• Stabilitas dari formulasi sediaan selama masa simpan sangat berpengaruh terhadap
kondisi dan fungsi sediaan tersebut. Adanya perubahan dalam karakteristik fisik,
kimia, mikrobiologi dan terapeutik dari tiap komponen obat baik zat aktif maupun
eksipien akan mengarahkan pada ketidakstabilan. (Naveed dkk, 2016).
• Dikarenakan alasan inilah selama merancang dan mengembangkan bentuk sediaan obat
baru diharuskan ada pertimbangan khusus bahwa zat aktif maupun eksipien harus
tetap stabil dan dapat mempertahankan karakteristiknya selama masa penyimpanan
dan tiap produk harus mengandung tidak kurang dari 90% dari aktivitas
terapeutiknya, mengandung setidaknya 90% dari konsentrasi yang dicantumkan,
tidak ada perubahan yang terlihat, seperti pemudaran, pengendapan dan pembentukan bau
yang tidak sedap, serta tidak menyebabkan toksisitas dan iritasi (Naveed dkk, 2016).
Sumber : Naveed S., Basheer S., Qamar F. 2016. Stability of a dosage form and forced
degradation studies. Journal of Bioequivalence and Bioavailability 8(4): 191-193
• Stabilitas dari formulasi sediaan selama masa simpan sangat berpengaruh terhadap
kondisi dan fungsi sediaan tersebut. Adanya perubahan dalam karakteristik fisik,
kimia, mikrobiologi dan terapeutik dari tiap komponen obat baik zat aktif maupun
eksipien akan mengarahkan pada ketidakstabilan. (Naveed dkk, 2016).
• Dikarenakan alasan inilah selama merancang dan mengembangkan bentuk sediaan obat
baru diharuskan ada pertimbangan khusus bahwa zat aktif maupun eksipien harus
tetap stabil dan dapat mempertahankan karakteristiknya selama masa penyimpanan
dan tiap produk harus mengandung tidak kurang dari 90% dari aktivitas
terapeutiknya, mengandung setidaknya 90% dari konsentrasi yang dicantumkan,
tidak ada perubahan yang terlihat, seperti pemudaran, pengendapan dan pembentukan bau
yang tidak sedap, serta tidak menyebabkan toksisitas dan iritasi (Naveed dkk, 2016).
Sumber : Naveed S., Basheer S., Qamar F. 2016. Stability of a dosage form and forced
degradation studies. Journal of Bioequivalence and Bioavailability 8(4): 191-193
• Krim adalah sediaan semi-solid mengandung satu atau lebih bahan yang
dilarutkan atau didispersikan dalam baik sebuah emulsi minyak dalam air (M/A)
atau air dalam minyak (A/M) (Ansel, 2011).
Sumber :
Ansel, H., Allen, L., Popovich, N., 2011. Ansel’s pharmaceutical dosage forms and drug delivery systems, 9th Edition, pp 398, Lippincott
Williams & Wilkins, Baltimore.
Nurdianti dkk. 2016. Uji aktivitas antioksidan krim ekstrak daun mangga terhadap dpph. Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada Vol. 16(1): 50-56.
http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37271/1/TALITHA%20AMANDA%20SHABRINA-FKIK.pdf
• Setil alkohol
Memiliki organoleptis berupa lilin putih dengan bau khas dan rasa yang tawar.
Mudah larut dalam eanol 95% dan eter, kelarutan meningkat seiring
meningkatnya suhu, praktis tidak larut dalam air. Bercampur dengan leburan
lemak lain, paraffin cair dan padat dan isopropyl miristat. Titik lebur sebesar 45-
52oC. Stabil dengan adanya asam, basa, cahaya dan udara, tidak menjadi
tengik. Penyimpanan di dalam wadah tertutup rapat dan kering. Dalam sediaan
krim digunakan karena efek emollient, menyerap air, dan sebagai emulgator
(2-5%) (Rowe, dkk., 2009).
