Anda di halaman 1dari 69

Laporan kasus FM 1V

dr. Thomson

Pembimbing
dr. Letta S Lintang, M.Ked(OG), SpOG(K)
DEPARTEMEN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
RSUP Haji Adam Malik
MEDAN, 2018
>50% individu tersebut
mendapatkan infeksi virus
Hepatitis B selama masa
perinatal.4

 Infeksi hepatitis B adalah infeksi yang terjadi oleh karena virus hepatitis B dengan
tempat infeksi adalah sel hepar

Diperkirakan 350-400 juta 600.000 individu di seluruh dunia meninggal tiap tahunnya
individu di seluruh dunia karena gangguan hati, sirosis dan hepatoseluler karsinoma
mengalami infeksi kronik akibat (HCC).
virus ini.
Definisi Hepatitis B adalah penyakit infeksi serius yang paling
sering terjadi di dunia yang disebabkan oleh virus
Hepatitis B (HBV) yang menyerang sel hepar

Klasifikasi Hepatitis B akut dan Kronis (waktu)


ETIOLOGI

Permukaan paling
luar dari
membrannya
mengandung
Inti paling dalam dari antigen yang
virus - HBcAg disebut HBsAg
Epidemiologi (WHO, 2017)

Asian Tenggara 2.0 %


Amerika 0.7%
Mediterrania 3.3 %
Afrika 6.1% Eropa 1.6%
Riskesda, Kemenkes 2017

Sebanyak 7.1 % penduduk Indonesia menghidap hepatitis B


Setiap tahun terdapat 5.3 juta wanita hamil dengan 2.7%nya menunjukkan hasil tes
HBsAg Reaktif.
Sehingga diperkirakan setiap tahun terdapat 150 ribu bayi yang 95%nya berpotensi
mengalami hepatitis kronis, sirosis hepatis maupun kanker hati 30 tahun ke depan
Faktor Risiko

tattooing

Barber
Patofisiologi

Virus menginfeksi hepatosit dan


bereplikasi
Imunopatogenesis Hepatitis B
Manifestasi Klinis
Diagnosis

Penunjang
Anamnesa Pem.Fisik Darah Lengkap
(Faktor Risiko, (Jaundice, Viral Marker
Keluhan, Riwayat Hepatomegali, (HBsAg, HBcAb. HBsAb,
Penyakit) splenomegali) IgM anti HBV)
Hepatitis dengan Kehamilan

Efek Perubahan fisiologis Selama Kehamilan


Kehamilan Peningkatan Metabolisme untuk memenuhi kebutuhan konsumsi nutrisi
pada Hepatitis ibu dan janin
Peningkatan metabolisme di hepar
Perburukan pada penyakit hati

Efek Hepatitis Wanita hamil dengan Hepatitis B akut maupun kronis tidak memiliki
dalam gambaran klinis yang berbeda dengan populasi umum
Kehamilan
Goals
- ↓ morbiditas dan mortalitas Hepatitis B Kronik
- Fungsi hati dalam batas normal
- ↓HBV DNA predelivery
- Tidak terdeteksinya HbeAg
- Perbaikan pada jaringan hepar

Target  ibu yang menderita Hepatitis B dengan kadar HBV DNA >200,000
IU/mL atau 6 log kopi/ml (>1 juta kopi/ml). Ibu dengan fungsi hati yang
meningkat, adanya inflamasi atau kerusakan jaringan hepar

1. Ott JJ, Stevens GA, Groeger J, Wiersma ST. Global epidemiology of hepatitis B virus infection: new estimates of age-specific HbsAg seroprevalence and endemicity. Vaccine
2012;30:2212e9. 2.Terrault et al.AASLD Guidelines for Treatment of Chronic Hepatitis B. HEPATOLOGY, 2016 ;63(1): 261-283 3.Gentile I, Borgia . Vertical transmission of hepatitis B virus:
challenges and solutions International Journal of Women’s Health 2014:6 605–611 4.Lok AS, McMahon BJ. Chronic hepatitis B: update 2009. HEPATOLOGY 2009;50:661-662.3. 5.WHO.
Guidelines for the prevention, care and treatment of persons with chronic hepatitis B infection. Geneva Switzerland: World Health Organization; May 12, 2015.
Penatalaksanaan
 AASLD (American Association  RANZOG(Royal Australian and New
for the Study of Liver Diseases) Zealand College of Obstetricians and
 Kebanyakan studi yang ada Gynaecologists)  pada trimester
pada usia kehamilan 28-32 ketiga (minggu ke 30-32 kehamilan)
minggu dan diberhentikan dan diteruskan selama 6 minggu
saat melahirkan sampai 3 paska melahirkan
bulan paska melahirkan  Hepatitis B Foundation  pemberian
 ACOG (American congress of tenofovir dilakukan pada usia
Obstetric and Gynaecology) kehamilan 28-32 minggu dan
pemberian antiviral diberikan dilanjutkan hingga 3 bulan post
pada usia kehamilan 28-32 partum
minggu dengan viral load >1
juta copy (>200.000 IU/mL)

1.TROUNG A AND WALKER S. MANAGEMENT OF HEPATITIS B IN PREGNANCY.


RANZOG, 2016:1-13 2.HEPATITIS B FOUNDATION. TREATMENT DURING
TERRAULT ET AL.AASLD GUIDELINES FOR TREATMENT OF PREGNANCY. AVAILABLE AT : HTTP://WWW.HEPB.ORG/TREATMENT-AND-
CHRONIC HEPATITIS B. HEPATOLOGY, 2016 ;63(1): 261-283
MANAGEMENT/PREGNANCY-AND-HBV/TREATMENT-DURING-PREGNANCY/
Terapi Obat Antiviral pada Ibu Hamil
 Beberapa jenis antiviral sudah  Tenofovir lebih dipilih sebagai
diteliti untuk mengobati ibu anti Hepatitis B dalam
hamil dengan Hepatitis B, tetapi kehamilan karena potensi
hanya telbivudine dan tenofovir antiviral, adanya data tentang
kategori B keamanan penggunaan pada
wanita hamil, dan rendahnya
resiko terjadi resistensi

AASLD GUIDELINES FOR TREATMENT OF CHRONIC HEPATITIS B. HEPATOLOGY, 2016 ;63(1): 261-283
Peneliti studi Hasil

Chang ., et al (2014) 430 ECS vs per vaginam


OR 0,6

Yang.,et al (2008) 789 Elective CS 10,5%


per vaginam: 28,0%

Lee., et al (1988) 1409 Elective CS 1,4%


per vaginam 3,4%
Emergency CS 4,2%
 Vaksin + imunoglobulin (dalam 12 jam pertama kehidupan) ↓
angka transmisi perinatal dari > 90% → <10%.
 HBIG (Hepatitis B Imunoglobulin) diberikan 0.5 cc
intramuskular dan imunisasi aktif dengan vaksin Hepatitis B
0.5 cc intramuskular juga diberikan pada tempat yang
berbeda pada waktu yang sama

1. Ott JJ, Stevens GA, Groeger J, Wiersma ST. Global epidemiology of hepatitis B virus infection: new estimates of age-specific HbsAg seroprevalence and endemicity. Vaccine 2012;30:2212e9.
2.Gentile I, Borgia . Vertical transmission of hepatitis B virus: challenges and solutions International Journal of Women’s Health 2014:6 605–611 3.Lok AS, McMahon BJ. Chronic hepatitis B:
update 2009. HEPATOLOGY 2009;50:661-662.3. 4.WHO. Guidelines for the prevention, care and treatment of persons with chronic hepatitis B infection. Geneva Switzerland: World Health
Organization; May 12, 2015. 5.Dutta DC. Medical and Surgical Illness Complicating Pregnancy. In: DC Dutta’s Textbook of Obstetrics, Hiralal Konar Ed. 8th ed. 2015 Jaypee Brothers Medical
Publishers: India. 303-356
Penatalaksanaan Hep B pada Kehamiilan

Vaksin Hepatitis B HBIG


Pada mereka yang diberikan imunoprofilaksis pada
saat lahir, terbukti tidak meningkatnya angka
transmisi perinatal jika diberikan ASI.

