Anda di halaman 1dari 17

Umar Congge L

MAKNA GOOD GOVERNANCE


 Didalam bahasa Inggris kata “governance” mempunyai
banyak arti.

 Di Indonesia digunakan antara lain:


 Departemen Dalam Negeri = Tata Kepemerintahan yang
Baik.
 Badan Perencanaan Nasional (BAPENAS)= Tata Kelola yang
baik
 Departemen Pendidikan Nasional dan beberapa
departemen lain = Tata Layanan yang Baik
GOOD GOVERNANCE
Governance adalah proses pengambilan keputusan dan
proses di mana keputusan dilaksanakan (atau tidak
dilaksanakan).

Di Indonesia dikenal ada 3 pengertian dapat


disimpulkan sebagai berikut:

“Good governance adalah tata kepemerintahan,


tata kelola dan tata layanan yang baik”
KARAKTERISTIK GOOD
GOVERNANCE
Consensus
Accountable
oriented

Participatory Transparent

Good
Governance
Follows the
Responsive
rule of law

Effective and Equitable and


Efficient inclusive

Source: Briefs, World Bank Intitute, 2004


UNSUR-UNSUR GOOD
GOVERNANCE
 World Bank = 8 Unsur Seperti Diatas
 UNDP menambahkan yaitu Strategi C Vision ( Strategi
Pandangan ke Depan )
 Kesepakatan Walikota Dan Seluruh Bupati Seluruh
Indonesia (2002) Menambahkan Profesionalisme
 Di Indonesia Dianut 10 Karakteristik dari Makna Good
Governance
 World Bank mengajukan 8 karakteristik good
governance dan yang terpenting sebagai
intinya adalah 3 karakteristik yaitu:
 Transparansi

 Partisipasi

 Akuntabilitas
 Transparansi: kemampuan rakyat/warga untuk
(i) memperoleh dan mengerti informasi tentang
pelayanan ,proses anggaran dan keputusan biaya;
dan
(ii) memantau atau mengidentifikasikan secara tepat
siapa sebenarnya pembuat keputusan serta apa
peran mereka dalam pengambilan keputusan.
 Partisipasi: kemampuan warga—langsung dan tidak
langsung– untuk mengerti dan bersuara atau
mempengaruhi(secara positif) proses pengambilan
keputusan. Partisipasi mulai dari tingkat rendah (a)
berbagi informasi, (b) konsultasi, lalu ke tingkat yg
lebih tinggi (c) kolaborasi—berbagai peran dlm
mengambil keputusan sebagai sumberdaya, dan (d)
pemberdayaan—memberikan wewenang untuk ikut
serta dalam mengambil keputusan dan ia sebagai
sumberdaya.
 Akuntabilitas berarti kewajiban pembuat keputusan
untuk (a) tanggap atas warga perihal kebutuhan
mereka; dan (b) kemampuan warga untuk meminta
pertanggungjawaban dari para pembuat kebijakan
atas janji mereka

 Akuntabilitas = Pertanggung Gugatan bukan


pertanggung jawaban semata
PRINSIP-PRINSIP PERENCANAAN
PEMBANGUNAN DAERAH
Perencanaan Pembangunan Daerah yang baik harus
memenuhi prinsip-prinsip:
 SMART
S : specific/terperinci secara khusus
M : measurable/terukur,
A : achievable/terjangkau
R : relevant(reliable) /sesuai dengan kebutuhan;
bisa dipercaya
T : time bounded/berjangka waktu.
Dari prinsip tersebut yang sangat penting adalah huruf A
(achievable/terjangkau) dalam rangka peningkatan mutu
pembangunan
DALAM APLIKASINYA
 Prinsip yang digunakan dalam aplikasi disebut prinsip
TAPA:
 Transparansi (T)

 Aspirasi (A)

 Partisipasi (P)
 Akuntabilitas (A)
PRINSIP PEMBANGUNAN DAERAH
 Tujuan akhir = Berpihak pada rakyat kecil (People Centered)
dengan tidak diskriminatif dan mempunyai rasa berkeadilan
(Equity for All people)
 Berdasarkan hal tersebut diatas maka beberapa prinsip harus
ditegakkan diantaranya:
1. Berwawasan lingkungan (vision of Environment)
2. Mampu mendorong pertumbuhan ekonomi khususnya
ekonomi kerakyatan(Economically Benefit)
3. Berdasarkan pada budaya dan adat istiadat setempat
(Culturaly Appropriate)
Lanjutan…..
4. Sesuai dengan kondisi Sosial masyarakat (Socially
Accepted)

Akibat tidak dilakukannya Prinsip TAPA dalam


menata perencanaan pembangunan maka
berakibat banyaknya ketimpangan yang dilakukan
dan menimbulkan berbagai implikasi negatif
yang muncul di lapangan.
KEADAAN NYATA DI LAPANGAN
 Inkonsistensi kebijakan antar organisasi publik,
Kebijakan Makro VS Mikro khususnya dalam hal
Kebijakan terhadap Pelaksanaannya
 Ketidakselarasan antara Perencanaan Program
terhadap Pembiayaan.
 Rendahnya akan keharusan pelaksanaan TAPA
khususnya dalam perumusan kebijakan dan
keuangan publik
LANJUTAN……
 Tidak adanya penilaian kinerja, kebijakan,
perencanaan dan pelaksanaan
 Kurangnya perhatian akan keterlibatan para
Stakeholder pembangunan
 Tidak dilakukannya secara cermat dan tepat
tentang Monitoring dan Evaluasi (MONEV)
AGENDA REFORMASI JILID II
(Memakai Good Governance Sbg Tools of
Management)
 Pembenahan ulang management meliputi;
 Aspek Institusional
 Aspek Pembiayaan
 Aspek Program
Hal tersebut diperlukan untuk pemberdayaan
mangement pembangunan daerah dimana PEMDA
sebagai front line dengan tujuan akhir adalah
peningkatan kesejahtraan rakyat
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai