Anda di halaman 1dari 104

NURSING CARE

WITH BURN
KUN IKA NUR R
FIK-UNIK
ANATOMI FISIOLOGI KULIT
 Kulit merupakan organ tubuh terluas yang menutupi
otot dan mempunyai peranan dalam hemostasis
 Fungsi kulit:
 Melindungi tubuh dari berbagai trauma
 Penahan terhadap bakteri, virus, dan jamur (fungsi
resspon imun)
 Pengatur suhu tubuh
 Sensibilitas
 Produksi vitamin
 Mengatur keseimbangan cairan tubuh
Lapisan Kulit
1. Epidermis
2. Dermis
3. Sub cutan
Epidermis
 Merupakan lapisan terluar, dengan ketebalan
sekitar 0,1 mm. pada kelopak mata, telapak tangan
dan kaki sekitar 1mm
 Lapisan eksternal terdiri atas keratinosit yang
hampir digantikan setiaap 3-4 minggu.
 Sel yang mati mengandung sejumlah besar keratin,
yaitu suatu protein fibrosa tak larut yang membentuk
barier terluar kulit dan mempunyai kapasitas untuk
mengussir patogen dan mencegah kehilangan
cairan dan kelebihan dari tubuh
 Melanosit merupakan sel khusus epidermis yang
terlibat dalam produksi melanin
Dermis
 Pembentuk bagian terbesar dari kulit
 Terdiri dari 2 lapisan yaitu papilaris dan
retikularis
 Papilaris berada diatasnya retikularis, dimana
kedunya dapat membentuk kolagen
 Dermis juga tersusun dari pembuluh darah,
limfe, serabut syaraf, kelenjar keringat, serta
sebasea dan akar rambut.
Sub Cutan/ Hipodermis
 Merupakan lapisan kulit yang terdalam
 Terutama jaringan adipose, yang dapat memberikan
bantalan antara lapisan kulit dan struktur internal
seperti otot dan tulang
 Lapisan ini memungkinkan mobilitas kulit,
pembentuk kontur tubuh, dan pelindung tubuh
 Lemak akan tertumpuk dan tersebar menurut
gender (jenis kelamin) seseorang perbedaan
bentuk tubuh
 Lemak dalam tubuh merupakan faktor penting
dalam pengaturan suhu tubuh
INTRODUCTION
 Angka morbiditas dan mortalitas tinggi
 Di USA sekitar 12.000 mati pertahun, jutaan
merasakan nyeri, dan mengalami kecacatan
 Prognosis dari harapan meningal menjadi hidup,
dari sehat menjadi sakit secara mendadak
 Tujuan askep:
 Mencegah kematian dan kecacatan
 Mengatasi dampak emosional
 Pencegahan kebakaran dan luka bakar
Definisi
 Luka bakar adalah luka yang disebabkan
oleh kontak dengan suhu tinggi (api, air
panas, listrik, bahan kimia, dan radiasi), juga
disebabkan oleh suhu rendah (frost-bite).
 Kulit dengan luka bakar akan mengalami
kerusakan pada epidermis, dermis maupun
jaringan sub cutan tergantung faktor
penyebab dan lamanya kulit kontak dengan
sumber panas/ penyebab.
Klasifikasi Luka Bakar
1) Kedalaman luka bakar
2) Keparahan luka bakar
3) Lokasi luka bakar
4) Agen penyebab luka bakar
5) Ukuran luka bakar
6) Usia korban luka bakar
Berdasarkan Kedalaman
1. Derajat I
 kerusakan epidermis
 kulit kering
 hiperemi
 tanpa bullae
 sembuh spontan 5-10 hari tanpa
jaringan parut
 mis: luka bakar akibat terjemur
matahari
Con’t. . .
2. Derajat II
 Kerusakan sampai ke dermis
 Reaksi inflamasi + eksudasi
 Bullae
 Nyeri, sensitif terhadap udara dan dingin
 Dasar luka warna merah/ pucat
 Sembuh dalam 2-3 minggu
a. Derajat II dangkal/ superfisial partial thickness
(IIa)
 Kerusakan mengenai dermis bagian
superficial, dan sembuh dalam 10-35 hari
Con’t. . .
b. Derajat II dalam/ deep partial
thickness (IIb)
 Kerusakan hampir mengenai seluruh
dermis
 Penyembuhan terjadi lebih lama
Con’t. . .
3. Derajat III
 Kerusakan seluruh kedalaman kulit,
meliputi subcutan, atau organ yang lebih
dalam
 Tidak ada bullae dan tidak ada nyeri
 Kulit warna abu-abu
 Terjadi eskar
 Tidak ada elemen epitel yang hidup, maka
harus dilakukan pencakokan kulit
Derajat I
 Derajat IIa (superficial partial thickness )
Derajat II B (deep partial thickness )
 Derajat III (full thickness )
Berdasarkan Keparahan
1. Luka Bakar Minor
 Dewasa :
 Derajat II (ketebalan partial) < 15%
LPTT
 Derajat III (ketebalan penuh) < 2%
LPTT
 Anak-anak:
 Derajat II (ketebalaan partial) < 10%

LPTT = Luas Permukaan Tubuh Total


Con’t. . .

2. Luka Bakar Sedang


 Dewasa
 Derajat II, 15-25% LPTT
 Derajat III, <10% tidak
berhubbungan dengan
komplikasi. Kecuali muka, kaki,
dan tangan
 Anak-anak
 Derajat II, 10-20% LPTT
Con’t. . .
3. Luka Bakar Mayor
 Dewasa
 Luka bakar derajat II > 25% LPTT
 Luka bakar derajat III > 10% LPTT
 Anak-anak
 Luka bakar derajat II > 20% LPTT
 Luka bakar yang mengenai tangan, wajah,
mata, telinga, kaki dan perineum
 Cedera inhalasi
 Cedera listrik
 Luka bakar yang berkaitan dengan cedera lain,
mis; cedera jaringan lunak, fraktur, trauma lain.
Berdasarkan Lokasi
 Luka bakar pada kepala, leher dan dada
komplikasi pulminal
 Pada wajah abrasi kornea
 Telinga mudah terserang kondritis aurikular,
rentaan terhadap infeksi
 Tangan dan persendian mebutuuhkan terapi
fisik dan okupasi
 Area perineal mudah terserang infeksi akibat
autokontaminasi oleh urin dan feses
 Luka bakar sirkumferensial ekstremitas
penebalan pembuluh darah dan gangguan sirkulasi
distal
Berdasarkan Agen Penyebab
Luka Bakar
 Termal
 Listrik

 Radiasi

 Kimia

Keracuanan karbon monoksida(CO) seringkali


diaalami pasien yang terbakar dalam
ruangan tertutup. Dimana CO mengikat Hb
lebiihh cepat dari pada O2.
Berdasarkan Ukuran Luka
Bakar
Ukuran luka bakar ditentukan dengan 2
metode:
1. Rule of nine
Lebih mudah, cepat
2. Diagram bagan Lund & Browder
Sering ddigunakan pada bayi dan anak-
anak, lebih akurat

Ukuran luka bakar ditunjukkan dengan


presentasi LPTT
Rule of Nine
Kepala dan leher 9%
Ekstremitas atas kanan 9%
Ekstremitas atas kiri 9%
Torso (badan depan 18% dan
belakang 18 %) 36%
Perineum 1%
Eksstremitas bawah kanan 18%
Eksstremitas bawah kiri 18%
Total 100%
Con’t

Klasifikasi Lahir 1 5 10 15 dewa


tahun tahun tahun tahun sa
A : setengah 9½ % 8½ % 6½ % 5½ % 4½ % 3½ %
kepala

B : setengah 2¾ % 3 ¼% 4% 4¼ % 4½ % 4¾ %
paha
C : setengah 2½ % 2½ % 2¾ % 3% 3¼ % 3½ %
tungkai
bawah
Patofisiologi Luka Bakar

 Insiden, intensitas, dan durasi perubahan


patofisiologi pada luka bakar sebanding
dengan luasnya luka bakar (> 30%)
 Selama awal periode syok luka bakar
mencakup hipoperfusi jaringan dan
hipofungsi organ yang trejadi sekunder
akibat penurunan curah jantung dengan
diikuti fase hiperdinamik serta hipermetabolik
Respon Kardiovaskuler

 Luka bakar kehilangan cairan lewat kulit


volume vaskuler curah jantung
tekanan darah saraf simpatik
melepaskan katekolamin meningkatkan
resistensi perifer (vasokontriksi) dan denyut
nadi
 Kehilangan cairan terbesar terjadi dalam 24-
36 jam pertama. Resusitasi cairan yang baik
akan mencegah terjadinya syok
Respon Pulmonar
 Pada luka bakar yang berat konsumsi oksigen
meningkat 2x lipat akibat dari keadaan
hipermetabolisme dan respon lokal butuh
tambahan oksigen
 Cedera inhalasi merupakan penyebab utama
kematian
 Cedera saluran nafas atas akibat panas
langsung atau edema
 Cedera saluran nafas bawah akibat
menghirup gas berbahaya seperti CO, sulfur
oksida, nitrogen oksida, sianida, halogen, klorin, dll
Con’t