Sampai saat ini tidak ada perbedaan angka transmisi


pada bayi yang mendapat ASI maupun yang tidak
mendapat ASI dari ibu yang terinfeksi HBV

ACOG dan WHO menyarankan agar ibu yang


terinfeksi HBV tetap menyusui bayinya minimal
sampai usia 4 bulan
1.Ho and Ho, Hepatitis B in Pregnancy: Specific Issues and Considerations.J Antivir Antiretrovir 2012, 4:3 2.Shapiro RL, Holland DT, Capparelli E, Lockman S, Thior I, Wester C, et al. Antiretroviral concentrations in breast-feeding infants of
women in Botswana receiving antiretroviral treatment. J Infect Dis 2005;192:720-727. 3.Corbett AH, Kayira D, White NR, Davis NL, Kourtis AP, Chasela C, et al. Antiretroviral pharmacokinetics in mothers and breastfeeding infants from 6 to 24
weeks post-partum: results of the BAN Study. Antivir Ther 2014;19:587-595. 4.Benaboud S, Pruvost A, Coffie PA, Ekou_evi DK, Urien S, Arriv_e E, et al. Concentrations of tenofovir and emtricitabine in breast milk of HIV-1-infected women in
Abidjan, Cote d’Ivoire, in the ANRS 12109 TemAA Study, Step 2. Antimicrob Agents Chemother 2011;55:1315-1317.
 Kegagalan vaksinasi dalam artian tetap terjadinya transmisi vertikal
perinatal apabila ibu hamil tersebut memiliki kadar HBV DNA yang
sangat tinggi yaitu di atas 2x105-107 IU/mL.
 Zou H. et alkegagalan imunoprofilaksis ini sesuai dengan HBV DNA
ibu sebelum melahirkan. 0% pada HBV DNA <106 kopi/mL (~200,000
IU/mL), 3.2% pada 106-6.99 kopi/mL (~2x105-106 IU/mL), 6.7% pada
kadar antara 107-7.99 kopi/mL (~2x106-107 IU/mL), and 7.6% pada kadar
>108 kopi/mL (>2x107 IU/mL).

Zou H, Chen Y, Duan Z, Zhang H, Pan C. Virologic factors associated with failure to passive-active immunoprophylaxis in
infants born to HBsAg-positive mothers. J Viral Hepat 2012;19:e18-25.
Pencegahan
Komplikasi
Ny. N, 23 thn, G1P0A0, Jawa, Islam, SMA, IRT, i/d Tn. M,
23 thn, Jawa, Islam, SMA, Wiraswasta, datang ke IGD
RSUP HAM Medan tanggal 20-10-2018 dengan:

KU : Mules-Mules Mau Melahirkan


Telaah :

 Hal ini dialami pasien sejak 4 jam sebelum masuk rumah sakit
disertai dengan riwayat keluar lendir bercampur darah dari
kemaluan. Riwayat keluar air-air dari kemaluan tidak dijumpai.
 Pasien sebelumnya merupakan pasien rawat jalan PIH RSUP
HAM, dengan hasil pemeriksaan HBsAg reaktif, HBeAg reaktif,
HBV DNA 6.99 log IU/ml dan telah direncanakan untuk seksio
sesaria elektif pada tanggal 25/10/18
 RPT : Hepatitis B
 RPO : Tidak ada
 HPHT : 01-02-2018
 TTP : 08-11-2018
 ANC : SpOG 3x, Bidan 2x
Riwayat Persalinan:

