Anda di halaman 1dari 19

PEMBIAYAAN KESEHATAN

BERSUMBER PEMERINTAH
PUSAT

http://www.free-powerpoint-templates-design.com
KELOMPOK 1
Asna (J1A1 17 020)
Nasruddin (J1A1 17 088)
Rahma Yani (J1A1 17 113)
Regitha Pricillia Cahyani T. (J1A1 17 116)
Sazkia Masyhuriana A. (J1A1 17 128)
Siti Azzahra (J1A1 17 132)
Try Saputra Habibie (J1A1 17 142)
Fera Rahayu Ningsi (J1A1 17 207)
Wa Ode Yasni (J1A1 17 282)
Emi Ayu Elsawati (J1A1 17 309)
Latar Belakang
Derajat Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) masih merupakan masalah utama dalam
pembangunan kesehatan di kawasan timur Indonesia. Salah satu provinsi yang banyak menjadi
sorotan nasional dalam hal rendahnya status kesehatan ibu dan anak adalah Provinsi Nusa Tenggara
Timur (NTT). Kematian ibu dan bayi di NTT dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu masih
banyaknya pertolongan persalinan oleh dukun atau keluarga yang berlangsung di rumah, adanya
gangguan status gizi ibu pada saat hamil dan sebelum hamil, dan keterlambatan dalam hal mengenali
tanda bahaya, mengambil keputusan untuk mencari pertolongan yang berkualitas, mencapai fasilitas
kesehatan dan mendapatkan pertolongan yang cepat dan tepat di fasilitas pelayanan (Dominirsep
Dodo et all, 2012).
Kabupaten Sabu Raijua adalah salah satu kabupaten baru di wilayah Provinsi NTT yang
dibentuk pada tahun 2008. Kabupaten ini tergolong daerah miskin, terpencil dan termasuk dalam
kategori kepulauan terluar di bagian selatan NTT. Jumlah penduduknya di tahun 2010 sebanyak
73.000 orang. Jumlah masyarakat miskin sebanyak 64.613 orang dan semuanya dicakup oleh dana
Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas). Pada tahun 2010, jumlah kasus kematian bayi
sebanyak 16 orang dan kematian balita sebanyak 12 orang. Jumlah kematian ibu sebanyak 10 orang.
Kabupaten Sabu Raijua adalah kabupaten dengan kapasitas fiskal yang rendah (indeks fiskal
0,2181). Penyelenggaraan fungsi pemerintahan masih banyak bergantung pada dana perimbangan
yang berasal dari pemerintah pusat (Dominirsep Dodo et all, 2012).
Rumusan Masalah

01 02 03 04
Bagaimana Apa yang Bagaimana Bagaiamana
menyebabkan Tingkat
tanggapan Anda keberlangsungan
strategi yang
mengenai fakta peningkatan dan biaya kesehatan dan dilakukan untuk
mengenai penurunan biaya komitmen keberlangsungan
pembiayaan kesehatan? dalam pembiyan program
kesehatan
kesehatan yang tersebut?
kesehatan.
ada?
Tujuan
Untuk mengetahui Untuk mengetahui
tanggapan yang telah I
tingkat keberlangsungan
dikemukakan dengan
melihat fakta pembiayaan biaya kesehatan dan
kesehatan yang ada. bagaimana komitmennya.

Untuk mengetahui Untuk mengetahui


penyebab peningkatan .
strategi yang dilakukan
.

dan penurunan biaya untuk keberlangsungan


kesehatan. program kesehatan.
Pengertian Pembiayaan

01 Menurut Antonio (2001:160)

Pembiayaan yaitu pemberian fasilitas


penyediaan dana untuk memenuhi kebutuhan
pihak - pihak yang merupakan defisit unit.

02 Menurut Rivai dan Arifin (2010 : 681)

Menurut Rivai dan Arifin (2010 : 681)


pembiayaan atau financing adalah pendanaan yang
diberikan oleh suatu pihak kepada pihak lain
untuk mendukung investasi yang telah
direncanakan, baik dilakukan sendiri maupun
lembaga. Dengan kata lain, pembiayaan adalah
pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung
investasi yang telah direncankan.
Pengertian Kesehatan

Kesehatan Nasional Dunia (WHO) Kesehatan yaitu


suatu keadaan fisik, mental, dan sosial kesejahteraan dan
bukan hanya tidak adanya penyakit atau
kelemahan.Sedangkan dalam Piagam Ottawa
mengatakan bahwa kesehatan ialah suatu sumber daya
bagi kehidupan sehari-hari, bukan sebuah tujuan hidup.
Kesehatan yaitu sebuah konsep positif yang menekankan
pada sumber daya pribadi,sosial dan kemampuan fisik.
Pembiayaan Kesehatan

