Anda di halaman 1dari 22

“INFEKSI PUERPERIUM

OLEH:
KELOMPOK 5B

ASTRI PUTRI UTAMI


CHINTYA DWI
FAJAR ROMADAN
INTAN PERMATA SARI
Pengertian Infeksi Nifas atau Postpartum

a. Masa nifas (puerperium) adalah masa pulihnya kembali, mulai dari


persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti
keadaan sebelum hamil. (Muchtar, 1998 : 115).
b. Periode postpartum (puerperium) adalah jangka waktu 6 minggu,
yang dimulai setelah kelahiran bayi sampai pemulihan kembali
organ-organ reproduksi seperti sebelum kehamilan. (Bobak, 2000 :
716).
Jadi, yang dimaksud dengan infeksi postpartum adalah infeksi
bakteri pada traktus genetalia yang terjadi setelah melahirkan, ditandai
dengan kenaikan suhu hingga 38 C atau lebih selama 2 hari dalam 10
hari pertama pasca persalinan dengan mengecualikan 24 jam perta
PERIODE NIFAS ATAU POSTPARTUM

a. Periode Immediate postpartum : terjadi dalam 24 jam pertama setelah


melahirkan.

b. Periode Early postpartum : terjadi setelah 24 jam postpartum sampai


akhir minggu pertama sesudah melahirkan, dimana resiko sering
terjadi pada ibu postpartum, hampir seluruh sistem tubuh mengalami
perubahan secara drastis.

c. Periode late postpartum : terjadi mulai minggu kedua sampai minggu


keenam sesudah melahirkan, dan terjadi perubahan secara bertahap.
ADAPTASI FISIOLOGIS POSTPARTUM
a.Sistem Respirasi
Penggunaan obat-obat anesthesia umum selama proses
pembedahan menyebabkan perubahan kecepatan
frekuensi, kedalaman dan pola respirasi.
b. SistemCardiovaskuler
1. Cardiak Output
2. Volume dan Konsentrasi Darah

c. Sistem Gastrointestinal

Pada klien dengan postpartum seksio sesarea biasanya


mengalami penurunan tonus otot dan motilitas traktus
gastrointestinal dalam beberapa waktu.
d. Sistem Reproduksi
1. Payudara

2. Involusi Uterus
3. Endometrium
4. Cerviks, Vagina, Vulva, Perineum

5) Lochea

e. Sistem Endokrin

Kaji kelenjar tiroid, adakah pembesaran pada kelenjar


tiroid, pembengkakan kelenjar getah bening dan kaji .juga
pengeluaran ASI dan kontraksi uterus.
f.sistem Perkemihan

Pada klien seksio sesarea terutama pada kandung kemih dapat terjadi karena letak
blass berdempetan dengan uterus, sehingga pengosongan kandung kemih mutlak
dilakukan dan biasanya dipasang folly kateter selama pembedahan sampai 2 hari
post operasi

g. Sistem Persarafan

Sistem persarafan pada klien postpartum biasanya tidak mengalami gangguan


kecuali ada komplikasi akibat dari pemberian anesthesia spinal atau penusukan
pada anesthesi epidural dapat menimbulkan komplikasi penurunan sensasi pada
ekstremitas bawah. Klien dengan spinal anesthesia perlu tidur flat selama 24 jam
pertama. Kesadaran biasanya
h.Sistem Integumen

Cloasma/hyperpigmentasi kehamilan sering hilang


setelah persalinan akibat dari penurunan hormon
progesterone dan melanotropin, namun pada beberapa
wanita ada yang tidak menghilang secara keseluruhan,
kadang ada yang hyperpigmentasi yang menetap.

i.Sistem Muskuloskletal
Selama kehamilan otot abdomen teregang secara
bertahap, hal ini menyebabkan hilangnya kekenyalan
otot pada masa postpartum, terutama menurunnya
tonus otot dinding dan adanya diastasis rektus
abdominalis.
ETIOLOGI

a. Streptococcus haematilicus aerobicus

Masuknya secara eksogen dan menyebabkan infeksi berat yang ditularkan dari
penderita lain , alat alat atau kain yang tidak steril , tangan penolong , dan sebagainya.

b. Staphylococcus aureus

Masuk secara eksogen, infeksinya sedang, banyak ditemukan sebagai penyebab infeksi
di rumah sakit

c. Escherichia coli

Sering berasal dari kandung kemih dan rectum , menyebabkan infeksi terbatas pada
perineum,vulva,dan endometrium.Kuman ini merupakan sebab penting dari infeksi
traktus urinarius.

