Anda di halaman 1dari 61

DASAR – DASAR PENYULUHAN

PERTANIAN

Terkelin Pinem, STP., MP


Pokok Bahasan

1. Pengertian, tujuan, prinsip dan filosofi penyuluhan


pertanian,
2. Sasaran penyuluhan pertanian
3. Ruang lingkup penyuluhan pertanian
4. Strategi penyuluhan pertanian
Indikator pembelajaran

Peserta dapat :
1) Menjelaskan tentang, pengertian,
tujuan, prinsip dan filosofi penyuluhan
pertanian.
2) Menjelaskan Ruang lingkup Penyuluhan
Pertanian.
3) Menjelaskan Sasaran Penyuluhan
Pertanian.
4) Menjelaskan Strategi Penyuluhan
Pertanian.
Sejarah penyuluhan pertanian

• Penyuluhan pertanian di Indonesia telah dimulai


sejak zaman Belanda. Beberapa catatan yang ada
dalam sejarah dapat dikemukakan perkembangan
penyuluhan di Indonesia.
A. Masa Sebelum Kemerdekaan
(1817-1945)

• Pendirian Kebun Raya di Bogor pada 17 Mei 1817 oleh


C.G.L.Reinwardt dianggap sebagai awal dari usaha
pembangunan pertanian di Indonesia.
• Pendirian Kebun Tanaman Dagang (cultuurtuin) pada tahun
1876, Pusat-pusat penyelidikan (sekarang lembaga penelitian)
pada tahun 1880, sekolah pertanian (Land-en Tuinbouw
Cursus) pada tahun 1877 (tahun 1884 ditutup dan dibuka lagi
tahun 1903).
• Dibentuknya Departemen Pertanian yang mulai berfungsi
pada 1 Januari 1905 dengan tujuan memajukan pertanian
rakyat. Mula-mula Departemen Pertanian berlokasi di Kebun
Raya di Bogor.
A. Masa Sebelum Kemerdekaan
(1817-1945)

• Departemen Pertanian awalnya memiliki 4 lembaga yaitu:


Kebun Raya dan Laboratoriumnya; Balai Penelitian Padi dan
Palawija; Sekolah Pertanian; dan Kebun Percobaan Tanaman
Tahunan yang dilengkapi dengan kursus-kursus serta latihan
praktisnya.
• Pertanian pada tahun 1905-1910, berpandangan bahwa
petani hanya dapat dipengaruhi oleh pangreh praja, serta
pendidikan petani tidak penting.
• Waktu Melchior menjabat sebagai direktur tersebut, untuk
pertama kalinya telah diangkat lima orang penasihat pertanian
pada tahun 1908 (selanjutnya dianggap sebagai titik awal
perkembangan penyuluhan pertanian).
A. Masa Sebelum Kemerdekaan
(1817-1945)

• Tahun 1911 dibentuklah Dinas Penyuluhan Pertanian


(Landbouw Voorlichtings Dienst/LVD) dan
• Tahun 1913 didirikan Sekolah Pertanian Menengah Atas
(Middelbare Landbouw School/MLS).
• Tahun 1921 Dinas Penyuluhan Pertanian bekerja lepas dari
Pangreh Praja.
• Dinas Penyuluhan Pertanian dan kegiatannya terus
berkembang sampai datangnya tentara Jepang pada tahun
1942, yang ternyata juga menerapkan sistem tanam paksa dan
berakhir saat kemerdekaan Indonesia tahun 1945.
B. Masa Kemerdekaan (1945-1966)

• Pada tahun 1948 rencana tersebut ditetapkan menjadi Balai


Pendidikan Masyarakat Desa (BPMD). Ketetapan tersebut
tercantum dalam Rencana Kemakmuran Indonesia atau
Rencana Kasimo (Kasimo Plan), yang merupakan rencana
produksi pertanian jangka 3 tahun (1948-1950).
• Setelah pengakuan kembali kedaulatan RI pada Desember
1949, pemerintah memulai kembali usaha pembangunan
pertanian secara lebih sistematis, dengan melaksanakan
Rencana Kesejahteraan Istimewa yang merupakan gabungan
antara Rencana Kasimo dengan Rencana Wisaksono.
B. Masa Kemerdekaan (1945-1966)

• Pada tahun 1959-1968, Penyuluhan pertanian mulai


menerapkan pendekatan gerak cepat, dinamis, dan tepat,
bukan lagi alon-alon asal kelakon; caranya dengan
menggunakan pendekatan kelompok, bukan hanya
pendekatan perorangan saja, mengganti sistem tetesan
minyak dengan tumpahan air, agar semua orang kebagian
cipratan air atau semua orang terlibat dalam kegiatan.
C. Masa Orde Baru (1966-1998)

• Pada awal pemerintahan orde baru tahun 1966, timbul


gagasan untuk mengembalikan sistem penyuluhan pertanian
kepada asas-asas semula, antara lain kesukarelaan dan
demokratis.
• Tahun 1963-1964 dilakukan kegiatan uji coba Panca Usahatani
Lengkap di Karawang, Jawa Barat dan berhasil.
• Sistem penyuluhan pertanian di Indonesia terus berkembang
yang kemudian lahirlah program BIMAS (Bimbingan Massal)
pada tahun 1964.
C. Masa Orde Baru (1966-1998)

• Pada periode 1967-1973, Bimas disempurnakan, bimbingan


kepada petani diperluas bukan hanya petani yang
menggunakan kredit usahatani, namun juga bimbingan
dilaksanakan kepada petani yang telah mapan yang tidak
memerlukan fasilitas kredit, pembinaannya menggunakan
istilah Intensifikasi Massal (INMAS).
• Pada periode 1973-1987, diintroduksikan pembinaan dengan
menggunakan pola Intensifikasi Umum (INMUM) dan
Intensifikasi Khusus (INSUS).
C. Masa Orde Baru (1966-1998)

• Pada awal tahun 1969 disusun pola pengembangan pertanian


dengan cara: memperluas program kepada wanita tani dan
pemuda, mengembangkan metode demplot, denfarm,
demarea dan demunit, siaran pedesaan, bahan cetakan, dan
bahan audio visual, serta ditunjang dengan merekrut pegawai
baru, pengadaan peralatan kerja dan transpor, penambahan
dan perbaikan Balai Penyuluhan Pertanian, dan pembentukan
Balai Informasi Pertanian.
• Sampai dengan akhir PELITA V tahun 1994 telah dibangun dan
disempurnakan sejumlah 1.300 BPP.
C. Masa Orde Baru (1966-1998)

• Pada tahun 1986, jabatan fungsional penyuluh pertanian


mendapat pengakuan dengan dikeluarkannya Surat Keputusan
Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor
73/Menpan/1985.
• Pada tahun 1984, pemerintah Indonesia menerima
penghargaan dari PBB atas keberhasilannya berswasembada
beras. Keberhasilan ini merupakan pencapaian dari program
BIMAS yang berupaya melipatgandakan produksi padi. Pada
saat itu, swasembada beras merupakan tujuan nasional,
sehingga untuk mencapai tujuan tersebut maka pendekatan
penyuluhan yang dilakukan bersifat sentralistis (top down)
dengan program pembangunan pertanian yang seragam.
C. Masa Orde Baru (1966-1998)

• Tahun 1986-1991 telah terjadi perubahan dalam


pengorganisasian penyuluh, peran penyuluh telah berubah
dari yang bersifat polivalen menjadi monovalen. Perubahan
menjadi monovalen tersebut sejalan dengan kebutuhan
spesifikasi dalam profesi, dengan harapan penyuluh
monovalen dapat lebih intensif melakukan kegiatan
penyuluhan dalam subsektor tertentu.
• 1995 Bank Dunia, melakukan evaluasi kelemahan penyuluhan
di Indonesia yaitu: kurangnya partisipasi; kesalahan
menempatkan fokus penyuluhan; mekanisme top-down; dan
kurangnya koordinasi antar sektor.
C. Masa Orde Baru (1966-1998)

• Penerbitan Surat Keputusan Bersama (SKB) Menteri Dalam


Negeri dan Menteri Pertanian yaitu SKB nomor 54 tahun 1996
dan nomor 301/Kpts/LP.120/4/1996 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Penyuluhan Pertanian, memberi harapan
para penyuluh. Penyuluh memiliki keleluasaan dalam
berperan secara terintegrasi antar subsektor dan dapat
menemukan jati dirinya kembali.
D. Masa Setelah Reformasi atau
Otonomi Daerah (1998-sekarang)

• Reformasi juga berpengaruh terhadap penyuluhan pertanian


di Indonesia, baik individu penyuluh dengan lembaga
penyuluhan, kegiatan penyuluhan, kebijakan pemerintah,
serta masyarakat petaninya. Salah satunya adalah
dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999
tentang Otonomi Daerah.
• Sebagai tindak lanjut pencanangan Revitalisasi Pertanian,
Perikanan dan Kehutanan pada tanggal 11 Nopember 2005,
pada tanggal 15 Nopember 2006 pemerintah menetapkan
Undang-undang No. 16 Tahun 2006 tentang Sistem
Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan.
D. Masa Setelah Reformasi atau
Otonomi Daerah (1998-sekarang)

• Terbitnya Peraturan Menteri Pertanian Nomor


03/Permentan/SM.200/1/2018 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Penyuluhan Pertanian dimaksud sebagai
acuan penyelenggaraan Penyuluhan Pertanian untuk
pengelola Kelembagaan Penyuluhan Pertanian Pemerintah,
Swasta, dan Swadaya, serta instansi terkait dalam
penyelenggaraan Penyuluhan Pertanian, mulai dari pusat,
daerah provinsi, daerah kabupaten/kota, kecamatan, dan
kelurahan/desa serta pemangku kepentingan lainnya.
Indikator pembelajaran

Peserta dapat :
1) Menjelaskan tentang, pengertian,
tujuan, prinsip dan filosofi penyuluhan
pertanian.
2) Menjelaskan Ruang lingkup Penyuluhan
Pertanian.
3) Menjelaskan Sasaran Penyuluhan
Pertanian.
4) Menjelaskan Strategi Penyuluhan
Pertanian.
PENGERTIAN PP

• Penyuluhan = Extension
• Dari kata dasar ”Suluh” yang berarti
pemberi terang di tengah kegelapan.
• Mardikanto (1993) penyuluhan dapat
diartikan sebagai proses penyebarluasan
informasi yang berkaitan dengan upaya
perbaikan cara-cara berusahatani demi
tercapainya peningkatan pendapatan dan
perbaikan kesejahteraan keluarganya.
Pengertian Penyuluh Pertanian

• Penyuluhan pertanian diartikan sebagai


pendidikan luar-sekolah yang ditujukan
kepada petani dan masyara-katnya agar
dapat bertanii lebih baik, berusa-hatani
yang lebih menguntungkan, demi
terwujudnya kehidupan yang lebih sejahtera
bagi keluarga dan masya-rakatnya
(Wraatmadja, 1976; Totok Mardikanto dan
Sri Sutarni, 1981; Mardikanto, 1993;
Departemen Pertanian, 2002).
• Menurut Kusnadi (2011), penyuluhan
pertanian adalah upaya menyampaikan
informasi (pesan) yang berkaitan dengan
bidang pertanian oleh penyuluh
pertanian kepada petani beserta anggota
keluarganya baik secara langsung
maupun tidak langsung maupun tidak
langsung agar mereka tahu, mau dan
mampu menggunakan inovasi teknologi
pertanian baru.
Undang Undang Nomor 16 Tahun
2006
• Penyuluhan pertanian, perikanan, kehutanan
yang selanjutnya disebut penyuluhan adalah
proses pembelajaran bagi pelaku utama serta
pelaku usaha agar mereka mau dan mampu
menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam
mengakses informasi pasar, teknologi,
permodalan, dan sumberdaya lainnya, sebagai
upaya untuk meningkatkan produktivitas,
efisiensi usaha, pendapatan, dan
kesejahteraannya, serta meningkatkan kesadaran
dalam pelestarian fungsi
• lingkungan hidup.
Peraturan Menteri Pertanian Nomor
03/Permentan/SM.200/1/2018

• Penyuluhan Pertanian adalah proses


pembelajaran bagi pelaku utama serta
pelaku usaha agar mereka mau dan mampu
menolong dan mengorganisasikan dirinya
dalam mengakses informasi pasar,
teknologi, permodalan, dan sumber daya
lainnya, sebagai upaya untuk meningkatkan
produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan,
dan kesejahteraannya, serta meningkatkan
kesadaran dalam pelestarian fungsi
lingkungan hidup.
Pengertian tersebut mengandung
makna adanya proses:

a. Proses komunikasi persuasif, yang dilakukan oleh penyuluh


dalam memfasilitasi sasaran (pelaku utama dan pelaku
usaha) beserta keluarganya guna membantu mencari
pemecahan masalah berkaitan dengan perbaikan dan
pengembangan usahan mereka, komunikasi ini sifatnya
mengajak dengan menyajikan alternatif-alternatif
pemecahan masalah, namun keputusan tetap pada sasaran.
Lanjutan….

