Anda di halaman 1dari 15

PERTUSIS

Pendahuluan
Pertusis adalah Penyakit infeksi pernafasan akut yang terutama menyerang
anak. Penyakit ini sering disebut batuk rejan, wooping cough, tussin quinta,
violent cough, batuk 100 hr.

Ditemukan sejak 1578, kumannya diketahui baru th 1908 oleh Bordet &
Gengou.
Etiologi
• Penyebab: Bordetella pertusis (Haemophilus pertussis).

• Termasuk kelompok kokobasilus Gram negatif, tidak bergerak, tidak berspora.

• Media tumbuh: darah-gliserin-kentang yang ditambah penisilin untuk menghambat


pertumbuhan organisme lain.

• Ukuran panjang: 0,5-1 mk dan diameter 0,2-0,3 mk


Masa Inkubasi

Masa inkubasi 6-20 hr, rata-rata 7 hari.


Cara Penularan

o Penularan melalui droplet saat batuk, bersin, dan berbicara.


o Sebagian besar bayi tertular dari saudaranya dan kadang-kadang oleh
orangtuanya.
o Dapat pula melalui sapu tangan, handuk dan alat-alat makan yang dicemari
kuman-kuman penyakit tersebut.
Tanda & Gejala
• Pertusis: toxin-mediated disease, toksin melekat & melumpuhkan bulu getar
saluran npas (silia), sehingga batuk terus-menerus yang diakhiri dengan
whoop yang berlangsung s/d 1-10 minggu.

• Perjalanan penyakit terbagi dlam 3 fase: kataralis, spasmodik, dan fase


penyembuhan/konvancelled.
Tanda & Gejala
• Fase kataralis (1-2 mgg),
batuk mulanya pada malam hari, pilek, anoreksia

• Fase spasmodik (2-4 mgg),


batuk makin kuat & terus-menerus, gelisah, muka merah,diakhiri bunyi whoop. Anak dpt
terkencing-kencing bahkan sampai mata merah/mimisan. Tertawa/menangis dpt memicu batuk

• Fase penyembuhan/konvalesens (1-2 mgg),


ditandai dg berhentinya bunyi whoop&muntah. Batuk biasanya masih & hilang dalam 2-3 mgg
Patofisiologi
Penularan terutama melalui saluran pernapasan dimana Bordetella Pertusis akan terikat pada
silia epitel saluran pernapasan, kemudian kuman ini akan mengalami multiplikasi disertai
pengeluaran toksin, sehingga menyebabkan inflamasi dan nekrose trakea dan bronkus. Mukosa
akan mengalami kongesti dan infiltrasi limfosit dan polimorfonukleus lekosit. Di samping itu
terjadi hiperplasi dari jaringan limfoid peribronkial diikuti oleh proses nekrose yang terjadi pada
lapisan basal dan pertengahan epitel bronkus. Lesi ini merupakan tanda khas pada pertusis.
Pada pemeriksaan postmortem dapat dijumpai infiltrasi peribronkial dan pneumonia interstitial.
Di samping itu dapat dijumpai perubahan - perubahan patologis di organ lain seperti hati dan
otak. Pada otak dapat dijumpai adanya perdarahan otak atrofi kortikal. Perdarahan pada otak
dapat masif dan mengenai parenkim atau ruang subaraknoid terutama pada pertusis enselopati.
Pengobatan

 Pengobatan untuk menghentikan gejala:


 Antibiotik : eritromisin atau penisilin
 Suportif : pengencer batuk, oksigen bila perlu
 Simtomatik lainnya
Pencegahan
 Pemberian imunisasi DPT pada bayi, dan DT pada anak SD.
 Bayi 0-1 th vaksin DPT 3 kali, mulai umur 2 minggu dan selang minimal 1 bulan.
 Diulang umur 6-7 tahun melalui BIAS.
 Di berikan penyuluhan terutama pda orang tua bayi meliputi pendidikan bahaya
penyakit ini serta keuntungan imunisasi pertama pada anak berusia tidak >2 bulan.
Penundaan imunisasi sebaiknya tidak menunggu sampai anak berusia lebih dari satu
tahun
Epidemiologi
• Sampai th 1900-an, penyebab kematian anak di AS

• Th 1940-an ditemukan vaksin mk kesakitan dan kematian turun

• Angka morbiditas th 1922-1940 : 150/100.000, th 1980-1991 tinggal 1,2/100.000

• Cakupan imunisasi yg tinggi d amerika latin menurunkan kasus dr 120.000 th 1980


mjd 40.000 th 1990.
Epidemilogi
• Angka kematian di amerika 80% pd bayi & 70%-nya pd bayi < 6 bl.
• CFR saat ini kurang dari 1 % pd bayi < 6bl
• Morbiditas sedikit lebih banyak pada wanita drpd pria
• Penyebab utama kematian pd bayi & anak yang tdk diimunisasi, malnutrisi &
infeksi sal napas & cerna
• Peneumoni mrp penyebab utama kematian krn pertusis
Epidemiologi

• Di Indonesia, sejak 1991 pertusis muncul mjd kasus yng sering dilaporkan pd
balita
• Th 1996 ada 7796 kasus 40% menyerang balita, remaja & dewasa meningkat.
• Estimasi WHO, 600.000 kematian tjd krn pertusis.
• Jabar, 4970 th 1990 dengan kematian 0,2%
Data 3 tahun terakhir di Kota Kupang
Jumlah kasus penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD31) menurut jenis kelamin, kecamatan,
dan puskesmas kabupaten kota kupang tahun 2013 - tahun 2015. Kasus tersebut menunjukan bahwa
tidak terdapat kasus kejadian pertusis di Kota Kupang.s
Daftar Pustaka
Irianto, Koes, 2014, Ilmu Kesehatan Masyarakat, Alfabeta, Bandung.
Irianto, Koes, 2014, Epidemiologi Penyakit Menular dan Tidak Menular, Alfabeta,
Bandung.
Soedarto, 2007, Kedokteran Tropis, Airlangga university Press, Surabaya.
Widoyono, 2008, Penyakit Tropis Epidemiologi, Penularan, Pencegahan dan Pemberantasannya,
Erlangga, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai