Anda di halaman 1dari 36

MANAJEMEN JALAN NAPAS MENGGUNAKAN

LARYNGEAL MASK AIRWAY PADA PASIEN DENGAN


TINDAKAN REMOVE IMPLANT

Nama : Agung Cahya Pratama

Pembimbing :
dr. SOFYAN BULANGO Sp. An
anestesi

Pengendalian
jalan napas
hilang

Manajemen
jalan napas
Anestesi
LMA
general
Jalan napas
Laryngeal mask airway
Ukuran lma
Indikasi pemasangan

• Sebagai alternatif dari ventilasi face mask atau intubasi ET untuk


airway management .

• Pada penatalaksanaan dificult airway yang diketahui atau yang tidak


diperkirakan

• Pada airway management selama resusitasi pada pasien yang tidak


sadarkan diri.
Kontra indikasi

• Pasien - pasien dengan resiko aspirasi isi lambung

• Pasien-pasien dengan penurunan compliance sistem pernafasan

• Pasien-pasien yang membutuhkan dukungan ventilasi mekanik jangka


waktu lama.
• Pasien-pasien dengan refleks jalan nafas atas

• Terdapat gangguan pada laring atau mengganggu tempat operasi


Cara pemasangan

• Terlebih dahulu melakukan induksi dengan sevifluran atau propofol


• Cuff LMA dalam keadaan kempis, dan memperbaiki posisi cuff agar tidak ada
yang terlipat
• Pemberian jelly pada bagian belakang cuff saja
• Pasien dalam posisi sniffing, tangan patugas memegang LMA dengan ibu jari
dan telunjuk pada perbatasan antara pipa dan cuff
• LMA dimasukkan meyusuri palatum dan dibantu dengan jari telunjuk
diarahkan sampai hipofaring, tahanan akan terasa jika sudah sampai
diposisinya
• Memegang LMA dengan tangan tidak dominan saat mengeluarkan telunjuk
• Mengembangkan cuff dan menyambungkan dengan mesin ventilator
• Mengecek apakah udara telah masuk
• Memasang proteksi agar pipa tidak tergigit dan memfiksasi LMA.
•Pemasangan yang tepat :
• Ujung cuff pada dasar hipofaring dan
berhadapan dengan sfingter esofagus
atas
• Sisi sisi cuff pada fossa pyriformis
• Bagian pangkal cuff di pangkal lidah
TINJAUAN KASUS


• Identitas Penderita
• Nama : Nn. A.W
• Umur : 23 thn
• Alamat : Palolo
• Agama : Islam
• Ruangan : VIP Parkit
• Tanggal Pemeriksaan : 17 Desember 2017
pre operatif

• Anamnesis
• Keluhan Utama : pelepasan implant
• Riwayat Penyakit Sekarang :
• Seorang pasien perempuan, 23 tahun dirawat di Rg. VIP Parkit
RSU Anutapura dengan riwayat fraktur radius ulna pada lengan kanan
dan rencana untuk pelepasan implant. Keluhan fraktur radius ulna
menimpa pasien tahun 2015 yang lalu, dan pasien sudah pernah
dioperasi untuk pemasangan plate. Keluhan mual dan muntah
disangkal. Buang air kecil dan besar pasien lancar. Demam (-), sesak (-
), muntah (-), nyeri menelan (-).
• Riwayat alergi (-)
• Riwayat asma (-)
• Riwayat penyakit jantung (-)
• Riwayat penyakit berat lainnya (-)
• Riwayat anestesi (+) sebanyak satu kali, tidak terdapat komplikasi.

• Riwayat penyakit keluarga:


• Riwayat penyakit paru (-)
• Riwayat penyakit jantung (-)
• Riwayat penyakit diabetes melitus (-)
Pemeriksaan pre operatif

• Pemeriksaan Fisik
• Status Generalis
• Kesadaran : Compos mentis (GCS E4 V5 M6)
• Berat Badan : 56 kg
• Status Gizi : Gizi Baik
• Airway : Paten
• Pernafasan : Respirasi 18 kali/menit
• Nadi : 81 kali/menit, regular, kuat angkat
• TD : 110/70mmHg
• Suhu : 36,7o C
• B1 (Breath) :
• Airway : bebas, gurgling/snoring/crowing : (-/-/-), potrusi
mandibular (-), buka mulut 5 cm, jarak mentohyoid 5 cm, jarak
hyothyoid 6 cm, leher pendek (-), gerak leher bebas, tonsil (T1-T1),
faring hiperemis (-), frekuensi pernapasan : 18 kali/menit, suara
pernapasan : bronkovesikular (+/+), suara pernapasan tambahan
ronchi (-/-), wheezing (-/-), skor Mallampati : 1, massa (-), gigi
ompong (-), gigi palsu (-).

• B2 (Blood) :
• Akral hangat : ekstremitas atas (+/+) dan ekstremitas bawah
(+/+), tekanan darah : 110/70 mmHg, denyut nadi : 81 kali/menit,
reguler, kuat angkat, bunyi jantung S1/S2 murni regular.
• B3 (Brain) :
• Kesadaran : Compos mentis, pupil: isokor 2mm/2mm, defisit neurologi
(-).

• B4 (Bladder) :
• Buang air kecil spontan dengan frekuensi 3-4 kali sehari berwarna
kekuningan.

• B5 (Bowel) :
• Abdomen : tampak datar, peristaltik (+) kesan normal, mual (-), muntah
(-) massa (-), jejas (-), nyeri tekan (-).

• B6 Back & Bone :


• Skoliosis (-), lordosis (-), kifosis (-), edema ekstremitas atas (-/-), edema
ekstremitas bawah (-/-).
Pemeriksaan Penunjang
•Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik, maka:
• Diagnosis Pre Operatif: Union fraktur radius ulna (D) pro remove
implant
• Status Operatif : ASA I, Mallampati I
• Jenis Operasi : Remove implant
• Jenis Anastesi : General Anestesi
intraoperatif

• Laporan Anestesi Durante Operatif


• Jenis anestesi : General Anestesi
• Lama anestesi : 09.25 – 10.45 (1 jam 20 menit)
• Lama operasi : 09.30 – 10.30 (1 jam)
• Anestesiologi : dr. Ajutor Donny T, Sp.An
• Ahli Bedah : dr. Sri Sikspiriani, Sp.OT
• Posisi : Supine
• Infus : 1 line di tangan kiri
• Premedikasi : Midazolam 3 mg
• Fentanyl 70 µg

• Induksi : Propofol 100 mg

• Medikasi tambahan : Ketorolac 30 mg


• Dexamethason 5 mg
• Anbacim 1 gr

• Maintanance : Sevoflurane 3%
Laporan monitoring anastesi
Terapi cairan

• BB : 56 kg
• EBV : 65 ml/kgBB x 56 kg = 3640 ml
• Jumlah perdarahan : ± 100 ml

• % perdarahan : 100/3640 x 100% = 3 %


Pemberian Cairan
Cairan masuk :
Pre operatif : Kristaloid RL 150 ml
Durante operatif: Kristaloid RL 500 ml
Total input cairan : 650 ml
Cairan keluar :
Durante operatif :
Perdarahan ± 100 ml
Urin (-)
Total output cairan : ± 100 ml
Perhitungan Cairan
• Input yang diperlukan selama operasi :
• Cairan maintanance (M) : 2 ml x 56 kg = 112 ml/jam

• Cairan defisit pengganti puasa (P) : lama puasa x maintenance = 8 x 112 =


896 ml – 100 ml (cairan yang masuk saat puasa) = 796 ml

• Stress Operasi Besar : 8 ml x 56 kg = 448 ml

• Cairan defisit darah selama oprasi = 100 ml x 3 = 300 ml

• Untuk mengganti kehilangan darah 100 ml diperlukan 300 ml cairan


kristaloid

• Total kebutuhan cairan selama 1 jam operasi = 112 + 796 + 448 + 300 = 1656
ml
• Cairan masuk :
• Kristaloid : 150 ml + 500 ml = 650 ml

• Keseimbangan kebutuhan:
• Cairan masuk – cairan dibutuhkan = 650 ml – 1656 ml = - 1006 ml
Post Operatif

• Pemantauan di Recovery Room :


• Tensi, nadi, pernapasan, aktivitas motorik.
• Berikan antibiotik profilaksis, antiemetic, H2 reseptor bloker dan analgetik
• Bila Aldrette Score ≥8 boleh pindah ruangan.

• Mual (-), muntah (-), peristaltik usus (+), boleh makan dan minum
sedikit – sedikit.
pembahasan

•Pasien, Nn. A.W, 23 tahun di rawat di ruang VIP Parkit, untuk


menjalani operasi remove implant pada tanggal 18 Desember 2017
dengan diagnosis pre operatif union fraktur radius ulna (D) pro remove
implant. Persiapan operasi dilakukan pada tanggal 17 Desember 2017.
Pada anamnesis didapatkan riwayat fraktur radius ulna 2 tahun yang
lalu. Pasien sudah menjalani operasi dan di anestesi tahun 2015 untuk
pemasangan implant pada frakturnya. Pasien tidak mengeluhkan gejala
fisik.
•Pemeriksaan fisik dari tanda vital didapatkan:
• tekanan darah 110/70 mmHg;
• nadi 81x/menit;
• respirasi 18x/menit;
• suhu 36,7OC.
•Dari pemeriksaan laboratorium hematologi:
•Hb 12,7 g/dl;
•GDS 66,6 mg/dL dan HBsAg (-).
•pasien termasuk dalam kategori ASA I
•Pada pasien ini, pemeriksaan fisik ataupun laboratorium tidak menunjukkan
adanya gangguan yang dapat menjadi kontra indikasi dilakukannya tindakan.
• Pilihan anestesi yang dilakukan adalah jenis general anestesi. Adapun
indikasi dilakukan general anestesi adalah karena pada kasus ini
diperlukan hilangnya kesadaran, rasa sakit, amnesia dan mencegah
resiko aspirasi dengan menggunakan premedikasi.

• Teknik anestesinya dengan pemasangan LMA nomor 4.

• Total kebutuhan cairan sebanyak 1656 ml. Namun, pasien


mendapatkan 650 ml cairan kristaloid sampai operatif selesai
sehingga masih membutuhkan sebanyak 1006 ml cairan
Injeksi sedacum (midazolam) 3 mg :
sebagai premedikasi untuk efek sedatif. Midazolam akan memicu rasa
kantuk dan rileks, sehingga dapat menurunkan tingkat kecemasan sebelum
seseorang menjalani operasi.

Induksi dengan propofol 100 mg I.V :


memiliki efek induksi yang cepat, dengan distribusi dan eliminasi yang
cepat

fentanyl 70 µg :
obat opioid yang bersifat analgesik

dexamethasone 5 mg :
adjuvant analgetik pascaoprasi dan pencegahan inflamasi (bengkak) akibat
pemasangan LMA.

Sementara anbacim 1 g : antibiotik perioperatif.


•obat anestesi inhalasi yang digunakan adalah sevofluran 3%.
Sevofluran merupakan halogenasi eter, dikemas dalam bentuk cair,
tidak berwarna, tidak berbau dan tidak iritatif sehingga baik untuk
inhalasi. Proses induksi dan pemulihan cepat dari semua obat
anestesia inhalasi yang lain.
•Dipilih manajemen jalan nafas dengan LMA karena pertimbangan
lama operasi yang tidak begitu lama. LMA sebagai alternatif dari
ventilasi face mask atau intubasi ET untuk airway management.
Keuntungan penggunaan LMA diabanding ET adalah kurang invasif,
mudah penggunaanya, minimal trauma pada gigi dan laring, efek
laryngospasm dan bronkospasme minimal, dan tidah membutuhkan
agen relaksasi otot untuk pemasangannya.
kesimpulan

• Teknik anestesi yang dipilih adalah anestesi general (umum) dengan LMA,
respirasi spontan.

• Anestesi general tindakan anestesi yang dilakukan dengan cara


menghilangkan nyeri secara sentral, disertai hilangnya kesadaran dan
bersifat pulih kembali atau reversibel.

• Laryngeal Mask Airway (LMA) atau sungkup laring adalah alat bantu
pernapasan (penanganan jalan nafas) yang dimasukkan kedalam laring.
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai