Anda di halaman 1dari 18

ASUHAN KEPERAWATAN PADA

PASIEN GLUMERULONEFRITIS

EKO RUSTAMAJI W, SST,M.TR.KEP


PENGERTIAN
• GLUMERULONEFRITIS Adalah inflamasi pada glomerulus
ginjal; dimana proses inflamasi ini dapat terjadi akibat
reaksi imun dan non imun, bersifat Akut, Laten atau Kronis
Glomerulonefritis Akut/Konis (GNA/K)
ETIOLOGI
• PRIMER (Respon Imun terhadap Patogen, Etiologi belum diketahui)
1. Streptococcus group A Beta Hemolitikus
2. Syphilis, Abses viseral, Endocarditis bacterial, Hepatitis,
Mononucleosis infeksi
3. Measles, Mumps, Cytomegalovial infection
4. Beberapa parasit, jamur, infeksi virus
• SEKUNDER ( Berkaitan dengan infeksi sistemik)
1. SLE, Progresive systemic sclerosis, Trombositopenia purpura
2. Gagal ginjal post partum, Goodpasture’s syndrome
3. Wegner’s granulomatosis
4. Polyarteritis nodusa, Hemolitic uremic sindrome
KLASIFIKASI

• Glomerulo Nefritis Akut (GNA)


Diperkirakan 95% akan sembuh sempurna dan 2%
menjadi glomerulonefritis kronis.
• Glomerulo Nefritis Kronis
Menurunnya fungsi ginjal dapat berlangsung perlahan–lahan, tetapi
kadang kadang dapat berlangsung cepat dan berakhir dengan
kematian akibat uremia dalam beberapa bulan. Sering kematian
terjadi dalam waktu 5–10 tahun tergantung kepada kerusakan ginjal.
GLOMERULO NEFRITIS AKUT

• Glomerulo Nefritis Akut (GNA) adalah istilah yang secara luas


digunakan yang mengacu pada sekelompok penyakit ginjal
dimana inflamasi terjadi di glomerulus. (Brunner & Suddarth,
2001).
• Glomerulo Nefritis Akut (GNA) adalah suatu reaksi imunologis
ginjal terhadap bakteri / virus tertentu. (Ngastiyah, 2005).
• GNA biasannya berasal dari infeksi streptococcus (infeksi
saluran nafas/Kulit) dan sering terjadi pada PRA Sekolah dan
sekolah.
MANIFESTASI KLINIS

 Riwayat faringitis / tonsilitis sebelumnya disertai demam


 Anoreksia malnutrisi
 Sakit kepala
 Malese
 Edema, sembab ( kelopak mata,dada dan genetalia)
 Nyeri panggul
 Hipertensi
 Nyeri tekan pada diseluruh sudut konrovetebral (CVA)
 oliguria
EVALUASI DIAGNOSTIK

• Hematuria (mikroskopik dan makroskopik)


• Uri n berwarna cola  sel darah mera dan sedimen
protein.
• Proteinuria,
• BUN dan Kreatin meningkat
• Hb menurun karena anemia
PENATALAKSANAAN
Terapi Antibiotik Long Term Penicillin, dan pasien harus
terhindar dari infeksi, karena dapat meninmbulkan nefriti
Pasien harus bed-rest sampai manifestasi klinik hilang {urin
jernih, BUN, Kreatinin dan Tekanan darah normal)
 DIET • Rendah protein jika kadar BUN dan Creatinin dalam
serum meningkat • Tinggi Karbohidrat • Rendah Garam
 Intake dan Out-put harus diukur, kontrol cairan & hypertensi,
berikan obat antihipertensi jika diperlukan
Kaji edema dan timbang BB setiap hari
Jika over load berikan diuretik
Observasi tanda-tanda vital waspada terhadap
adanya CHF
Jika sudah ambulasi: Monitor protein ure dan hematuria
jika meningkat bedrest tetap dijalankan. Jika
ambulasi dapat ditolelir pasien boleh pulang
GLUMERULONEFRITIS KRONIS
• Biasannya lanjutan dari GNA
• Penyebab bervariasi: Perjalanan Cepat dan Perjalanan Lambat
• Gejala Yang dapat dilihat:
 Kelelahan
 Kelemahan
 Penglihatan ganda
 Sakit kepala (terutama pada pagi hari)
 Dypsnoe
 Nochturia
 Edema
 Kehilangan BB
• Pada Stadium Dini: Hasil urine analisa; Albumin, sedimen dalam darah dan test fungsi ginjal
masih dalam taraf normal
• Pada Stadium Lanjut: Hematuria dan protein urea menurun, dan kadar nitrogen non protein
dalam darah meningkat
MANIFESTASI KLINIS
1. Nyeri tumpul pinggang belakang
2. Sakit kepala, hipertensi
3. Perubahan vaskuler atau perdarahan mata pada retina
4. Terjadi perdarahan hidung, stroke dan kejang yg terjadi secara mendadak.
5. Dysuria
6. Menurun output urine
7. Kesulitan bernafas , Orthopnea
8. Nocturnal/dyspnea pada saat pengerahan tenaga
9. Perubahan BB,
10. Edema pada wajah, kelopok mata, tangan dan jaringan perifer
11. Fatigue dan malaise
12. Anoreksia, nausea dan/muntah
13. Peningkatan kadar BUN dan Kreatinin serum
14. urine berwana merah ke coklat-coklatan.
15. Seiring berkembagya GNK tada dan gejala insufisiensi renal dan GGK dapat terjadi
• Bed-rest total

• Monitor TTV setiap 4 jam

• Monitor BUN, Creatinin dan Protein urine

• pembatasan cairan

• Monitor intake-Output

• Diet: Pembatasan cairan dan Na, tinggi KH & rendah protein, Rendah K Bila Ada gagal ginjal.

• Antibiotik jika ada infeksi

• Korticosteroid & Cytotoxic

• Anti Hypertensi

• Diuretik

• Dialisis dipertimbangkan awal  kondisi fisik optimal, menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit, mengurangi resiko
komplikasi gagal ginjal
PENGKAJIAN
1. Riwayat Kesehatan
• a. Riwayat infeksi streptoccokus beta hemolitikus
• b. Riwayat penyakit SLE dan penyakit autoimun
• c. Riwayat pembedahan dan prosedur invasive
• d. Masalah urologi atau ginjal
• e. Perubahan status berkemih meliputi; Frekwensi berkemih, perubahan
warna, kejernihan dan bau
• f. pengetahuan pasien tentang proses penyakit.
2. Pemeriksaan Fisik
3. Pemeriksaan Diagnostik
a. Urinalisa
b. Urine tampung 24 jam
c. IVP
d. Serum Creatinin
e. Serum Protein
f. Biopsy Ginjal
g. Kultur Lendir tenggorokan dan darah h. EKG
DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Intoleransi aktifitas b.d. kekurangan protein dan disfungsi ginjal.


2. Resiko kelebihan volume cairan b.d. retensi air dan natrium serta disfungsi
ginjal.
3. Resiko terjadi infeksi (ISK, lokal, sistemik) b.d. depresi sistem imun.
4. Resiko gangguan perfusi jaringan: serebral/kardiopulmonal b.d. resiko
krisis hipertensi.
5. Perubahan integritas kulit b.d. imobilisasi, uremia, kerapuhan kapiler dan
edema.
6. Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurangnya informasi
tentang proses penyakit, perawatan dirumah dan instruksi evaluasi.
DIAGNOSA 1

• RENCANA TINDAKAN
1. Monitor adanya penurunan protein scr. Berlebihan (Proteinuria,
Albuminuria)
2. Gunakan diet protein untuk mengganti protein yang hilang
3. Berikan diet tinggi Kalori, diet tinggi KH
4. Anjurkan Bedrest
5. Berikan latihan dalam batas aktifitas yang dianjurkan
6. Rencanakan aktifitas dengan memberikan periode waktu istirahat
DIAGNOSA 2

RENCANA TINDAKAN
1. Monitor dan laporkan tanda dan gejala kelebihan cairan
2. Ukur dan dokumentasikan intake dan output setiap 4 – 8 jam
3. Catat jumlah dan karakteristik urine; laporkan bila ada penurunan output urine pada dokter
4. Timbang BB setiap hari, dengan timbangan dan waktu yang sama
5. Ukur BJ urin setiap 8 jam, lapor bila ada peningkatan
6. Konsultasikan ke ahli diet untuk pembatasan Natrium dan Protein.
7. Berikan cairan sesuai dengan cairan yang hilang 15.Berikan batu es untuk mengontrol haus
8. Monitor hasil pemeriksaan elektrolit, laporkan bila ada ketidaknormalan
9. .Kaji efektifitas pemeberian elektrolit scr. Parenteral/oral
DIAGNOSA 3

RENCANA TINDAKAN

1. Kaji efektifitas pemeberian imunosupresive

2. Monitor serum sel darah merah, antibodi, nilai set T

3. Periksa Temp. suhu tubuh setiap 4 jam

4. Catat karakteristik urine

5. Hindari pemasangan kateter pada saluran perkemihan . Jika dipasang kateter, pertahankan closed gravity drain
system

6. Monitor adanya Tanda & gejala UTI, lakukan tindakan pencegahan UTI

7. Asuskultasi suara paru setiap 4 jam

8. Instruksikan pasien u/ menghindari orang yang menglamai infeksi

9. .Lakukan tindakan untuk mencegah kerusakan kulit

10. Anjurkan untuk ambulasi lebih awal

Anda mungkin juga menyukai