d. Clostridium welchii

Kuman anaerobik yang sangat berbahaya ,bersifat anerobik ,jarang ditemukan. Infeksi
lebih sering terjadi pada abortus kriminalis.
Faktor Predisposisi

a. Faktor predisposisi infeksi postpartum

1. Semua keadaan yang dapat menurunkan daya tahan tubuh, seperti


perdarahan, dan kurang gizi atau malnutrisi

2. Partus lama, terutama partus dengan ketuban pecah lama.

3. Tindakan bedah vaginal yang menyebabkan perlukaan jalan lahir.

4. Tertinggalnya sisa plasenta, selaput ketuban dan bekuan dara

5. Anemia, higiene, kelelahan

6. Proses persalinan bermasalah :


Partus lama/macet, korioamnionitis, persalinan traumatik, kurang
baiknya proses pencegahan infeksi, manipulasi yang berlebihan, dapat
berlanjut ke infeksi dalam masa nifas
Patofisiologi
Reaksi tubuh dapat berupa reaksi lokal dan dapat pula terjadi reaksi umum.
Pada infeksi dengan reaksi umum akan melibatkan syaraf dan metabolik pada
saat itu terjadi reaksi ringan limporetikularis diseluruh tubuh, berupa
proliferasi sel fagosit dan sel pembuat antibodi (limfosit B).

Kemudian reaksi lokal yang disebut inflamasi akut, reaksi ini terus
berlangsung selama menjadi proses pengrusakan jaringan oleh trauma. Bila
penyebab pengrusakan jaringan bisa diberantas, maka sisa jaringan yang rusak
disebut debris akan difagositosis dan dibuang oleh tubuh sampai terjadi
resolusi dan kesembuhan. Bila trauma berlebihan, reksi sel fagosit kadang
berlebihan sehingga debris yang berlebihan terkumpul dalam suatu rongga
membentuk abses atau bekumpul dijaringan tubuh yang lain membentuk
flegman (peradangan yang luas dijaringan ikat). (Sjamsuhidajat, R, 1997 ).
MANIFESTASI KLINIS

a. Peningkatan suhu

b. Takikardi.

c. Nyeri pada pelvis

d. Demam tinggi

e. Nyeri tekan pada uterus

f. Lokhea berbau busuk/ menyengat

g. Penurunan uterus yang lambat

h. Nyeri dan bengkak pada luka episiotomy


JENIS-JENIS INFEKSI POSTPARTUM

a. Infeksi Payudara
Mastitis
Infeksi payudarac(masitis) adalah suatu infeksi pada jaringan
payudara. Pada infeksi yang berat atau tidak diobati, bisa
terbentuk abses payudara (penimbunan nanah di dalam payudara).
Bendungan ASI
Bendungan ASI adalah pembendungan air susu karena
penyempitan duktus laktiferi atau oleh kelenjar yang tidak
dikosongkan dengan sempurna atau karena kelainan pada putting
susu (Mochtar, 1996).
Abses Payudara
Abses payudara berbeda dengan mastitis. Abses payudara terjadi apabila
mastitis tidak tertangani dengan baik, sehingga memperberat infeksi.
b. Infeksi Parineal

Masuknya bibit penyakit ke dalam tubuh melalui robekan dan serambi liang
senggama waktu bersalin, sehingga luka terasa nyeri dan mengeluarkan nanah.

Disebabkan oleh keadaan yang kurang bersih dan tindakan pencegahan infeksi
yang kurang baik.

c.Infeksi Parineal

Masuknya bibit penyakit ke dalam tubuh melalui robekan dan serambi liang senggama
waktu bersalin, sehingga luka terasa nyeri dan mengeluarkan nanah.

d.Infeksi Uterus

Endometritis (Lapisan dalam rahim)

Endometritis adalah infeksi pada endometrium (lapisan dalam dari rahim). infeksi ini
dapat terjadi sebagai kelanjutan infeksi pada serviks atau infeksi tersendiri dan
terdapat benda asing dalam rahim (Anonym, 2008).
PENGOBATAN INFEKSI KALA NIFAS

Pengobatan infeksi pada masa nifas antara lain:


a. Sebaiknya segera dilakukan kultur dari sekret vagina dan servik,
luka operasi dan darah, serta uji kepekaan untuk mendapatkan
antibiotika yang tepat.
b. Memberikan dosis yang cukup dan adekuat.
c. Memberi antibiotika spektrum luas sambil menunggu hasil
laboratorium.