b. Proses pemberdayaan, maknanya adalah memberikan “kuasa


dan wenang” kepada pelaku utama dan pelaku usaha serta
mendudukkannya sebagai “subyek” dalam proses
pembangunan pertanian, bukan sebagai “obyek”, sehingga
setiap orang pelaku utama dan pelaku usaha (laki-laki dan
perempuan) mempunyai kesempatan yang sama untuk :
1). Berpartisipasi;
2). Mengakses teknologi, sumberdaya, pasar dan modal;
3). Melakukan kontrol terhadap setiap pengambilan
keputusan;
4). Memperoleh manfaat dalam setiap lini proses dan hasil
pembangunan pertanian.
Lanjutan….

c. Proses pertukaran informasi timbal-balik antara penyuluh


dan sasaran (pelaku utama maupun pelaku usaha).
Proses pertukaran informasi timbal-balik ini mengenai
berbagai alternatif yang dilakukan dalam upaya pemecahan
masalah berkaitan dengan perbaikan dan pengembangan
usahanya.
Penyuluhan pertanian harus memiliki:

• Pengertian yang jelas tentang perubahan perilaku yang


harus dihasilkan atau perilaku baru apa (pengetahuan,
pengertian, keterampilan, kebiasaan, sikap, perasaan, ) dan
tentang apa yang harus dihasilkan;
• Pengertian tentang bagaimana caranya orang belajar, yaitu
bagaimana orang dapat dipengaruhi agar berubah cara
berpikir dan bertindaknya
• Pengertian yang jelas tentang bagaimana caranya mengajar
yaitu cara mempengaruhi orang lain. Ini mencakup
pengetahuan dan keterampilan menggunakan berbagai
metoda penyuluhan paling efektif untuk mengubah perilaku
orang-orang tertentu.
Lanjutan….

• Pelaku utama dan pelaku usaha diharapkan mampu


mengorganisir dirinya belajar dalam situasi nyata. Penyuluh
hanya memberikan lingkungan agar terjadinya suasana
belajar.
TUJUAN PENYULUHAN

• Pelaku utama dan pelaku usaha diharapkan mampu


mengorganisir dirinya belajar dalam situasi nyata. Penyuluh
hanya memberikan lingkungan agar terjadinya suasana
belajar.
• Mengubah perilaku (pengetahuan, ketrampilan, sikap) petani
agar dapat bertani lebih baik (better farming), berusahatani
lebih menguntungkan (better business), hidup lebih sejahtera
(better living) dan bermasyarakat lebih baik (better
community).
FILOSOFI

1. Penyuluh harus bekerjasama dengan masyarakat, dan


bukannya bekerja untuk masyarakat (Adicondro, 1990)
2. “helping people to help themselves” Ellerman (2001)
3. Penyuluhan tidak boleh menciptakan ketergantungan,
tetapi harus mampu mendorong semakin terciptanya
kreativitas dan keman-dirian masyarakat agar semakin
memiliki kemampuan untuk ber-swakarsa, swadaya,
swadana, dan swakelola bagi terselenggara-nya kegiatan-
kegiatan guna tercapainya tujuan, harapan, dan keinginan-
keinginan masyarakat sasarannya.
Lanjutan….

• Kelsey dan Hearne (1955) yang menyatakan bahwa falsafah


penyuluhan harus berpijak kepada pentingnya pengem-
bangan individu di dalam perjalanan pertumbuhan
masyarakat dan bangsanya. Karena itu, ia mengemukakan
bahwa: falsafah penyuluh-an adalah: bekerja bersama
masyarakat untuk membantunya agar mereka dapat
meningkatkan harkatnya sebagai manusia (helping people to
help themselves).
• Pemahaman konsep ”membantu masyarakat agar dapat
membantu dirinya sendiri” harus dipahami secara demokratis
yang menempatkan kedua-belah pihak dalam kedudukan yang
setara.
Lanjutan….

