Anda di halaman 1dari 42

LAPORAN KASUS

ANESTESI UMUM LAPARASKOPI PADA


PEREMPUAN 41 TAHUN DENGAN
CHOLELITIASIS
Oleh
Zulfadli
0110840217

Pembimbing
dr. Diah Widyanti, Sp.An-KIC
PENDAHULUAN

Anestesi adalah istilah yang Komponen anestesi


di turunkan dari dua kata Anestesi secara umum
yang ideal (trias
Yunani yaitu “an” dan berarti suatu keadaan
anestesi) terdiri dari:
“esthesia”, dan bersama- hilangnya rasa terhadap
sama berarti “hilangnya rasa hipnotik, analgesia
suatu rangsangan.
atau hilangnya sensasi.” dan relaksasi otot.
• Apendisitis merupakan peradangan pada appendiks.
• Bila diagnosis sudah pasti, maka terapi yang paling
tepat yaitu dengan tindakan operatif, yang disebut
apendektomi.
• Penundaan operasi dapat menimbulkan bahaya, antara
lain abses atau perforasi.
• Operasi intra abdominal paling baik dilakukan dengan
anestesia umum endotrakeal.
TINJAUAN PUSTAKA

APENDISITI Peradangan
S pada
apendiks

Umumnya disebabkan oleh infeksi


bakteri, obstruksi lumen
appendiks (fekalit), makanan
Etiologi rendah serat, tumor apendiks, dan
pengikisan mukosa apendiks akibat
parasit seperti E. hystolytica.
Manifestasi Klinis
• Gejala awal yang khas yakni nyeri tumpul di daerah umbilikus atau periumbilikus yang
berhubungan dengan muntah.
• Kemudian nyeri itu akan berpindah ke perut kanan bawah dengan tanda-tanda yang
khas pada appendisitis akut yaitu nyeri pada titik Mc Burney.
• Demam, mules, konstipasi atau diare, perut membengkak, dan ketidakmampuan
mengeluarkan gas, diare
TATALAKSANA

LAPARATOMI
LAPARASKOPI
CO MORBID

HIPONATREMIA HIPOKALEMIA

Perpindahan natrium sangat penting


Perubahan pada konsentrasi Kalium
dalam menyalurkan sinyal-sinyal
dapat menimbulkan gangguan fungsi
listrik. Terlalu banyak atau sedikit
saraf dan kardiovaskular yang
natrium dapat menyebabkan
mengancam jiwa.
kerusakan sel.

Konsentrasi rendah menyebabkan


Hipokalemia kronik ringan (3–3.5
edema otak yang dapat bermanifestasi
mEq/L) tanpa perubahan EKG tidak
intraoperatif yaitu penurunan MAC
terlihat meningkatkan resiko
(Minimum Alveolar Concentration) atau
anestesi.
agitasi, konfusi, somnolen postoperatif
LAPAROSKOPI

LAPAROSKOPI adalah
sebuah prosedur
pembedahan minimally
invasive dengan
memasukkan gas CO2 ke
dalam rongga peritoneum
(pneumoperitoneum)
untuk membuat ruang
antara dinding depan
perut dan organ viscera. Gambar 1. Posisi Trokar Pada
Laparoskopi Apendiktomi
Insuflasi karbon dioksida (CO2) intra
peritoneum yang menimbulkan
Perubahan posisi pasien
Pneumoperitonium
↓ ↓
↑ tekanan intra-abdomen Posisi tredelenburg
↑ resistensi pembuluh darah (CO
menurun dan TD meningkat)

Dampak
fisiologi
laparoskopi
Efek absorpsi sistemik CO2

Hiperkarbia Pengaruh refleks
peningkatan tonus vagus
merangsang sistem saraf simpatis,
yang akan ↑ TD, HR, kemungkinan
disritmia dan asidosis respiratori
TEKNIK ANESTESI PADA
LAPAROSKOPI
Infiltrasi
anestesi Anestesi Anestesi
lokal dengan epidural dan umum
sedatif spinal
intravena
ANESTESI UMUM

 Anestesi umum adalah tindakan untuk menghilangkan nyeri secara sentral disertai
dengan hilangnya kesadaran dan bersifat pulih kembali atau reversible.
• Tujuan Anestesi
1. Hipnotik atau sedasi: hilangnya kesadaran
2. Analgesik: hilangnya respon terhadap nyeri
3. Relaksasi otot
ANESTESI UMUM

1. Adanya resiko regurgitasi yang disebabkan peningkatan tekanan


intraabdominal saat insuflasi
2. Perlunya ventilasi terkontrol untuk mencegah hiperkapnea
3. Dibutuhkan tekanan inspirsai yang tinggi secara relatif karena
pneumoperitoneum
4. Kebutuhan relaksasi otot selama pembedahan karena tekanan insuflasi yang
rendah menyediakan visualisasi yang lebih baik
5. Mencegah pergerakan pasien yang tidak diinginkan.
Tahapan Tindakan Anestesi
Umum
Persiapan Pra-Anestesia
Premedikasi
Induksi Anestesia
Stadium Anestesia Yang Diinginkan
Maintenance Anestesia
Mengakhiri Tindakan Anestesia
Fase Pemulihan  Ruang Pulih (R.R.)
LAPORAN KASUS
Identitas Pasien
• Nama : Ny. G.T.
• Umur : 19 tahun
• Tempat Tanggal Lahir : 10 – 07 – 1999
• Jenis Kelamin : Perempuan
• Alamat : Perumnas III waena
• Pekerjaan : Mahasiswi
• Status marital : Belum Menikah
• Tinggi Badan : 150 cm
• Berat Badan : 49 kg
• Tanggal MRS : 17 Januari 2018
• Tanggal Operasi : 22 Januari 2018
• Nomor Rekam Medik : 43 36 69
KELUHAN
UTAMA • Nyeri perut kanan

• Pasien merupakan rujukan dari praktek dokter Sp.PD, datang


dengan keluhan nyeri perut kanan. Keluhan sudah dirasakan sejak
3 hari sebelumnya, awalnya rasa nyeri dirasakan di ulu hati lalu
RPS pindah ke daerah sekitar pusar lalu bertambah nyeri terutama di
perut kanan bawah. Nyeri seperti tertusuk-tusuk, dan hilang
timbul. Pasien juga mengaku demam, mual, dan muntah 2 kali,
tidak ada gangguan buang air besar dan kecil.

• Riwayat gastritis sejak 2 tahun terakhir


RPD
• Riwayat asma, batuk lama, alergi disangkal
• Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada anggota keluarga pasien yang menderita sakit seperti pasien
Riwayat diabetes mellitus : disangkal
Riwayat asma : disangkal
Riwayat jantung : disangkal
Riwayat hipertensi : disangkal
• Riwayat Alergi
Riwayat alergi makanan : disangkal
Riwayat alergi minuman : disangkal
Riwayat alergi obat : disangkal
• Riwayat Kebiasaan
Merokok (-) alkohol (-)
Pemeriksaan Fisik
1. Tanda Vital
• Kesadaran : Compos Mentis; GCS E4V5M6
• Tekanan Darah : 110/70 mmHg
• Nadi : 82 x/menit
• Respirasi : 20 x/menit
• Suhu : 36,7oC
2. Status Generalis
• Kepala
Mata : Conjungtiva Anemis (-/-); Sklera Ikterik (-/-)
Sekret (-/-) Pupil isokor 3 mm dextra = sinistra
Mulut : Oral Candidiasis (-) ; Faring tidak hiperemis;
Tonsil (T1 = T1) ; Gigi Geligi: Caries dentis (+)
• Leher : Pembesaran KGB (-/-)
• Toraks
Paru
Inspeksi : Datar, simetris, ikut gerak napas,
Retraksi interkostalis (-)
Palpasi : Taktil fremitus (Dextra = Sinistra) ;Vocal
fremitus (Dextra = Sinistra)
Perkusi : Sonor di kedua lapang paru
Auskultasi : Sn.Vesikuler (+/+)Rhonki (-/-) ; Wheezing
(-/-) Pleural friction rub (-/-)
• Jantung
Inspeksi : Iktus Cordis tidak terlihat; Thrill (-)
Palpasi : Iktus Cordis teraba pada ICS V Midline Clavicula sinistra
Perkusi : Pekak (Batas jantung dalam batas normal)
Auskultasi: BJ I=II reguler, murmur (-), S3 gallop (-)
• Abdomen
Inspeksi : Datar, Supel, Jejas (-)
Palpasi : Nyeri tekan titik Mc Burney (+), Hepar/Lien :
(tidak teraba membesar)
Perkusi : Tympani
Auskultasi: Bising usus (+) Normal 6x/menit
• Ekstremitas : Akral hangat, kering, merah. capillary refill time < 2
detik, Edema : (-). Fraktur (-)
• Genitalia : Tidak ada kelainan. Dalam batas normal.
B1 STATUS
Airway ANESTESI
bebas, spontan. PRE
Mallampati score II, gigiOPERASI
tanggal (-). Breathing: thorax
simetris, ikut gerak napas, RR: 20 x/m, palpasi: Vocal fremitus D=S, perkusi: sonor,
suara napas vesikular +/+, ronkhi -/-, wheezing -/-.

