Hapus
Hapus
Umpan balik
Sistem Asuhan Fisioterapi
DIAGNOSE
PLANNING
INTERVENTION
REEVALUATION
PROSES FISIOTERAPI
Assessment includes both the examination of individuals
or groups with actual or potential impairments, functional
limitations, disabilities, or other conditions of health by
history taking, screening and the use of specific tests and
measures and evaluation of the results of the examination
through analysis and synthesis within a process of clinical
reasoning.
Asesmen termasuk pemeriksaan dan evaluasi pada
perorangan atau kelompok, nyata atau yang berpotensi
untuk terjadi kelemahan, keterbatasan fungsi,
ketidakmampuan atau kondisi kesehatan lain dengan cara
pengambilan perjalanan penyakit (history taking),
skreening, test khusus, pengukuran dan evaluasi dari hasil
pemeriksaan melalui analisis dan sintesa dalam sebuah
proses pertimbangan klinis.
ASSESMENT
asesmen
EXAMINATION EVALUATION
( PEMERIKSAAN ) ( EVALUASI )
data gathering anasis & sintesis
Pemeriksaan
Pemeriksaan Evaluasi
• Analisis
Data - data
• Sintesis
Clinical reasoning
ASSESMENT DIAGNOSE
asesmen FISIOTERAPI
EXAMINATION EVALUATION
( PEMERIKSAAN ) ( EVALUASI )
data gathering anasis & sintesis
Diagnose
Diagnosis arises from the examination and
evaluation and represents the outcome of the process
of clinical reasoning. This may be expressed in terms
of movement dysfunction or may encompass
categories of impairments, functional limitations,
abilities/disabilities or syndromes.
Diagnosis ditegakkan dari pemeriksaan dan evaluasi dan
menyatakan hasil dari proses pertimbangan/pemikiran
klinis, dapat berupa pernyataan keadaan disfungsi
gerak, dapat meliputi/mencakup kategori kelemahan,
limitasi fungsi, kemampuan /ketidakmampuan, atau
sindrom
Diagnosa Fisioterapi
• Menunjukkan / mengekpresikan adanya
• Disfungsi gerak dan dapat mencangkup
– Gangguan / kelemahan (impairment),
– Limitasi Fungsi (functional limitations),
– Ketidakmampuan (disabilities ),
– Sindroma ( syndromes ).
Isi diagnose Fisioterapi
• Paling tidak berisikan :
– Pernyataan masalah pasien
misalnya : Gangguan mobilitas sendi, motor
function, kinerja otot, dan ROM, gait, locomotion,
balance, sensory integration, ventilasi, respirasi/gas
exchange, aerobic capacity/indurance
– hubungan dengan sistem, terkait
misalnya : connective tissue, inflamasi lokal,
kerusakan spinal, fraktur, Arthroplasti sendi.
– Contoh
Gangguan Mobilitas sendi, ROM, Gait akibat
adanya Fracture Collum Femuris
Diagnosis (APTA)
• Merupakan pernyataan, label,
• menggambarkan multi dimensi pasien/klien
• Dari tingkat basis ( sel )> tertinggi fungsi
• biasanya : ‘ impact of a condition on
functional at level of the system, especially
the movement system and at the whole
person ‘
Planning begins with determination of the need for
intervention and normally leads to the development of a
plan of intervention, including measurable outcome
goals negotiated in collaboration with the patient/client,
family or care giver. Alternatively it may lead to referral
to another agency in cases which are inappropriate for
physical therapy.
Perencanaan dimulai dengan pertimbangan kebutuhan
intervensi dan biasanya menuntun kepada pengembangan
rencana intervensi, termasuk hasil sesuai dengan tujuan
yang terukur yang disetujui pasien/klien, famili atau
pelayan kesehatan lainnya.
Dapat menjadi pemikiran perencanaan alternatif untuk
dirujuk kepada pihak lain bila dipandang kasusnya tidak
tepat untuk fisioterapi
Perencanaan dimulai dengan pertimbangan
kebutuhan intervensi dan biasanya menuntun
kepada pengembangan rencana intervensi,
termasuk hasil sesuai dengan tujuan yang
terukur yang disetujui pasien/klien, famili atau
pelayan kesehatan lainnya.
Dapat menjadi pemikiran perencanaa alternatif
untuk dirujuk kepada pihak lain bila dipandang
kasusnya tidak tepat untuk fisioterapi
Intervention
is implemented and modified in order to reach agreed
goals and may include manual handling; movement
enhancement; physical, electro-therapeutic and
mechanical agents; functional training; provision of
aids and appliances; patient related instruction and
counselling; documentation and co-ordination, and
communication.
Intervention may also be aimed at prevention of
impairments, functional limitations, disability and
injury including the promotion and maintenance of
health, quality of life, and fitness in all ages and
populations.
Intervensi di-implementasikan dan
dimodifikasikan untuk mencapai tujuan yang
disepakati dan dapat termasuk penanganan secara
manual; peningkatan gerakan; peralatan fisis,
peralatan elektroterapuetis dan peralatan
mekanis; pelatihan fungsional; penentuan
bantuan dan peralatan bantu; instruksi dan
konseling; dokumentasi dan koordinasi,
komunikasi.
Intervensi dapat juga ditujukan pada
pencegahan ketidak-normalan
(kelemahan), keterbatasan fungsi,
ketidakmampuan dan cidera, termasuk
juga peningkatan dan pemeliharaan
kesehatan , kualitas hidup, kebugaran
segala umur dan segala lapisan
masyarakat.
Planning procedure for intervention
• Berdasarkan hasil assesment ( pemeriksaan dan
evaluasi ), serta diagnosa.
• Prognosis yang berhubungan peningkatan kondisi
• Rencana asuhan Fisioterapi, misalnya intensitas,
frekwensi, durasi, urutan dll.
• Selain itu dipertimbangkan komplesitas dan berat-
ringannya kondisi klinis
• mempertimbangkan kemampuan pasien/klien
• Harapan pasien/klien, famili
INTERVENSI
Sampai disini
Diagnosa Musculoskeletal (1)
1. Berpotensi untuk terjadi gangguan kinerja
system muskulo skeletal
2. Gangguan Sikap
3. Gangguan Kinerja otot
4. Gangguan mobilitas sendi, motor function,
kinerja otot, dan ROM yang berkaitan dengan
connective tissue.
5. Gangguan mobilitas sendi, motor function,
kinerja otot, dan ROM yang berkaitan dengan
inflamasi lokal.
Diagnosa Musculoskeletal (2)
6. Gangguan mobilitas sendi, motor function,
kinerja otot, dan ROM yang berkaitan dengan
kerusakan spinal.
7. Gangguan mobilitas sendi, motor function,
kinerja otot, dan ROM yang berkaitan dengan
fraktur.
8. Gangguan mobilitas sendi, motor function,
kinerja otot, dan ROM yang berkaitan dengan
Arthroplasti sendi.
Diagnosa Musculoskeletal (3)
9. Gangguan mobilitas sendi, motor function,
kinerja otot, dan ROM yang berkaitan dengan
bedah tulang atau jaringan lunak.
10. Gangguan mobilitas sendi, motor function,
kinerja otot, ROM, gait, locomotion, balance
yang berkaitan dengan amputasi
Diagnosa Neuromuskular (1)
1.Berpotensi untuk terjadi gangguan kinerja
system neuromuskuler
2. Gangguan Perkembangan Neuromotor
3. Gangguan motor function dan sensory
integration yang berkaitan dengan Non
progressive disorder CNS – congenital atau
pada bayi dan masa anak.
Diagnosa Neuromuskular (2)
4. Gangguan motor function dan sensory
integration yang berkaitan dengan Non
progressive disorder CNS – pada usia dewasa
5. Gangguan motor function dan sensory
integration yang berkaitan dengan progressive
disorder CNS
6. Gangguan Peripheral nerve integrity dan motor
function yang berkaitan dengan Peripheral
Nerve Injury.
Diagnosa Neuromuskular (3)
7. Gangguan motor function dan sensory
integration yang berkaitan dengan Acute atau
Chronic Polyneuropathies.
8. Gangguan motor function dan Peripheral
nerve integration yang berkaitan dengan Non
progressive disorder Spinal Cord.
9. Gangguan kesadaran , ROM, Motor Control
yang berkaitan dengan Coma, Near coma, atau
status vegetative.
Diagnosa Cardiovascular /Pulmonary (1)