 Cedera inhalasi bawah iritasi kimia


jaringaan paru + hilangnya fungsi sillia
hipersekresi, edema mukosa berat,
bronkospasme surfactan paru menurun
ateletaksis(kolapsnya paru)
 Kemungkinan terjadi keterbatasan gerakan
rongga dada karena terjadinya luka bakar
sirkumferensial pada dada
Sistem Renal

 Penurunan aliran darah ke ginjal


 Potensial terjadi nekrosis tubulus akut
karena obstruksi pada tubulus ginjal
Sistem Neurologi

 Ensefalopati karena luka bakar, kejang,


delirium dan koma
 Pembentukan katekolmain karena stress
luka bakar
 Pada anak-anak terjadi perlambatan
pertumbuhan dan maturitas karena sebagian
besar energi digunakan untuk penyembuhan
luka
Sistem Metabolik

 Peningkatan laju metabolisme


 Penurunan platelat (gangguan koagulasi)
 Peningkatan neutrofil imatur
Sistem Hematologi

 Peningkatan hematokrit dan akan menurun


jika diberikan cairan penganti
Sistem Cairan dan Elektrolit
 Ddefisit volume cairan karena adanya kebocoran
caairan (peningkatan permeabilitas kapiler) dari
vaskuler ke intertitial
 Asidosis metabolik
 Gangguan pengeluaran cairan
 Gangguan hemoglobin
 Penurunan kadar natrium
 Peningkatan kadar kalium darah karena cedera
jaringan diikuti dengaan pengeluaran kalium yang
berlebiihan
 Edema karena peningkatan cairan di intertitial
Sistem Gastro Intestinal

 Ileus paralitik
 Haus
 Ulkus akibat stress karena peningkatan
asam lambung
Faktor yang Mempengaruhi
Keparahan Luka Bakar
 Umur pasien
 Kedalaman luka bakar
 Keluasan luka bakar
 Lokasi luka bakar
 Agen penyebab luka bakar
 Fraktur/ luka penyerta
 Penyakit penyerta
 Obesitas
 Trauma inhalasi
Komplikasi Lanjut Luka
Bakar