1. Hamil ini
Berat Badan : 59 kg
Tinggi Badan : 150 cm
Status Presens: BMI : 24,4 kg/M2 (normal)

 Sens : Compos Mentis Anemis : (-)


 TD : 110/80 mmHg Ikterik : (-)
 HR : 80 x/i Sianosis : (-)
 RR : 20 x/i Dispnu : (-)
 Temp : 36,8 ºC Oedem : (-)
Kepala : Mata :Konjungtiva palpebra inf pucat (-/-). Sklera ikterik (-/-)
Hidung :dalam batas normal
Mulut : dalam batas normal
Leher : Pembesaran KGB (-)
Toraks : Paru : Inspeksi : simetris fusiformis
Palpasi : Stem Fremitus kanan=kiri
Perkusi : Sonor pada kedua lapangan paru
Auskultasi :SP:vesikuler, ST (-)
Cor : S1-S1 (reg), murmur (-), gallop (-)
Ekstremitas : Dalam batas normal
Status Obstetrikus:
 Abdomen : Membesar asimetris
 TFU : 3 jari bawah proxesus xyphideus
 Teregang : Kanan
 Terbawah : Kepala
 Gerak : (+)
 His : 2x20”/10’
 DJJ : 148 x/i Reguler
Status Ginekologis

 VT
 Serviks Sacral Ø 2cm,Eff 60%,Kepala H I-II,Sel Ket (+) ,UUK?
 Pada sarung tangan terdapat lendir darah (+), air ketuban (-)
 Adekuasi Panggul : promontorium tidak teraba, Linea inominata
teraba 2/3 anterior, arkus pubis >90o, spina isciadica tidak menonjol,
sakrum cekung, koksigeius mobile.
USG TAS
USG TAS
USG TAS
USG TAS
USG TAS
USG TAS (20-10-2018)
 Janin tunggal, presentasi kepala, anak hidup
 Fetal movement (+), Fetal heart rate (+)
 BPD : 88.6 mm
 HC : 330.6 mm
 FL : 70.3 mm
 AC : 310.0 mm
 Cereb : 47.9 mm
 EFW : 2705 gr
 MVP : 4.91 cm
 Plasenta Fundal Grade II
Kesan : KDR (36 – 37) Minggu + Presentasi Kepala + Anak Hidup
Laboratorium (20-10-2018)

WBC 8.190 N: 4000-11000/mm3


HGB 12.6 N: 12-14 gr/dl
HCT 37 N: 36-42 gr/dl
PLT 191.000 N: 150000-400000/mm3
MCV 94,8 N : 80-97fL
MCH 31,5 N : 27-33.7pg
MCHC 33,2 N : 31.5-35g/dL
KGD Sewaktu 108 N : < 200 mg/dLs
Laboratorium (20/10/18)
Ureum 19,0 N : 10-50 mg/dL
Creatinin 0,53 N : 0,60-1,20 mg/dL
Uric acid 3,20 N : 3,50-7,00 mg/dl
Natrium 135 136-155 mmol/L
Kalium 3.9 3,5-5,5 mmol/L
Chlorida 106 95-103 mmol/L
PT 14,5” N : 11,6”-14,5”
APTT 28,7” N: 28,6”-42,2”
INR 1,10 N: 1-1,3
Hbsag Reactive N: Non-Reactive
Anti HIV Non-Reactive N: Non-Reactive
Diagnosis

Hepatitis B + PrimiGravida + Kehamilan dalam rahim (36-37)


minggu + Presentasi kepala + Anak hidup + Inpartu

Terapi

• IVFD RL 20 gtt/i


• Inj.Ceftriaxone 2 gr Profilaksis (Skin Test)
Rencana

-Sectio Caesarean CITO


- Konsul ke Departemen Anestesiologi
- Konsul ke Divisi Perinatologi

Lapor supervisor dr. Hiro H Nst, M.Ked(OG), SpOG  ACC


LAPORAN OPERASI

 Ibu dibaringkan di meja operasi dengan infus dan kateter terpasang baik
 Di bawah anestesi spinal, dilakukan tindakan asepsis dengan larutan betadine dan alkohol
70% pada dinding abdomen dan ditutupi dengan doek steril kecuali lapangan pandang operasi
 Dilakukan insisi pfannensteil mulai dari kutis, subkutis sepanjang 10cm, fascia digunting ke
kiri dan ke kanan. Otot dikuakkan secara tumpul.
 Peritoneum dijepit dengan klem, diangkat lalu digunting ke atas ke bawah, dipasang hack blast
 Tampak uterus sesuai gravidarum. Identifikasi segmen bawah rahim dan ligamentum
rotundum.
 Lalu plica vesica uterina digunting secara konkaf ke kiri ke kanan. Dinding uterus diinsisi
sampai subendometrium
 Kemudian endometrium dan selaput ketuban ditembus secara tumpul dan diperlebar sesuai
arah sayatan.
LAPORAN OPERASI

 Dengan meluksir kepala maka lahir bayi laki-laki, BB 2740 gram, PB 48 cm, A/S 8/9, anus (+).
Tali pusat diklem di dua tempat dan digunting di antaranya
 Dengan PTT Plasenta dilahirkan, kesan: lengkap. Kedua sudut kiri dan kanan tepi luka insisi
dijepit dengan oval klem kavum uteri dibersihkan dari sisa-sisa selaput ketuban dengan kasa
steril sampai tidak ada selaput atau bagian plasenta yang tertinggal. Kesan: bersih
 Dilakukan penjahitan hemostatis figure eight pada ke 2 ujung robekan uterus dengan
benang chromic cat gut no 2 dinding uterus dijahit lapis demi lapis menggunakan Vicryl 2.0
Evaluasi tidak ada perdarahan. Reperitonealisasi dengan plain cat gut no 1.0.
 Lalu peritoneum dijahit dengan plain cat gut no. 00, lalu dilakukan jahitan aproksimal otot
dinding abdomen dengan plain cat gut no. 00 secara simple hecting
 Kedua ujung fascia dijepit dengan koher, lalu dijahit secara jelujur dengan vicryl no 2/0
 Sub cutis dijahit secara simple suture dengan plain cat gut no. 00
LAPORAN OPERASI

 Kutis dijahit secara subcutikuler dengan vicryl no 3/0


 Luka operasi ditutup dengan kasa steril
 KU ibu post operasi : stabil
TERAPI POST SC
IVFD RL + Oksitosin 10 IU 20gtt/i
Inj Ceftriaxone 1 gr/12 jam
Inj Ranitidin 50 mg/12 jam
Inj Ketorolac 30 mg/8 jam

RENCANA POST SC
Awasi vital sign, kontraksi dan perdarahan pervaginam
Cek darah rutin 2 jam post SC
Pemeriksaan Darah post SC 20 Oktober 2018

Pemeriksaan Hasil Nilai Normal


Darah rutin
WBC 17.420 4000-11000/μL
HGB 13.5 12-16 gr/dL
HCT 40,0 36-48 %
PLT 208.000 150000-
400000/μL
FOLLOW UP
21/10/2018 22/10/2018 23/10/2018
S nyeri luka operasi - -
O TD 120/80; HR 90, RR 20, T 36,9 TD 120/70; HR 82, RR 20, T 37,1 TD 120/80; HR 88, RR 24, T 36,8
Abd: soepel, peristaltik (+) lemah Abd: soepel, peristaltik (+) normal Abd: soepel, peristaltik (+) normal
TFU: 1 jari bawah pusat, TFU: 2 jari bawah pusat TFU: 2 jari bawah pusat
P/V: lochia (+) rubra P/V: lochia (+) rubra P/V: lochia (+) rubra
LO: tertutup verban, kering LO: tertutup verban, kering LO: tertutup verban, kering
BAB (-), Flatus (-) BAK (+) via BAB (-), Flatus (+), BAK (+) spontan BAB (+), Flatus (+) BAK (+)
kateter OUP 60 cc/jam spontan
A Post SC a/I Hepatits B + NH1 Post SC a/I Hepatits B + NH2 Post SC a/I Hepatits B + NH3
P IVFD RL → 20 gtt/i Tab cefadroxil 2x500 mg Tab cefadroxil 2x500 mg
Inj. Ceftriaxone 1 gr/12 jam Tab as mefenamat 3x500 mg Tab as mefenamat 3x500 mg
Inj. Ketorolac 30mg/ 8jam Tab VIt B comp 2x1 Tab VIt B comp 2x1
Inj. Ranitidin 50mg/12 jam
R mobilisasi bertahap, aff kateter Aff infus, terapi oral Ganti verband kering
sore PBJ Kontrol Poli PIH
Keadaan akhir pasien

Pasien PBJ : Tanggal 23 September 2018

Keadaan pulang : Ibu baik

Obat Pulang : - Cefadroxil Tab 500 mg 2 x 1

- Asam mefenamat 500 mg 3x1

- Vitamin B.complex Tab 1 x 1

Kontrol ulang : Poliklinik PIH dan GEH RSUP HAM tanggal 26 Oktober 2018
T
Pada ibu hamil dengan HBsAg positif, direkomendasikan supaya diperiksa HBeAg dan
e HBV DNA maternal untuk mengidentifikasi kehamilan yang beresiko tinggi untuk
f
o terjadinya kegagalan profilaksis post-exposure, dan juga untuk mempertimbangkan
r terapi antenatal untuk mengurangkan viral load sebelum partus.
i

K
a Pada pasien ini sebelumnya telah diperiksakan untuk HBsAg (reaktif), HBeAg(Reaktif),
s
dan HBV DNA (6,99 log IU/ml) dan belum pernah diberikan terapi antiviral
u
s
Analisa kasus

Wanita hamil dengan Hepatitis B akut maupun kronis tidak memiliki gambaran klinis
yang berbeda dengan populasi umum yang sedang tidak hamil
Teo f
ri
Lima puluh persen orang dewasa menderita hepatitis akut tidak menunjukkan gejala
klinis yang berarti (asimptomatik).

Kas Pada pasien ini tidak ditemukan gejala-gejala infeksi Hepatitis B.


us
Transmisi perinatal adalah cara transmisi yang paling umum di seluruh dunia. Hampir sepertiga
T infeksi HBV terjadi melalui transmisi perinatal, dan transmisi perinatal merupakan transmisi vertikal
e dari infeksi Hepatitis B. Pada kasus – kasus intrapartum, mekanisme transmisi yang mungkin terjadi
o adalah adanya kontak bayi dengan cairan tubuh ibu.f Misalnya darah ibu yang mengalir ke janin saat
r
uterus berkontraksi; dari darah ibu, cairan amnion, dan sekret vagina dapat tertelan oleh bayi; adanya
i
ruptur plasenta; atau melalui kontak langsung darah atau sekret vagina yang terdapat di traktus genitali

K
a Masih terdapat kemungkinan adanya transmisi virus hepatitis B dari ibu dengan
s seropositif HBsAg terhadap bayi yang dikandungnya pada saat proses persalinan. Hal
u tersebut dapat dibuktikan dengan memeriksakan serologi Hepatitis B neonatus.
s
T Diagnosis infeksi hepatitis B membutuhkan pemeriksaan darah pasien untuk melihat HbsAg (Hepatitis B surface
e antigen), HBsAb (Hepatitis B Antibody), dan Hepatitis B core antibody (HbcAb). Jika adanya HBsAg
o mengindikasikan bahwa seseorang dalam keadaan infeksius, maka HBsAb mengindikasikan adanya proses
r penyembuhan dan imunitas dari infeksi HBV atau berhasilnya proses imunisasi melawan infeksi HBV. HbcAb muncul
i pada infeksi Hepatitis B akut pada onset awal penyakit, tetapi juga mengindikasikan infeksi HBV kronik

K Hasil pemeriksaan serologi ibu adalah HBsAg positif yang bermakna bahwa ibu dalam keadaan infeksius
a terhadap hepatitis B dan dapat menularkan kepada yang lain.
s
u
s
Bayi yang lahir dari ibu dengan infeksi HBV harus disuntikkan HBIG dan dosis
T monovalen vaksin Hepatitis B.
e
o
HBIG sebaiknya diberikan dalam 12 jam setelah lahir, paling lama dalam 48 jam.
r Pemberian di atas 48 jam menyebabkan peningkatan transmisi HBV ke bayi.
i Bayi yang berisiko infeksi HBV selama kelahiran sebaiknya diperiksakan untuk melihat
nilai HBsAg pada usia 9-12 bulan. Jika HBsAg positif, anak tersebut harus dirujuk ke
spesialis anak untuk diterapi lebih lanjut

K Pada neonatus diberikan suntikan vaksin hepatitis B dan HBIG segera setelah lahir.
a
Diperlukan pemantauan terhadap neonatus setelah pulang dari rumah sakit untuk
s
u diberikan vaksinasi dan pemeriksaan serologi untuk menentukan langkah
s penatalaksanaan berikutnya
Terdeteksinya HBsAg, HBeAg, dan HBV DNA dalam air susu ibu (ASI) memang
T sudah diteliti, namun sampai saat ini tidak ada perbedaan angka transmisi HBV pada
e bayi yang mendapat ASI maupun yang tidak mendapat ASI dari ibu yang terinfeksi.
o Oleh karena itu, ACOG dan WHO menyarankan agar ibu yang terinfeksi HBV tetap
r
i menyusui bayi minimal sampai usia 4 bulan. Namun ibu juga diharapkan untuk
menjaga puting susu, karena ibu yang memiliki perlukaan atau eksudat pada puting
susu sebaiknya tidak menyusui karena berpotensi untuk terjadinya transmisi HBV.

K
a Pada pasien tetap dianjurkan untuk menyusui bayinya minimal sampai usia 4 bulan
s namun harus tetap menjaga kesehatan dan kebersihan puting susu.
u
s
 Infeksi hepatitis B masih menjadi masalah endemis termasuk di Indonesia dan
dapat juga ditemukan pada seorang wanita hamil walaupun angka kejadiannya
masih belum diketahui karena kurangnya data.
 Transmisi perinatal menjadi metode transmisi hepatitis B yang paling banyak dari
seorang ibu dengan seropositif virus hepatitis B terhadap bayinya.
 Pemeriksaan serologi menjadi alat diagnostik menentukan adanya infeksi hepatitis
B, menentukan akut maupun kronisitas dari hepatitis B, dan menentukan status
imunologi seseorang.
 Pemberian vaksin dan imunoglobulin dapat menurunkan kemungkinan transmisi
dari ibu ke bayi dan pemberian terapi antivirus serta pemilihannya harus sesuai
dengan indikasi.
1. Apakah penentuan diagnosis pasien sudah tepat?
2. Apakah pilihan penatalaksanaan terhadap pasien sudah tepat?
3. Apakah tindakan penatalaksanaan terhadap neonatus sudah tepat?
Sebaiknya program skrining hepatitis B terhadap
ibu hamil semakin digalakkan agar penentuan
penatalaksanaan untuk mengurangi transmisi
intrapartum dan perinatal dapat semakin tepat
guna sehingga luaran yang diharapkan akan
semakin baik.
Terimakasih
Penatalaksanaan post partum

Anda mungkin juga menyukai