Anda di halaman 1dari 208

PENCATATAN

PELAPORAN

SUBDIT ISPA
Tahapan
 Pengumpulan data dari sarana kesehatan
tingkat pertama seperti Puskesmas, Pustu,
Poskesdes, RS-Unit Rawat Jalan/ Inap serta
PPelayanan
ENGOLAHANSwasta
DATA DAN
ANALISIS
PENYAJIAN DATA DAN
UMPAN BALIK

(PROSES PENGOLAHAN, ANALISIS SEDERHANA,


DAN PENYAJIAN DENGAN MENGGUNAKAN
SOFTWARE) IW
Mekanisme
• Semua balita yang berkunjung ke Puskesmas
dengan gejala batuk atau kesukaran bernapas
tercatat dalam register puskesmas,

• Semua balita dengan gejala batuk atau


kesukaran bernapas dilakukan perhitungan
frekuensi napas dan dilihat ada tidaknya
tarikan dinding dada bagian bawah kedalam
(TDDK),

IW
SUMBER DATA

Puskesmas RS
-Rekam
1. Status Pasien Medis
2. Register Induk RJ/RI
Puskesmas
3. Register Harian ISPA
4. Primary Care BPJS, dll
5. LB1 (SP2TP/SIP)

IW
Penambahan

IW
ALUR PENCATATAN DAN
PELAPORAN PENDERITA ISPA DI
PUSKESMAS

STEMPEL
P2 ISPA
LAP. RUTIN
KARTU STATUS REGISTER BULANAN
PENDERITA/ P2 ISPA:
HARIAN
FORM PENDERITA •BBP
PENCATATAN ISPA •P
MTBS
di PUSKESMAS •PB

TATALAKSANA STANDAR
&
KLASIFIKASI P2 ISPA
IW
ICD X yang dilaporkan
• J10.0 INFLUENZA DENGAN
PNEUMONIA, VIRUS DIIDENTIFIKASI
(BRONKO)PNEUMONIA
INFLUENZA, VIRUS INFLUENZA
DIIDENTIFIKASI
• J11.0 INFLUENZA DENGAN
PNEUMONIA, VIRUS TIDAK
DIIDENTIFIKASI
(BRONCHO)PNEUMONIA
INFLUENZA, TIDAK DIJELASKAN
ATAU VIRUS SPESIFIK TIDAK
DIIDENTIFIKASI

IW
ICD X yang dilaporkan
• J12 Pneumonia virus, not elsewhere
classified
• J13 Pneumonia akibat Streptococcus
pneumoniae
• J14 Pneumonia akibat Haemophilus
influenzae
• J15 Pneumonia bakteri, not elsewhere
classified
• J16 Pneumonia akibat organisme menular
lainnya, not elsewhere
classified.
• J17* Pneumonia pada penyakit classified
elsewhere
• J18.9 Pneumonia, organisme tidak dijelaskan
IW
INDIKATOR
P2 ISPA & PROVINSI

Prosentase Kab/kota dengan


cakupan penemuan
pneumonia balita minimal
80%

IW
INDIKATOR

prosentase kab/kota
yang 50%
puskesmasnya
melakukan
tatalaksana standar
pneumonia

IW
Definisi Operasional

Prosentase kab/kota yang 50%


Puskesmas nya melakukakan
tatalaksana standar pneumonia

Jumlah kab/kota yang sebagian


(50%) Puskesmasnya telah
melaksanakan
Tatalaksana standar minimal 60%
dariIWseluruh kunjungan balita
DEFINISI OPERASIONAL

Tatalaksana standar pneumonia:

Kegiatan deteksi dini terhadap seluruh Balit


&/atau kesukaran bernapas yang berkunjun
ke Puskesmas dengan menghitung frekuens
napas dalam 1 menit penuh & atau dilihat
ada tidaknya TDDK baik melalui pendekatan
MTBS maupun Tatalaksana program ISPA

IW
INDIKATOR

CAKUPAN PENEMUAN
PNEUMONIA BALITA

IW
Langkah 1
Jumlah balita yang datang
dengan keluhan batuk
atau kesukaran bernapas
Puskesmas : yang diberikan tatalaksana
Prosentase standar (dihitung
balita yang napas/dilihat TDDK)
diberikan
Tatalaksana
= X
100%
Standar Jumlah kunjungan balita
dengan batuk dan
kesukaran bernapas

IW
Langkah 2

Kabupaten : Jumlah Puskesmas


Prosentase yang melakukan
Puskesmas Tatalaksana Standar
yang minimal 60%
melakukan
Tatalaksana
= X
100%
Jumlah Seluruh
standar puskesmas di kab
tersebut pada tahun
yang sama

IW
Langkah 3 Akhir
Prosentase Jumlah Kab/Kota yang 50%
Kab/Kota Puskesmasnya melakukan
yang 50%
Puskesmasny Tatalaksana Standar
a melakukan
Tatalaksana
Standar
= X
100%
melalui Jumlah Seluruh Kab/Kota
Pendekatan pada tahun tersebut
MTBS

IW
INDIKATOR OUTPUT

Jumlah kasus
pneumonia balita yang
ditemukan pada
Cakupan tempat dalam kurun
Penemua waktu 1 tahun
= X
n Jumlah perkiraan 100%
Pneumo kasus pada tempat
nia Balita dalam kurun waktu 1
tahun

IW
INDIKATOR P2 ISPA &
pROVINSI
Prosentas Jumlah
e Kabupaten/Kota
dengan cakupan
Kab/kota
penemuan pneumonia
dengan
cakupan
= minimal 80% X
100%
penemua Jumlah seluruh kab/
kota
n
pneumon
ia balita
minimal IW
Angka Perkiraan Kasus Pneumonia per Provinsi
PERKIRA
NO PROVINSI AN NO PROVINSI PERKRAAN
KASUS KASUS
1 Aceh 4.46 18 NTB 6.38
2 Sumatera Utara 2.99 19 NTT 4.28
Kalimantan
Sumatera Barat
3 3.91 20 Barat 2.12
Kalimantan
Riau
4 2.67 21 Tengah 4.37
Kalimantan
Jambi
5 3.15 22 Selatan 5.53
Kalimantan
Sumatera Selatan
6 3.61 23 Timur 2.86
7 Bengkulu 2.00 24 Sulawesi Utara 2.68
Sulawesi
Lampung
8 2.23 25 Tengah 5.19

Sulawesi
Kep. Bangka Belitung
9 6.05 26 Selatan 3.79
Sulawesi
Kepulauan Riau
10 3.98IW 27 Tenggara 3.84
11 DKI Jakarta 4.24 28 Gorontalo 4.84
TARGET NASIONAL

INDIKATO
2015 2016 2017 2018 2019
R
PROSES 20 30 40 50 60

OUTPUT 100 70 80 85 90

RPJMN 20 30 40 50 60
IW
Alur Pelaporan
RUTIN

Ditjen PP-PL
Subdit ISPA

Dinkes Prop
Subdin P2M
(ISPA)
Ket:

Dinkes Kab/Kota
Laporan
Subdin P2M
(ISPA)
Umpan
Balik
IW Puskesmas
WAKTU PELAPORAN
- Pusk  Kab/Kota (selambat2nya
tgl 5 tiap bulan)
- Kab/Kota  Provinsi (selambat2nya tgl
10 tiap bln)

- Provinsi  Pusat (selambat2nya tgl


15 tiap bln)

IW
Little things can make
such a big difference
during recording

Matt Cameron

IW
APLIKASI SOFTWARE
(FOLDER) SOFTWARE :
1. FOLDER PUSKESMAS
2. FOLDER KABUPATEN

IW
Contoh File Software Puskesmas

IW
Ket. Software PuskESMAS
 Nama File 1P, 2P, 3P, 4P, 5P dst
 Angka menunjukkan jumlah desa wilayah
puskesmas
 Contoh : untuk membuat software
puskesmas “A” dengan jumlah wilayah
kerja 15 desa, maka pilihlah file software
15P.
 Untuk update nama desa, jumlah
penduduk, klik “INFOUTAMA”

IW
Contoh file Software Kabupaten

IW
Ket. Software Kab.
 Nama File 2G, 3G, 4G, 5G dst
 Angka menunjukkan jumlah Pusk wilayah
Kab.
 Contoh : untuk membuat software
Kabupaten “A” dengan jumlah wilayah
kerja 10 puskesmas, maka pilihlah file
software 10G.
 Untuk update nama puskesmas, jumlah
penduduk, klik “INFOUTAMA”

IW
Agar Software bekerja
optimal
Software hanya membaca TITIK(.) untuk aplikasi
perhitungan.
Pastikan Separator Decimal dalam format (.) "titik";
untuk merubah dari "koma" (,) ke "titik" dari Office
Button/file

OFFICE BUTTON

FILE

IW
Klik Excel OptionS

OPTIONS
IW
hilangkan
ADVANCED
centang
pada "Use
System
Separators"
USE SYSTEM SEPARATOR

IW
Langkah Rubah format
tangal ke dd/mm/yyyy

• Klik tanggal pada taskbar


• Klik “Change date and time
setting”
• Pilih “Change date and time… ”
• Pilih “Change chalender
settings”
• Date format  isi short format
dengan dd/MM/yyyy IW
CARA PENGISIAN TGL LAP
MASUK
• KETIK TANGGAL/BULAN
(ENTER)
• PASTIKAN TANGGAL RATA
KANAN

IW
Tampilan Awal Software

IW
LAP. BULANAN P2 ISPA PUSKESMAS

IW
LAP. BULANAN P2 ISPA KABUPATEN

IW
LAP. BULANAN P2 ISPA PROVINSI

IW
Tampilan INFOUTAMA

Isi nama desa dan jmlh penddk

Isi nama petugas ISPA

Sesuaikan angka perkiraan kasusnya

IW
MENU

Input Data
Area output

IW
PRAKTEK MEMBUAT
SOFTWARE
PUSKESMAS/KABUPATEN

IW
PRINSIP MEMBUAT LINK SOFTWARE

• MEMBUAT FOLDER PELAPORAN ISPA


• MENYIMPAN LAPORAN KABUPATEN DAN PROVINSI
DI DALAM FOLDER TERSEBUT (SAMA UNTUK
PUSKESMAS DAN KABUPATEN)
• MEMBUAT FILE NAMA SOFTWARE YANG MUDAH DI
INGAT
• DALAM MEMBUAT LINK FILE / SHIFF (SHOURCE)
HARUS SAMA-SAMA TERBUKA

IW
PASSWORD SOFTWARE

7QVT6T2738WRKJB

IW
Yang Dilaporkan adalah FILE
SOFTWARE nya. (lengkap)

Bukan Copy Per bulan


(sheet Bulan) saja.

Dilaporkan secara berjenjang.

IW
PENGOLAHAN &
ANALISIS DATA
 Data yang telah terkumpul selanjutnya diolah dan
dianalisis (no manaj tukang pos)  Informasi

 DI PUSKESMAS, PENGOLAHAN DATA DIARAHKAN UNTUK


TUJUAN TINDAKAN KOREKSI SECARA LANGSUNG

 DI TINGKAT KAB./KOTA DIARAHKAN UNTUK TUJUAN


BANTUAN TINDAKAN DAN PENENTUAN KEBIJAKAN DI
WILAYAH KERJA MASING-MASING

IW
Bila Ada yang kurang jelas tentang
aplikasi software silahkan hubungi :

Kantor : 021 4223493


edy.hariyanto@gmail.
HP : 081341008585 IW com
Surveilans
penyakit Potensial KLB
di indonesia

Kepala Sub direktorat surveilans


DIREKTORAT SURVEILANS SDAN KARANTINA KESEHATAN
DiREKTORAT JENDERAL pencegahan, dan pengendalian penyakit
Kementerian kesehatan r.i
Dasar Hukum
1. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular
2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
6. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang KesehatanPeraturan
Pemerintah Nomor 40 Tahun 1991 tentang Penanggulangan Wabah
Penyakit Menular
7. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan
Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota;
8. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1501/Menkes/ Per/X/2010 tentang
Jenis Penyakit Menular Tertentu yang Dapat Menimbulkan Wabah dan
Upaya Penanggulangan
9. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 2 Tahun 2013 tentang Kejadian Luar
Biasa Keracunan Pangan
10. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 45 Tahun 2014 tentang
Penyelenggaraan Surveilans Kesehatan
Ketentuan umum

Pasal 1
• Kegiatan pengamatan yang sistematis dan
terus menerus terhadap data dan
informasi tentang kejadian penyakit atau
masalah kesehatan dan kondisi yang
Surveilans mempengaruhi terjadinya peningkatan dan
penularan penyakit atau masalah
Kesehatan kesehatan untuk memperoleh dan
memberikan informasi guna mengarahkan
tindakan pengendalian dan
penanggulangan secara efektif dan efisien.
Ketentuan umum (2)

Pasal 1 • Timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan


dan/atau kematian yang bermakna secara
KLB epidemiologi pada suatu daerah dalam kurun
waktu tertentu, dan merupakan keadaan yang
dapat menjurus pada terjadinya wabah.

• Kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular


dalam masyarakat yang jumlah penderitanya

Wabah meningkat secara nyata melebihi dari pada


keadaan yang lazim pada waktu dan daerah
tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka
dan ditetapkan oleh Menteri
Ketentuan umum (3)

Pasal 1
• Hal-hal yang mempengaruhi atau berkontribusi terhadap
Faktor Risiko terjadinya penyakit atau masalah kesehatan

• Kesatuan kegiatan deteksi dini terhadap penyakit dan


Kewaspadaan masalah kesehatan berpotensi KLB beserta faktor-faktor
yang mempengaruhinya, diikuti peningkatan sikap
Dini KLB & tanggap kesiapsiagaan, upaya-upaya pencegahan dan
tindakan penanggulangan yang cepat dan tepat, dengan
Respon menggunakan teknologi surveilans.
Ketentuan umum (3)

Pasal 1
• Serangkaian kegiatan yang dilakukan
untuk mengenal penyebab, sifat-
sifat penyebab, sumber dan cara
Penyelidikan penularan/penyebaran serta faktor
yang dapat mempengaruhi
Epidemiologi timbulnya penyakit atau masalah
kesehatan yang dilakukan untuk
memastikan adanya KLB atau
setelah terjadi KLB/Wabah.
Tujuan penyelenggaraan surveilans kesehatan

Penyelenggaraan Surveilans Kesehatan


2merupakan
PasalTersedianya informasi
prasyarat program kesehatan dan
tentang situasi, bertujuan untuk :
kecenderungan Terselenggarany
Dasar penyampaian
penyakit, dan faktor a kewaspadaan
informasi kesehatan
risikonya serta Terselenggaranya
dini terhadap kepada para pihak
masalah kesehatan investigasi dan
kemungkinan yang berkepentingan
masyarakat dan penanggulangan
sesuai dengan
faktor-faktor yang terjadinya KLB/Wabah
pertimbangan
mempengaruhinya KLB/Wabah dan kesehatan
sebagai bahan
dampaknya
pengambilan
keputusan
sasaran

Penyelenggara Pelaksana
Pasal 3
• Program • Instansi
kesehatan serta Kesehatan Pusat,
program lain Provinsi,
yang berdampak Kabupaten/Kota,
terhadap dan Instansi
kesehatan. Kesehatan di
pintu masuk
negara
Bentuk penyelenggaraan (pasal 8)

Surveilans Berbasis Indikator Surveilans Berbasis Kejadian

• untuk memperoleh gambaran • untuk menangkap dan


penyakit, Faktor Risik dan memberikan informasi secara
masalah kesehatan dan/atau cepat tentang suatu penyakit,
masalah yang berdampak Faktor Risiko, dan masalah
terhadap kesehatan yang kesehatan dengan
menjadi indikator program menggunakan sumber data
dengan menggunakan sumber selain data yang terstruktur
data yang terstruktur.
Cara pengumpulan data (pasal 9)

Dengan cara mendapatkan data secara langsung dari


Fasilitas Pelayanan Kesehatan, masyarakat atau sumber
data lainnya, melalui kegiatan Penyelidikan Epidemiologi,
Aktif surveilans aktif puskesmas/rumah sakit, survei khusus,
dan kegiatan lainnya
Dengan cara menerima data dari Fasilitas Pelayanan
Kesehatan, masyarakat atau sumber data lainnya, dalam
bentuk rekam medis, buku register pasien, laporan data
Pasif kesakitan/kematian, laporan kegiatan, laporan masyarakat
dan bentuk lainnya.
penyelenggara
(1) Kementerian Kesehatan, Dinas Kesehatan
Provinsi, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, instansi
kesehatan pemerintah lainnya, dan Fasilitas
Pelayanan Kesehatan wajib menyelenggarakan
Surveilans Kesehatan sesuai kewenangannya.
Pasal 16
(2) Penyelenggaraan Surveilans Kesehatan pada
Kementerian Kesehatan, Dinas Kesehatan Provinsi,
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, dan instansi
kesehatan pemerintah lainnya sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh masing-
masing Pengelola Program.

(3) Dalam hal belum ada Pengelola Program


terhadap masalah kesehatan tertentu dan/atau
dalam rangka Kewaspadaan Dini dan Respon KLB,
tugas penyelenggaraan Surveilans Kesehatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan
oleh unit kerja surveilans.
Penyelenggara (lanjutan)

(1) Penyelenggaraan Surveilans Kesehatan oleh


Kementerian Kesehatan meliputi wilayah negara
dan/atau kawasan antar negara, dan pintu masuk
negara di pelabuhan, bandar udara, dan pos lintas
batas darat negara.
Pasal 16
(2) Penyelenggaraan Surveilans Kesehatan oleh
dinas kesehatan provinsi meliputi seluruh wilayah
kabupaten/kota termasuk kawasan dalam suatu
provinsi.

(3) Penyelenggaraan Surveilans Kesehatan oleh


dinas kesehatan kabupaten/kota meliputi seluruh
wilayah kecamatan, desa/kelurahan atau kawasan
dalam suatu kabupaten/kota.
Sistem kewaspadaan dini dan respon
penyakit potensial klb

Malaria Konfirmasi
Tersangka Demam Dengue Diare akut
Pneumonia Kasus Gigitan Hewan Penular
Diare Berdarah Rabies
Tersangka Demam Tifoid Tersangka Antrax
Jaundice Akut Demam yg tdk diketahui
Tersangka DBD sebabnya
Tersangka Flu Burung pada Manusia Tersangka Kolera
Tersangka Campak Kluster Penyakit yg tdk diketahui
Tersangka Difteri Tersangka Meningitis/Encephalitis
Tersangka Pertussis Tersangka Tetanus Neaonatorum
AFP (Lumpuh Layuh Mendadak) Tersangka Tetanus
ALUR DATA SURVEILANS

Direktur SKK
 Laporan harian Posko KLB
 Laporan Mingguan Posko KLB
 Umpan Balik SKDR Mingguan Yes
 Buletin SKDR Bulanan
 Majalah Jendela Epidemiologi Yes
PJ Program, KKP, BB/BTKL
Dinkes Prov
Analisis dan Verifikasi Data

POSKO KLB SKDR Investigation


(Event-based) (Indicator Based) & control

Private/public Media SMS


clinicians concern PUSKESMAS
Public services,
Community agencies PUSKESMAS
concern PUSKESMAS
CONTOH ANALISIS DATA SKDR
SITUASI TERKINI
PENYAKIT EMERGING
IINFECTIOUS DAN PENYAKIT
POTENSIAL KLB 2016
Ebola Virus Disease
Terjadi di Afrika.
Merupakan
demam
berdarah viral,
virus paling
mematikan CFR
90%. Founded di
Sudan barat
1976.
Transmisi: Kontak langsung dgn cairan tubuh, darah org
terinfeksi termasuk hewan. (kelelawar). Gejala perdarahan
internal-eksternal, diare dan muntah2.
Ebola virus

• Kasus Kumulatif 28. 646 kasus dengan 11. 323 kematian;


CFR : 39,52% , (Data WHO, 30 Maret 2016)
Negara dengan penyebaran luas dan transmisi intensif
• Guinea: 3 811 Kasus; 2 543 kematian; total kematian/kasus 66,72%
• Sierra Leone: 14 124 kasus; dengan 3.956 kematian; total
kematian/kasus 28%
• (situasi saat ini penularan Penyakit Virus Ebola di Sierra Leone telah
berhenti sejak tanggal 7 November 2015 kmd dilanjutkan denngan
peningkatan surveilans intensif selama 90 hari sp tanggal 8 Februari
2016).
• Liberia: 9 kasus; 3 kematian; total kematian/kasus 33,33% (data sejak
tanggal 29 Juni 2015).
• 29 Maret 2016, WHO telah
menghentikan penetapan penyakit virus
Ebola sebagai Kedaruratan Kesehatan
Masyarakat Yang Meresahkan Dunia
(KKMMD). (Rekomendasi komite
emergency IHR Ebola).
Pertimbangan:
• Penularan Ebola di Afrika barat tidak lagi
menjadi kejadian luar biasa
• Menurunnya risiko penyebaran
internasional
• Negara terjangkit sudah memiliki
kapasitas untuk melakukan respon cepat
dalam pengandalian
Edaran Dirjen P2P Kemenkes R.I

Beberapa langkah yang perlu


dilakukan sebagai berikut:
• Melanjutkan upaya pemantauan
perkembangan situasi penyakit
virus Ebola di tingkat global dan
nasional
• Melanjutkan upaya kesiapsiagaan
dan kewaspadaan dalam
menghadapi KKMMD lainnya
Mers-Cov

Gejalanya mirip SARS, demam, bersin, dan batuk, kematian akibat


komplikasi serius Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS)
dengan kegagalan multiorgan, gagal ginjal, koagulopati konsumtif,
dan perikarditis serta pneumonia berat.
Mers-Cov
• Kumulatif kasus sebanyak 1.714 kasus,dengan 618 kematian
(CFR 36,05%) - Data per tanggal 14 April 2016.
• 26 wilayah/area (negara) terjangkit:
Jordania, Kuwait, Oman, Qatar, Saudi Arabia, Uni Emirat Arab,
Mesir, Perancis, Jerman, Belanda, Italia, Inggris (UK), Yunani,
Austria, Turki, Amerika Serikat, Tunisia, Philipina, Malaysia,
Libanon, Iran, Yaman, Aljazair, China, Korea Selatan, Thailand.
Data Dari 1 Januari 2015 sampai dengan 14 April 2016
• Jordania: 17 Kasus; 2 kematian; total kematian/kasus 12%
• Kuwait: 1 kasus; 1 kematian; total kematian/kasus 100%
• Oman: 5 kasus; 1 kematian; total kematian/kasus 20%
• Qatar: 4 kasus; 0 kematian
• Saudi Arabia: 532 kasus; 141 kematian; total kematian/kasus 26,5%
• Uni Emirat Arab: 9 kasus; 2 kematian; total kematian/kasus 4,5%
• Jerman: 1 kasus; 0 kematian
• Philipina: 1 kasus; 0 kematian
• Iran: 1 kasus; 0 kematian
• Thailand: 2 kasus; 0 kematian
• China: 1 kasus; 0 kematian
• Korea Selatan: 185 kasus; 36 kematian; total kematian/kasus 19%
Kasus pada tahun 2015
Situasi Mers-CoV
DI INDONESIA

Kasus pada tahun 2015


• Total kasus dalam investigasi MERS-CoV pada tahun
2015 sebanyak 90 orang.
• Hasil pemeriksaan lab: 90 negatif.
• Laki-laki 41 (46%), Perempuan 49 (54%).
Mers-cov 2016

• Total kasus dalam investigasi MERS-CoV 1 Januari s.d 18


April 2016 sebanyak 38 kasus.
• Provinsi asal: Jawa Barat (8), Kaltim (2), Riau (1), DKI (7),
Sumut (2), Jatim (2), Papua Barat (1), NTB (6), Banten
(3), Sumsel (1), Kalbar (1), Jateng (1), DIY (2), WNA (1).
• Hasil pemeriksaan lab: 38 negatif.
• Umur: 0 – 24 th: 1 (3%), 25 – 44 th: 8 (21%), 45 – 64 th:
15 (39%), ≥65 th: 14 (37%).
• Laki-laki 25 (66%), Perempuan 13 (34%).
H7N9 Virus

Gejala: Demam tinggi, batuk,


sesak nafas
H7N9 Virus
Data per 27 Maret 2016
• Jumlah kasus: 752 kasus, 226 kematian (CFR 30%)
(data per 23 Maret 2016)
• Wilayah/area (negara) terjangkit: Cina (Anhui,
Jiangsu, Shanghai, Zhejiang, Beijing, Henan, Jiangxi,
Shandong, Hunan, Fujian, Guangdong, Hebei), Taipei,
Hong Kong dan Malaysia, Kanada.
Virus Zika
• Tanggal 1 Februari 2016, WHO
mengumumkan penyebaran virus Zika sebagai
KKM-MD
• Gejala: mirip Demam berdarah dan
Chikungunya. Demam, kulit berbintik merah,
sakit kepala, nyeri sendi, nyeri otot,
kelemahan dan terjadi peradangan
konjunctiva, beberapa terjadi gangguan syaraf
dan autoimun.
Negara Terinfeksi Virus Zika
• 18 Negara (PAHO)

• Brasil, Barbados, Kolombia, Ekuador, El


Salvador, Guyana, Perancis, Guatemala, Haiti,
Honduras, Martinique, Meksiko, Panama,
Paraguay, Puerto rico, Saint Martin, Suriname
dan Venezuela.
Situasi di Indonesia
• Pada tahun 2014 Lembaga Biologi Molekuler
Eijkman melaporkan temuan konfirmasi virus Zika
dari salah satu pasien di Jambi.
• Temuan berasal dari studi Dengue sebanyak 200
sampel, dan 103 diantaranya negatif. Kmd
dilanjutkan penelitian thd 103 sampel tsb dan
teridentifikasi 1 sampel mengandung virus Zika
melalui pemeriksaan PCR dan Sanger Sequencing.
• .
• Vektor virus Zika terdapat di seluruh Provinsi.
• 5 Provinsi yang memiliki kasus DBD terbanyak
adalah: Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah,
Bali dan Kalimantan Timur.
SITUASI NASIONAL
Distribusi Frekuensi, Kasus dan Kematian KLB Penyakit dan
Keracunan Pangan
Di Indonesia Tahun 2012 - 2014

1,800 16,400

1,600 1,528 16,200


16,158 16,000
1,400
1,169 15,800
1,200
1,072
15,600
1,000
15,400
800
15,200
600 15,141
15,099 15,000
400 14,800
200 14,600
158 166 243
0 14,400
2012 2013 2014

frekuensi Kematian Kasus


200
600
800
1000
1200
1600
1800
2000

400
1400

0
AI (H5N1)
Antraks
Campak

0 0 47
Chikungunya

115
DBD
1850

0
Demam Typhoid
Diare

145
Difteri
Disentri
Hepatitis A
HFMD
Influenza A baru (H1N1) 41 0 44 0 0 0
Japanese Enchepalitis
Keracunan Makanan
1052

Kolera
Leptospirosis
Malaria
Meningitis
Pertusis
Berdasarkan Jenis Penyakit

PES
Pneumonia
Periode Minggu ke 1 – 14 Tahun 2016

Polio
Distribusi Kasus KLB Penyakit di Indonesia

Rabies
TN
AFP
0 1 3 0 9 0 0 0 6 2 0 0

Yellow Fever
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18

2
ACEH

7
BALI

1
BANGKA BELITUNG

7
BANTEN
BENGKULU

1 1
DKI JAKARTA

4
GORONTALO

0
JAMBI
JAWA BARAT
16

JAWA TENGAH
8
JAWA TIMUR

3 3
KALIMANTAN BARAT

0
KALIMANTAN SELATAN

2
KALIMANTAN TENGAH
KALIMANTAN TIMUR
KALIMANTAN UTARA
KEPULAUAN RIAU
LAMPUNG
MALUKU
1 1 1 1 1 1

MALUKU UTARA
2

NTB
berdasarkan Provinsi

NTT
2

PAPUA
1

PAPUA BARAT
0

RIAU
Distribusi KLB Penyakit di Indonesia

1
Periode Minggu ke 1 – 14 Tahun 2016

SULAWESI BARAT
SULAWESI SELATAN
17

SULAWESI TENGAH
0

SULAWESI TENGGARA
4

SULAWESI UTARA
7

SUMATERA BARAT
2

SUMATERA SELATAN
5

SUMATERA UTARA
3

YOGYAKARTA
KEBIJAKAN PROGRAM
ISPA

IW
SISTEMATIKA
1 Pendahuluan

2 Situasi Epidemiologi

3 Perkembangan Strategi & Kebijakan ISPA

4 Kegiatan & Capaian

5 Isu-isu strategis

IW
1 Pendahuluan

IW
Pengertian

INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA):


Infeksi akut yang menyerang salah satu bagian/lebih dari
saluran napas mulai hidung - alveoli termasuk adneksanya
(sinus, rongga telinga tengah, pleura).

IW
Pengertian
PNEUMONIA
 Adalah infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli).

ISPA BAGIAN ATAS


 Infeksi akut yang menyerang saluran pernafasan bagian atas.

IW
Faktor Risiko ISPA

<<< ASI Tidak mendapat


Gizi kurang
Eksklusif imunisasi Campak

Berat badan Paparan polusi Kepadatan


lahir rendah udara dalam penduduk
rumah dalam rumah

IW WHO . http://whqlibdoc.who.int/publications/ 2008


2
Situasi Epidemiologi

IW
Pneumonia Pembunuh Balita di Dunia
 Pada tahun 2015, 5,9 juta
balita meninggal dan 15 %
(935.000) diantaranya karena
pneumonia.
 99% kematian pneumonia
anak di negara berkembang
 Pneumonia di negara maju
banyak disebabkan virus
sedangkan negara
berkembang oleh bakteri.

IW
IW
Pneumonia Pembunuh Balita di Dunia
 Target MDGs_4 : reduksi 2/3
kematian bayi/Balita pada
akhir tahun 2015 dilanjut
SDGs 2030.

 Tujuan Global 2025, Untuk


semua balita:
- Angka kematian akibat
pneumonia < 3 /1000 KH
- Mengurangi insidensi
pneumonia berat
sebesar 75% dibanding
tahun 2010;

IW
Situasi Pneumonia Bayi/Balita di Indonesia

 Riskesdas 2007, Penyebab kematian


bayi => terbanyak diare (31,4%) dan
pnemonia (23,8%). dan Penyebab
kematian anak balita => terbanyak
diare (25,2%) & pnemonia (15,5%)

 Riskesdas 2013; Insiden dan


prevalensi pneumonia Indonesia
adalah 1,8% dan 4,5% Pneumonia

 SRS; 2014 : 23 balita meninggal setiap


jam dan 4 diantaranya karena
pneumonia

Sumber : Riskesdas (2007)


IW
Angka Perkiraan Pneumonia Balita

• Perhitungan sasaran penemuan kasus


pneumonia balita (estimasi jumlah pneumonia
balita):
 berdasarkan data riskesdas dengan
mempertimbangkan faktor risiko
 berkisar 1-6 % dari total populasi balita

IW
Angka Perkiraan Pneumonia 2015
NO PROVINSI PERKIRAAN KASUS NO PROVINSI PERKIRAAN KASUS

1 Aceh 4.46 18 Nusa Tenggara Barat 6.38


2 Sumatera Utara 2.99 19 Nusa Tenggara Timur 4.28
3 Sumatera Barat 3.91 20 Kalimantan Barat 2.12
4 Riau 2.67 21 Kalimantan Tengah 4.37
5 Jambi 3.15 22 Kalimantan Selatan 5.53
6 Sumatera Selatan 3.61 23 Kalimantan Timur 2.86
7 Bengkulu 2.00 24 Sulawesi Utara 2.68
8 Lampung 2.23 25 Sulawesi Tengah 5.19
9 Kep. Bangka Belitung 6.05 26 Sulawesi Selatan 3.79
10 Kepulauan Riau 3.98 27 Sulawesi Tenggara 3.84
11 DKI Jakarta 4.24 28 Gorontalo 4.84
12 Jawa Barat 4.62 29 Sulawesi Barat 4.88
13 Jawa Tengah 3.61 30 Maluku 3.74
14 DI Yogyakarta 4.32 31 Maluku Utara 2.29
15 Jawa Timur 4.45 32 Papua Barat 2.88
16 Banten 4.12 33 Papua 2.80
17 Bali 2.05 NASIONAL 3.55
IW
3
Perkembangan Strategi & Kebijakan ISPA

IW
STRATEGI
PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN ISPA

PENURUNAN
KESAKITAN & KEMATIAN AKIBAT ISPA

PENEMUAN KESIAPSIAGAAN
& PENGENDALIAN
TATA DAN RESPON FAKTOR RISIKO
LAKSANA PANDEMI ISPA
PNEUMONIA INFUENZA

SIM, SURVEILANS, & KAJIAN


DUKUNGAN MANAJEMEN
IW
Intensifikasi Pencegahan dan Pengendalian
Pneumonia
PROMOTIF PREVENTIF DIAGNOSTIK KURATIF

ANC Imunisasi :  Hitung Napas


ASI eksklusif  DPT  Lihat Tarikan
Gizi seimbang  Campak Dinding Dada • Antibiotik
PHBS (CTPS)  Hib bawah Ke dalam (Amoksisilin)
Mengurangi  Pneumokok (TDDK)
 Periksa Saturasi • Terapi Oksigen
polusi udara (Demonstrasi
Etika batuk di 2kab Lotim Oksigen
Deteksi dini & Lobar) 

Pendekatan Keluarga Penguatan Talaksana


IW
INDIKATOR DAN TARGET P2-ISPA
2015-2019
Base- Target
No Indikator
line 2016 2017 2018 2019
Persentase kabupaten/kota dengan
14,8
1 cakupan penemuan pneumonia balita 30 40 50 60
(2015)
minimal 80%
RENSTRA KEMENKES:
Persentase kabupaten/kota yang 50%
14,8
2 puskesmasnya melaksanakan tata- 30 40 50 60
(2015)
laksana pneumonia balita sesuai
standar
58,9
RENCANA PROGRAM P2-ISPA:
3 (2015) 70 80 85 90
Cakupan penemuan pneumonia balita

Jumlah kumulatif Provinsi yang


4 IW 8 12 16 20 24
menyusun Rencana Kontijensi
(2015)
Peralihan dari Co-trimoxazole  Amoxicillin

oHasil penelitian
o Rekomendasi IDAI
o Tanggapan Komite Ahli

Pemilihan antibiotik untuk


pengobatan Pneumonia 
Amoxicillin dosis tinggi
(40-50 mg/kg BB/kali, sebanyak 2x sehari
selama 3 hari)
IW
4 Kegiatan & Capaian

IW
Cakupan Program ISPA 2013-
2017
120

100

80
63 65
60
58

40
25 29
20

0
2013 2014 2015 2016 2017
CAKUPAN TARGET

IW
20
40
60
80

0
100
120
DKI Jkt
Kaltara
Sulteng
Gortal
Jabar
Babel
Bali
Banten
Jateng
NTB
NASIONAL
Jatim
Sumbar

Cakupan
Jambi
Kalsel
Sumsel
Riau

Lengkap
Malut

IW Prov
Lampung
Kaltim
TAHUN 2017

Sulbar
DIY
Sultra
Papua Barat

Lengkap Kab
Kepri
Kalbar
Sulsel
Maluku
NTT
Sumut
CAKUPAN PENEMUAN PNEUMONIA BALITA

Bengkulu
Aceh
Sulut
Kalteng
Papua
CAPAIAN INDIKATOR 2017
RENSTRA
Kab/Kota yang 50% puskesmasnya melaksanakan tatalaksana standar
= 39,69% dari total kab/kota (204 kab/kotadari 514 Kab/Kota)
= 99,51% dari target nasional (target 205 kab/kota tahun 2017)

Kab/Kota dengan cakupan penemuan pneumonia balita minimal 80%


= 13,06% (67 Kab/kota dari Total Kab/kota)
= 32,68% dari target 205 kab/kota tahun 2017

IW
Ketepatan dan kelengkapan laporan
2017
• Ketepatan laporan: 24,26%

 Kelengkapan laporan:
Provinsi 97,30%;
Kab: 82,74%

IW
Tantangan/Kendala P2 ISPA (1)
1. Keterbatasan jumlah dan kapasitas SDM di Fasyankes Primer dalam: (a)
Deteksi pneumonia secara cepat dan akurat, (b) Tatalaksana kasus, (c)
Manajemen program ISPA karena tingginya frekuensi mutasi pegawai di
daerah)

2. Kasus pneumonia balita yang under reported karena : rendahnya


pengetahuan dan pemahaman petugas tentang ISPA atau Pneumonia balita
di Fasyankes Primer dan Rumah Sakit.

3. Ketergantungan daerah kepada Pusat, dalam : (a) Dukungan alat deteksi


pneumonia, (b) Buku pedoman, (c) Peningkatan kapasitas Nakes, (c) Media
promotif-preventif dan KIE.

4. Beberapa Kab/Kota memiliki Dana APBD untuk operasional ISPA, banyak


Provinsi yang tergantung Anggaran Dekonsentrasi.
IW
Tantangan/Kendala P2 ISPA (2)

5. Dana BOK belum optimal dimanfaatkan daerah untuk


mendukung Program P2ML

6. Banyak Provinsi dan Kabupaten/Kota yang belum


terpapar tentang rencana kontijensi dan kesiapsiagaan
pandemi influenza

7. Ketepatan laporan 2017 program ISPA masih rendah

IW
Peran Tenaga Medis dalam
Pengendalian Pneumonia Balita

 Deteksi dan tatalaksana kasus


sesuai standar
 Mendidik/mensosialisasikan
tenaga kesehatan lain di
wilayah kerjanya dalam deteksi
dan tatalaksana kasus
 Mendidik keluarga pasien dalam
pencegahan, pengenalan gejala
dan tanda pneumonia,
perawatan di rumah.

IW
5 Isu-isu strategis

IW
Isu-isu Strategis

• Dukungan penyediaan data untuk manajemen P2-ISPA


• Dukungan Linsek dan LinProg dalam Pengendalian Faktor
Risiko
• Kapasitas Fasyankes dalam penemuan dan tata-laksana kasus
• Harmonisasi kegiatan di setiap level (Pusat, Provinsi,
Kabupaten & Fasyankes)
• Koordinasi Kesiap-siagaan pandemi influenza
• Penerapan pendekatan keluarga dalam P2-ISPA

IW
12 NOVEMBER

IW
Kebijakan dan Strategi
Kesiapsiagaan Pandemi Influenza
di Indonesia

Subdit Pengendalian ISPA


Direktur Pengendalian Penyakit Menular Langsung
Ditjen PP dan PL – Kemenkes RI

IW
Virus Influenza
• Seasonal Influenza (Influenza musiman)
- Influenza A H1N1pdm09, A (H3N2).
- Influenza B (Victoria and Yamagata lineage)
- Influenza C (Ringan dan menyebabkan kasus sporadik)
- Dapat menyebabkan penyakit pada manusia setiap tahun

• Zoonosis Influenza/ Influenza Varian


Contohnya : avian influenza A(H5N1), A(H7N7), A(H7N9), A(H9N2)
Menular dari hewan ke manusia
• Pandemic Influenza
- Virus subtype baru yang bersirkulasi antar manusia
- Manusia tidak mempunyai Imunity terhadap virus baru tersebut

IW
Sejarah pandemi influenza di abad 20

Estimasi kematian karena pandemi influenza

40 juta 1,1 juta 1,1 juta 150-575


ribu

IW
FAKTA PANDEMI INFLUENZA

Pandemi terjadi 3-4 x /abad. Tidak mungkin


memprediksi kapan pandemi akan terjadi.

Virus menyebar dengan cepat. Penerbangan


meningkatkan kecepatan sebaran virus.

Semua orang berisiko. Termasuk anak-anak,


wanita hamil, lansia & dewasa muda.

Tiap pandemi kehilangan 0,5-4,8% GDP


global
IW
MENGAPA HARUS BERSIAP MENGHADAPI
PANDEMI?

 Agar mampu mengenali secara dini dan menanggulangi


dampaknya
 Membatasi atau memperlambat penularan dan
penyebaran ke wilayah yg lebih luas
 Meminimalisasi jumlah penderita yang dirawat maupun
kematian
 Menjaga/ mempersiapkan keberlangsungan unit-unit
esensial
 Mengurangi dampak ekonomi dan sosial

IW
Kondisi saat ini
Avian Influenza : H7N9, H5N2, H5N3, H5N6, H5N8
Avian Influenza H5N1 masih bersirkulasi
Influenza musiman (H1N1pdm09, H3N2, B)

Ancaman pandemi

Peningkatan kesiapsiagaan
Pedoman-pedoman terkait Kesiapsiagaan andemi
Influenza

IW
KERANGKA KONSEP RENCANA KESIAPSIAGAAN
PANDEMI
DI INDONESIA

Kendali Komando dan Koordinasi

Aktivasi Sistem Komando Emergensi

Deteksi dini dan Respons Karantina dan


Kewaspadaan Medis dan pengawasan Pembatasan Keberlangsung Post
dini melalui Kesmas mobilisasi an pelayanan Pandemi
Sosial
Surveilans dan
Laboratorium
orang dan publik yang
barang esensial

Komunikasi Risiko dan Kerjasama Internasional


13
3
IW
10 Strategi Nasional Kesiapsiagaan &
Penanggulangan Pandemi Influenza

1. Pengendalian penyakit pada hewan


2. Penatalaksanaan kasus pada manusia
3. Perlindungan kelompok risiko tinggi
4. Surveilans epidemiologi pada hewan dan
manusia
5. Restrukturisasi sistem industri perunggasan

IW
10 Strategi Nasional Kesiapsiagaan &
Penanggulangan Pandemi Influenza
6. Komunikasi risiko, edukasi &
peningkatan kesadaran masyarakat
7. Penguatan dukungan peraturan
8. Peningkatan kapasitas
9. Penelitian kaji tindak
10.Monitoring dan Evaluasi.

