Anda di halaman 1dari 19

KELOMPOK 6

TRAUMA DADA

DISUSUN OLEH
HERTI OKTAVIAWATI (C.0105.17.131), IKA SARTIKA
(C.0105.17.132), RIMA PHYTRIYANI (C.0105.17.145)
Pengertian

 Trauma adalah luka atau cedera fisik lainnya atau cedera fisiologis
akibat gangguan emosional yang hebat (Brooker, 2001).

 Trauma dada adalah abnormalitas rangka dada yang disebabkan


oleh benturan pada dinding dada yang mengenai tulang rangka
dada, pleura paru-paru, diafragma ataupun isi mediastinal baik
oleh benda tajam maupun tumpul yang dapat menyebabkan
gangguan sistem pernapasan (Suzanne & Smetzler, 2001).
PATOFISIOLOGI

 Cedera dada yang memerlukan tindakan darurat adalah abstruksi


jalan napas, hematoraks besar, tamponade jantung
pneumathoraks desak.
 Dada gail(flail chest, dada instabil) pneumathoraks terbuka dan
kebocoran udara thrakea-bronkus semua kelainan ini
menyebabkan gawat dada/toraks akut yang analog dengan
gawat parut dalam arti diagnosis harus ditegakan secapat
mungkin.
Etiologi (Penyebab)

Trauma dada dapat disebabkan oleh :

a. Tension pneumothorak-trauma dada pada selang dada, penggunaan


therapy ventilasi mekanik yang berlebihan, penggunaan balutan tekan pada
luka dada tanpa pelonggaran balutan.
b. Pneumothorak tertutup-tusukan pada paru oleh patahan tulang iga, ruptur
oleh vesikel flaksid yang terjadi sebagai sequele dari PPOM.
c. Tusukan paru dengan prosedur invasif.
d. Kontusio paru-cedera tumpul dada akibat kecelakaan kendaraan atau
tertimpa benda berat.
e. Pneumothorak terbuka akibat kekerasan (tikaman atau luka tembak)
f. Fraktu tulang iga
g. Tindakan medis (operasi)
h. Pukulan daerah torak.
Klasifikasi
Trauma dada dikalsifikasikan menjadi dua jenis, yaitu :

Trauma tajam Trauma tumpul


a. Pneumothoraks terbuka a. Tension pneumothoraks
b. Hemothoraks b. Trauma tracheobronkhial
c. Trauma tracheobronkial c. Flail Chest
d. Contusio Paru d. Ruptur diafragma
e. Ruptur diafragma e. Trauma mediastinal
f. Trauma Mediastinal f. Fraktur kosta
Prognosis Penyakit
1. Open PneumotHorak
2. Tension Pneumothorak
3. Hematothorak
4. Flail Chest
5. Tamponade jantung
6. Ruptur aorta traumatis
7. Kontusio Miokard
8. Cedera thrakea dan bronkhus
9. Ruptur Diafragma
10. Cedera Esofagus
11. Kontusi Paru
Prognosis Penyakit
1. Open Pneumothorak 2. Tension Pneumothorak Tension Pneumathorax 3. Hematothorak
 Biasanya di sebabkan oleh luka  Cedera ini dapat terjadi apabila suatu katup satu  Diakibatkan oleh hipovolemia
tembus toraks dan dapat arah terbentuk, baik oleh cedera tumpul maupun dan gangguan resipirasi.
bermanifestasi sebagai luka tembus.  Tanda-tanda hemotoraks
dada hisap(sucking chest diantarnya menurunnya suara
wound).  Tanda dan gejala klinis dari tensiom pneumothorax pernapasan dan duli pada
adalah sesak napas, rasa cemas, takipnea, suara perkusi di sisi yang terkena.
 Tanda dan gejala biasanya pernapasan (VBS) yang menurun dan hipperesonasi
proporsional dengan ukuran pada perkusi di sisi dada yang sehat, hipotensi dan  Penatalaksanaan Hemotoraks :
dari defek dinding dadanya.
distensi vena leher. 1. Amankan jalan napas
 Penatalaksanaan
pneumatoraks terbuka :  Penatalaksanaan tension pneumathorax 2. Berikan oksigen aliran tinggi
1. Amankan jalan napas. 3. Pasang IV line, pertahankan
1. Amankan jalan napas
2. Berikan oksigen dengan konsentrasi tinggi tekanan darah cukup untuk
2. Segera tutup defek dinding memelihara denyut
dada dengan bahan yang 3. Dekompresi dada yang terkena dengan teknik, perifer(sistolik 90-100 mmHg).
ada. indikasi untuk melakukan dekompresi emergensi
4. Segera rujuk korban ke
pada tensiom pneumathorax : rumah sakit yang memadai.
3. Berikan oksigen
a. Hilangnya denyut nadi radialis (hipotensi-syok)
4. Pasang IV line ukuran besar b. Penurunan kesadaran
5. Observasi ketat tanda
tiimbulnya tension
5. Monitor jantung c. Distress pernapasan dan sianosis hemopneumothorax, yang
4. Pasang IV Line membutuhkan dekompresi
6. Rujuk segera ke rumah sakit dada dengan segera.
yang memadai 5. Rujuk Ke RS segera
Lanjutan...

4. Flail Chest 5. Tamponade jantung 7. Kontusio Miokard


 Terjadi bila 3 atau lebih iga yang berurutan fraktur Luka tembus / tusuk jantung adalah penyebab  Merupakan cedera yang
minimal di dua tempat. kematian utama pada daerah perkotaan. potensial mengancam jiwa yang
Tamponade jarang terjadi akibat trauma tumpul. disebabkan oleh trauma tumpul
 Tanda-tanda adanya distress pernapasan akan
lebih jelas. Pada palpasi dinding dada akan toraks.
ditemukan adanya krepitasi di
pergerakan respirasi yang abnormal.
samping 6. Ruptur aorta traumatis  Cedera jantung oleh mekanisme
ini di antaranya ruptur, katup,
 Penatalaksanaan Flail Chest  Merupakan penyebab tersering kematian pada tamponade jantung, atau ruptur
1. Amankan jalan napas kecelakaan lalu lintas atau jatuh dari ketinggian. jantung. Yang paling sering terjadi
2. Berikan oksigen Sembilan puluh persen korban mati dengan adalah kontusio miokard.
3. Bantuan ventilasi atau intubasi jika segera. Sisanya yang selamat dimungkinkan Gejalanya seperti nyeri dada,
diperlukan. Perlu diingat bahwa dengan penegakan diagnosis secara dini dan disritmia, atau syok
pneumatoraks biasanya berhubungan pembedahan. kardiogenik(jarang).
dengan flail chest sehingga diperlukan
dekompresi dada.  Riwayat kejadian sangatlah penting mengingat  Penatalaksanaan :
4. Segera rujuk ke rumah sakit yang memadai kadang-kadang tidak ditemukannya tanda-
5. Pasang IV line. Berikan cairan dalam jumlah tanda cedera toraks yang jelas pada pasien ini. 1. Berikan oksigen
yang terbatas mengingat pemberian Adapun beberapa tanda yang mungkin 2. Pasang IV line
cairan segera berlebihan dapat ditemukan adalah hipertensi pada ekstremitas
memperburuk keadaan hipoksemia atas dan denyut nadi yang menurun pada 3. Monitoring jantung
6. Menstabilkan segmen dengan tekanan
ekstremitas bawah. Obati distrimia bila terjadi.
manual kemudian dengan pembalut yang 4.
diplester pada dinding dada. Hal ini  Penatalaksanaan :
biasanya tidak diperlukan sampai pasien
distabilkan pada backboard. Pada saat 1. Amankan jalan napas
melakukan log-rolling sebaiknya tidak
dilakukan penekanan manual karena 2. Berikan oksigen
membahayakan vertebrata yang tidak 3. Rujuk segera ke rumah sakit yang memadai
stabil.
7. Monitoring jantung. Flail chest sering 4. Pasang IV line
berhubungan dengan trauma myocardial
Lanjutan...

8. Cedera thrakea dan 9. Ruptur Diafragma 10. Cedera Esofagus


bronkhus  Dapat disebabkan oleh pukulan  Disebabkan oleh trauma tembus
hebat di daerah abdomen.
 Cedera ini bisa dihasilkan oleh trauma tembus
atau trauma tumpul  Penatalaksaan biasanya ditujukan
 Tanda-tandanya suara napas
terlebih dahulu pada cedera jalan
Tanda-tanda terjadinya ruptur akibat trauma menurun dan adanya bising usus bila

napas atau vaskuler yang
tumpul atau tembus adalah emfimisme isi rongga abdomen masuk dalam
subkutan di dada, wajah, atau leher, jumlah besar ke dalam rongga toraks menyertai. Bagaiman pun, cedera
pneumotoraks atau hemotoraks. esofagus dapat menimbulkan
 Penatalaksanaan : kematian bila tidak terdeteksi saat
 Penatalaksanaan jalan napas pada
cedera trakhea : 1. Amankan jalan napas perawatan di rumah sakit.
2. Berikan oksigen
1. Pemasangan tube endothrakeal sampai
melewati daerah ruptur. 3. Rujukan korban ke rumah sakit yang memadai
11. Kontusi Paru
2. intervensi pembedahan emergensi 4. Pasang IV line. Cedera lainnya dapat
 Disebabkan oleh trauma.
diperlukan untuk mengamankan jalan menyertai dan hipolovemia dapat terjadi.
 Lebam pada paru-paru dapat
napas. menyebabkan hipoksemia.

3. rujuk segera ke rumah sakit. Juga perlu  Penatalaksaan :


diperhatikan adanya tanda-tanda 1. Terdiri dari intubasi sesuai indikasi,
pneumatoraks dan hemotoraks.
2. Pemberian oksigen,

3. Pemasangan IV line dan rujuk


MANIFESTASI KLINIS
Tamponade jantung : Hematotoraks : Pneumothoraks :
1. Trauma tajam didaerah 1. Pada WSD darah yang 1. nyeri dada mendadak dan
perikardium atau yang sesak napas
diperkirakan menembus keluar cukup banyak dari
jantung. WSD. 2. gagal pernapasan dengan
sianosis
2. Gelisah. 2. Gangguan pernapasan
(FKUI,1995). 3. kolaps sirkulasi
3. Pucat, keringat dingin.
4. dada atau sisi yang terkena
4. Peninggian TVJ tekanan lebih resonan pada perkusi dan
vena jugularis). suara napas yang terdengar
jauh atau tidak terdengar sama
5. Pekak jantung melebar.
sekali.
6. Bunyi jantung melemah. 5. pada auskultasi terdengar bunyi
7. Terdapat tanda-tanda klik(ovedoff,2002)
paradoxical pulse
pressure.
8. ECG terdapat low
voltage seluruh lead.
9. Perikardiosentesis keluar
darah (FKUI, 1995).
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Anamnesa dan Pemeriksaan Fisik
2. Radiologi : Foto Thorax (AP)
3. Gas Darah Arteri (GDA) dan Ph
4. CT-Scan
5. Ekhokardiografi
6. EKG (Elektrokardiografi)
7. Angiografi
8. Hb (Hemoglobin)
PENATALAKSANAAN
1. Gawat Darurat / Pertolongan Pertama
a. Pemeriksaan dan Pembebasan Jalan Napas (Air-Way)
b. Pemeriksaan dan Penanganan Masalah Usaha Napas (Breathing)
c. Pemeriksaan dan Penanganan Masalah Siskulasi (Circulation)
d. Tindakan Kolaboratif
2. Konservatif
a. Pemberian Analgetik
b. Pemasangan Plak / Plester
c. Jika Perlu Antibiotika
d. Fisiotherapy
3. Invasif / Operatif
a. WSD (Water Seal Drainage)
b. Ventilator
KOMPLIKASI

1. Surgical Emfisema Subcutis


2. Cedera Vaskuler
3. Pneumothorak
4. Pleura Effusion
5. Plail Chest
6. Hemopneumothorak
KONSEP KEPERAWATAN
A. Pengkajian Primer B. Pengkajian Sekunder

a. Aktivitas istirahat
C. DIAGNOSA
Gawat Darurat / KEPERAWATAN
Konservatif Gejala : dipnea dengan aktivitas ataupun
Pertolongan Pertama istirahat.
1. Gangguan Perfusi Jaringan
berhubungan dengan Hipoksia, tidak
1. Pemberian adekuatnya pengangkutan oksigen ke
1. AIRWAY b. Sirkulasi
Analgetik jaringan
Trauma ini diketahui apabila ada Tanda : Takikardia ; disritmia ; irama jantung
2. Pemasangan Plak / 2. Ketidakefektifan pola pernapasan
sumbatan napas atas (stridor), gallops, nadi apical berpindah, tanda Homman
Pleste berhubungan dengan ekpansi paru
adanya tanda perubahan kualitas ; TD : hipotensi/hipertensi ; DVJ. yang tidak maksimal karena trauma,
suara dan trauma yang luas pada 3. Jika Perlu hipoventilasi
daerah leher akan menyebabkan Antibiotika c. Integritas ego
terabanya defek pada regio sendi 3. Ketidakefektifan bersihan jalan napas
sternoclavikula. 4. Fisiotherapy Tanda : ketakutan atau gelisah. berhubungan dengan peningkatan
sekresi sekret dan penurunan batuk
d. Makanan dan cairan
2. BREATHING 5. Invasif / Operatif sekunder akibat nyeri dan keletihan
Tanda : adanya pemasangan IV vena sentral/infuse Perubahan kenyamanan : Nyeri
Dada dan leher penderita harus terbuka a. WSD (Water 4.
tekanan. berhubungan dengan trauma jaringan
selama dilakukan penilaian breathing dan Seal Drainage)
vena-vena leher. Pergerakan pernapasan dan reflek spasme otot sekunder.
e. Nyeri/ketidaknyamanan
dan kualitas pernapasan pernapasan b. Ventilator
dinilai dengan diobservasi, palpasi dan 5. Resiko terjadinya syok Hipovolemia
Gejala : nyeri uni lateral, timbul tiba-tiba selama berhubungan dengan perdarahan
didengarkan. batuk atau regangan, tajam dan nyeri, menusuk- yang berlebihan, pindahnya cairan
nusuk yang diperberat oleh napas dalam, intravaskuler ke ekstravaskuler
3. CIRCULATION kemungkinan menyebar ke leher, bahu dan
abdomen. Tanda : berhati-hati pada area yang 6. Kerusakan integritas kulit berhubungan
Pemeriksaan sirkulasi mencakup sakit, perilaku distraksi, mengkerutkan wajah. dengan trauma mekanik terpasang
kondisi denyut nadi, bunyi jantung, bullow drainage
tekanan darah, vaskularisasi f. Keamanan
7. Hambatan mobilitas fisik berhubungan
perifer, serta kondisi perdarahan. Gejala : adanya trauma dada ; radiasi/kemoterapi dengan ketidakcukupan kekuatan dan
untuk keganasan. ketahanan untuk ambulasi dengan alat
eksternal.
g. Penyuluhan/pembelajaran

Gejala : riwayat factor risiko keluarga, TBC, kanker ;


adanya bedah intratorakal/biopsy paru.
D. INTERVENSI
NO DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL

1. Setelah diberikan asuhan 1. Deteksi dini untuk mempriotaskan intervensi,


keperawatan 1. Kaji faktor penyebab dari mengkaji status neurologi tanda-tanda
Gangguan perfusi
diharapkan dapat situasi/keadaan individu penyebab kegagalan untuk memnentukan perawatan
jaringan berhubungan mempertahankan perfusi penurunan perfusi jaringan kegawatan atau tindakan pembedahan
dengan Hipoksia, jaringan dengan, Kriteria 2. Monitor gcs dan mencatatnya 2. Menganalisa tingkat kesadaran
1.
tidakadekuatnya hasil : 3. Monitor keadaan umum pasien 3. Memberikan informasi tentang
pengangkutan oksigen 2. Tanda –tanda vital 4. Berikan oksigen tambahan sesuai derajat/keadekuatan perfusi jaringan dan
ke jaringan dalam batas normal indikasi membantu menentukan keb.intervensi
3. Kesadaran meningkat 5. Kolaborasi pengawasan hasil 4. Memaksimalkan transport oksigen ke jaringan
4. Menunjukan perfusi pemeriksaan laboraturium 5. Mengidentifikasi defisiensi dan kebutuhan
adekuat pengobatan/respons terhadap terapi.

1. Berikan posisi yang nyaman, biasanya


Setelah diberikan asuhan dengan peninggian kepala tempat
1. Meningkatkan inspirasi maksimal,
keperawatan diharapkan tidur. Balik ke sisi yang sakit. Dorong
meningkatkan ekspansi paru da ventilasi pada
dapat klien untuk duduk sebanyak
sisi yang tidak sakit.
mempertahankan jalan kemungkinan.
2. Distress pernapasan dan perubahan pada
Ketidakefektifan pola nafas pasien dengan 2. Observasi fungsi penapasan, catat
tanda vital dapat terjadi sebagai akibat stress
pernapasan Kriteria hasil : frekuensi, dispnea atau perubahan
fisioogi dan nyeri atau dapat menunjukan
1. Mengalami perbaikan tanda-tanda vital.
berhubungan dengan terjadinya syock sehubungan dengan hipoksi.
2. pertukaran gas-gas 3. Jelaskan pada klien bahwa tindakan
ekpansi paru yang tidak 3. Pengetahuan apa yang di harapkan dapat
pada paru tersebut dilakukan untuk menjamin
maksimal karena mengurangi ansietas dan mengembangkan
2. Memperlihatkan keamanan
trauma, hipoventilasi kepatuhan klien terhadap rencana terauptik.
frekuensi pernapasan 4. Pertahankan perilaku tenang, bantu
4. Membantu klien mengalami efek fisiologi
yang efektive pasien untuk kontrol diri dengan
hipoksia, yang dapat dimanifestasikan sebagai
3. Adaptive mengatasi menggunakan pernapasan lebih
anastesi.
faktor-faktor penyebab lambat dan dalam.
5. Perhatikan alat bullow drainase
berfungsi baik, cek setiap 1-2 jam
1. Jelaskan klien tentang kegunaan
Setelah diberikan asuhan 1. Pengetahuan yang diharapkan akan
batuk yang efektif dan mengapa
keperawatan selama membantu mengembangkan kepatuhan
terdapat penumpukan sekret di
diharapkan jalan klien terhadap rencana teraupetik
saluran Pernapasan
Ketidakefektian nafas pasien normal, 2. Batuk yang tidak terkontrol adalah
2. Ajarkan klien tentang metode yang
bersihan jalan napas dengan melelahkan dan tidakefektif
tepat pengontrolan batuk
berhubungan dengan Kriteria hasil : 3. Pengkajianini membantu mengevaluasi
3. Auskultasi paru sebelum dan
3. peningkatan sekresi 1. Menunjukkan batuk keefektifan upaya Batuk klien
sesudah klien batuk
sekret dan penurunan yang efektif. 4. Hiegene mulut yang baik meningkatkan rasa
4. Dorong atau berikankeperawatan
batuk sekunder akibat 2. Tidak ada lagi kesejahteraan dan mencegah bau mulut
mulut yang baik setelah batuk
nyeri dan keletihan. penumpukan sekret di 5. Expectorant untuk memudahkan
5. Kolaborasi dengan tim kesehatan
saluran pernapasan mengeluarkan lendir dan mengeluarkan
lain pemberian antibiotik atau
3. Klien tampak nyaman. perbaikan kondisi klien atas pengembangan
expectorant.
parunya

1. Pendekatan dengan menggunakan relaksasi


1. jelaskan dan bantu klien dengan
dan nonfarmakologi lainnya telah
tindakan pereda nyeri
menunjukan keefektifan dalam mengurangi
nonformakalogi dan non invasie
nyeri
2. berikan kesempatan waktu istirahat
Setelah diberikan asuhan 2. Istirahat akan merelaksasi semua jaringan
bila terasa nyeri dan berikan posisi
keperawatan selama sehingga akan meningkatkan kenyamanan
yang nyaman misal waktu tidur
diharapkan nyeri berkurang 3. Pengetahuan yang akan dirasakan
3. Tingkatkan pengetahuan tentang
Nyeri berhubungan dengan kriteria hasil membantu mengurangi nyerinya. Dan dapat
sebab-sebab dan menghubungkan
dengan trauma 1. Nyeri berkurang/dapat membantu mengembangkan kepatuhan
berapa lama nyeri akan
4. jaringan dan reflek diatasi klien terhadap rencana teurapetik analgetik
berlangsung
spasme otot sekunder 2. Dapat mengidentifikasi memblok lintasan nyeri sehingga nyeri akan
4. kolaborasi dengan dokter
aktivitas yang berkurang
pemberian analgetik
meningkatkan/ 4. Analgetik memblok lintasan nyeri sehingga
5. observasi tingkat nyeri dan respon
menurunkan nyeri nyeri berkurang
motorik klien, 30 menit setelah
3. Pasien tidak gelisah 5. Pengkajian yang optimal akan memberikan
pemberian obat analgenetik untuk
perawat data yang obyektif untuk
mengkaji efektivitasnya. Serta setiap
mencegah kemungkinan komplikasi dan
1-2 jam setelah tindakan perawatan
melakukan intervensi yang tepat
selama 1-2 hari
1. Untuk memonitor kondisi pasien selama perawatan
1. Monitor keadaan umum pasien terutama saat terjadi perdarahan, perawat segera
2. Observasi vital sign setiap 3 jam mengetahui tanda-tanda presyok/syok
Setelah di berikan
Resiko terjadinya atau lebih. 2. Perawat perlu terus mengobservasi vital sign untuk
asuhan keperawatan
syok hipovolemia 3. Jelaskan pada pasien dan memastikan tidak terjadi presyok/syok
selama diharapkan klien
berhubungan keluarga tanda perdarahan, 3. Dengan melibatkan pasien pasien dan keluarga
tidak mengalami syok
dengan pendarahan dan segera laporkan jika terjadi maka tanda-tanda perdarahan dapat segera
5. hipolovemik dengan
yang berlebihan, perdarahan diketahui dan tindakan yang cepat dan tepat dapat
kriteria hasil: tanda vital
pindahnya cairan 4. Kolaborasi: pemberian cairan segera diberikan
dalam batas normal (N:
intravaskuler ke intervena 4. Cairan intravena diperlukan untuk mengatasi
120-60 x/menit,S: 36-
ekstravaskule 5. Kolaborasi: pemeriksaan: kehilangan cairan tubuh secara hebat
30C, RR;20xmenit)
hb,pvc,trombosit 5. Untuk mengetahui tingkat kebocoran pembuluh
darah yang dialami pasien untuk acuan melakukan
tindakan lebih lanjut

Setelah diberikan
asuhan keperawatan
selama diharapkan
1. Kaji kulit identifikasi pada tahap
dapat mencapai 1. Mengetahui sejauh mana perkembangan luka
perkembangan luka
penyembuhan luka mempermudah dalam melakukan tindakan yang
2. Kaji lokasi,
pada waktu yang tepat
ukuran,warna,bau,serta jumlah
Kerusakan integritas sesuai. 2. Mengidentifikasi tingkat keparahan luka akan
dan type cairan luka
kulit berhubungan Kriteria hasil: mempermudah intervensi
3. Pantau peningkatan suhu tubuh
6. dengan trauma 1. Tidak ada tanda- 3. Suhu tubuh yang meningkat dapat diidentifikasi
4. Berikan perawatan luka dengan
mekanik terpasang tanda seperti apa sebagai adanya proses peradangan
teknik aseptik. Balut luka
bullowdrainage 2. Luka bersih tidak 4. Teknik aseptik membantu mempercepat
dengan kasa kering dan
lembab dan tidak penyembuhan luka dan mencegah terjadinya infeksi
gunakan plester kertas
kotor 5. Agar benda asing atau jaringan yang terinfeksi tidak
5. Kolaborasi tindakan lanjutan
3. Tanda-tanda vital menyebar luas pada area kulit normal lainnya.
seperti melakukan debrimen
dalam batas normal
atau dapat
ditoleransi
KESIMPULAN

Trauma Dada / Thorax adalah suatu kondisi dimana


terjadinya benturan baik tumpul maupun tajam pada dada atau
dinding thorax, yang menyebabkan abnormalitas (bentuk) pada
rangka thorax. Perubahan bentuk pada thorax akibat trauma dapat
menyebabkan gangguan fungsi atau cedera pada organ bagian
dalam rongga thorax seperti jantung dan paru-paru, sehingga dapat
terjadi beberapa kondisi patologis traumatik seperti Haematothorax,
Pneumothorax, Tamponade Jantung, dan sebagainya.

Anda mungkin juga menyukai