultan pajak menurut Prijohandojo Kristanto (2009:7) umumnya meliputi lima bidang yaitu : 1. Jasa Konsultan 2. Jasa Pengurusan 3. Jasa Perwakilan 4. Jasa mendampingi dan membela klien dalam rangka penyidikan dan pengadilan pajak 5. Jasa lainnya dibidang perpajakan konsultan pajak kini diatur pelaksanaannya dalam Peraturan Pemerintah Nomor 80 tahun 2007 tentang tata cara pelaksanaan hak dan kewajiban perpajakan berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 tahun 1983 tentang ketentuan umum dan tata cara perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang- Undang Nomor 28 Tahun 2007. Kriteria Utama Seorang Konsultan Pajak Menurut Aris Aviantara (2009) mengemukakan bahwa legalitas, kompetensi dan etika adalah kriteria utama yang harus dimiliki oleh seorang konsultan pajak.Dalam prakteknya, ada cukup banyak konsultan pajak yang tidak memiliki semua kriteria tersebut, bahkan beberapa dari mereka tidak memiliki satu pun. 1. Legalitas Slemrod dan Blumenthal dalam penelitian Yuka Sakurai and Valerie Braithwaite (2001) berpendapat walaupun orang dapat menegaskan bahwa legalitas adalah garis pemisah antara yang legal dan ilegal, namun dalam praktiknya terdapat grey area. Legalitas untuk konsultan pajak diatur dalam Keputusan Menteri Keuangan No. 111/PMK.03/2014, Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor: SE-16/PJ./2008, selain membutuhkan kuasa khusus dari Wajib Pajak, peraturan ini menetapkan bahwa konsultan pajak yang ditunjuk harus memenuhi persyaratan diantaranya memiliki izin praktek dari Direktur Jenderal Pajak atas nama Menteri Keuangan. Oleh karena itu, memilih orang yang mengklaim sebagai konsultanpajak tanpa izin praktek dari Direktur Jenderal Pajak, jelas bukan pilihan yang tepat. 2. Kompetensi Kompetensi mengandung bagian kepribadian yang mendalam dan melekat pada seseorang dengan perilaku yang dapat diprediksi pada berbagai keadaan dan tugas pekerjaan. Menurut Spencer dalam penelitian Eko Nurmianto dan Nurhadi Siswanto (2006) level kompetensi adalah sebagai berikut : 1. Skill 2. Knowledge 3. Self image 4. Trait 5. Motive 3. Etika Dalam Kode Etik Ikatan Konsultan Pajak Indonesia, yang mengatur tentang Kepribadian Konsultan Pajak Indonesia adalah sebagai berikut: 1. Konsultan Pajak Indonesia wajib : • Setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. • Menjunjung tinggi kepatuhan hukum dan peraturan perpajakan, integritas, martabat dan kehormatan profesi konsultan pajak. • Melakukan tugas profesi dengan penuh tanggung jawab, dedikasi tinggi dan independen. • Menjadi wajib pajak yang baik. • Menjaga kerahasiaan dalam menjalankan profesi. • 2. Konsultan Pajak Indonesia tidak diperkenankan : • Melakukan kegiatan profesi lain yang terikat dengan pekerjaan sebagai pegawai negeri sipil baik pada tingkat Pusat maupun Daerah, kecuali mereka yang bekerja pada bidang riset, pengkajian dan pendidikan. • Meminjamkan ijin kerja untuk digunakan oleh pihak lain. • Menugaskan pegawainya yang tidak menguasai seluk beluk, teknik, pengetahuan dan peraturan perpajakan untuk bertindak atas nama Konsultan pajak, memberikan nasehat dan menangani urusan perpajakan Klien. • Etika yang mengatur hubungan konsultan pajak dengan teman seprofesi konsultan pajak adalah sebagai berikut: 1. Hubungan dengan teman seprofesi harus dilandasi sikap saling menghormati, saling menghargai dan saling mempercayai. 2. Konsultan Pajak Indonesia tidak diperkenankan : a. Menarik Klien yang diketahui atau patut diketahui bahwa klien tersebut telah diurus oleh Konsultan Pajak yang lain. b. Membujuk karyawan dari Konsultan Pajak lain untuk pindah menjadi karyawannya. c. Konsultan Pajak Indonesia yang menerima pindahan dari Konsultan Pajak lain wajib memberitahukan kepada Konsultan Pajak lain tersebut. d. Bila terjadi sengketa antara sesama anggota IKPI dalam masalah profesi maka sengketa tersebut agar didiskusikan secara musyawarah ataudiajukan kepada Pengurus Cabang. e. Bila masih belum memperoleh penyelesaian maka diajukan kepada Pengurus Pusat, dan bila masih belum pula diperoleh penyelesaian maka diajukan kepada Dewan Kehormatan. Etika yang mengatur hubungan konsultan pajak dengan klien, adalah sebagai berikut: Konsultan Pajak Indonesia wajib: 1. Menjaga sifat profesional dan kerahasiaan dalam hubungan profesi dengan klien. 2. Menolak permintaan klien untuk melakukan perbuatan yang bertentangan dengan Undang-Undang dan Peraturan Perpajakan. Konsultan Pajak Indonesia tidak diperkenankan: a. Memberikan petunjuk atau keterangan yang dapat menyesatkan kliennya mengenai pekerjaan yang sedang dilakukan. b. Memberikan jaminan kepada kliennya bahwa pekerjaan yang berhubungan dengan instansi perpajakan pasti akan berhasil. c. Menetapkan syarat-syarat yang membatasi kebebasan klien mempercayakan kepentingan perpajakan kepada konsultan pajak yang lain. d. Melakukan atau menerima setiap ajakan dari pihak manapun untuk melakukan tindakan yang diketahui atau patut diketahui merupakan tindak pidana perpajakan 4. Hak Konsultan Pajak