Pemahaman konsep ”membantu masyarakat agar dapat


membantu dirinya sendiri” sehingga:
1) Penyuluh harus bekerjasama dengan masyarakat, dan
bukannya bekerja untuk masyarakat (Adicondro, 1990).
2) Penyuluhan tidak boleh menciptakan ketergantungan, tetapi
harus mampu mendorong semakin terciptanya kreativitas
dan kemandirian.
3) Penyuluhan yang dilaksanakan, harus selalu mengacu kepada
terwujudnya kesejahteraan ekonomi masyarakat dan
peningkatan harkatnya sebagai manusia.
Prinsip-Prinsip Penyuluhan Pertanian

1) Mengerjakan, artinya, kegiatan penyuluhan harus


sebanyak mungkin melibatkan masyarakat untuk
mengerjakan/ menerapkan sesuatu.
2) Akibat, artinya, kegiatan penyuluhan harus memberikan
akibat atau pengaruh yang baik atau bermanfaat.
3) Asosiasi, artinya, setiap kegiatan penyuluhan harus
dikaitkan dengan kegiatan lainnya.
Prinsip-Prinsip Penyuluhan Pertanian

Dahama dan Bhatnagar (1980) mengungkapkan prinsip-


prinsip penyuluhan yang lain yang mencakup:
1) Minat dan Kebutuhan, artinya, penyuluhan akan efektif jika selalu
mengacu kepada minat dan kebutuhan masyarakat.
2) Organisasi masyarakat bawah, artinya penyuluhan akan efektif
jika mampu melibatkan/menyentuk organisasi masyarakat bawah,
sejak dari setiap keluarga/kekerabatan.
3) Keragaman budaya, artinya, penyuluhan harus memperha-tikan
adanya keragaman budaya. Perencanaan penyuluhan harus selalu
disesuaikan dengan budaya lokal yang beragam.
4) Perubahan budaya, artinya setiap kegiatan penyuluhan akan
mengakibatkan perubahan budaya.
Lanjutan….

5) Kerjasama dan partisipasi, artinya penyuluhan hanya akan


efektif jika mampu menggerakkan partisipasi masyarakat untuk
selalu bekerjasama dalam melaksanakan program-program
penyuluhan yang telah dirancang.
6) Demokrasi dalam penerapan ilmu, artinya dalam penyuluhan
harus selalu memberikan kesempatan kepada masyarakatnya
untuk menawar setiap ilmu alternatif yang ingin diterapkan.
7) Belajar sambil bekerja, artinya dalam kegiatan penyuluhan harus
diupayakan agar masyarakat dapat “belajar sambil bekerja” atau
belajar dari pengalaman tentang segala sesuatu yang ia kerjakan.
Lanjutan….

8) Penggunaan metoda yang sesuai, artinya penyuluhan harus


dilakukan dengan penerapan metoda yang selalu disesuaikan
dengan kondisi (lingkungan fisik, kemampuan ekonomi, dan nilai
sosialbudaya) sasarannya.
9) Kepemimpinan, artinya, penyuluh tidak melakukan kegiatan-
kegiatan yang hanya bertujuan untuk kepentingan/kepuasannya
sendiri, dan harus mampu mengembangkan kepemimpinan.
10) Spesialis yang terlatih, artinya, penyuluh harus benar-benar
pribadi yang telah memperoleh latihan khusus tentang segala
sesuatu yang sesuai dengan fungsinya sebagai penyuluh.
11) Segenap keluarga, artinya, penyuluh harus memperhatikan
keluarga sebagai satu kesatuan dari unit sosial.
12) Kepuasan, artinya, penyuluhan harus mampu mewujudkan
tercapainya kepuasan.
Etika Penyuluhan Pertanian

Padmanegara (1987) mengemukakan beberapa perilaku yang perlu


ditunjukkan atau diragakan oleh setiap penyuluh (pertanian), yang
meliputi:
1) Perilaku sebagai manusia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman
kepada Tuhan Yang Maha Esa, jujur, dan disiplin.
2) Perilaku sebagai anggota masyarakat, yaitu mau menghormati
adat/kebiasaan masyarakatnya, menghormati petani dan keluarga-nya (apapun
keadaan dan status sosial ekonominya), dan menghormati sesama penyuluh.
3) Perilaku yang menunjukkan penampilannyaa sebagai penyuluh
yang andal, yaitu: berkeyakinan kuat atas manfaat tugasnya, memiliki
tanggungjawab yang besar untuk melaksanakan pekerjaannya, memiliki jiwa
kerjasama yang tinggi, dan berkemam-puan untuk bekerja teratur.
4) Perilaku yang mencerminkan dinamika, yaitu ulet, daya mental dan
semangat kerja yang tinggi, selalu berusaha mencerdaskaan diri, dan selalu
berusaha meningkatkan kemampuannya.
Azas penyelenggaraan penyuluhan
(Undang-undang Republik Indonesia No. 16 Tahun 2006)

1. Demokrasi, yaitu penyuluhan yang diselenggarakan dengan


saling menghormati pendapat antara Pemerintah,
pemerintah daerah, dan pelaku utama serta pelaku usaha
lainnya
2. Manfaat, yaitu penyuluhan yang harus memberikan nilai
manfaat bagi peningkatan pengetahuan, keterampilan dan
perubahan perilaku untuk meningkatkan produktivitas,
pendapatan dan kesejahteraan pelaku utama dan pelaku
usaha.
3. Kesetaraan, yaitu hubungan antara penyuluh, pelaku
utama dan pelaku usaha yang harus merupakan mitra
sejajar.
Azas penyelenggaraan penyuluhan
(Undang-undang Republik Indonesia No. 16 Tahun 2006)

4. Keterpaduan, yaitu penyelenggaraan penyuluhan yang


dilaksanakan secara terpadu antar kepentingan
pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat.
5. Keseimbangan, yaitu setiap penyelenggaraan penyuluhan
harus memperhatikan keseimbangan antara kebijakan,
inovasi teknologi dengan kearifan masyarakat setempat,
pengarusutamaan gender, keseimbangan pemanfaatan
sumber daya dan kelestarian lingkungan, dan
keseimbangan antarkawasan yang maju dengan kawasan
yang relatif masih tertinggal. itu memperhatikan hak dan
kewajiban secara seimbang untuk memperoleh efektivitas
dan efisiensi dalam penggunaan sumber daya
Azas penyelenggaraan penyuluhan
(Undang-undang Republik Indonesia No. 16 Tahun 2006)

6. Keterbukaan, yaitu penyelenggaraan penyuluhan dilakukan


secara terbuka antara penyuluh dan pelaku utama serta
pelaku usaha.
7. Kerja sama – yaitu penyelenggaraan penyuluhan harus
diselenggarakan secara sinergis dalam kegiatan
pembangunan pertanian, perikanan, dan kehutanan serta
sektor lain yang merupakan tujuan bersama antara
pemerintah dan masyarakat.
8. Partisipatif, yaitu penyelenggaraan penyuluhan yang
meliba tkan secara aktif pelaku utama dan pelaku usaha
dan penyuluh sejak perencanaan, pelaksanaan,
pemantauan, dan evaluasi.
Azas penyelenggaraan penyuluhan
(Undang-undang Republik Indonesia No. 16 Tahun 2006)

9. Kemitraan yaitu penyelenggaraan penyuluhan yang


dilaksanakan berdasarkan prinsip saling menghargai, saling
menguntungkan, saling memperkuat, dan saling
membutuhkan antara pelaku utama dan pelaku usaha yang
difasilitasi oleh penyuluh.
10. Berkelanjutan yaitu penyelenggaraan penyuluhan dengan
upaya secara terus menerus dan berkesinambungan agar
pengetahuan, keterampilan, serta perilaku pelaku utama
dan pelaku usaha semakin baik dan sesuai dengan
perkembangan sehingga dapat terwujud kemandirian.Yaitu
penyelenggaraan penyuluhan yang dimana pelaku utama
dan pelaku usaha mendapatkan pelayanan secara
proporsional sesuai dengan kemampuan, kondisi, serta
kebutuhan pelaku utama dan pelaku usaha.
Azas penyelenggaraan penyuluhan
(Undang-undang Republik Indonesia No. 16 Tahun 2006)

11. Kemitraan yaitu penyelenggaraan penyuluhan yang


dilaksanakan berdasarkan prinsip saling menghargai, saling
menguntungkan, saling memperkuat, dan saling
membutuhkan antara pelaku utama dan pelaku usaha yang
difasilitasi oleh penyuluh.
12. Berkeadilan yaitu penyelenggaraan penyuluhan yang
memosisikan pelaku utama dan pelaku usaha berhak
mendapatkan pelayanan secara proporsional sesuai
dengan kemampuan, kondisi, serta kebutuhan pelaku
utama dan pelaku usaha.
Azas penyelenggaraan penyuluhan
(Undang-undang Republik Indonesia No. 16 Tahun 2006)