IW
JENIS SURVEILANS

• SURVEILANS INFLUENZA LIKE ILLNESS


(ILI) DI PUSKESMAS
• SURVEILANS ISPA BERAT INDONESIA
(SIBI) DI RUMAH SAKIT

IW
LOKASI SENTINEL ILI
27 Puskesmas
LOKASI RUMAH SAKIT
SURVEILANS SENTINEL INFLUENZA

SENTINEL INFLUENZA (DIAMBIL DARI KASUS ISPA BERAT)


DIMAKSUDKAN UNTUK MEMANTAU SUB-TIPE VIRUS INFLUENZA
DAN MENDETEKSI KEMUNGKINAN SUBTIPE VIRUS INFLUENZA
YANG BERISIKO MENIMBULKAN
IW PANDEMI
DEFINISI OPERASIONAL ILI
A. Influenza Like Illness (ILI) / Influenza Klinis:
Suatu infeksi saluran pernafasan akut dengan:
• Demam ≥ 38oC
• Batuk
Keterangan:
• Tanggal mulainya gejala (demam atau batuk) tidak lebih dari
10 hari
• Pengukuran suhu pada saat pasien datang ke Puskesmas

B. Kasus influenza (Konfirmasi):


Kasus ILI dengan konfirmasi laboratorium melalui pemeriksaan
Polymerase Chain Reaction (PCR).

IW
Definisi kasus ISPA Berat

Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) berat dengan gejala


sebagai berikut:
• Riwayat demam atau demam ≥ 38°C, dan
• Batuk, dan
• Tidak lebih dari 10 hari sejak timbul gejala, dan
• Memerlukan perawatan rumah sakit.

IW
IW 141
KEBIJAKAN
& STRATEGI
PENGENDALIAN ISPA

DYAH ARMI RIANA


SUBDIT ISPA, DIT.PPML, DITJEN PP&
PL
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
142
DEFINISI ISPA
INFEKSI SALURAN
PERNAPASAN
AKUT:
• INFEKSI AKUT YANG MENYERANG SALAH SATU
BAGIAN/LEBIH DARI SALURAN NAPAS MULAI
HIDUNG-ALVEOLI TERMASUK ADNEKSANYA (SINUS,
RONGGA TELINGA TENGAH, PLEURA)

143
RUANG LINGKUP PROGRAM P2 ISPA
I. PNEUMONIA BALITA III.PENGEMBANGAN
ISPA
• TERKAIT BENCANA,
• FAKTOR RISIKO,
II. PENANGGULANGAN • POLUSI UDARA,
PANDEMI INFLUENZA • PERUBAHAN IKLIM,
• LEGIONELLA
• DLL

144
RUANG LINGKUP PROGRAM P2 ISPA

PNEUMONIA BALITA
DYAH A.R.
MENGAPA PNEUMONIA BALITA MENJADI
PROGRAM NASIONAL?
Pneumonia Balita menjadi penyebab utama Kematian
Balita di Indonesia (Riskesdas 2007)

PROGRAM PENGENDALIAN PNEUMONIA BALITA


• TUJUAN: Menurunkan AKB karena Pneumonia
• SASARAN: Balita
• STRATEGI: Mencegah Balita sakit Pneumonia
menjadi parah ataupun meninggal dengan
melaksanakan Tatalaksana Standar Pneumonia Balita
di fasilitas pelayanan kesehatan.
ANATOMI SALURAN NAPAS

INFEKSI AKUT SALURAN


PERNAPASAN BAGIAN
ATAS
INFEKSI AKUT SALURAN
PERNAPASAN BAGIAN
BAWAH

PNEUMONIA:
INFEKSI AKUT
PNEUMONIA YANG MENGENAI
JARINGAN PARU-
PARU (ALVEOLI).
147
ANATOMI SALURAN NAPAS

148
CAPAIAN RPJMN
SASARAN RPJMN 2010-
2014
TARGET MDG’s 2015
2005-2009 (PERPRES 5 / 2010) 8 TUJUAN
 --------  Meningkatnya UHH POVERTY & HUNGER EDUCATION GENDER
MENJADI 72 thn

 Angka Kematian  Menurunnya Angka


Bayi 34 per Kematian Bayi
1000 KH menjadi 24 per MATERNAL HEALTH COMM.DISEASE
1000 KH CHILD HEALTH

 AKI 228 per  Menurunnya AKI


100.000 KH menjadi 118 per
100.000 KH
ENVIRONMENT PARTNERSHIP
 Prevalensi gizi  Menurunnya MeAKBa.
kurang 18,4 % prevalensi gizi-kurang 2/3-nya
pada anak Balita pada anak Balita pada tahun
menjadi 15%. 1990-2015
DYAH A.R.
PENURUNAN ANGKA KEMATIAN BAYI & BALITA
AK Bayi-Balita cenderung stagnan dalam paruh waktu kedua
(2010-2014) bagi upaya pencapaian MDG 2015

AKB
120
AKBA

91 Kem . Neonatal
Kematian per 1.000 kelahiran hidup

90 81 AKB RPJMN

68 AKBA MDG

57 58 AKB MDG
60
46 46 45

32 35 34
30 32
26
30 20 20 26
23

0
1991 1994 1997 2000 2003 2006 2009 2012 2015

 Bersamaan dengan Pembangunan Jangka Menengah Tahap kedua (2010-2014)


Kesempatan terakhir bagi percepatan pencapaian MDG secara sistimatis. 150
DYAH A.R.
Penyebab Kematian Bayi 0-11 bulan

Tidak diketahui penyebabnya, 3.7 % Tetanus, 1.7 %

Meningtis, 4.5 %

Kelainan Kongenital, 5.7 %

Pneumonia, 12.7 % Masalah Neonatal


46,2 %

Diare, 15 %

Masalah neonatal :
-Asfiksia
-BBLR
-Infeksi, dll
Sumber : Riskesdas 2007
Penyebab Kematian Balita 0-59 bulan

Tidak diketahui penyebabnya, 5.5 % Tetanus, 1.5 %

Meningtis, 5.1 %

Kelainan Kongenital, 4.9 %

Masalah Neonatal
36 %
Pneumonia, 13.2 %

Masalah neonatal :
-Asfiksia
Diare, 17.2 % -BBLR
-Infeksi, dll
Sumber : Riskesdas 2007
RANTAI KEJADIAN UNTUK PENURUNAN
KEMATIAN PNEUMONIA
Strategi Imunisasi mencegah peny Bbrp kasus pneu.
Imunisasi yg menjurus ke pneumonia dicegah

Anak balita terserang Sebag. besar kasus


ISPA 3-6 kali/tahun ISPA sembuh

dapat timbul pneumonia

153
RANTAI KEJADIAN UNTUK PENURUNAN
KEMATIAN PNEUMONIA
Strategi Imunisasi mencegah peny Bbrp kasus pneu.
Imunisasi yg menjurus ke pneumonia dicegah

Anak balita terserang Sebag. besar kasus


ISPA 3-6 kali/tahun ISPA sembuh

Bbrp dapat timbul pneumonia


ka- Tatalaksana standar kasus Sebag. besar
sus Pneumonia Di sarkes dasar. Kasus pneu. sembuh
cpt
ga- dapat timbul pneumonia BERAT
wat

154
RANTAI KEJADIAN UNTUK PENURUNAN
KEMATIAN PNEUMONIA
Strategi Imunisasi mencegah peny Bbrp kasus pneu.
Imunisasi yg menjurus ke pneumonia dicegah

Anak balita terserang Sebag. besar kasus


ISPA 3-6 kali/tahun ISPA sembuh

Bbrp dapat timbul pneumonia


ka- Tatalaksana standar kasus Sebag. besar
sus Pneumonia Di sarkes dasar. Kasus pneu. sembuh
cpt
ga- dapat timbul pneumonia BERAT
wat
Tatalaksana standar Sebag. besar
Kasus di RS rujukan Kasus pneu. sembuh

Bbrp kasus tdk membaik

155
RANTAI KEJADIAN UNTUK PENURUNAN
KEMATIAN PNEUMONIA
Strategi Imunisasi mencegah peny Bbrp kasus pneu.
Imunisasi yg menjurus ke pneumonia dicegah

Anak balita terserang Sebag. besar kasus


ISPA 3-6 kali/tahun ISPA sembuh

Bbrp dapat timbul pneumonia


ka- Tatalaksana standar kasus Sebag. besar
sus Pneumonia Di sarkes dasar. Kasus pneu. sembuh
cpt
ga- dapat timbul pneumonia BERAT
wat
Tatalaksana standar Sebag. besar
Kasus di RS rujukan Kasus pneu. sembuh

Bbrp kasus tdk membaik

Perawatan spesialisasi di RS Sebag. besar


Kasus pneu. sembuh
156
RANTAI KEJADIAN UNTUK PENURUNAN
KEMATIAN PNEUMONIA
Strategi Imunisasi mencegah peny Bbrp kasus pneu.
Imunisasi yg menjurus ke pneumonia dicegah

Anak balita terserang Sebag. besar kasus


ISPA 3-6 kali/tahun ISPA sembuh

Bbrp dapat timbul pneumonia


ka- Tatalaksana standar kasus Sebag. besar
sus Pneumonia Di sarkes dasar. Kasus pneu. sembuh
cpt
ga- dapat timbul pneumonia BERAT
wat
Tatalaksana standar Sebag. besar
Kasus di RS rujukan Kasus pneu. sembuh

Bbrp kasus tdk membaik

Perawatan spesialisasi di RS Sebag. besar


Kasus pneu. sembuh
Kematian pneumonia 157
RANTAI KEJADIAN UNTUK PENURUNAN
KEMATIAN PNEUMONIA
Strategi Imunisasi mencegah peny Bbrp kasus pneu.
Imunisasi yg menjurus ke pneumonia dicegah

Anak balita terserang Sebag. besar kasus


ISPA 5-6 kali/tahun ISPA sembuh

Bbrp dapat timbul pneumonia


Strategi ka- Tatalaksana standar kasus Sebag. besar
Tata- sus Kasus pneu. sembuh
Pneumonia Di sarkes dasar.
laksana cpt
Standar ga- dapat timbul pneumonia BERAT
Kasus wat
Pneu- Tatalaksana standar Sebag. besar
monia Kasus di RS rujukan Kasus pneu. sembuh

Bbrp kasus tdk membaik

Perawatan spesialisasi di RS Sebag. besar


Kasus pneu. sembuh
Kematian pneumonia 158
STRATEGI DETEKSI PNEUMONIA BALITA
METODE SENSITIVITAS SPESIFISITAS
STETOSKOP 53% 59%

HITUNG NAPAS/ TDDK 77% 58%

DEMAM PADA ANAK BATUK BUKANLAH KRITERIA


KLASIFIKASI PNEUMONIA.
GEJALA INI SPESIFITAS & NILAI PREDIKSINYA RENDAH
159
RUANG LINGKUP PROGRAM P2 ISPA
PENANGGULANGAN
PANDEMI INFLUENZA
DYAH A.R.
SISTIMATIKA PRESENTASI
1. Pengertian Pandemi

2. Fase Pandemi dan Dampak Pandemi

3. Sinyal Pandemi

4. Upaya Penanggulangan
BAG. SATU

PENGERTIAN PANDEMI
PANDEMI
PAN= SEMUA ; DEMOS= POPULASI

DEFINISI:
OUTBREAK GLOBAL. CEPAT
MELUAS KE SELURUH DUNIA DAN BERULANG.
PANDEMI INFLUENZA DI ABAD 20

1918 “SPANISH FLU” 1957 “Asian Flu” 1968 “Hongkong Flu”


40 t0 50 million deaths 4-5 million deaths 1 million deaths
A (H1N1) A (H2N2)
164
A (H3N2)
PERBEDAAN ANTARA FLU BURUNG, FLU
MUSIMAN & FLU PANDEMI
SUB TIPE FAKTOR
VIRUS
VIRUS PENULARAN PENENTU
PENYEBAB
PENYEBAB PANDEMI

FLU VIRUS
A H5N1
UNGGAS
(-)
INFLUENZA MANUSIA
BURUNG
A, B, C
(H1-16 dan MANUSIA
FLU N1-9) MANUSIA
VIRUS
Berubah & (ANTAR (-)
INFLUENZA
MUSIMAN berbeda- MANUSIA)
beda di tiap
tempat)

FLU VIRUS A (BARU) MANUSIA (+)


INFLUENZA 2009 H1N1 MANUSIA
PANDEMI
BAG. DUA

FASE PANDEMI & DAMPAK


PANDEMI
MENGAPA HARUS BERSIAP MENGHADAPI
PANDEMI?
• Agar mampu mengenali secara dini dan
menanggulangi dampaknya
• Membatasi atau memperlambat penularannya
• Menurunkan jumlah penderita, yang dirawat
maupun kematiannya
• Menjaga/ mempersiapkan keberlangsungan unit-unit
esensial
• Mengurangi dampak ekonomi dan sosial
FASE PANDEMI-WH0
FASE PANDEMI KRITERIA

1 SIRKULASI VIRUS INFLUENZA PADA HEWAN


TIDAK MENIMBULKAN INFEKSI PADA MANUSIA
INTERPANDEMI
2 (KLB AI PADA UNGGAS) VIRUS INFLUENZA HEWAN DOMESTIK & LIAR
TELAH MENYEBABKAN INFEKSI PADA MANUSIA

3 KASUS SPORADIS DAN KLASTER YANG BELUM


CUKUP UNTUK MENIMBULKAN WABAH

4 PENULARAN ANTAR MANUSIA OLEH VIRUS BARU


WASPADA PANDEMI YANG SUDAH EFISIEN DENGAN JUMLAH KASUS
MASIH TERBATAS
5 PENINGKATAN PENULARAN KE MANUSIA
SEMAKIN MELUAS MIN.2 NEGARA DI SATU
WIL.REGIONAL WHO
6 WABAH DI MASYARAKAT YANG DITANDAI
PANDEMI SEPERTI PADAFASE 5 YANG DITAMBAH 1
NEGARA DI WIL.REGIONAL WHO YANG BERBEDA

DYAH A.R.
EPISENTER PANDEMI INFLUENZA

Lokasi titik awal terdeteksinya:


•sinyal epidemiologis dan
•sinyal virologis
yang merupakan tanda terjadinya
penularan influenza pandemi antar
manusia yang dapat menimbulkan
terjadinya pandemi influenza.
171
BAG. TIGA

SINYAL PANDEMI
DETEKSI DINI
SINYAL PANDEMI
INFLUENZA

SINYAL PANDEMI INFLUENZA

SINYAL VIROLOGIK SINYAL EPIDEMIOLOGIK

REASSORTMENT MUTASI KRITERIA KLASTER PANDEMI


INFLUENZA
SINYAL EPIDEMIOLOGI

• Klaster penderita/ kematian pneumonia yg tidak


jelas penyebabnya dan terkait erat dalam faktor
waktu & tempat dengan rantai penularan yang
1 berkelanjutan ATAU

• Klaster penderita positif flu burung dg dua/ lebih


generasi penularan tanpa hubungan darah antar
generasi penularan & / adanya penularan
2 kepada petugas kesehatan yang merawat
penderita FB
Generasi penularan I Generasi penularan II

Kasus awal Kasus kedua Kasus ketiga dst

1 Masa inkubasi 1 Masa inkubasi 1 Masa inkubasi

PENULARAN 2 GENERASI
175
SINYAL VIROLOGIS
1. Adanya 2. Adanya mutasi
reassortment pada isolat
(virus yg virus dari
mengandung manusia dan
material genetik
manusia dan
atau hewan
hewan)
ATAU
BAG. EMPAT

UPAYA PENANGGULANGAN:
PENANGGULANGAN EPISENTER PANDEMI
INFLUENZA
Segala upaya memutus rantai penularan di lokasi episenter pandemi
influenza dan lokasi berisiko lainnya.

• FASE 3 (penularan dari unggas ke manusia): tindakan rutin →PE


(penyelidikan epidemiologi)

• FASE 4/5 (episenter):


1. Jika ada dugaan sinyal epidemiologi dan setelah verifikasi bahwa
sinyal epidemiologi positif → TINDAKAN PENANGGULANGAN
SEPERLUNYA
2. Jika ada sinyal virologi positif→ TINDAKAN PENANGGULANGAN
EPISENTER
KEGIATAN PENANGGULANGAN EPISENTER
PANDEMI INFLUENZA
1. Pembentukan komando 5. Intervensi nonfarmasi termasuk
dan koordinasi sebagai pengawasan perimeter
(karantina wilayah, social
pusat operasi distancing/ pembatasan
penanggulangan kegiatan sosial)
2. Surveilans epidemiologi 6. Komunikasi risiko
3. Respon medik dan 7. Tindakan karantina di bandar
udara, pelabuhan, pos lintas
laboratorium
batas darat (PLBD), terminal,
4. Intervensi farmasi dan stasiun
(profilaksis masal dengan 8. Mobilisasi sumber daya
dosis profilaksis)
PERAN PETUGAS PELAYANAN KESEHATAN DASAR