Biaya kesehatan adalah besarnya


dana yang harus dikeluarkan
untuk menyelenggarakan
dan/atau memanfaatkan berbagai
upaya kesehatan yang diperlukan
oleh perorangan, keluarga,
kelompok dan masyarakat (Azrul
Azwar, 2002).
Fakta Pembiayaan Program Kesehatan Ibu dan Anak
Bersumber Pemerintah Di Kabupaten Sabu Raijua, Provinsi
NTT

Total biaya program KIA sebesar Rp450.787.500,00 pada tahun


2010.Biaya tersebut tidak cukup untuk menyediakan pelayanan
kesehatan dasar bagi ibu hamil mulai dari awal kehamilan sampai masa
nifas. Proporsi biaya dari pemerintah pusat sebesar 79,63%, pemerintah
provinsi sebesar 3,56% dan pemerintah kabupaten sebesar 16,78%.
Proporsi biaya KIA dari APBD kabupaten sebesar 0,80%. Perencanaan
kegiatan program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) bersumber APBD
kabupaten melalui Musyawarah Perencanaan Pembangunan
(Musrenbang).
Tabel 1 Proporsi Alokasi Biaya untuk Program Kesehatan Ibu
dan Anak dari Berbagai Sumber Biaya Di Kabupaten Sabu
Raijua Tahun 2010

Sumber
Total (Rp) Alokasi Untuk (%)
Biaya
Program KIA
(Rp)
Pemerintah Pusat 781.874.003 359.137.500 45,93

Pemerintah Provinsi 134.749.000 16.030.000 11,90

Pemerintah Daerah* 9,490,380,000 75.620.000 0,80

Pada tabel di atas menunjukkan bahwa pemerintah pusat mengalokasikan dana cukup besar untuk
pembiayaan program.
Tabel 2 Ketersediaan Biaya Program KIA Berdasarkan
Sumber Biaya Di Kabupaten Sabu Raijua Tahun 2010

Alokasi Untuk
Sumber Biaya
Program KIA
(Pemerintah)
(Rp) %
Pemerintah Pusat 359.137.500 79,67
Pemerintah Provinsi
16.030.000 3,56
(Dekonsentrasi)
Pemerintah Kabupaten (APBD)* 75.620.000 16,78
Total 450.787.500 100,00

Dari hasil data di atas dapat kami simpulkan bahwa pembiayaan dari Pemerintah sudah lebih dari
cukup tapi keterlambatan pencairan dana dari pusat hingga akhir tahun. Hasil penelitian ini sejalan
dengan penelitian di Ghana yang menyatakan keterlambatan pencairan dana mengacaukan
implementasi kegiatan kesehatan dan menurunkan moral kerja dari pegawai. Salah satu cara menyiasati
keterlambatan dana adalah melalui mekanisme hutang. Mekanisme lainnya ada-lah dengan meminjam
biaya dari kas internal institusi, pre-purchasing materials, atau melakukan penghematan diakhir tahun
untuk kegiatan pada awal tahun berikutnya.
Penyebab Peningkatan dan Penurunan Pembiayaan Program Kesehatan
Ibu Dan Anak Bersumber Pemerintah di Kabupaten Sabu Raijua, Provinsi
NTT
Masalah dalam pembiayaan kesehatan di Indonesia adalah belum optimalnya efektivitas
dan efisiensi dalam penggunaan. Ini terkait erat dengan jumlah dana yang kurang, alokasi yang
tidak sesuai prioritas, dan pola belanja yang cenderung pada investasi barang dan kegiatan tidak
langsung. Kondisi ini diperburuk lagi dengan terlambatnya pencairan dana yang secara umum
mempengaruhi pencapaian target program.

Hasil penelitian menemukan bahwa di seksi KIA yang ada di dinas kesehatan tidak
memiliki staf. Jumlah kegiatan program KIA yang direncanakan hanya dua kegiatan. Dana yang
tersedia sangat terbatas dan sumber daya manusia untuk melaksanakan kegiatan juga terbatas.
Dominasi peningkatan pembiayaan dari pemerintah pusat. Hal ini tidak sepenuhnya positif.
Sentralisasi dalam hal dana dekosentrasi program KIA tidak dibarengi dengan decision space yang
lebar sehingga derajat otonomi kabupaten juga terbatas. Selain itu juga alokasi anggaran tidak
tepat. Alokasi anggaran dari pusat untuk program KIA tidak ada hubungannya dengan indikator
kapasitas fiskal, jumlah penduduk, penduduk miskin, luas wilayah, jumlah dokter, jumlah
puskesmas dan jumlah rumah sakit.
Tingkat Keberlangsungan Pembiayaan Program Kesehatan Ibu Dan
Anak Bersumber Pemerintah dan Komitmen Pemerintah

Komitmen pemerintah masih rendah dalam


pembiayaan program KIA sebagai program prioritas.
Terjadi sentralisasi anggaran dalam pembiayaan program
KIA di daerah.

Hasil studi dokumen terhadap kuintansi pencairan


menunjukkan bahwa dana BOK dan Jamkesmas tahun 2010
di Kabupaten Sabu Raijua itu baru dapat dicairkan pada
bulan Oktober-November. Untuk dana Jamkesmas sendiri,
waktu pencairannya memang sudah biasa terjadi di akhir
tahun. Pencairan dana BOK dan Jamkesmas dinilai
terlambat dan waktunya kurang tepat.Penyebab
keterlambatan pencairan dana BOK dan Jamkesmas ini
adalah karena dua faktor diantaranya: keterlambatan dari
alokasi dari pemerintah pusat dan kemampuan dan
kapasitas dari sumberdaya manusia di puskesmas dalam
membuat Plan of Action (PoA).
Tabel 3 Distribusi Belanja Program KIA Berdasarkan Jenis Kegiatan Di
Kabupaten Sabu Raijua Tahun 2010

Jenis Kegiatan Jumlah (%)

Kegiatan Langsung
348.947.500
77,41 Tabel ini menunjukkan bahwa
proporsi belanja untuk kegiatan
Kegiatan Tidak
101.840.000 22,59 langsung lebih besar dari belanja
Langsung tidak langsung.
Total Biaya Program
450.787.500 100,00
KIA

Penelitian ini menemukan bahwa belanja program KIA dari aspek jenis kegiatan, lebih
banyak dihabiskan untuk kegiatan langsung. Kegiatan langsung adalah kegiatan yang
menghasilkan output program dan terkait langsung dengan pelayanan. Banyaknya biaya
yang digunakan untuk kegiatan langsung akan meningkatkan output layanan karena
menyentuh sasaran/populasi dan konsisten dengan prinsip penganggaran berbasis kinerja
yang menun-tut adanya efektivitas, efisiensi dan akuntabilitas.
Tabel 4 Distribusi Belanja Program KIA Berdasarkan Mata
Anggaran di Kabupaten Sabu Raijua Tahun 2010

Mata
Jumlah (%)
Anggaran Tabel ini menunjukkan
Investasi 25.500.000 5,66 bahwa hampir semua biaya
Operasional 425.287.500 94,34 program KIA digunakan
Pemeliharaan - - untuk biaya operasional
Total Biaya
sedangkan sisanya untuk
450.787.500 100,00 investasi.
Program KIA

Dari aspek mata anggaran, sebagian besar bia-ya dibelanjakan untuk input
yang bersifat operasional. Kinerja program sangat ditentukan oleh kecukup-an
biaya operasional. Kekurangan biaya operasional merupakan “penyakit” lama dalam
sistem kesehatan. Biasanya belanja kesehatan lebih didominasi oleh belanja fisik
untuk investasi. Belanja yang tinggi untuk kegiatan investasi cenderung tidak
meningkat-kan kinerja.
Strategi yang dilakukan untuk
Keberlangsungan Program Kesehatan
Strategi yang ditempuh dalam mengatasi hal ini
adalah pe-ngembangan kebijakan kesehatan
berbasis bukti.

Perbaikan kualitas dan Perlu dilakukan


pemantapan kapasitas perubahan dalam struktur
manajemen di dinas organisasi dan hal ini
terkait erat dengan
. kesehatan dan
keterse-diaan dan
puskesmas serta rumah
kemampuan sumber daya
sakit sehingga target manusia sektor kesehatan
kinerja tercapai secara yang ada di tingkat
efektif dan efisien daerah.

Kementerian
Kesehatan perlu Pemerintah daerah perlu
merubah mekanisme melakukan perbaikan
penyaluran Dana BOK dalam alokasi APBD
agar tidak terjadi untuk sektor kesehatan
keterlambatan
Kesimpulan
1. Keterlambatan pencairan 3. Kementerian Kesehatan
dana mengacaukan perlu merubah mekanisme
implementasi kegiatan penyaluran Dana BOK agar
kesehatan dan tidak terjadi keterlambatan
menurunkan moral kerja
dari pegawai.

4. Tingkat keberlangsungan
2. Masalah yang biaya kesehatan dimana
mengakibatkan terjadinya kegiatan Musrenbang
penurunan biaya belum menunjukkan
kesehatan adalah belum pengaruh yang berarti
optimalnya efektivitas dan terhadap perbaikan
efisiensi dalam kualitas kegiatan dan
penggunaan. alokasi anggaran dari
APBD.
Saran

1. Sebaiknya dalam penyaluran dana di daerah-daerah tidak


perlu di tunda-tunda, minimal dilakukan pertengahan bulan
dan teratur.
2. Penggunaan dana lebih terfokus pada preventif, promotif,
bahakn kuratif. Jangan hanya terfokus pada perbaikan alat
medis, tapi perhatian terhadap kesehatan pasien kurang.
3. Kurangi menggunakan dana untuk program yang tidak perlu
atau masih bisa di tunda.
Thank you
ANY QUSTIONS ?

Anda mungkin juga menyukai