Anda di halaman 1dari 160

KEWASPADAAN

UNIVERSAL

Dr. Sultan Buraena, MS, SpOk

1
SEJARAH K.U.
Munculnya HIV, Hepatitis B/C  keinginan
mengembangkan prosedur perlindungan
 penyebaran infeksi
KU  upaya pencegahan infeksi 
dikenal sejak inf nososkomial.
Dr. Ignac F Semmelweis (1847) RSU
Vienna  tindakan medis menularkan
infeksi  600-800 ibu meninggal/thn 
demam pp.
Di bgn lain kematian ibu  60 ibu/thn
2
Sumber infeksi  dari tangan petugas
kshtn menolong persalinan  dokter tidak
cuci tangan sesudah bedah mayat dan
sebelum menolong persalinan.
Pd bgn lain bidan  pertolongan partus o/
bidan yg tidak melakukan bedah mayat
Cuci tangan (klorin) kematian ibu bisa
ditekan hingga 11,4 % (o/ dr) - 2,7% (o/
bidan)

3
Hand Hygiene:
Not a new concept

Semmelweis’ Hand
Hygiene
Intervention

~ Hand antisepsis reduces the frequency of patient infections


~Adapted from: Hosp Epidemiol Infect Control, 2nd Edition, 1999. 4
KEBIJAKAM DEPKES RI
Ku  upaya pengendalian infeksi di RS 
1980  Program dari Sub Direktorat
Isolasi dibawah Direktorat Epidemiologi &
imunisasi Dirjen P3M
Program pengendalian infeksi 
dikendalikan o/ Sub Direktorat Surveilans
Depkes (2001)  Dalin nosokomial
(penerapan KU) masuk salah satu tolok
ukur (parameter) akreditasi RS

5
PENERAPAN KU  UPAYA DALIN
SARANA KESEHATAN

Pimpinan & staf adm, staf pelaksana


pelayanan kebijakan, memantau, biaya, &
sarana.
Tenaga kesahatan 
– wajib menjaga kesehatan dan keselamatan
dirinya & orang lain
– Pelaksana kebijakan
– Menggunakan & memelihara sarana dg baik,
Pengguna  penderita & pengunjung 
berkewajiban moral memberi tahu petugas
keshatan ttg penyakitnya.
6
Peran Manajemen thd
pelaksanaan Dalin
Menjamin terlaksananya program Dalin secara
baik dan berkesinambungan
Arah kebijakan Dalin, telaah berkala
Penganggaran & menjamin ketersediaan sarana
Penetapan SDM yang kompeten  menjamin
terlaksananya Diklat
Menjamin kesejahteraan SDM RS
Memberi wewenang Komite Dalin untuk
menjalankan fungsinya
Ikut serta dalam penyelidikan KLB

7
Peran Tenaga Kesehatan dlm
DALIN: Kewajiban & Tanggung
Jawab
Bertanggung jawab melaksanakan &
menjaga keselamatan kerja di
lingkungannya.
Wajib mematuhi instruksi  dlm rangka
kesehatan dan keselamatan kerja
Membantu mempertahankan lingkungan
bersih dan aman.
8
Mengetahui kebijakan & menerapkan
prosedur kerja, pencegahan infeksi, dan
mematuhinya
Tenaga kesehatan yg menderita penyakit
yg berpotensi menular  sebaiknya tdk
merawat pasien secara langsung

9
Utk bekerja maksimal  tenaga
kesehatan harus selalu mendapat
perlindungan dari risiko tertular
penyakit

10
PROGRAM INI HANYA DAPAT
BERJALAN BILA MASING-MASING
PIHAK MENYADARI DAN
MEMAHAMI PERAN DAN
KEDUDUKAN MASING-MASING

11
Organisasi Dalin

Direktur/
Direksi

RS Komite/Panitia PIN Komite Medis

Ruang Rawat ICN & ICD

Upaya Pencegahan
(Kewaspadaan Universal)
Surveilans Penanggulangan KLB
Diklat, Prosedur Kerja,
Pemilihan Bahan & Alat

12
Organisasi Dalin?
Pelayanan di RS harus berorientasi pada Dalin
Dalin terus diterapkan secara terus menerus
terhadap pasien di RS sejak pasien datang
sampai pasien pulang
Dalin melibatkan semua unit/ instalasi, individu,
profesi di RS
Dalin perlu dikoordinasikan oleh suatu badan
yang memiliki akses ke segala penjuru di RS
Peran sentral dari manajemen/ Direktur
Peran pelaksana
Peran pasien dan keluarganya
13
KOMPONEN DALIN

Kewaspadaan Universal
Surveilans
Upaya penanggulangan KLB
Pengembangan kebijakan dan prosedur
kerja
Pendidikan & pelatihan
berkesinambungan
14
Dasar penerapan KU  darah &
c. tubuh  potensial menularkan
penyakit
Prosedur KU  pendukung prog
K3

15
Prinsip utama prosedur KU  higene
individu, higene ruangan, sterilisasi alat
5 kegiatan pokok KU:
– Cuci tangan  cegah infeksi
– Pakai APD  cegah kontak darah
– Pengelolaan alkes bekas pakai
– Pengelolaan benda tajam  cegah luka
– Pengelolaan limbah & sanitasi ruangan

16
17
CUCI TANGAN
Mikroorganime Kulit :
– Flora residen  secara konsisten dpt
diisolasi dari tangan  tdk mudah
hilang dg gesekan mekanis
– Flora transien (f. transit, f. kontaminasi )
 jenisnya tgtg ling kerja  mudah
dihilangkang  secara mekanis & cuci
tangan dg sabun

18
CUCI TANGAN  CARA
PENCEGAHAN INFEKSI
YANG PALING PENTING

19
Cuci tangan  Sebelum &
sesudah tindakan perawatan 
walau pakai ST atau APD lain
Cuci tangan  tdk dapat
digantikan oleh pemakaian ST.