B2 Perfusi : hangat, kering, merah. Capilary Refill Time < 2 detik, BJ I-II murni reular,
murmur (-), gallop (-), nadi: 82 x/m;TD: 110/70 mmHG

B3 Kesadara : Compos Mentis, GCS : E4V5M6, riwayat kejang (-), riwayat pingasan (-
), Pupil isokor, refleks cahaya +/+
B4 Belum terpasang DC
Ureum: - mg/dl; Kreatinin: - mg/dl
B5 Simetris, datar, BU 1x/15 detik ; Hepar/Lien : Tidak teraba ; Nyeri ketok (-) ;
Nyeri tekan (+) pada titik Mc Burney;ALT: 32 U/L ;AST19 U/L ; GDS: 73.07

B6 Akral hangat (+), edema (-), fraktur (-), deformitas (-).


PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hasil Uji Hematologi Rutin
Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan
HGB 12.3 11.0 – 14.7 g/dL
RBC 5.29 3.69 – 5.46 106/µL
HCT 37.1 35.2 – 46.7 %
PLT 185 172 – 378 103/µL
WBC 3.43 3.37 –8.38 103/µL
Hasil Pemeriksaan Kimia Klinik
Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan
PT 11.1 10.2 – 12.1 Detik
APTT 27.0 21.5 – 29.1 Detik
GLU/ GDS 73.07 70 – 115 mg/dL
AST 32 0.0 – 40.0 U/L
ALT 19 0.0 – 41.0 U/L
UREA 20.92 17 – 43 mg/dL
CREA-P 0.55 0.5 – 1.2 mg/dL
KALIUM 3.23 3.5 – 5.3 mEq/L
NATRIUM 130.8 135 – 148 mEq/L
Konsultasi Terkait
• Konsul Anestesi (18/01/2018)
• Advice :
• Informed Consent
• IV line

Penentuan PS ASA
• PS ASA : II
• Pasien yang memiliki kelainan sistemik ringan sampai sedang selain penyakit yang akan
dioperasi.
• Pasien dengan kadar kalium rendah 3.23 mEq/L, natrium rendah 130.8 mEq/L
Persiapan Anestesi

• Informed consent
• Laboratorium : DL, CT/BT. Ada hasil lapor
• Puasa mulai jam 24.00 WIT
• IVFD RL ; terpasang abocath 18 G, 20 tpm makro
PERSIAPAN ANESTESI
LAPORAN ANESTESI
LAPORAN OPERASI
FOLLOW UP
PEMBAHASAN

• Pada kasus ini, seorang perempuan usia 19 tahun dengan diagnosis Appendisitis akut
dengan co morbid hipokalemia dan hipernatremia. Diagnosis ditegakkan berdasarkan
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.
• Dari anamnesis didapatkan, pasien merupakan pasien rujukan dari praktek dokter
spesialis penyakit dalam dengan diagnosa abdominal pain suspek appendisitis akut.
Pasien mempunyai keluhan nyeri perut kanan bawah sejak 3 hari SMRS. Pasien
mengeluh awalnya nyeri terasa di ulu hati lalu menjalar ke perut kanan bawah.
Keluhan tersebut juga disertai demam, mual dan muntah sebanyak 2 kali. Nyeri
bertambah berat apabila pasien menekukkan kakinya.
PENENTUAN PS ASA

• Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang, pasien


tergolong PS ASA II yaitu pasien dengan penyakit sistemik ringan atau sedang.
Pasien digolongkan ke dalam PS ASA II karena hipokalemia (3.23 mEq/L) dan
hiponatremia (130.8 mEq/L).
CRITICAL
POINT

Dari pemeriksaan tersebut


maka kemungkinan dapat
ditemukan beberapa critical
point yang dapat terjadi
pada pasien ini selama pre
operatif hingga post
operatif.
Penentuan jenis anestesi yang
• dipilih
Pada kasus ini dilakukan tindakan laparoskopi dengan anestesi umum.
• Alasan  adanya resiko regurgitasi yang disebabkan peningkatan tekanan intraabdominal
saat insuflasi; perlunya ventilasi terkontrol untuk mencegah hiperkapnea, dibutuhkan
tekanan inspirsai yang tinggi secara relatif karena pneumoperitoneum; kebutuhan relaksasi
otot selama pembedahan karena tekanan insuflasi yang rendah, menyediakan visualisasi
yang lebih baik, mencegah pergerakan pasien yang tidak diinginkan.
PENENTUAN OBAT
ANESTESI YANG DIPILIH
• Untuk tatalaksana anestesi pada kasus ini, digunakan anestesi umum dengan inhalasi.
• Obat anestesi yang dipilih  Sevofluran.
• Obat-obatan yang digunakan untuk premedikasi diantaranya midazolam 2,5 mg; petidin
30 mg, fentanil 50 mg.
• Pada kasus ini, induksi anestesia dilakukan dengan menggunakan propofol
• Pelumpuh otot yang digunakan pada kasus ini berupa Atrakurium 25 mg.
• Selain itu pasien juga diberikan ranitidin dan ondansentron adalah untuk mencegah
mual-muntah akibat anestesi umum terutama pada penggunaan opioid, bedah intra-
abdomen dan hipotensi.
• Sebelum tindakan anestesi dihentikan, pasien diberi injeksi metamizole 1000 mg
untuk meredakan nyeri akibat operasi.
• Kemudian pasien dibawa ke ruangan Recovery Room (RR). Setelah 10 menit, pasien
mulai sadar setelah dipanggil karena efek anestesi mulai hilang.
Terapi dan resusitasi cairan pre
operatif
• Selain penentuan pemilihan anestesi pada pasien ini, juga dipertimbangkan
mengenai terapi cairan selama masa perioperatif. Terapi cairan sendiri adalah
tindakan untuk memelihara, mengganti cairan tubuh dalam batas-batas fisiologis
dengan cairan infus kristaloid atau koloid secara intravena.
KESIMPULAN DAN SARAN
• Kesimpulan
1. Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, serta pemeriksaan penunjang didapatkan
diagnosis myoma uteri dan kista ovarium dengan general anestesi.
2. Untuk tindakan laparatomi pemilihan anestesi umum yaitu, agen anestesi intravena
yang digunakan adalah Propofol dan pemeliharaan anestesi dengan menggunakan
anestesi inhalasi berupa Sevofluran ini sudah sesuai, yaitu:
• Untuk mengurangi ansietas dan ketidaknyamanan pada pasien,
• Untuk pembedahan yang diperkirakan kemungkinan akan memakan waktu yang lama.
3. Premedikasi diberikan midazolam untuk sedasi dan pemberian fentanil untuk
analgesia. Obat medikasi tambahan pada pasien ini diberikan ondansetron dan
ranitidin sebagai pencegahan dan pengobatan mual muntah pasca operasi. Sebagai
analgetik post operasi diberikan Metamizole.
4. Pasien diklasifikasikan ke dalam PS ASA II karena pasien merupakan pasien myoma
uteri dan kista ovarium yang akan menjalani operasi yang besar serta ditemukan
kelainan sistemik ringan hipokalemia (3.23 mEq/L) dan hiponatremia (130.8
mEq/L).
5. Resusitasi dan terapi cairan perioperatif kurang lebih telah memenuhi kebutuhan
cairan perioperatif pada pasien ini.
Saran
• Perhatikan tanda-tanda vital sign pasien ketika diberikan obat-obatan anestesi,
sehingga apabila tanda-tanda vital pasien tidak stabil dapat segera diperbaiki.
SEKIAN DAN TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai