&
Chloroprene
Kelompok 2 :
Ake Tupesla B
Mawaddah
Suci Indah Guswira 1707123012
Styrene
(C6H5C2H5)
Styrene (C6H5C2H5) adalah salah
satu senyawa kimia yang
mempunyaikegunaan yang sangat
besar terutama dalam industri plastik,
dan sebagai zat antara untuk
pembuatan senyawa kimia lainnya
Tahun Jumlah(ton)
2010 78074,6
2011 82915,2
2012 88056
2013 93515,5
2014 99313,4
2015 105470,9
2016 112010,1
2017 118954,7
2018 126329,9
Sifat Fisika
Education Wujud Cair
Plan Berat molekul 104,1036 gr / mol
Density pada 30 °C = 0,8970 gr / ml
pada 40 °C = 0,888 gr / ml
Density kritis 0,279 gr / ml
Volume kritis 3,55 cm3/mol
Tekanan kritis 37,6 atm
Suhu kritis 346,4 °C
Flash point 31 °C
Indek refraksi pada 20 °C = 1,546
Kelarutan larut dalam ethanol dan ether, 0,032 % dalam air
pada 20 °C = 0,703 cp
Viscositas pada 40 °C = 0,586 cp
pada gas (25 °C) = 0,2818 Kal / g °C
Panas spesifik pada cairan (40 °C) = 0,4178 Kal/g °C
Surface tension (200C) 30,86 dyne/cm
Panas pembentukan (250C) -12,456 KJ/mol•K
Factor accentric 0,257
Sifat Kimia
Education • Polimerisasi Styrene menjadi Polyvinylbenzene
Plan Reaksi yang terjadi :
Reaksi :
C6H5-CH2-CH3↔ C6H5-CH=CH2+H2 ΔH298= 125 kJ/mol
a) Heater
b) Steam superheater
c) Reactor
d) Heat exchanger
e) Condenser
Proses
Adiabatis
Umpan ethylbenzene dicampur dengan recycle lalu
dievaporasikan. Dilution steam harus ditambahkan untuk
mencegah ethylbenzene dari terbentuknya coke. Aliran ini
dipanaskan dengan heat exchanger hingga mencapai
temperatur reaksi (640°C) dengan menggunakan
superheated steam sebagai pemanas. Aliran ini selanjutnya
melewati katalis pada reaktor pertama. Reaksi adibatis akan
mengakibatkan penurunan temperatur, sehingga aliran yang
keluar harus dipanaskan ulang (reheated) sebelum masuk
reaktor kedua. Pada reaktor pertama dapat dicapai konversi
sebesar 35% dan 65% secara keseluran sistem. Reaktor
berjalan pada tekanan rendah sehingga lebih aman dan
mudah diaplikasikan. Keluaran reaktor yang memiliki
temperatur tinggi akan digunakan sebagai pemanas untuk
mengurangi konsumsi energi, selanjutnya akan
dikondensasikan dan dipisahkan menjadi vent gas, crude
styrene, dan steam condensate. Crude styrene akan
didstilasi. Steam condensate akan direuse.
a) Steam superheater
b) Reactor
c) High-pressure Steam
d) Low-pressure Steam
e) Condenser
f) Heat exchanger
Proses Oksidasi
Propylene
Proses lain yang juga dapat digunakan dalam pembuatan styrene adalah proses
pembuatan dari oksidasi propylene. Tahap awal dalam proses ini adalah dengan
mereaksikan ethylbenzene dengan udara pada suhu 130 0C dan tekanan 0,2 MPa;
sehingga didapat ethylbenzene hydroperoxide (EBHP), α-methylbenzyl alcohol
(MBA), dan acetophenone (ACP). Adapun reaksinya adalah sebagai berikut:
Untuk meningkatkan yield dari MBA, maka ACP dihidrogenasi dalam fase cair pada
suhu 90 - 150 0C dan tekanan 8MPa dengan katalis ZnO dan CuO.
.
Proses Oksidasi
Propylene
Dan tahap terakhir dari proses ini adalah dengan mendehidrasi MBA
yang telah diperoleh menjadi styrene pada suhu 250 0C dan tekanan
rendah, dengan bantuan katalis Al2O3.
Stryrene dari
Butadiene
Proses ini merupakan proses pembuatan styrene dengan melakukan
dimerisasi pada 1,3-butadiene untuk membentuk 4-vinylcyclohexene-1
(VCH) pada kondisi 1400C dan tekanan 4MPa ataupun dengan batuan
katalis nitrosyl halide – iron complexes pada suhu 0 - 80 0C dan tekanan
0,1 - 1,30 MPa. VCH yang didapat ini kemudian didehidrogenasi
sehingga membentuk ethylbenzene, atau dapat secara langsung
melakukan dehidrogenasi secara oksidatif sehingga didapat styrene.
Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:
Keuntungan dari proses ini adalah yield yang dihasilkan tinggi, proses
pemurnian yang sederhana, dan bahan baku C4 yang dapat diambil baik
itu dari naphtha - gas oil steam cracker ataupun dari butadiene yang
telah dimurnikan terlabih dahulu. Secara ekonomi proses ini memang
belum menguntungkan, akan tetapi mengingat ketersediaan dan harga
dari butadiene dimasa datang maka proses ini tetap memungkinkan
untuk dilakukan
Proses Pembuatan
Styrene dari Toluene
Proses pembuatan styrene dari toluene dapat dilakukan dengan
memproduksi stilbene dari toluene yang dioksidasi menggunakan udara.
Proses ini dilakukan dalam reaktor fluidized bed dengan bantuan katalis.
Stilbene yang didapat direaksikan dengan ethylene dengan katalis
molybdenum sehingga diperoleh styrene. Reaksi yang terjadi adalah
sebagai berikut:
Keuntungan dari proses ini terletak pada bahan baku toluene yang
mudah didapat dan harganya relatif murah, serta sifat bahan dari
toluene yang tidak beracun. Akan tetapi biaya untuk memproduksi
styrene dari bahan baku toluene relatif mahal.
Distillation of Crude Styrene
Fraksi-fraksi komponen dari crude styrene :
Benzena (bp 80 ° C) 1%
Toluena (bp 110 ° C) 2%
Etilbenzena (pp 136 ° C) 32%
Styrene (bp 145 ° C) 64%
Lainnya 1%
Pada proses ini tekanan yang dibutuhkan harus besar agar
suhu serendah mungkin sehingga tidak terjadi polimerisasi
strirena.
Proses
Dehidrogenasi Dehidrogenasi Stryrene dari Styrene dari
NO Keterangan Oksidasi
Adibatis Isotermal Butadiene Toluene
Propylene
Toluene :
Butadiene : murah,tidak
Ethylbenzene : Ethylbenzene: Stabil Propylene :
1. Bahan Baku mahal,mudah beracun dan
Stabil (+) (+) Stabil (+)
terbakar( -) mudah didapat
(+)
Belum
2. Proses Sederhana (+) Sederhana (+) Kompleks (-) Kompleks (-)
komersial (-)
3. Tekanan Rendah (+) Vacum (-) Rendah (+) 4Mpa (-)
4. Temperatur 640C (-) 600C (-) 250 C (+) 140C (+)
nitrosyl halide
Titanium, ZnO,
5. Katalis Fe2O3 (+) Fe2O3 (+) – iron Molybdenum
CuO, Al2O3 (-)
complexes
6. Utilitas Steam Fuel gas, steam
Pemilihan
Proses
Dari proses-proses pembuatan styrene yang ada proses
dehydrogenasi ethylbenzene memiliki keunggulan lebih, yaitu :
• Dehydrogenasi ethylbenzene memiliki proses yang lebih
sederhana dibandingkan proses lainnya.
• Pada proses dehydrogenasi ethylbenzene terdapat proses
pencampuran steam yang berfungsi dalam regenarasi katalis
dengan cara bereaksi dan membawa keluar coke dari
permukaan katalis.
• Pada proses dehydrogenasi ethylbenzene secara adiabatis
hanya digunakan bahan pembantu steam dan katalis Fe2O3 ,
sedangkan pada proses laiinya menggunakan bahan
pembantu yang lebih banyak.
Chlorophene
Kloropren (C4H5Cl) atau 2-kloro 1,3-
butadiena adalah monomer polikloroprena,
elastomer khusus yang lebih dikenal dengan
nama dagangnya yakni Neoprene. Polimer
ini diproduksi sejak tahun 1930 oleh Du Pont
de Nemours, memiliki sifat daya tarik yang
tinggi ketahanan terhadap oksigen, ozon dan
pelarut, terutama hidrokarbon. Kloropren juga
tidak mudah terbakar dan menunjukkan daya
rekat dan kemampuan vulkanis yang sangat
baik.
• Infographic Style
Kegunaan Chloroprene
Sarung tangan Selang
Pada tahap kedua dilakukan isomerasi dari 1,4-dikloro 2-butena dalam exchanger /
reaktor berjenis reboiler, yang berkaitan dengan operasi kolom distilasi di bawah kondisi
vakum dan dirancang untuk segera memisahkan 3,4-isomer setelah terbentuk, yang
kemudian direcovery ke dalam distilat. Cuprous chloride (CuCl) dalam larutan dalam α-
picoline (2-Methylpyridine) pertama kali ditambahkan ke umpan diklorobuten dari reaksi
klorinasi dan campuran tersebut dinaikkan suhunya menjadi hampir 115˚C dalam
reboiler dengan tekanan uap rendah. Sidestream (side stream : arus samping : Arus zat
cair yang diambil dari salah satu piringan pada bagian tengah menara distilasi.) , untuk
mencegah akumulasi produk berat dan pengotoran peralatan, ditreatmen pada falling
film evaporator (FFE) dari bagian sebelumnya, dan berfungsi untuk merecovery
dischlorobutenes yang dipakai. Penyulingan itu sendiri terjadi dengan adanya fenotiazin
yang disuntikkan kondensor level. dengan mendaur ulang 3,4-dikloro 1-butena dari
tahap pemisahan selanjutnya yang menghasilkan distilat, Didehidroklorinasi dalam
serangkaian reaktor agitasi yang beroperasi sekitar suhu 90˚C dan menggunakan di
bawah tekanan rendah untuk mempertahankan sebagian besar medium dalam fase cair,
dengan adanya suatu 10% larutan kaustik, dipanaskan terlebih dahulu hingga 65˚C dan
asam pikrat digunakan sebagai inhibitor polimerisasi.
Tahap Dehidroklorinasi
Pemisahan dan pemurnian produk, di bagian akhir proses, berlangsung dalam limbah
uap (vapor effluent), yang sebelumnya didinginkan dan dikondensasi sekitar suhu 40
hingga 45˚C, dari reaktor dehidroklorinasi terakhir. Perawatan pertama melibatkan
pengendapan cairan yang diperoleh dan penghilangan fase cairan yang terbentuk.
Fraksi organik diambil dengan uap melalui kemasan yang dirancang untuk memisahkan
kloroprena mentah di bagian atas.
Menghilangkan kandungan air dari Sisa 3,4-dikloro 1-butena yang belum dikonversi
yang masih tersisa di dasar dengan cara mengendapkan dan mengeringkannya, dan
kemudian memurnikan komponen-komponen yang berat dengan cara penguapan dalam
evaporator falling Film (FFE). Kemudian diberi perlakuan pada waktu yang sama
dengan kloroprena mentah dalam kolom yang dikemas, di mana sisa itu dipisahkan di
bagian bawah. Sekali lagi, diendapkan dan dikeringkan, kemudian didaur ulang dengan
dehidroklorinasi. setelah proses pendinginan, heteroazeotrop (air / kloroprena) yang
tertinggal di bagian atas menimbulkan pembentukan dua fase; fraksi bawah berfungsi
sebagai fluks, sementara lapisan atas dikeringkan. Limbah ini dikirim ke kolom
pemurnian akhir, beroperasi dengan adanya penghambat polumerisasi, disuntikkan
pada kloroprena murni, dipisahkan dalam distilat, dikeringkan dan disimpan dalam
nitrogen atmosphere yang kurang dari 0˚C menggunakan loop pendingin.
Thank You