• Parafin cair
Berupa cairan berminyak kental, tak berwarna, transparan, tanpa fluorosensi
dalam cahaya siang hari. Praktis tidak berasa dan tidak berbau saat dalam
keadaan dingin dan memiliki bau samar seperti petroleum saat dipanaskan. Praktis
tidak larut dalam etanol 95%, gliserin, dan air; larut dalam aseton, benzena,
kloroform, karbon disulfide, eter, dan petroleum eter. Bercampur dengan minyak
atsiri. Titik didih sebesar >360oC. Mengalami oksidasi saat terpapar panas dan
cahaya, ditandai dengan pembentukan aldehida dan asam organik yang dapat
mengubah rasa dan bau, dan dapat disimpan di dalam wadah tertutup rapat,
terlindung dari cahaya dan kering. Paling banyak digunakan dalam sediaan topikal
dikarenakan karakteristik emoliennya. Dalam emulsi m/a digunakan sebagai
pelarut (1-32%) (Rowe, et al,2009).
Sumber : Rowe, R.C. dkk. 2009. Handbook of pharmaceutical excipients, 6th Ed., The Pharmaceutical Press, London.
• Propilen glikol
Merupakan cairan kental, tidak berbau, tidak berwarna dan jernih, serta memiliki rasa yang manis dengan sedikit rasa
asam yang menyerupai gliserin. Bercampur dengan aseton, kloroform, etanol 95%, gliserin, dan air; larut dalam eter.
Dalam suhu ruang dan wadah tertutup rapat merupakan bahan yang stabil, namun pada suhu tinggi dan keadaan
terbuka cenderung untuk mengalami oksidasi. Bersifat higroskopis dan harus disimpan dalam wadah tertutup
rapat, terlindung cahaya dan kering. Dalam formulasi topikal dan kosmetik, propilen glikol digunakan umumnya
karena karakteristik humektan (15%) dan juga sebagai kosolven (5-80%) (Rowe, et al,2009).
• Na Luril Sulfat
Terdiri atas kristal berwarna kuning pucat atau putih, memiliki rasa lembut, rasa pahit, dan bau samar senyawa
lemak. Mudah larut dalam air, menghasilkan larutan yang keruh, praktis tidak larut dalam kloroform dan eter. NLS
merupakan senyawa yang stabil pada kondisi penyimpanan yang normal, namun dalam larutan dengan pH 2,5
atau lebih kecil akan mengalami hidrolisis menjadi laurel alcohol dan natrium bisulfate. Dapat digunakan
sebagai emulgator anionik pada konsentrasi 0,5-2,5% (Rowe, dkk,2009).
• Metil paraben
Organoleptis berupa serbuk kristalin putih, tidak berbau dan memiliki rasa seperti terbakar. Mudah larut dalam
etanol 95% dan propilen glikol, agak sukar larut dalam gliserin dan air, praktis tidak larut dalam minyak mineral.
Pada pH di atas 8, dalam bentuk larutan akan cepat mengalami hidrolisis. Banyak digunakan sebagai pengawet (0,02-
0,3%) dan memiliki aktivitas antimikroba pada pH 4-8 (Rowe, dkk,2009).
• Propil Paraben
Memiliki penampakan berupa serbuk kristalin putih, tidak berbau dan tidak berwarna. Mudah larut dalam aseton,
eter, propilen glikol, etanol 95%, sukar larut dalam gliserin, sangat sukar larut dalam air. Pada pH di atas 8, dalam
bentuk larutan akan cepat mengalami hidrolisis. Banyak digunakan sebagai pengawet (0,01-0,6%) dan memiliki
aktivitas antimikroba pada pH 4-8 (Rowe, dkk,2009).
• Aquadest
Berupa cairan jernih, tidak berwarna dan tidak berbau. Merupakan bahan yang stabil dan memiliki titik didih
sebesar 100oC (FI V, 2014).
Sumber : Rowe, R.C. dkk. 2009. Handbook of pharmaceutical excipients, 6th Ed., The Pharmaceutical Press, London.
Uji stabilitas dipercepat
• Uji stabilitas dipercepat
• Salah satu metode studi stabilitas adalah uji stabilitas dipercepat
(Accelerated Stability Test). Studi ini menggunakan kondisi penyimpanan
yang melebihi kondisi umum, hal ini dilakukan untuk meningkatkan
kecepatan degradasi fisik dan kimia sehingga proses pengamatan reaksi
degradasi dan memprediksi masa simpan dapat dilakukan lebih cepat
(Younis, dll, 2015).
• Sediaan krim disimpan dalam oven pada suhu 40±2oC selama periode 3
bulan. Sediaan diamati stabilitasnya baik fisika dan kimia pada hari ke-0, 3,
7, 15, 30, 60 dan 90 hari (A.R. Baby, dkk, 2007).
Sumber :
A.R. Baby dkk. 2007. Accelerated chemical stability data of o/w fluid emulsions containing the extract of trichilia catigua ade. juss (and) ptychopetalum
olacoides bentham. Brazilian Journal of Pharmaceutical Sciences, Vol. 43(3):405-412.
Uji stabilitas fisik
• Uji Organoleptis
Pengamatan organoleptis dilakukan dengan mengamati sediaan krim secara
visual dari segi warna, homogenitas, dan tekstur. Proses dilakukan pada hari
ke- 0 dan pada setiap penyampelan (setelah dilakukan penyimpanan pada suhu
40oC pada hari ke-3, 7, 15, 30, 60 dan 90, hasil yang teramati diharapkan tetap
memiliki warna putih, harum, tidak lengket dan mudah tersebar dalam artian
tekstur dan homogenitasnya stabil sebagaimana hari ke -0 (Khullar dkk, 2012).
• Uji pH
Sebanyak 10 gram sampel sediaan diukur pHnya menggunakan alat pH meter.
Elektroda dicelupkan ke dalam sediaan dan pH yang muncul dilayar yang stabil
dicatat dan proses dilakukan secara triplo. Pengukuran dilakukan terhadap
sediaan pada suhu ruang (25±2oC) (DepKes RI, 1995). Sediaan krim menurut SNI
harus memenuhi rentang pH yang disyaratkan yaitu 3,5-8 (Badan Standar
Nasional, 1998).
Sumber : Badan Standar Nasional, 1998. SNI 16-4954-1998 krim pemutih kulit, BSN, Jakarta.
• Uji Viskositas dan Rheologi
Viskositas dan sifat alir diukur menggunakan viskometer Brookfield
dan menggunakan spindel no. 6, Krim dimasukkan ke dalam wadah
gelas kemudian spindel yang telah dipasang diturunkan sehingga batas
spindel tercelup ke dalam krim. Kecepatan alat dipasang pada 1 rpm, 2 rpm,
3 rpm, 4 rpm, 5 rpm; dilanjutkan 4 rpm, 3 rpm, 2 rpm, 1 rpm; secara
berturur-turut, kemudian dibaca dan dicatat skalanya. Sifat aliran dapat
diperoleh dengan membuat kurva antara tegangan geser (sb. x) terhadap
kecepatan geser (sb. y) (Dewi dkk, 2014).
• Uji Sentrifugasi
Sebanyak 5 gram sampel sediaan dimasukkan ke dalam tabung
sentrifugasi kemudian dilakukan sentrifugasi pada kecepatan 5000 rpm
selama 30 menit, lalu diamati terjadinya pemisahan fasa (Elya, dkk, 2013).
Sumber :
Dewi dkk. 2014. Uji stabilitas fisik formula krim yang mengandung ekstrak kacang kedelai (Glycine max). Pharm Sci Res, Vol 1(3):
194-208.
Elya, dkk. 2013. Antioxidant cream of Solanum lycopersicum L. Pharm Tech Research, Vol. 5(1): 233-238.
Uji Stabilitas Kimia
• Ditimbang seksama krim yang setara dengan 1 mg dan dilarutkan dalam pelarut etil
asetat sebanyak 10 mL pada tube sentrifugasi. Lalu sampel diekstraksi sesuai dengan
metode yang diperoleh pada optimasi ekstraksi. Supernatan dipipet sebanyak 1 mL dan
dimasukkan ke dalam labuukur 10 mL, diencerkan kembali dengan etil asetat sampai
garis tanda. Kemudian dibaca absorbansinya menggunakan spektrofotometer UV-Vis
pada panjang gelombang maksimum.
• Dilakukan perlakuan yang sama terhadap basis. Penetapan kadar ZA dalam krim
dilakukan pengulangan 3 kali dengan penyampelan krim pada bagian atas, tengah dan
bawah wadah. Lalu dihitung waktu simpan sediaan krim pada suhu ruang (25oC).
• Dari hasil pengujian semua step di atas dapat diperoleh dan diketahui stabilitas dari formula
terkait, dan dipilih formula yang paling stabil lah yang digunakan untuk lanjut ke step 3
penentuan uji stabilitas berikutnya.
Sumber : A.R. Baby dkk. 2007. Accelerated chemical stability data of o/w fluid emulsions containing the extract of trichilia catigua ade. juss (and)
ptychopetalum olacoides bentham. Brazilian Journal of Pharmaceutical Sciences, Vol. 43(3):405-412.
STRESS AND ACCELERATED TESTING WITH
SELECTED FORMULATIONS,SELECTION OF
PACKAGING MATERIAL,UP-SCALING PILLOT
PIANT,REGISTRATION BATCHES
(PENGUJIAN STRES DAN DIPERCEPAT DENGAN
FORMULASI TERPILIH, PEMILIHAN BAHAN
KEMASAN, UP-SCALING PILLOT PIANT,
REGISTRASI BATCHES)
Optimalisasi dan validasi prosedur analitis yaitu dengan
Memilih produk degradasi yang terbentuk dibawah
percepatan dan antisipasi jangka panjang pengujian umur
simpan . Pembentukan jalur degradasi dijelaskan melalui
struktur produk degradasi yang dipilih.Identifikasi
kelemahan formulasi dan pengantispasian terhadap
parameter yang mungkin memiliki efek yang dapat
membatasi umur simpan .Identifikasi masalah yang dapat
timbul yaitu permasalahan selama penyimpanan dan
terutama selama pendistribusian.
3.1 Objective
• Pada tahapan ke 3 dilakukan uji dipercepat dan uji tekanan terhadap
formula suspensi terpilih, pemilihan material kemasan, peningkatan
skala pabrik percontohan dan registrasi bets. Hal penting yang harus
ditegakan adalah pemilihan formula dalam tahapan kedua tidak
hanya stabil secara relatif tetapi harus juga stabil dalam uji
toksikologi, uji klinis dan komersilisasi.Tahapan ini berokus kepada
pengembangan analisis sediaan.
• Pada tahapan ini produk obat sedang berada pada proses
pengembangan dengan formulasi, kekuatan, bentuk sediaan, ukuran
bets dan alat yang berbeda – beda. Maka, variasi bets yang berbeda
termasuk di dalam pengujian. Sebuah persyaratan untuk semua bets
ialah penggunaan zat aktif dan eksipien sudah dirilis oleh bagian
kontrol kualitas / quality control
Objektive
Substansi Obat
Produk Obat
Tes accelerated dan tes jangka panjang
• Pemilihan sampel: merupakan representative batch untuk
registration application. Sampel memiliki stabilitas yang
baik setelah 4 minggu release.
• Tes kriteria: Pada tes stabilitas, kriteria obat yang
diinvestigasi adalah kriteria yang berpotensi berubah
selama periode penyimpanan yang sangat penting untuk
kualitas, keamanan dan efikasi obat.
• Prosedur analitikal: Prosedur analitikal harus stabilitas
spesifik dan tervalidasi penuh speerti spesifisias, linearitas
substasi obat dengan produk dekomposisi dan akurasi
substasi obat dengan produk dekomposisi
• Kondisi penyimpanan
• Material Packaging: untuk sediaan semisolid
yang biasa digunakan adalah aluminium tube
dengan bagian dalam terlapisi, plastic tube dan
container plastic dengan megikuti kondisi zona
klimat
Step 5: Ongoing Stability Testing (Pengujian
Stabilitas yang Berkelanjutan)