20
CARA CUCI TANGAN
higienik (rutin)  mengurangi kotoran
& flora di tangan dg gunakan sabun
atau diterjen
Aseptik  sebelum tindakan aseptik
pd pasien dg menggunakan anti
septik
Bedah  sblm tindakan bedah
aseptik  dg anti septik & sikat steril.
21
INDIKASI CUCI TANGAN
Sebelum melakukan tindakan 
– memulai pekerjaan (baru datang di kantor),
– saat akan memeriksa (kontak lsg dg pasien),
– akan memakai ST steril (disinfeksi tingkat
tinggi DTT),
– akan menggunakan alkes steril,
– akan melakukan injeksi,
– hendak plg kerumah

22
Indikasi cuci tangan
Sesudah melakukan tindakan 
– Stelah memeriksa penderita
– Setelah menggunakan alkes & bahan lain yg
terkontaminasi,
– Setelah menyentuh mukosa, darah, cairan
tubuh lain
– Setelah buka sarung tangan
– Setelah dari WC
– Setelah bersin & batuk
23
SARANA CUCI TANGAN

Air mengalir
Sabun dan deterjen
Larutan antiseptik

24
AIR MENGALIR
Mikroorganisme terlepas 
gesekan mekanis & kimiawi
Berupa Kran  PAM atau tangki
berkran
Gayung  ada risiko pencemaran

25
SABUN & DETERJEN
Tdk membunuh mikroorg 
menghambat & mengurangi jumlah
mikroorg
>> cuci tangan  mikroorg makin
kurang  lap lemak kulit akan hilang 
kulit kering & pecah2
Hilangnya lemak kulit  mikrorg
tumbuh lg.
26
LARUTAN ANTISEPTIK
(ANTIMIKROBA)
Antimikrobial topikal  menghambat
aktivitas & membunuh mikroorg pd kulit
Memiliki sifat bahan kimia  dpt dipakai
pd kulit & mukosa
Memiliki keragaman  efektivitas,
aktivitas, akibat, dan rasa pd kulit.
Tujuan Penurunan jumlah organisme
secara maksimal (f.transien) kulit tdk
bisa disterilkan
27
MACAM ANTISEPTIK
Alkohol (etil/isopropil)
Chlorhexidin (hibitaneR, HibsscrubR)
Hexachlorphen (pHisoHexR)
Yodium/yod+alkohol
Yodophor (BetadineR)

28
Prosedur 1 : Cuci Tangan Higienis/Rutin
Persiapan
-Sarana cuci tangan disiapkan di setiap ruang
penderita dan tempat lain misalnya ruang bedah,
koridor.
-Air bersih yang mengalir (dari kran, ceret atau
sumber lain).
-Sabun sebaiknya dalam bentuk sabun cair
-Lap kertas atau kain yang kering
-Kuku dijaga selalu pendek.
-Cincin dan gelang perhiasan harus dilepas dari
tangan.
29
Prosedur 1 : Cuci Tangan Higienis/
Rutin (lanjutan)
Prosedur
1.Basahi tangan setinggi pertengahan lengan bawah
dengan air mengalir
2.Taruh sabun di bagian telapak tangan yang telah
basah. Buat busa secukupnya tanpa percikan.
3.Gerakan ccuci tangan terdiri dari gosokan kedua
telapak tangan, gosokan telapak tangan kanan
diatas punggung tangan kiri dan sebaliknya, gosok
kedua telapak tangan dengan jari saling mengait,
gosok kedua ibu jari dengan cara menggenggam
dan memutar, gosok pergelangan tangan
30
Prosedur 1 : Cuci Tangan Higienis/
Rutin (lanjutan)
Prosedur
4. Proses Berlangsung selama 10 – 15 detik
5. Bilas kembali dengan air sampai bersih
6. Keringkan tangan dengan handuk atau
kertas yang bersih atau tisu atau handuk
katun sekali pakai.
7. Matikan kran dengan kertas atau tisu.
8. Pada cuci tangan aseptik/bedah diikuti larangan
menyentuh permukaan yang tidak steril.

31
32
33
34
35
Prosedur 2 : Cuci Tangan Aseptik

Dilakukan saat akan melakukan tindakan aseptik


pada pasien atau
Saat akan kontak dg penderita pada keadaan
tertentu  imunitas rendah.
sama dengan persiapan dan prosedur pada cuci
tangan higienis  bahan deterjen atau
sabun diganti dengan antiseptik dan
setelah mencuci tangan tidak boleh menyentuh
bahan yang tidak steril.

36
Prosedur 3 : Cuci tangan Bedah
Persiapan
- Air mengalir
- Sikat steril & Spons steril
- Sabun Antiseptik, misalnya povidon yodium,
klorheksidin
- Lap kain atau handuk steril
- Kuku dijaga selalu pendek dan bersih dengan
alat batang kayu kesil yang lunak
- Lepaskan semua perhiasan tangan.

37
Prosedur 3 : Cuci tangan Bedah(lanjt)
Prosedur
1. Nyalakan kran
2. Basahi tangan dan lengan bawah dengan air
3. Taruh sabun antiseptik di bagian telapak tangan
yang telah basah. Buat busa secukupnya tanpa
percikan
4. Sikat bagian bawah kuku dengan sikat lembut.
5. Buat gerakan mencuci tangan seperti cuci
tangan biasa dengan waktu lebih lama. Gosok
tangan dan lengan satu per satu bergantian
dengan gerakan melingkar

38
Prosedur 3 : Cuci tangan Bedah (lanjt)
Prosedur
6. Sikat lembut hanya digunakan untuk
membersihkan kuku untuk menyikat kulit yang
lain oleh karena dapat melukainya. Untuk
menggosok kulit dapat digunakan spons steril
sekali pakai
7. Proses cuci tangan bedah langsung selama 3
hingga 5 menit dengan dengan prinsip sependek
mungkin tapi cukup memadai untuk mengurangi
jumlah bakteri yang menempel di tangan.
8. Selama cuci tangan jaga agar letak tangan lebih
tinggi dari siku agar air mengalir dari arah tangan
ke wastafel.
39
Prosedur 3 : Cuci tangan Bedah (lanjt)
Prosedur
9. Jangan sentuh wastafel, kran atau gaun
pelindung
10. Keringkan tangan dengan lap steril
11. Gosok dengan alkohol 70% atau campuran
alkohol 70% dan klorheksedin 0,5% selama 5
menit dan keringkan kembali
9. Kenakan gaun pelindung dan sarung tangan
steril

Catatan : Kenakan sarung tangan setelah tangan betul-


betul kering, jangan kenakan sarung tangan saat tangan
masih basah. 40
Prosedur 4 : Alternatif Cuci tangan
higieneis
Hanya menggantikan cuci tangan higienis/rutin, tidak dapat
menggantikan cuci tangan bedah. Dikerjakan hanya bila tidak
ada kemungkinan cuci tangan secara standar, misalnya tidak ada
air mengalir.

Persiapan
- 100 ml alkohol 70% dicampur 1 – 2 ml gliserin 10%
Prosedur
Gosokkan sedikit cairan pada kedua tangan secara merata

41
2. ALAT PELINDUNG
Melindungi kulit & selaput
lendir dari:
– Darah
– Cairan tubuh
– Sekret
– Ekskreta.

42
JENIS ALAT PELINDUNG DIRI
(APD)
Sarung tangan
Pelindung wajah/ masker/ kaca mata
Penutup kepala
Gaun pelindung (baju kerja/ celemek)
Sepatu pelindung

43
44
Tabel 4: Manfaat masing-masing alat pelindung terhadap pasien maupun
petugas kesehatan
Alat
Pelindung Terhadap pasien Terhadap petugas kesehatan

Sarung Mencegah kontak mikroorgnisme Mencegah kontak tangan petugas


tangan yang terdapat pada tangan kesehatan dengan darah dan cairan
petugas kesehatan kepada pasien tubuh penderita lainnya, selaput
lendir, kulit yang tidak utuh atau
alat kesehatan/permukaan yang
telah terkontaminasi

Masker * Mencegah kontak droplet dari Mencegah membran mukosa


mulut dan hidung petugas petugas kesehatan (hidung dan
kesehatan yang mengandung mulut) kontak dengan percikan
mikroorganisme dan terpecik saat darah atau cairan tubuh penderita
bernafas, bicara atau batuk
kepada pasin

Kacamata Mencegah membran mukosa


pelindung petugas kesehatan kontak dengan
- percikan darah atau cairan tubuh
penderita
45
Tabel 4: Manfaat masing-masing alat pelindung terhadap
pasien maupun petugas kesehatan
Tutup kepala Mencegah jatuhnya
mikroorganisme dari rambut
dan kulit kepala petugas ke -
daerah steril
Jas dan Mencegah kontak Mencegah kulit petugas
celemek mikroorganismen dari kesehatan kontak dengan
plastik** tangan petugas percikan darah atau cairan tubuh
penderita
Sepatu Sepatu yang bersih Mencegah perlukaan kaki oleh
Pelindung*** mengurangi kemungkinan benda tajam yang
terbawanya mikroorganisme terkontaminasi atau terjepit
dari ruang lain atau luar benda berat (misalnya,
ruangan mencegah luka karena
menginjak benda tajam atau
kejatuhan alat kesehatan) dan
mencegh kontak dengan darah
dan cairan tubuh lainnya.
46
SARUNG TANGAN (ST)
ST Bersih  ST DTT pem dalam,
luka terbuka, tindakan bedah bila tdk
ada ST steril
ST steril  disterilkan  tindakan
bedah
ST rumah tangga latex/ vinil tebal 
keperluan RT

47
48
49
CUCI TANGAN 
SEBELUM MEMAKAI &
SESUDAH MELEPAS
SARUNG TANGAN

50
PERLU DIPERHATIKAN pada ST
Setiap satu penderita  satu pasang
sarung tangan
Hindari menjamah barang lain
ST yg disterilkan kembali  3 X
Tidak boleh gunakan ST rangkap 
kecuali  waktu lama, jumlah darah
banyak, ST pakai ulang.

51
PELINDUNG WAJAH
Masker & kaca mata
 pisah & bersatu
Melindungi hidung,
mulut, &mata 
percikan darah cairan
tubuh  bedah &
perawatan gigi
Pelindung wajah 
tdk ganggu
pandangan
52
Masker tanpa k.m  pasien tbc terbuka
tapa luka kulit
Masker digunakan 1 meter dari pasien
Masker, k.m., pelindung wajah  tindakan
berisiko tinggi, terpajan lama drh/c.t.,
bersihkan luka, ganti kateter,
dekontaminasi alkes bekas pakai.
Masker > dulu sebelum APD & cuci
tangan.

53
PENUTUP KEPALA
Mencegah jatuhnya mikroorg rambut/
kulit kpl  alkes steril,
Melindungi rambut &kepala petugas
 percikan bahan pasien,
pembedahan, ICU  petugas &
pasien  penutup kepala.

54
55
GAUN/ BAJU PELINDUNG
Pakaian Kerja 
Seragam, Gaun Bedah,
Jas Lab, & Celemek 
Gaun pelindung
Janis bahan  tembus
dan tdk tembus cairan
Tujuan  melindungi dari
percikan/ genangan drh &
cairan tbh
Ada steril & tdk steril

56
57
GP steril  ahli bedah
GP tdk steril  unit risti  pengunjung 
k bersalin, ruang pulih kamar bedah, r icu,
rawat darurat, k bayi
GP  sekali pakai & dicuci berulang
Dipakai  bersihkan luka, tindakan irigasi/
drainase, menuangkan cairan
terkontaminasi, ganti pembalut, bedah,
perawatan gigi
Setiap dinas  pakai GP
GP kotor  ganti

58
SEPATU PELINDUNG
Khusus  r bedah, lab, icu, r
isolasi, r jenazah, & petugas
sanitasi
Hanya dipakai di tpt tersebut
Melindungi kaki petugas dr
tumpahan drh
Mencegah tusukan/ kejatuhan
benda tajam/ alkes,
Menutupi seluruh ujung &telapak
kaki
Mudah dicuci  karet & plastik 59
3. PENGELOLAAN ALKES
Mencegah penyebaran infeksi melalui
alkes  steril & siap pakai,
Alat, bahan, & obat  masuk jaringan 
steril.
Proses  4 tahap:
– Dekontaminasi
– Pencucian
– Sterilisasi atau disinfeksi tingkat tinggi (DDT)
– penyimpanan

60
Alat dlm pembungkus steril  simpan
1 minggu
Alat tdk terbungkus  dlm tempat/
tromol steril
Alat diolah dg DTT  dlm wadah
tertutup atau segera pakai.

61
Alur pengelolaan alkes
Dekontaminsi
Rendam dlm larutan klorin 0,5% selama 10 menit

Cuci bersih & tiriskan


Pakai APD terhadap benda tajam

Sterilisasi Disinfeksi tingkat tinggi (DTT)


uap (otoklaf), pemanasan kering, kimiawi Kimiawi, uap, rebus

Pendinginan & Penyimpanan


Siap pakai

62
63
DEKONTAMINASI
Menghilangkan mikroorg patogen &
kotoran  aman.
Langkah pertama  pengelolaan alkes
bekas pakai.
Untuk mencegah penyebaran infeksi mel
alkes, mis HIV &HBV, kotoran.
Menggunakan bahan disinfektan klorin
0,5% atau 0,05%  sesuai intensitas
cemaran, jenis alat
64
Pemilahan  pemakai alkes di tpt
segera setelah penggunaan alkes 
msh pakai APD.
Pemilahan diluar tpt pemakai  alkes
dipakai ulang & sekali pakai

65
DISINFEKSI & STERILISASI
Risiko infeksi sarana kesehatan 
pengelolaan alkes
Pengelolaan alat sesuai risiko 
tinggi, sedang, rendah
Risiko tinggi  alkes disterilkan

66
DISINFEKSI

SUATU PROSES UNTUK


MENGHILANGKAN SEBAGIAN
ATAU SEMUA MIKROORG DARI
ALAT KESEHATAN KECUALI
ENDOSPORA BAKTERI

67
Disinfeksi

Dilakukan di sarana kesehatan  cairan


kimia, pasteurisasi, atau perebusan.
Efikasinya dipengaruhi 
– proses sebelumnya  pencucian,
pengeringan, adanya zat organik, tingkat
pencemaran, jenis mikroorg pd alkes;
– Sifat & bentuk alat  bergerigi, berlubang,
bentuk pipa, berengsel;
– Lamanya terpajan dg disinfektan;
– Suhu & pH pada saat proses.
68
MACAM & CARA DISINFEKSI
Disinfektan kimiawi  alkohol. Klorin,
formaldehide, glutardehide, hidrogen
peroksida, yodifora, asam parasetat,
fenol, ikatan kuarterner.
Cara lain  radiasi sinar UV,
pasteurisasi, mesin pencuci.

69
ALKOHOL
Bentuk etil alkohol atau isopropil alkohol
Konsentrasi (60-90%) Bekerja ( bakterisidal,
tuberkuloisidal, fungisidal, & virusidal tp tidk
spora
Diluar konst 60-90%  efektifitas turun tajam.
Cara kerja alkohol  denaturasi protein.
Konst 100% (alkohol absolut)  efek
bakterisidal rendah  air mempercepat
denaturasi protein

70
Metilalkohol  efek bakterisidal
paling lemah  tdk pernah digunakan
sbg disinfektan
Etil alkohol & isopropil alk  efek
bakterisidal & virusidal kuat
inaktivasi virus dlm 1 menit.
Isopropil alk 
– tdk efektif utk enterovirus nonlipid.
– Efektif  HBV, herpes simpleks, HIV,
rotavirus, echovirus, asrovirus

71
Klorin & ikatan klorin
Hipoklorit  bentuk cairan dan padat
Cara kerja membunuh bakteri 
belum jelas  diduga :
– Reaksi enzimatik dlm sel,
– Denaturasi protein,
– Inaktivasi asam nukleat.

72
FORMALDEHID
Disinfektan dan Sterilisasi
Formalin  formaldehid 37% berat
Bakterisidal, tuberkulosidal, fungisidal,
virusidal dan sporisidal
Karsinogenik 
– batasi kontak
– Batasi sbg disinfektan & sterilisasi

73
RADIASI SINAR UV
Tdk ada data mendukung  r isolasi & k
bedah.
Efektifitas membunuh kuman  panjang
gelombang, bahan organik, jenis media,
jenis mikroorg, intensitas UV.
Tdk dpt menembus cairan
Efek samping  merusak retina, sel
bermitosis
Bersifat mutagenik
74
PASTEURISASI
Bukan proses sterilisasi
Tujuan merusak mikroorg patogen
Tdk merusak spora bakteris,
Suhu 770 C dalam 30 menit
Sbg alternatif disinfeksi kimia alat
pernapasan dan anestesia
Sarana kesehatan  biasanya dg
merebus pada 770C
75
MESIN DISINFEKTOR
Msin otomatik dan tertutup
Untuk alat pispot, waskom, alat
kesehatan bedah & anestesi
Pertama  guyuran air hangat
(kadang + diterjen)  kemudian
disinfeksi dg air panas 900C atau uap.

76
DISINFEKSI TINGKAT TINGGI
Selama msh dpt melakukan sterilisasi
jangan melakukan DTT
Membunuh semua mikrorg  termasuk
HBV, HIV
Tdk membunuh endospora  tetnus dan
gas gangren.

77
CARA MELAKUKAN DTT
Merebus dlm air mendidih selama 20
menit
Rendam dlm disinfektan kimiawi sperti
glutaraldehid, formaldehid 8%.
DTT dg uap (steamer)

78
STERILISASI

Proses utk menghilangkan seluruh


mikroorg dari alkes termasuk endospora
bakteri
Biasanya dilakukan di RS  fisik & kimia
RS uap panas bertekanan, pemanasan
kering, gas etilin oksida, zat kimia cair
Arti mutlak  semua btk & jenis mikroorg
betul-betul musnah 79
Sterilisasi  pengelolaan st alat/
bahan  mematikan semua mikroorg
+ endospora
Cara paling aman dan paling efektif
 alkes yg lsg berhub dg darah atau
jar tubuh subkutan (steril)

80
MACAM-MACAM STERILISASI

Fisik  pemanasan atau radiasi,


filtrasi
Kimia  merendam (dlm
glutaraldehid) dan menguapi dg gas
kimia ( gas etilin)

81
CARA FISIK
Pemanasan basah  uap panas bertekanan
tinggi (otoklaf)
– Paling efisien  suhu 1210C selama 20-30 menit
– Kalibrasi tiap 6 bulan
Pemanas kering  menggunakan oven,
membakar, sinar infra merah  1800C selama 2
jam
Radiasi  sinar gamma  mahal  industri
besar
Filtrasi  utk larutan tdk tahan panas  serum,
plasma, vaksin

82
CARA KIMIAWI
glutaraldehid 
– glutaraldehid 2%  merendam 8-10 jam 
dibilas air steril
– Formaldehid 8% 24 jam (karsinogenik) 
tdk dianjurkan lg
– Keduanya  iritasi kulit,mata, sal, napas.
gas etilin oksida  barang elektronik &
kabel, alkes optik, alat mikroskop
– gas racun
– Alat bersih, kering
– Ventilasi baik
83
PENYIMPANAN ALKES
Penyimpanan yg baik sama
pentingnya dg pros sterilisasin dan
disinfeksi
Cara penyimpanan 
– Dibungkus
– Tidak dibungkus

84
Alat yg dibungkus
Umur steril  selama terbungkus 
dianggap steril  ada kontaminasi?
Jenis pembungkus,
Dlm lemari tertutup, tdk sering dijamah,
udara sejuk/ kering/ ,kelembaban rendah
Jk ragu-ragu  dianggap tercemar 
disterilkan ulang.

85
Jangan menyimpan alat dlm larutan
 skalpel atau jarum.
Mikroorg dpt tumbuh/ berkembang
biak pd larutan antiseptik &
disinfektan
Simpan alat dlm keadaan kering.

86
87
88
89
90
91
92
93
94
95
96
97
98
99
4. PENGELOLAAN BENDA TAJAM
Penularan HIV/HBV/HCV  tertusuk jarum
suntik dan perlukaan alat tajam lain  dpt
dicegah  sekali pakai
17% tertusuk sebelum/ selama pemakaian,
70%  sesudah pemakaian& sebelum
pembuangan
13%  sesudah pembuangan
Kebanyakan akibat penyarungan jarum
setelah penggunaanya
100
Setiap petugas  tanggung jawab jarum
& alat tajam yg digunakan sendiri
Sediakan wadah limbah tajam setiap
ruangan tindakan/ perawatan 
terjangkau
Setiap petugas  pakai sarung tangan
tebal
Benda tajam dr orang ke org  teknik
tanpa sentuh pakai nampan/ alat
perantara.

101
Kecelakaan sering terjadi pd
tindakan penuntikan  recapping
Gunakan cara penutupan satu tangan

Sangat tidak dianjurkan recapping 


langsung buang tanpa sentuh bagian
tajam .

102
103
104
105
106
107
108
109
SURVEI LUKA TUSUK JARUM: RSUD
Sampel: 86 orang (periode Januari 2005–2006)
Responden cedera: 63 orang (73 %)
Jumlah 111 kasus
Frekuensi lebih dari satu kali: 43 %
Unit kerja: Bagian Anak (23,5 %), Interna dan
UGD (20,7 %)
Masa kerja: 1 – 5 tahun (54,1 %)
Waktu kerja: shift sore (53, 1 %)
Jenis benda tajam: jarum suntik (70 %)
Lokasi cedera: tangan kiri (62 %)
Faktor penyebab: gangguan pasien (36.9 %)
110
RS MAKASSAR
Sampel: 158 orang
Responden cedera: 76 orang (48.1)
Jumlah 112 kasus
Frekuensi lebih dari satu kali: 43 %
Unit kerja: Bedah (17,9 %).
Masa kerja: 6 – 10 tahun (25.9 %)
Waktu kerja: shift malam (47.3 %)

111
RS MAKASSAR (continue)
Jenis benda tajam: jarum suntik (59.8 %)
Lokasi cedera: tangan kiri (64.3 %)
Faktor penyebab: gangguan pasien (29
%), terburu-buru (29 %)
Spesimen pada benda tajam: darah (63.2
%)
Penyakit pasien: HIV (12,7 %), Hepatitis
(13,9 %)

112
5. LIMBAH RS
Limbah rumah tangga  non medis  limbah
yg tidak kontak dg darah, atau cairan tubuh 
risiko rendah
Limbah medis  sampah RS yg kontak dg
darah atau cairan tubuh penderita  berisiko
tinggi & menularkan penyakit  klinis &
laboratorium
Limbah berbahaya  bahan kimia yg beracun
 produk pembersih, disinfektan, obat
sitotoksik, dan senyawa radioaktif.

113
TERKNIK PENGELOLAAN
SAMPAH

Pemisahan
Penanganan
Penampungan sementara
pembuangan

114
Limbah RT atau umum
Limbah dari ruang tunggu pasien
pengunjung
Ruang administrasi
kebun

Sisa makanan
Sisa pembungkus makanan
Plastik
Sisa pembungkus obat
115
LIMBAH KLINIS
Darah atau cairan tubuh lainnya  bahan dg
darah kering  perban, kassa, dan benda dari
kamar bedah.
Sampah organik  jaringan, potongan tubuh,
plasenta
Benda tajam bekas pakai  jarum suntik, jarum
jahit, pisau bedah, tabung darah, pipet, sediaan
apus darah.

116
PENANGANAN LIMBAH KLINIS
Ditampung dalam kantong kedap air 
biasanya berwarna kuning 
Ikat secara rapat kantong yg sudah berisi
2/3 penuh.
pembuangan akhir/ pembakaran
(insenarator)

117
LIMBAH LABORATORIUM
Disterilisasi sebelum keluar dari lab
 ditangani secara prosedur limbah
klinis
Cara terbaik  insinerasi
Cara lain  mengubur

118
PEMILAHAN
Menyediakan wadah  sesuai dg jenis
sampah
Wadah tersebuh menggunakan kantong
plastik berwarna
Kuning  infeksius, hitam  non medis,
merah  bahan beracun,
Drum dicat, atau wadah diberi label

119
PENANGANAN
Wadah tdk boleh penuh  ¾ bagian 
pembuangan akhir
Wadah kantong plastik  diikat rapat 
diangkut dan dibuang bersama wadahnya.
Sampah dari ruang perawatan  tetap dalam
wadahnya  jangan dituangkan pd
gerobak terbuka  mengurangi risiko
kecelakaan
Petugas menggunakan sarung tangan dan
sepatu; mencuci tangan dg sabun setiap
selesai mengambil sampah.
120
PENAMPUNGAN SEMENTARA
Wadah mudah dijangkau petugas, pasien
dan pengunjung
Harus tertutup, kedap air, tidak mudah
bocor  dijangkau serangga, tikus dll.
Hanya sementara  tdk boleh lebih dari
satu hari

121
Petugas menggunakan sarung tangan dan
sepatu  tangani limbah medis
Wadah yg mudah dicuci , tdk mdh bocor,
plastik atau logam galvanis
Wadah dg tutup, > bik dg pedal pembuka
Wadah setiap hari dikosongkan atau saat ¾
isi.
Cuci wadah limbah medis tiap hari dg
desinfektan
Cuci sarung tangan dan tangan setelah
menangani limbah medis.

122
WADAH LIMBAH BENDA TAJAM

Tahab bocor dan tahan tusukan.


Memp pegangan  dpt dijinjing dg 1
tangan
Memp penutup yg tdk dpt dibuka lagi.
Dpt digunakan dg 1 tangan
Ditutup & diganti setelah ¾ isi
Dtangani bersama limbah medis

123
Pembungan/ pemusnahan
Seluruh sampah  tempat
pembuangan/ pemusnahan
Sistem pemusnahan  insinerasi
Pembakaran dg suhu tinggi 
membunuh mikroorganisme dan
mengurangi volume sampah 90%

124
125
126
127
128
129
130
131
132
133
134
PEMBUANGAN LIMBAH CAIR
Sistem penyaluran harus tertutup
Kemiringan saluran 2-4oC
Belokan saluran harus > 90oC
Bangunan penampung (septic tank)
kedap air
Perhatikan permukaan dan sumber air

135
PEMBUANGAN BENDA TAJAM

Limbah medis  didlm kantong


medis
Idealnya  insinerasi
Cara dikubur
Tidak menimbulkan perlukaan

136
Dekontaminasi tumpahan darah/ cairan tubuh
PERSIAPAN

APD
Kertas penyerap/ kertas tisu/ koran bekas
Lar Na hipoklorit0,05% (dlm penyemprot atau botol)  dekontaminasi
permukaan
Lap bersih.
Sarana cuci tangan

PROSEDUR

 Pakai APD
 Serap darah dg kertas/ koran bekas/ tisu
 Buang kertas penyerap bersama sampah medis kedlm kantong kedap cairan
 Tuangi atau semprot area bekas tumpahandg Na hipoklorit 0,5%  biarkan
10 menit  bersihkan.
 Bilas dg lap basah  klorin terangkat.
 Buang sarung tangan  wadah
 Cuci tangan

137
Prosedur 10 : Dekontaminasi Meja Kerja / Operasi

Persiapan
Alat pelindung
Larutan natrium hipoklorit 0,05% (dlm alat penyemprot atau
botol) utk dekontaminasi permukaan meja periksa/permukaan
meja bedah/bahan lain yang tidak berpori
Lap bersih
Sarana cuci tangan

Prosedur
1. Dekontminasi dilakukan setiap pagi dan bila tampak tercemar
2. Pakai sarung tangan rumah tangga, masker, kacamata /
pelindung wajah

138
Prosedur 10 : Dekontaminasi Meja Kerja / Operasi (Lanjt)

Prosedur
3. Bersihkan seluruh permukaan meja dengan larutan natrium
hipoklorit 0,05% (sepuluh kali lebih encer dari larutan untuk
dekontaminasi alat kesehatan)
4. Bilas dengan lap basah bersih hingga semua klorin terangkat
5. Buka sarung tangan, masukan sarung tangan dalam wadah
sementara menunggu dekontaminasi sarung tangan dan
proses selanjutnya
6. Cuci tangan

139
140
Profilaksis Pasca Pajanan
di Rumah Sakit

141
Profilaksis Pasca Pajanan
Kewaspadaan Universal merupakan
prioritas utama
Setiap Rumah Sakit perlu memiliki
protokol tatalaksan pasca pajanan/
pengobatan
Selalu melakukan pemantauan dan
pencatatan setiap pajanan pada
kecelakaan kerja
142
Pajanan pada Kecelakaan Kerja
Pajanan Bahan Pajanan
– Perlukaan kulit – Darah
– Pajanan pada – Cairan bercampur darah yang
selaput mukosa kasat mata
– Cairan yang potensial
– Pajanan melalui
terinfeksi: semen, cairan
kulit yang luka vagina, cairan serebrospinal, c.
– Gigitan yang sinovia, c. pleura, c peritoneal,
berdarah c. perickardial, c amnion
– Virus yang terkonsentrasi

143
Tatalaksana Pajananan: 1

Jangan Panik !
Tapi selesaikan
dalam
<4 jam
144
Tatalaksana Pajananan: 2
Segera Luka tusuk bilas air mengalir dan
sabun / antiseptik
Pajanan mukosa mulut  ludahkan
dan kumur
Pajanan mukosa mata  irigasi dg air/
garam fisiolofis
Pajanan mukosa hidung  hembuskan
keluar dan bersihkan dengan air
Jangan dihisap dengan mulut, jangan
ditekan
Catatan:
chlorhexidine Disinfeksi luka dan daerah sekitar kulit
cetrimide bekerja dengan salah satu:
melawan HIV
tetapi bukan HBV - Betadine (povidone iodine 2.5%) selama 5
mnt
- Alcohol 70% selama 3 mnt
145
Tatalaksana Pajananan: 3
Laporkan
Catat dan laporkan
– Panitia PIN, Panitia K3, Atasan langsung
– Agar secepat mungkin diberi PPP
Perlakukan sebagai keadaan darurat 
Obat PPP harus diberikan sesegera
mungkin bila diperlukan (dalam 1-2 jam)
PPP setelah 72 jam tidak efektif
Tetap berikan PPP bila pajanan risiko tinggi
meski hingga satu minggu setelahnya
(maks)
Pantau sesuai dengan protokol pengobatan
ART
Hitung sel darah, LFT, kepatuhan,
dukungan 146
Tatalaksana Pajananan: 4
Didasarkan
Pertimbangkan – Derajat pajanan
Profilaksis – Status infeksi dari sumber
pajanan
Pasca – Ketersediaan obat PPP
Pajanan Konseling
(PPP) Tindak lanjut dan Evaluasi

147
CATAT

Tanggal dan jam kejadian (pajanan)


Uraian kejadian lebih rinci
Sumber pajanan bila diketahui
Pengobatan PPP secara rinci bila
mendapatkannya
Tindak lanjut
Hasil pengobatam
Simpan semua data pajanan

148
PPP untuk Hepatitis B
Vaksinasi dan respon St infeksi Sumber Pajanan
antibodi dari Petugas
Kesehatan± HBsAg Tidak tahu
HBsAg positif
negatif sarana pemeriksaan (-)

Belum divaksinasi 1 dos HBIG + seri Seri vaksinasi Seri vaksinasi hepatitis B
vaksinasi hepatitis B hepatitis B Sumber pajanan berisiko
tinggi  obati seperti
pada HBsAg positif
Pernah divaksinasi
Diketahui sbg Tidak perlu PPP Tidak perlu Tidak perlu PPP
responder PPP
Diketahui sbg non- 1 dosis HBIG + ulangan Tidak perlu Sumber pajanan berisiko
responder seri vaksinasi hepatitis PPP tinggi  obati seperti
B atau 2 dosis HBIG pada HBsAg positif

Tidak diketahui Anti-HBs terpajan Tidak perlu Anti-HBs terpajan


status respon cukup - tidak perlu PPP cukup - tidak perlu PPP
antibodinya PPP tidak cukup - 1 dosis
tidak cukup - 1 dosis HBIG + vaksin boster
HBIG + vaksin boster
149
Alur PPP pada pajanan HIV:
1. Menentukan Kategori Pajanan (KP)
Sumber pajanan berupa darah, cairan berdarah, atau bahan lain yang berpotensi
menularkan infeksi (OPIM), atau alat kesehatan yang tercemar dari salah satu
bahan tersebut?

Tidak
Ya
OPIM Darah atau cairan berdarah
Tak perlu
PPP
Macam pajanan yang terjadi

Kulit yg tak utuh atau selaput mukosa Kulit yang utuh Pajanan perkutaneus

Volume? Tak perlu PPP Seberapa berat?

Sedikit Banyak Tidak berat Lebih berat


(mis. satu tetes, dalam (mis. Beberapa tetes, percikan (mis. Jarum solid atau (mis. Jarum besar bersaluran,
waktu singkat) darah darah banyak dan/atau dalam goresan superfisial) tusukan dalam, darah terlihat,
waktu lama) jarum bekas pasien)

KP 1 KP 2 KP 2 KP 3
150
Alur PPP pada pajanan HIV:
2. Menentukan Kategori/ Kode Status HIV sumber
pajanan (KS-HIV)
Bagaimanakah Status HIV dari Sumber Pajanan?

HIV (-) HIV (+) Tak diketahui Tak diketahui


sumbernya

Tak perlu PPP

KS HIV
Pajanan dengan titer Pajanan dengan titer tinggi, mis. tidak tahu
rendah, mis. Asimtomatik AIDS lanjut, infeksi HIV primer, VL
dan CD4 tinggi yang meningkat atau tinggi atau
CD4 rendah
Pada umumnya
Tak perlu PPP,
Perlu telaah
KS HIV 1 KS HIV 2 kasus per kasus

151
Alur PPP pada pajanan HIV
3. Menentukan Pengobatan Profilaksis
Pasca Pajanan
Kategori Kategori Sumber Rekomendasi Pengobatan
Pajanan pajanan (KS HIV)
(KP)
1 1 (rendah Obat tidak dianjurkan
Risiko toksisitas obat > dari risiko terinfeksi
HIV
1 2 (tinggi) Pertimbangkan AZT + 3TC + Indinavir
Pajanan memiliki risiko yang perlu
dipertimbangkan
2 1 (rendah) Dianjurkan AZT + 3TC + Indinavir
Kebanyakan pajanan masuk dalan kategori ini

2 2 Dianjurkan AZT + 3TC + indinavir atau


nelfinavir
3 1 atau 2
Anjuran pengobatan selama 4 minggu dengan dosis:
AZT: 3 kali sehari @ 200 mg, atau 2 kali sehari @ 300mg
3TC: 2 kali sehari @ 150mg
Indinavir: 3x sehari @ 800mg 1 jam sebelum makan atau 2 jam setelah makan dan banyak minum,
diet rendah lemah 152
Yaitu :
- DUVIRAL ( zidovudim ( AZT ) ) 300 mg dan
lamudivudin ( 3 TC ) 150 mg 2 x 1.
- EFAVIRENZ 600 mg 1 x 1 (tidak di anjurkan
untuk wanita hamil).
Pengobatan di anjurkan diberikan dalam jangka
minimal 2 sampai dengan 4 minggu.
Efek samping yang sering terjadi dengan
pemberian ARV adalah mual, perasaan tidak
enak, sakit kepala, lelah dan diare.

153
Tatalaksana PPP

Konseling prates untuk petugas kesehatan


yang terpajan
Lakukan pemeriksaan awal
– HIV
– Hep B and C
– Syphilis (malaria)
Beri konseling untuk tidak menjadi donor
darah, harus berperilaku seksual dan suntikan
yang aman sampai hasil diketahui
Konseling pasca tes dan berikan hasil tes awal
secepat mungkin kepada terpajan
154
Informasi kepada orang yang
terpajan

Risiko transmisi HIV setelah Pajanan Darah = 0.3%


jika sumber pasien adalah HIV positif
Risiko transmisi sesuai dengan jenis kecelakaan
PPP tergantung pada kegawatan pajanan dan status
HIV dari sumber pasien
PPP tidak 100% efektif
Minum ARV
Efek samping ARV
Hindari hubungan seks yang tak terlindungi sampai
konfirmasi setelah 3 bulan
155
Informasi kepada orang yang
terpajan
Penjelasan yang jelas oleh dokter mengenai
risiko dan tindakan yang dapat digunakan untuk
melepaskan stress dan kegelisahan!
Keputusan PPP harus ditangan terpajan!
Tanda tangani formulir penolakan jika Petugas
Kesehatan menolak PPP

156
Tindakan yang paling berisiko
Pengambilan darah, penutupan kembali jarum suntik
Memasukan dan menangani cairan IV
Operasi
Menangani darah atau cairan tubuh yang terinfeksi di
laboratorium
Membersihkan, menangani dan menghancurkan limbah
sampah dan alat-alat medis yang terkontaminasi

TERUTAMA DALAM KEADAAN TERBURU-BURU!

157
Kondisi lingkungan kerja
mempengaruhi

– Mutu pelayanan
– Keamanan
– Kesejahteraan pekerja

158
Kewaspadaan Universal membantu
menciptakan lingkungan kerja yang
aman
Upaya meningkatkan keamanan dan lingkungan
kerja yang kondusif
– Pemahaman para manager
risiko kerja dan cara pencegahan
tatalaksana kecelakaan kerja
– Penyediaan alat pelindung, bahan dan sarana
perlengkapan KU
– Pengembangan kebijakan, prosedur kerja yang rinci
– Dukungan bagi tenaga kesehatan:, PPP, konseling
pasca pajanan
– Supervisi
– Surveilans

159
160

Anda mungkin juga menyukai