d. Pengobatan mempertinggi daya tahan tubuh seperti infus, transfusi


darah, makanan yang mengandung zat-zat yang diperlukan tubuh,
serta perawatan lainnya sesuai komplikasi yang dijumpai.
PENGOBATAN KEMOTERAPI DAN
ANTIBIOTIKA INFEKSI NIFAS
Infeksi nifas dapat diobati dengan cara sebagai berikut:
a. Pemberian Sulfonamid – Trisulfa merupakan kombinasi dari
sulfadizin 185 gr, sulfamerazin 130 gr, dan sulfatiozol 185 gr. Dosis
2 gr diikuti 1 gr 4-6 jam kemudian peroral.

b. Pemberian Penisilin – Penisilin-prokain 1,2 sampai 2,4 juta satuan


IM, penisilin G 500.000 satuan setiap 6 jam atau metsilin 1 gr setiap
6 jam IM ditambah ampisilin kapsul 4×250 gr peroral.
c. Tetrasiklin, eritromisin dan kloramfenikol.

d. Hindari pemberian politerapi antibiotika berlebihan.


e. Lakukan evaluasi penyakit dan pemeriksaan laboratorium.
KOMPLIKASI

1. Peritonitis (peradangan selaput rongga perut)

2. Tromboflebitis pelvika (bekuan darah di dalam vena panggul),


dengan resiko terjadinya emboli pulmoner.

3. Syok toksik akibat tingginya kadar racun yang dihasilkan oleh


bakteri di dalam darah. Syok toksik bisa menyebabkan
kerusakan ginjal yang berat dan bahkan kematian.
Penatalaksanaan

Pencegahan

A. Masa Persalinan

a. Hindari pemeriksaan dalam berulang, lakukan bila ada indikasi dengan


sterilitas yang baik, apalagi bila ketuban telah pecah.

b. Hindari partus terlalu lama dan ketuban pecah lama.

c. Jagalah sterilitas kamar bersalin dan pakailah masker, alat-alat harus suci
hama.

d. Perlukaan-perlukaan jalan lahir karena tindakan baik pervaginam maupun


perabdominal dibersihkan, dijahit sebaik-baiknya dan menjaga sterilitas.

e. Pakaian dan barang-barang atau alat-alat yang berhubungan dengan


penderita harus terjaga kesuci-hamaannya.

f. Perdarahan yang banyak harus dicegah, bila terjadi darah yang hilang
harus segera diganti dengan transfusi darah.
B. Pencegahan infeksi postpartum :
1) Anemia diperbaiki selama kehamilan. Berikan diet yang
baik. Koitus pada kehamilan tua sebaiknya dilarang.

2) Membatasi masuknya kuman di jalan lahir selama


persalinan. Jaga persalinan agar tidak berlarut-larut.
Selesaikan persalinan dengan trauma sesedikit
mungkin.

3) Selama nifas, rawat higiene perlukaan jalan lahir.


Jangan merawat pasien dengan tanda-tanda infeksi nifas
bersama dengan wanita sehat yang berada dalam masa
nifas.
C. Penanganan umum
1) Antisipasi setiap kondisi (faktor predisposisi dan masalah dalam proses persalinan)
yang dapat berlanjut menjadi penyulit/komplikasi dalam masa nifas.
2) Berikan pengobatan yang rasional dan efektif bagi ibu yang mengalami infeksi
nifas.
3) Lanjutkan pengamatan dan pengobatan terhadap masalah atau infeksi yang
dikenali pada saat kehamilan ataupun persalinan.
4) Jangan pulangkan penderita apabila masa kritis belum terlampaui.
5) Beri catatan atau instruksi tertulis untuk asuhan mandiri di rumah dan gejala-gejala
yang harus diwaspadai dan harus mendapat pertolongan dengan segera.
6) Lakukan tindakan dan perawatan yang sesuai bagi bayi baru lahir, dari ibu yang
mengalami infeksi pada saat persalinan. Dan Berikan hidrasi oral/IV secukupnya.
Penanganan infeksi postpartum :

1) Suhu harus diukur dari mulut sedikitnya 4 kali


sehari.
2) Berikan terapi antibiotik, Perhatikan diet.
Lakukan transfusi darah bila perlu, Hati-hati bila
ada abses, jaga supaya nanah tidak masuk ke
dalam rongga perineum.
TERIMAKASI

Anda mungkin juga menyukai