1. Mampu mengenali sinyal epidemiologi


2. Melaporkan <24 jam pad dinas
kesehatan kabupaten/ kota
3. Turut aktif dalam kegiatan
penanggulangan bersama-sama
kabupaten/ kota
TINDAKAN PENANGGULANGAN FASE 4/5
(EPISENTER)
TINDAKAN PENANGGULANGAN SEPERLUNYA
•Ketika diduga adanya sinyal epidemiologi
•dilakukan oleh pemerintah daerah: kab./kota(<24 jam) meliputi:
– surveilans aktif
– komunikasi risiko
– Pengobatan antiviral terhadap kasus yang diisolasi di RS
– karantina rumah (bila perlu)
•Ketika sinyal epidemiologi positif (terjadi penularan dua generasi tanpa hubungna darah dengan
hasil PCR positif):
– Laporan sinyal epidemiologi postif
– Aktifasi posko KLB
– Surveilans aktif
– komunikasi risiko
– Profilaksis antiviral terhadap kontak erat/ kontak serumah dengan dosis pengobatan
– Pengobatan antiviral terhadap kasus yang diisolasi di RS
– karantina rumah/ terhadap kontak erat
– Assesstment di lokasi episenter oleh pusat, daerah dan WHO
TINDAKAN PENANGGULANGAN FASE 4/5
(EPISENTER)
TINDAKAN PENANGGULANGAN EPISENTER
•Ketika sinyal virologi positif
•bersama-sama: pusat, daerah, WHO dan mitra lainnya meliputi:
– Pernyataan Menteri Kesehatan
– Posko Episenter
– Surveilans aktif,
– intervensi farmasi (pengobatan kasus, pemberian profilaksis masal dari rumah
ke rumah setiap hari,
– Intervensi non farmasi termasuk karantina wilayah, pembatasan kegiatan
sosial contohnya: peliburan sekolah dan kantor, dan pembatasan kegiatan
massal lainnya
– Komunikasi risiko/ KIE di wilayah karantina dan di luar wilayah karantina
PROGRAM P2 ISPA
TERIMA KASIH
DYAH A.R.
DATA SURVEILANS
PUSKESMAS KECAMATAN CIPAYUNG
Data Penyakit ISPA menurut Tempat
Pukesmas Kec. Cipayung tahun 2017-
2018
DATA ISPA
BERDASARKAN TEMPAT
300
Axis Title

200
100
0
BA 1 BA 2 CGR CLK CPY LB MJL PR 1 SETU
BA 1 BA 2 CGR CLK CPY LB MJL PR 1 SETU
2017 280 79 241 217 193 225 285 180 86
2018 110 39 140 132 89 205 180 125 61

Berdasarkan Diagram diatas diketahui Kasus ISPA dari tahun 2017 ke


tahun 2018 mengalami penurunan jumlah kasus dan Kasus tertinggi
berada di Kelurahan Lubang Buaya sebesar 430 kasus
(Surveilans PKC Cipayung)
Data Penyakit ISPA Berdasarkan Waktu
Puskesmas Kec. Cipayung Tahun 2017-2018
DATA PENYAKIT ISPA
BERDASARKAN WAKTU
300

250

200
AXIS TITLE

150

100

50

0
JAN FEB MAR APR MAY JUN JUL AUG SEP OCT
2017 248 253 152 252 236 160 129 100 114 144
2018 164 204 204 115 47 30 29 89 94 105

Berdasarkan grafik diatas dapat diketahui angka penyakit ISPA pada tahun 2017 dan 2018
Angka Penyakit ISPA pada tahun 2018 mengalami penurunan kasus dibandingkan tahun
sebelumnya
(Surveilans PKC Cipayung)
Data capaian Penyakit ISPA
Puskesmas Kecamatan Cipayung

Chart Title
300
250
200
150
100
50
0
BA 1 BA 2 CGR CLK CPY LB MJL PR SETU
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Target 60 40 75 80 93 258 89 81 67
Capaian 110 39 140 132 89 205 180 125 61
Persentase 183% 98% 187% 165% 96% 79% 202% 154% 91%

Target Capaian Persentase

Berdasarkan Grafik diatas dapat diketahui bahwa data capaian sebagian besar
sudah mencapai target
(Surveilans PKC Cipayung)
PENYAKIT
DIARE
Data Penyakit Diare menurut Tempat
Puskesmas Kec. Cipayung tahun 2017-
2018 Chart Title

1200

1000

800

600

400

200

0
BA 1 BA 2 CGR CLK CPY LB MJL PR 1 SETU

2017 2018

Berdasarkan Data Diatas dapat diketahui :


1. Berdasarkan trend grafik diatas dapat diketahui sebagian besar
mengalami penurunan kasus
2. kasus tertinggi penyakit diare terdapat di kelurahan Lubang Buaya
(Surveilans PKC Cipayung)
Data Penyakit Diare berdasarkan
waktu
Puskesmas Kec. Cipayung tahun 2018
DATA DIARE BERDASARKAN WAKTU
Series1 Series2

BULAN JAN FEB MAR APR MAY JUN JUL AUG SEP OCT
Series1 2017 604 565 564 583 747 770 662 562 703 691
Series2 2018 686 696 593 626 385 378 488 803 682 951

Berdasarkan data diatas dapat diketahui angka kejadian Diare pada


tahun 2017 dan tahun 2018
(Surveilans PKC Cipayung)
Data Capaian penyakit Diare
Puskesmas Kec. Cipayung tahun 2018
1800
1600
1400
1200
1000
800
600
400
200
0
BA 1 BA 2 CGR CLK CPY LB MJL PR SETU
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Target 382 255 478 509 595 1643 569 517 425
Capaian 573 414 679 714 829 1044 659 793 583
Persentase 150% 162% 142% 140% 139% 64% 116% 153% 137%

Target Capaian Persentase

Berdasarkan data capaian penyakit diare berdasarkan tempat


hampir keseluruhan sudah memenuhi target
(Surveilans PKC Cipayung)
CAMPAK
Data kematian belum lengkap

Data
Kematian
Data Kematian tahun 2017 berdasarkan
Tempat
Puskesmas Kec. Cipayung tahun 2018

900
800
700
600
500
400
300
200
100
0
LUBANG BAMBU CEGER SETU CIPAYUNG CILANGKAP MUNJUL PONDOK TOTAL
BUAYA APUS RANGGON

PONDOK
LUBANG BUAYA BAMBU APUS CEGER SETU CIPAYUNG CILANGKAP MUNJUL Total
RANGGON
136 140 9 113 66 122 124 91 801

Berdasarkan grafik diatas dapat diketahui angka kematian terdapat di


Kelurahan Lubang Buaya dengan jumlah 136 kematian
(Surveilans PKC Cipayung)
Data Kematian tahun 2017 berdasarkan
Waktu
Puskesmas Kec. Cipayung tahun 2018
Jumlah Kematian berdasarkan waktu
100
91
90 83
80 73 75 75

70 66
60 60
60 54 56 56
52
50
40
30
20
10
0
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sept Okt Nov Des
Jumlah 54 56 66 83 73 52 60 91 75 60 75 56

Berdasarkan Grafik diatas dapat diketahui angka kematian


tertinggi terdapat pada bulan Agustus dengan jumlah 91
angka kematian
(Surveilans PKC Cipayung)
Jumlah AV tahun 2017 berdasarkan
tempat
Puskesmas Kec. Cipayung tahun 2018
Jumlah AV berdasarkan tempat
900
767
800
700
600
500
400
300
200 136 132 111 107 118
64 90
100 9
0
LUBANG BAMBU PONDOK
CEGER SETU CIPAYUNG CILANGKAP MUNJUL Total
BUAYA APUS RANGGON
jumlah 136 132 9 111 64 107 118 90 767

Berdasarkan data diatas dapat diketahui Jumlah AV tahun


2017 berdasarkan tempat dengan jumlah tertinggi di
kelurahan Lubang Buaya sebesar 136 jumlah AV
(Surveilans PKC Cipayung)
Jumlah AV tahun 2017 Berdasarkan waktu
Puskesmas Kec. Cipayung tahun 2018
Jumlah AV berdasarkan Waktu
900

800 767

700

600

500

400

300

200
81 73 90 75 70
100 54 53 64 50 51 51 55

0
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sept Okt Nov Des jumlah
Series1 54 53 64 81 73 50 51 90 75 51 70 55 767

Berdasarkan jumlah AV tahun 2017 berdasarkan waktu , jumlah


AV tertinggi terjadi pada bulan Agustus sejumlah 90 jumlah AV
(Surveilans PKC Cipayung)
Data Kematian berdasarkan Gol. Umur
Puskesmas Kec. Cipayung tahun 2017

Jumlah kematian berdasarkan golongan umur


120
101
100
84
80

60

40
26 25
20
2 2 4 3 2
0
< 1 Bulan 1 bl- 1 tahun 1-4 tahun 5-14 tahun 15-24 tahun 25-44 tahun 45-54 tahun 55- 64 tahun > 65 tahun
Jumlah 2 2 4 3 2 26 25 84 101

Berdasarkan grafik diatas dapat dietahui jumlah kematian


tertinggi terdapat pada Golongan Umur > 65 tahun dengan
jumlah 101 kematian
(Surveilans PKC Cipayung)

Anda mungkin juga menyukai