1. Hipertrofi jaringan parut


2. Kontraktur
Hipertofi Jaringan Parut
Merupakan komplikasi yang sering dialami oleh
pasien luka bakar. Terbentuknya jaringan parut
dipengaruhi oleh:
1. Kedalaman luka bakar
2. Sifat luka bakar
3. Usia pasien
4. Lamanya waktu penutupan kulit
5. Penanduran kulit
Sering kali tindakan bedah diperlukan untuk
mengatasi jaringan parut terutama yang menggangu
sendi
Kontraktur
 Komplikasi yang menimbulkan gangguan
pergerakan
 Tindakan untuk mencegah kontraktur:
a. Pemberian posisi yang baik dan benar sejak dini
(awal cedera luka bakar)
b. Ambulasi
c. Menghindari penggunaan Presure garment yaitu
pakaian yang dapat memberikan tekanan yang
bertujuan menekan timbulnya hipertrofi scar,
dimana pengunaan presure garment dapat
menghmabat mobilisasi dan mendukung
terjadinya kontraktur
Fase Penyembuhan Luka
A. Fase Inflamasi
o Mulai terjadi sampai 3-4 hari pasca
luka bakar
o Perubahan vaskuler dan proliferasi
seluler
o Agresi trombosit
o Mengeluarkan serotonin
o Mulai timbul epitalisasi
2. Proliferasi
 Terjadi dalam waktu 5-20 hari
 Aktifitas utama mengisi luka dg jaringan
granulasi (penyambung) epitelisasi
 Fibroblast adl sel2 yg mensintesis kolagen yg
menutup defek luka, memerlukan vit. B dan
C, oksigen, asam amino
 Terbentuk kolagen
 Angionenesis
Con’t. . .
C. Fase Maturasi
o Proses pematangan kolagen
o Penurunan aktivitas seluler dan vaskuler
o Berlangsung hingga 8 bulan sampai 1
tahun
o Berakhir bila sudah tidak ada tanda-tanda
radang
o Jaringan parut: pucat, tipis, lemas, tanpa
nyeri/ gatal
Faktor-faktor Yang Mendukung
Penyembuhan Luka
1. Nutrisi yang adekuat
2. Penatalaksanaan yang tepat
3. Balutan yang sesuai
4. Higiene yang baik
5. Kesehatan menyeluruh yang baik
6. Sikap mental yang positif
7. Usia
8. Pengetaahuan perawat dan pasien
Faktor Yang Menghambat
Penyembuhan
1. Higiene kurang baik
2. Nutrisi kurang baik
3. Pemakaian alkohol dan rokok
4. Penanganan luka yang kurang tepat
5. Usia
6. Kurang mobilisasi
7. Adanya penyakit lain/ kesehatan umum kurang
baik
8. Faktor psikologis (takut, stress)
Faktor-faktor Lokal yang
Merugikan pada Tempat Luka
a. Kurangnya suplai darah dan pengaruh
hipoksia
Karena lemahnya vaskularisasi pada luka maka zat
esensial yang diperlukan untuk pembentukan kolagen/
jaringan baru akan terhambat, seperti asam amino,
oksigen, vitamin, mineral dan juga makrofag
b. Dehidrasi
Jika luka terbuka dibiarkan terkena udara, maka lapisan
permukaanya akan mengering, padahal proses mitosis
memerlukan kondisi yang lembab.
c. Eksudat berlebihan
Eksitosin dan sel-sel debris yang berada di
dalam eksudat dapat memperlambat
penyembuhan dengan cara mengabadikan
respon inflamasi
d. Turunya temperatur
Aktivitas fagositik dan mitosis secara khusus
mudah terpengaruh terhadap penurunan
temperatur pada tempat luka. Kira-kira di
bawah 280C, aktivitas leukosit turun sampai
nol. Apabila luka basah dibiarkan terbuka
lama saat menganti balutan, atau menungu
pemeriksaan dokter, maka temperatur luka
dapat turun sampai 120C
e. Jaringan nekrotik, krusta yang berlebihan,
dan benda asing
Jaringan nekrotik dan krusta yang berlebihan
dapat memperlambat penyembuhan dan
meningkatkan resiko terjadinya infeksi klinis,
sehingga perlu dikeluarkan secepat mungkin
dari luka
f. Trauma berulang
Trauma mekanis pada luka dapat dengan
mudah merusak jaringan granulasi yang penuh
sengan pembuluh darah baru dan epitel baru.
Trauma dapat terjadi karena gesekan luka
dengan lingkungan, atau pelepasan balutan
yang kurang hati-hati
Con’t
g. Hematoma
 hematoma menyediakan media
pembiakan yang sangat baik bagi
mikroorganisme
 Hematoma meningkatkan regangan pada
luka
 Hematoma bertindak seperti sebuah
benda asing, yang dapat menyebabkan
fibrosis jaringan parut yang berlebihan
FASE LUKA BAKAR
1. Fase akut
 Merupakan fase awal
 Bersifat relatif life thretening
 Mengalami gangguan ABC (jalan nafas, mekanisme
bernafas dan sirkulasi )
 Gangguan airway tidak hanya dapat terjadi segera
atau beberapa saat setelah terbakar, namun masih
dapat terjadi obstruksi jalan nafas dalam 48-72 jam
 Sering terjadi gangguan keseimbangan cairan dan
elektrolit
2. Fase Sub Akut
 Berlangsung setelah fase akut teratasi
 Masalah yang terjadi adalah kerusakan/
kehilangan jaringan akibat kontak dengan sumber
panas.
 Luka yang terjadi dapat menyebabkan proses
inflamasi dan infeksi, masalah penutupan luka,
keadaan hipermetabolisme
3. Fase Lanjut
 Berlangsung hingga terjadinya maturasi parut
 Masalah yang terjadi pada fase ini adalah penyulit
beberapa jaringan parut yang hipertropik, keloid,
gangguan pigmentasi, deformitas.
Indikasi Masuk Rumah
Sakit
1. Derajat II > 15% LPTT
2. Derajat III > 2% LPTT
3. Daerah wajah, leher, tangan, kaki,
perineum
4. Luka bakar + komplikasi
5. Sengatan listrik teganggan tinggi
6. Luka bakar trauma inhalasi
7. Pada anak: derajat II > 10% atau
derajat III
Tujuan Perawatan di RS
1. Mengurangi rasa sakit
2. Mencegah infeksi
3. Mencegah komplikasi
4. Penyembuhan luka
5. Pemenuhan cairan dan nutrisi
adekuat
6. Mencegah/ mengurangi kecacatan
7. Meningkatkan kemandirian
Prinsip Penanganan Luka
Bakar
a. Penutupan lesi sesegera mungkin
b. Pencegahan infeksi
c. Mengurangi rasa sakit
d. Pencegahan trauma mekanik pada
kulit yang vital dan elemen di
dalamnya
e. Mengurangi pembentukan jaringan
parut
Penatalaksaan Luka
Bakar
Dibagi menjadi 3 fase:
1. Fase resusitasi (48 jam I)
Pasien memerlukan penanganan yang cepat dan
sesuai dengan kondisinya, serta terapi cairan yang
akurat.
2. Fase akut (> 48 jam I s/d luka sembuh)
Dimulai dengan adanya diuresis, dimana terjadi
perpindahan cairan dari intertitial dan diterusskan
melalui daerah luka bakar
3. Fase rehabilitasi (luka sembuh-
pengembalian fungsi tubuh)
Meengeembaalikan fungssi tubuh. Fissioterapis
sangat dibutuhkan
INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Di Tempat Kejadian

 Jauhkan korban dari sumber panas


 Buka pakaian dan perhiasan logam
 Kaji kelancaran jalan nafas
 Beri bantuan pernafasan dan oksigen
bila perlu
 Beri pendinginan dengan merendam
korban dalam air bersih pada suhu 20
derajat 15-20 menit
Con’t. . .
 Bila etiologi zat kimia siram korban
dengan air sebanyak-banyaknya
 Kaji kesadaran, keadaan umum,
luas dan kedalaman luka bakar dan
cedera lain yang menyertai
 Segera bawa ke RS (tutup tubuh
korban dengan kain/ kasa yang
bersih selama perjalanan ke RS)
Tindakan yang tidak boleh
dilakkukan
1. Jangan sekali-kali mengobati luka
bakar dengan mengunakan
mentega, minyak, garam, kecap, air
kapur, pasta gigi dan lain
sebagainya
2. Jangan memecahkan gelembung
kulit yang timbul akibat luka bakar
3. Jangan membalut luka dengaan
kapas absorbent karena akan
melekat pada luka
2. Di IRD/ UGD
 Penilaian keadaan umum A, B, C
 Penilaian luas dan kedalaman luka bakar
 Kaji adanya kesulitan menelan/ bicara
 Kaji adanya edema saluran nafas
mungkin pasien perlu dilakukan intubasi
atau trakeoastomi
 Kaji faktor lain yang memperberat dan
penyebab luka bakar
 Pasang IV line, jika luas LB > 20% derajat
II/III biasanya dipasang CPV dan terapi
cairan IV
Con’t. . .
 Pasang kateter urine
 Pasang NGT bila perlu
 Beri oksigen (kolaborasi) sesuai
kebutuhan
 Periksa lab: Hb, Ht, trombosit, protein
total, ureum kreatinin, elekrolit, gula
darah, BGA, karbominohemoglobin, tes
fungsi hati, GDA
 Beri suntikan ATS/Anti Tetanus Serum
(kolaborasi)
Con’t
 Perawatan luka
 Cuci luka dengan cairan NaCl
 Biarkan bullae utuh (kecuali terdapat pada
daerah sendi yang dapat menganggu
gerakan)
 Selimuti pasien dengan selimut steril
(usahakan pasien tidak sampai kedinginan
sampai siap dipindah ke ruang rawat)
 Pemberian obat-obatan (analgesik, antibiotik)
 Mobilisasi secara dini
 Pengaturan posisi
3. Di ICU
 Pantau keadaan pasien dan seting
ventilator
 Observasi tanda vital
 Pantau nilai CVP
 Amati neurologis pasien (GCS)
 Pantau status hemodinamik
 Pantau haluran urine
 Auskultasi suara paru
Con’t. . .
 Cek BGA setiap hari
 Pantau saturasi oksigen
 Suction bila perlu
 Perawatan mulut
 Perawatan mata dengan memberi tetes
mata/ salep mata
 Ganti posisi pasien tiap 3 jam
 Lakukan fisioterapi dada
 Perawatan daerah invasif (CVP/kateter)
Con’t. . .
 Ganti kateter dan NGT per minggu
 Observasi letak tube (ETT)
 Observasi terhadap aspirasi caiaran
lambung
 Periksa lab (elektrolit, ureum/kreatinin,
gula darah, protein, albumin, leukosit, dll)
 Perawatan luka bakar sesuai protokol
 Pemberian medikasi sesuai petunjuk
dokter
4. Di Unit Perawatan Luka
Bakar
 Rawat luka
 Pemantauan keseimbangan cairan
 Pengaturan posisi
 Pemenuhan nutrisi
 Pencegahan komplikasi
 Rehabilitasi
Jenis Perawatan Luka
1. Terbuka
Adalah perawatan luka, dimana luka yang
telah diberi obat topikal dibiarkan
terbuka tanpa balutan.
 Crandle bed + obat topikal
 Wajah, perineum, lipatan paha
 Keuntungan:
- waktu lebih singkat
- praktis dan efisien
- infeksi mudah terdeteksi
- mobilisasi mudah
Con’t
 Kerugian:
- pasien merasa tidak nyaman
- etika kurang
- kontaminasi
Con’t. . .
2. Tertutup
adalah penutupan luka dengan balutan kasa
steril setelah diberikan obat topikal
 Balutan kasa steril + obat topikal
 Keuntungan:
- luka tidak langsung berhubungan dengan udara
luar (mengurangi kontaminasi)
- nyaman
 Kerugian:
- gerakan terbatas
- biaya bertambah
- nyeri saat dibuka
- membutuhkan waktu yang lebih lama
Hal-haal yang perlu diketahui
oleh perawat dalam merawat
luka bakar
a. Anatomi fisiologi kulit
b. Prinsip-prinsip penyembuhan luka
c. Prinsip-prinsip pengonntrolan infeksi
d. Faktor-faaktor penyebab infeksi
e. Cara mengatasi nyeri
Ketrampilan yang harus
dimiliki perawat
a. Teknik mencuci tangan yang baik
b. Teknik bersih dan aseptik
c. Seleksi cara perawatan dan
pengantian balutan yang benar
serta obat topikal yang digunakan
d. Menilai keadaan luka pasien saat
ini
Urutan tindakan perawatan
Luka Bakar
1. Cuci/ bersihkan luka, cuku rambut yang
tumbuh paada area luka bakar
2. Lakukan nekrotomi/ debridement
jaringan yang nekrosis
3. Lakukan eskarotomy jika perlu
(cirkumferential dan menekan pemb.
Darah). Dilakukan dokter
4. Bullae dibiarkan utuh sampai hari ke-5,
jika pada sendi boleh dipecahkan
dengan mengunakan spuit steril
Con’t
5. Mandikan pasien tiap hari jika
memungkinkan
6. Jika banyak pus, besihkan
7. Perhatikan ekspresi wajah dan KU
pasien selama peawatan
8. Bilas luka dengan cairan NaCl 0,9%
9. Keringkan dengan mengunakan kapas
steril
con’t
10. Beri salep silver sulfadiaazin (SSD)
ssetebal 0,5 cm pada seluruh luka
bakar (kecuali wajah, hanya jika luka
bakar dalam/ derajat III) dan jika pada
wajah derajat I/II diberi salep
antibiotika
11. Tutup dengan kasa steril atau biarkan
terbuka
Hal-hal yang perlu diperhatikan
dalam perawatan luka bakar
a. Saat membuka bakutan haruss hati-hati,
jika kasa lengket basahi dulu dengan NaCl
0,9%
b. Pasien diberi analgesik sebelum dilakukan
rawat luka
c. Kaji dan catat kondisi luka setiap hari
d. Jangan mengunakan salep yang sama
(satu tube) untuk pasien yang berbeda
e. Ganti sarung tangan steril saat merawat
paasien lain
f. Gunakan linen steril
Resusitasi Cairan

Tujuan:
1. Memperbaiki defisit cairan, elektrolit
dan protein
2. Menggantikan kehilangan caiaran
berlanjut dan mempertahankan
keseimbangan caiaran
3. Mencegah edema berlebihan
4. Mempertahankan haluran urine
(1cc/Kg/jam)
5. Mempertahankan sirkulasi yang
adekuat
Kebutuhan Cairan Dewasa
 Keb Cairan = 4 cc x Kg BB x % LBB
(dalam 24 jam)
 Cara pemberian:

24 jam pertama
 8 jam Ke-1 : ½ kebutuhan cairan
 16 jam ke-2 : ½ kebutuhan cairan
Pada 18 jam setelah awal kejadian ditambahkan
koloid, jika LBB berat diberi 1000cc jika ringan
diberi 500 cc
24 jam ke-2
 Diberikan cairan ½ kebutuhan cairan 24 jam
pertama
Kabutuhan cairan anak-anak
 Keb Cairan = 2 cc x Kg BB x % LBB +
Kebutuhan faal dalam 24
jam
 24 jam pertama :
 8 jam pertama = ½ kebutuhan cairan
 16 jam selanjutnya = ½ kebutuhan cairan

Kebutuhan RL : koloid = 17 : 3
Koloid diberikan segera setelah kejadian
 24 jam kedua :
 Sesuai dengan kebutuhan faal
Kebutuhan Cairan Faal Anak-
anak
Kebutuhan Faal Anak-anak :
 0 – 1 th : 100 cc x BB
 1 – 5 th : 75 cc x BB
5 – 15 th : 50 cc x BB
Jumlah tetesan =
keb. Cairan x faktor tetesan
jml jam x 60
Mikro 1 cc = 60 tts, mikro 1 cc = 20
atau 15 tts
Resusitasi Cairan
A. Cara Evans
1. BB (kg) x %luka bakar x 1 cc NaCl
2. BB (kg) x %luka bakar x 1 cc
larutan koloid
3. 2.000 cc glukosa 5%
 separuh dari jumlah 1, 2, 3 diberikan dalam
8 jam pertama, sisanya diberikan dalam 16
jam berikutnya.
 Pada hari ke-2 diberikan setengah jumlah
cairan hari pertama.
 Pada hari ke-3 diberikan setengah jumlah
hari ke dua
 Maintenance cairan dihitung dengan
penghitungan diuresis
Resusitasi Cairan

B. Cara Baxter
 Kebutuhan cairan hari pertama = %luka
bakar x BB (kg) x 4cc
 Separuh jumlah ini diberikan dalam 8 jam
pertama, sisanya diberikan dalam 16 jam
selanjutnya. Hari pertama diberikan
caiaran elektrolit (Ringer laktat)
 Hari ke-2 diberikan setengah dari jumlah
hari pertama
PENGUNAAN OBAT TOPIKAL

 Obat topikal diperlukan karena eschar tidak dapat


ditembus dengan pemberian obat antibiotik
sistemik.
 Obat yang dipilih sebaiknya:
 Mampu mengatasi kuman patogen
 Non toksik lokal dan sistemik
 Mudah digunakan
 Memberi kenyamanan pasien/ tidak menimbulkan nyeri
 Tidak iritatif
 Harga terjangkau
Con’t
 Yang paling banyak digunakan adalah Silver
Sulfadiazine (SSD), karena:
 Dapat lebih mudah melepaskan eschar
 Tidak menyebabkan asidosis
 Tidak menyebabkan discolouration
 Dapat menembus eschar
 Tidak menimbulkan toksisitas lokal maupun sistemik
 Hampir tidak menimbulkan nyeri
 Mengurangi timbulnya hipertrofi eschar
 Hampir tidak pernah menimbulkan resisitensi
Skin Graft
 Mengambil kulit dari suatu bagian tubuh
yang kemudian ditanam pada daerah yang
memerlukan
 Tujuanya untuk mempercepat
penyembuhan, mencegah kontraktur
 Pada luka bakarderajat II atau III
 Dilakukan secept mungkin ( hari ke 3-10
setelah kejadian)
 Lokasi pengambilan (donor site) biasanya
didaerah paha
Con’t . . .

 Kulit donor harus yang sehat, lokasi resepien


harus memiliki jaringan pembuluh darah
yang baik
 Pertumbuhan akan terjadi dalam 4-7 hari
 Juka kulit pasien tidak bisa dijadikan donor,
maka anngota keluarganya dapat
mendonorkan kulitnya, dengan catatan
golongan darahnya sama
Eschar
 Eschar adalah jaringan parut palsu.
Merupakan jaringan mati yang terdiri dari
sel-sel kulit yang mengelupas.
 Dengan adanya eschar salep-salep
antibiotik tidak akan bisa menmbus kulit,
juga menghalangi pertumbuhan sel-sel
kulit sehat.
 Eschar harus dihilangkan debridemen
 Ada sua debridemen: mekanik dan kimia
Con’t. . .
 Mekanik: dilakukan ahli bedah
 Kimia: mengunakan salep Silver Sulfadiazin
(SSD) yang juga mengandung antibiotik,
flammazine, dermazine
PROGNOSIS

 Prognosis luka bakar tergntung pada


kedalaman luka bakar, luas, letak
luka bakar, usia dan keadaan
kesehatan penderita luka bakar
1. PENGKAJIAN
• Penyebab luka bakar (kimia, listrik, api, inhalasi, dll)
• Lokasi dan luas luka bakar
• Kedalaman luka bakar
• Adakah penyakit yang menyertai
• Tanda-tanda vital
• Pemeriksaan jantung (HR, EKG)
• Kaji status respirasinya (RR, kedalaman,
kesimetrisan gerakan dada, retraksi intercostae)
• Kaji masukan dan haluran urin
Con’t
• Suhu tubuh
• Berat badan
• Riwayat kesehatan yang lalu (alergi, imunisasi, masalah
medik yang lalu, penyakit dan pengobatanya)
• Kaji status neurologiknya (tingkat kesadaran, status
refleks)
• Tingkat nyeri dan kecemasan pasien
• Laboratorium
• Urinalisis: Bj urin, pH, kadar glukosa, aseton, protein urin,
hematuri
• Pemeriksaan darah lengkap
• BGA
• Elektrolit cairan
2. DIAGNOSA
1. Kerusakan pertukaran gas b.d keracunan CO, inhalasi
asap dan obstruksi saluran nafas
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d dengan edema
dan efek dari inhalasi asap
3. Kurang volume cairan b.d peningkatan permeabilitas
kapiler dan kehilangan cairan akibat evaporasi dari
daerah luka bakar
4. Hipotermia b.d gangguan mikrossirkulasi kulit dan luka
yang terbuka
5. Nyeri b.d cedera jaringan serta syaraf dan dampaak
emosional dari luka bakar
6. Ansietas b.d ketakutan dan dampak emosional dari
luka bakar
3. Perencanaan
Tujuan:
 Mematenkan jalan nafas
 Memlihhara ventilasi dan oksigenasi jaringan
 Pencapaian keseimbangan cairan serta elektrolit
 Pemeliharaan suhu tubuh yang normal
 Rasa nyeri berkurang/ hilang
 Ansietas berkurang
 Tidak adanya komplikasi yang potensial
Rencana Tindakan
Dx: Kerusakan pertukaran gas b.d keracunan CO,
inhalasi asap dan obstruksi saluran nafas
a. Berikan okssigen yang sudah dilembabkan
b. Kaaji bunyi nafas, frekuensi pernafasan, iirama, dalam
dan simetrisnya pernafasan. Pantau pasien untuk
mendeteksi tanda-tanda hipoksia
c. Amati hal-hal berikut:
 Eritema aatau pembentukan lepuh pada mukosa bibir dan
pipi
 Lubang hidung yang gosong
 Bertaambahnya keparaauaan suara
 Adanya hangus dalam sputum atau jaringan trakea dalam
sekret respirasi
Con’t
d. Pantaau hasil BGA, hasil peemeriksaan oksimetri,
denyut nadi dan kadar karboksi hemoglobin
e. Laporkan pernafasan yang berat, peenurunan
dalamnya pernafasan, atau tanda-tanda hipoksia
dengan segera kepada dokter
f. Bersiap membantu dokter dalam intubasi dan
trakeostomi
g. Pantau dengan ketat keadaan pasien yang
mengunakan ventilator
Con’t
Dx: Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d dengan
edema dan efek dari inhalasi asap
a. Pertaahankan kepatenan jalan nafas melaalui
pemberian posisi ppaasien yaang tepat,
pembuangan sekresi, dan jalan nafas artifissial
bila diperlukan
b. Berikan oksigen yang ssudah dilembabkan
c. Dorong paasien agar mau membalikan tubuh,
batuk dan nafas dalam. Anjurkan aggar paasien
menggunakan spirometri intensif
d. Lakukan tindakan penghisapan/ sucsion bila perlu
Con’t
Dx: Kurang volume cairan b.d peningkatan
permeabilitas kapiler dan kehilangan cairan
akibat evaporasi dari daerah luka bakar
a. Amati TTV (meliputi vena central atau tekanan
arteri pulmonaalis jika perlu), haluran urin, dan
waspada terhadap tandaa-tanda hipovolemia,
ataau kelebihan beban cairan
b. Pantau haluran urin sedikitnya setiap satu jam
sekali dan menimbang BB setiap hari (jika
memungkinkan)
c. Ppertahankan pemberian infus dan mengatur
Con’t
d. Amati gejala defisiensi atau kelebihan kadar
natrium, kalium, fosfor dan bikarbonat
e. Naikkan bagian kepala tempat tidur pasien dan
tingggikan bagian ekstremitas yang terbakar
f. Beri tahu dokter dengan segera jika terjadi
penurunan haluran urin, tekanan darah, CVP,
tekanan arteri pulmonalis, tekanan kapiler
pulmonalis dan HR
Con’t
Dx: Hipotermia b.d gangguan mikrossirkulasi kulit
dan luka yang terbuka
a. Berikan lingkungan yang hangat dengan
pengunaan perisal pemanas, selimut berongga,
lampu atau selimut pemanas
b. Bekerja dengan cepat kalau lukanya terpajan
udara dingin
c. Kaji suhu tubuh dengan sering
Con’t
Dx: Nyeri b.d cedera jaringan serta syaraf dan
dampaak emosional dari luka bakar
a. Gunakan skala nyeri untuk menilai tingkat nyeri.
Bedakan dengan keadaan hipoksia
b. Berikan preparaat analgesik opiad menurut
program medik. Amati kemungkinan ssupresi
pernafasan paasien yang tidak memakai ventilasi
mekanik. Lakukan penilaian respon pasien
terhadap pemberian analgesik
c. Berikan dukungan emosional dan
menentraamkan kekhawatiran pasien

Anda mungkin juga menyukai