1. Konsultan Pajak yang telah memiliki Izin Praktek Konsultan Pajak
Sertifikat A berhak memberikan jasa di bidang perpajakan kepada Wajib Pajak Orang Pribadi dalam melaksanakan hak dan memenuhi kewajiban perpajakannya, kecuali Wajib Pajak yang berdomisili di negara yang mempunyai persetujuan penghindaran pajak berganda dengan Indonesia. 2. Konsultan Pajak yang telah memiliki Izin Praktek Konsultan Pajak Sertifikat B berhak memberikan jasa di bidang perpajakan kepada Wajib Pajak Orang Pribadi dan Badan dalam melaksanakan hak dan memenuhi kewajiban perpajakannya, kecuali kepada Wajib Pajak Penanaman Modal, Bentuk Usaha Tetap, dan yang berdomisili di negara yang mempunyai persetujuan penghindaran pajak berganda dengan Indonesia. 3. Konsultan Pajak yang telah memiliki Izin Praktek Konsultan Pajak Sertifikat C berhak memberikan jasa di bidang perpajakan kepada Wajib Pajak Orang Pribadi dan Badan dalam melaksanakan hak dan memenuhi kewajiban perpajakannya. 5.Kewajiban Konsultan Pajak 1. Konsultan Pajak wajib memenuhi semua ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. 2. Konsultan Pajak wajib menyampaikan kepada Wajib Pajak agar melaksanakan hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan perpajakan. 3. Dalam mengurus pelaksanaan hak dan pemenuhan kewajiban perpajakan dari Wajib Pajak, setiap Konsultan Pajak wajib: • memiliki Izin Praktek Konsultan pajak yang masih berlaku • memiliki surat kuasa khusus dari Wajib Pajak. 4. Konsultan Pajak wajib mematuhi prosedur dan tata tertib kerja yang berlaku di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak dan dilarang melakukan tindakan-tindakan yang merugikan kepentingan negara. Lanjutan…
5. Konsultan Pajak yang telah memiliki Izin Praktek Konsultan Pajak
Sertifikat wajib mengikuti penataran/pendidikan penyegaran perpajakan paling sedikit 1 (satu) kali dalam setahun yang diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Pajak dan atau Ikatan Konsultan Pajak Indonesia. 6. Konsultan Pajak wajib memenuhi Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga dan Kode Etik Ikatan Konsultan Pajak Indonesia. 7. Konsultan Pajak wajib membuat Laporan Tahunan yang berisi jumlah dan keterangan mengenai Wajib Pajak yang telah diberikan jasa di bidang perpajakan dan melampirkan fotokopi Sertifikat Penataran/Pendidikan Penyegaran Perpajakan. 8. Laporan Tahunan disampaikan kepada Direktur Jenderal Pajak paling lama akhir bulan April tahun takwin berikutnya. 9. Konsultan Pajak dapat mengajukan permohonan penundaan penyampaian laporan tahunan secara tertulis untuk paling lama 3 (tiga) bulan. 6. Ujian Setifikasi Konsultan Pajak Ujian Sertifikasi Konsultan Pajak (USKP) adalah gerbang bagi para praktisi pajak untuk memperoleh Izin Praktek Konsultan Pajak yang diterbitkan oleh Direktur Jenderal Pajak. Praktisi pajak yang sudah lulus USKP berhak menyandang gelar BKP (Bersertifikat Konsultan Pajak). USKP diselenggarakan oleh Ikatan Konsultan Pajak Indonesia bekerja sama dengan Pusat Pendidikan dan Pelatihan Perpajakan (Pusdiklat Pajak). 7. Kode Etik Konsultan Pajak 1. Untuk menjaga kehormatan dan keluhuran profesi Konsultan Pajak, Perkumpulan mempunyai Kode Etik yang ditetapkan oleh Kongres/Kongres Luar Biasa yang wajib ditaati oleh setiap anggota Perkumpulan. 2. Konsultan Pajak wajib tunduk dan mematuhi Kode Etik Perkumpulan. 3. Pengawasan atas pelaksanaan Kode Etik dilakukan oleh Dewan Kehormatan. 4. Dewan Kehormatan memeriksa dan mengadili pelanggaran Kode Etik Perkumpulan berdasarkan tata cara Dewan Kehormatan. 5. Keputusan Dewan Kehormatan tidak menghilangkan tanggung jawab pidana apabila pelanggaran terhadap Kode Etik Perkumpulan mengandung unsur pidana. Lanjutan… 6. Perubahan Kode Etik Perkumpulan dilakukan di Kongres/Kongres Luar Biasa. 7. Dewan Kehormatan melakukan upaya-upaya untuk menegakkan kode etik Perkumpulan. 8. Tata cara pelaksanakan Kode Etik diatur secara tersendiri di Kode Etik Perkumpulan.