13. Pemerataan yaitu penyelenggaraan penyuluhan harus


dapat dilaksanakan secara merata bagi seluruh wilayah
Republik Indonesia dan segenap lapisan pelaku utama dan
pelaku usaha.
14. Bertanggung gugat yaitu bahwa evaluasi kinerja
penyuluhan dikerjakan dengan membandingkan
pelaksanaan yang telah dilakukan dengan perencanaan
yang telah dibuat dengan sederhana, terukur, dapat
dicapai, rasional, dan kegiatannya dapat dijadualkan.
SASARAN PENYULUHAN
(Undang-undang Republik Indonesia No. 16 Tahun 2006)

1. Pihak yang paling berhak memperoleh


manfaat penyuluhan meliputi sasaran utama
dan sasaran antara.
2. Sasaran utama penyuluhan yaitu pelaku utama
dan pelaku usaha.
3. Sasaran antara penyuluhan yaitu pemangku
kepentingan lainnya yang meliputi kelompok
atau lembaga pemerhati pertanian, perikanan,
dan kehutanan serta generasi muda dan tokoh
masyarakat.
PELAKU UTAMA

Pelaku utama kegiatan pertanian, perikanan, dan kehutanan


yang selanjutnya disebut pelaku utama adalah: masyarakat di
dalam dan di sekitar kawasan hutan, petani, pekebun, peternak,
nelayan, pembudi daya ikan, pengolah ikan, beserta keluarga
intinya
(Undang-undang Republik Indonesia No. 16 Tahun 2006)

Pelaku Utama Bidang Pertanian yang selanjutnya disebut


Pelaku Utama adalah petani, pekebun, peternak, dan beserta
keluarga intinya.
(Peraturan Menteri Pertanian Nomor 03/Permentan/SM.200/1/2018)
PELAKU USAHA

Perorangan warganegara Indonesia atau korporasi yang


dibentuk menurut hukum Indonesia yang mengelola usaha
pertanian, perikanan, dan kehutanan.
(Undang-undang Republik Indonesia No. 16 Tahun 2006)

Pelaku Usaha Bidang Pertanian yang selanjutnya disebut


Pelaku Usaha adalah perorangan warga negara Indonesia
atau korporasi yang dibentuk menurut hukum Indonesia
yang mengelola usaha pertanian.
(Peraturan Menteri Pertanian Nomor 03/Permentan/SM.200/1/2018)
SASARAN PENYULUHAN
PERTANIAN

1) Pihak yang paling berhak memperoleh manfaat


penyuluhan meliputi sasaran utama dan sasaran
antara.
2) Sasaran utama penyuluhan yaitu pelaku utama dan
pelaku usaha.
3) Sasaran antara penyuluhan yaitu pemangku
kepentingan lainnya yang meliputi kelompok atau
lembaga pemerhati pertanian, perikanan, dan
kehutanan serta generasi muda dan tokoh masyarakat.
(Undang-undang Republik Indonesia No. 16 Tahun 2006)
LINGKUP PENYULUHAN

Lippit (1961) dalam tulisannya tentang perubahan yang


terencana, merinci lingkup kegiatan penyuluh sebagai agen
pembaruan dalam 7 (tujuh) kegiatan pokok, yaitu:
1. Penyadaran,
2. Menunjukkan adanya masalah,
3. Membantu pemecahan masalah,
4. Menunjukkan pentingnya perubahan,
5. Melakukan pengujian dan demonstrasi,
6. Memproduksi dan publikasi informasi,
7. Melaksanakan pemberdayaan/penguatan kapasitas.
RUANG LINGKUP PENYULUHAN

Kelsey dan Hearne (1955) menyatakan bahwa ruang lingkup


penyuluhan pertanian adalah:
1) better farming,
2) better business, and
3) better living.
Strategi Penyuluhan Pertanian

Strategi Penyuluhan Pertanian adalah langkah-langkah atau cara


untuk mencapai suatu tujuan penyuluhan pertanian.

Penyuluhan sebagai Jembatan Penghubung


Pertimbangan yg harus diperhatikan
dalam penentuan strategi

1. Kebijakan pertanian dan tujuan pembangunan.


− Perlu adanya ketegasan kebijakan pertanian dalam kaitan
utk mencapai tujuan pembangunan tkt nasioanal,
regional dan lokal yg akan menentukan seberapa jauh
aktivitas yg akan dilaksanakan oleh aparat wilayah dan
aparat penyuluhan pertanian dlm menggerakkan
partisipasi masyarakat.
− Strategi awal mengupayakan adanya komitmen
pemerintah thdp pembangunan pertanian.
Lanjutan….

2. Alternatif Teknologi Pertanian yg diterapkan.


− Strategi penyuluhan harus memperhatikan tipe
teknologi yg ingin disuluhkan utk diterapkan
sasarannya.
− Kesesuaian teknologi dg kondisi wilayah, karakteristik
teknologi, maupun karakteristik petani sasaran.
− 4 macam teknologi pertanian, teknologi hemat energi,
hemat lahan, berskala netral, dan tepat guna.
Lanjutan….

3. Pengkajian ulang terhadap strategi penyuluhan.


− Kaji ulang strategi penyuluhan difusi kearah strategi
penyuluhan yg menjamin semua POKTAN dpt
menikmati informasi penyuluhan secara seimbang.
− Kaji ulang strategi difusi ini perlu karena keengganan
klpok perintis menyebar-luaskan keberhasilannya kpd
poktan lain dan keengganan poktan lain meniru
keberhasilan petani perintis karena tidak mampu secara
pengetahuan, ketrampilan, dana maupun tidak berani
menghadapi resiko kegagalan.
Lanjutan….

4. Identifikasi kategori petani


− Strategi harus memperhatikan tujuan penyuluhan dan
kaitannya dg keragaman sasaran dan diupayakan utk
selalu dpt mengatasi masalah dr keragaman sasaran.
− Keragaman yg menjadi kendala penyuluhan sbb :
1) Keragaman zona ekologi pertanian yg hanya cocok utk
komoditi tertentu.
2) Keragaman dlm kemampuan menyediakan
sumberdaya (pengetahuan, ketrampilan, dana &
kelembagaan dll)
3) Keragaman jenis kelamin dan nilai sosial budaya
masyarakat setempat.
4) Keragaman umur sasaran, pemuda tani (15-24 th)
− Untuk mengatasi masalah diatas strategi penyuluhan hrs
memperhatikan :
1) Pemetaan wilayah penyuluhan yg akan dilayani
berdasarkan keragaman ekologi.
2) Upaya melibatkan seluruh lapisan masyarakat baik
berkaitan dg kategori petani berdasarkan
keinovatifannya, kemampuan menyediakan
sumberdaya, jenis kelamin, dan umurnya dlm kegiatan
penyuluhan.
3) Pengembangan rekomendasi teknologi tepat guna
5. Perumusan Strategi Penyuluhan untuk Penerapan
Teknologi
− Kulp, 1977 dlm mardikanto (1993) pentingnya kegiatan
penyuluhan pd tahapan pembangunan yg teridiri dari 6
tahap yaitu :
1) Tahap Pra-pembangunan, tahap penyuluhan sedang
dipersiapkan.
2) Tahap eksperimental, penyuluhan pertanian
diharapkan telah mencapai 1-20% petani sasaran yg
dijadikan pelaksana pengujian/demonstrator pd
kegiatan demonstrasi yg dilaksanakan &
dikembangkan oleh penyuluh.
3) Tahapan Pengembangan Komoditi, kegiatan penyuluhan
diharapkan sudah menjangkau 20-40% petani utk
mengadopsi penerapan input baru.
4) Tahap pengembangan yg komprehensif. Tahap ini
penyuluhan diharapkan telah menjangkau 100% petani
yg dilibatkan dlm seluruh proses Usaha Tani mencakup
(alokasi Sumber Daya, pengorganisasian petani,
pemasaran dll.)
5) Tahap diversifikasi Usaha Tani bernilai tinggi. Tahap ini
penyuluhan 100% menjangkau petani yg dilibatkan pd
Usaha Tani komersial yg memproduksi produk pertanian
benilai ekonomi tinggi
6) Tahapan Intensifikasi modal, tahap ini penyuluhan 100%
menjangkau petani yg dilibatkan dlm pemanfaatan lahan
secara optimal dg penggunaan modal yg intensif.
− Perumusan strategi penyuluhan harus diarahkan utk
meningkatkan keterlibatan kaum perempuan dan
generasi muda.
− Strategi penyuluhan pertanian yg efektif perlu
dirancang sesuai dg kebutuhan khususnya yg berkaitan
dg tingkat adopsi yg sudah ditunjukkan petani.
Strategi penyuluhan harus
memperhatikan :

1) Pemetaan wilayah penyuluhan yang akan di layani,


khususnya pemetaan wilayah berdasarkan keadaan
keragaman ekologi pertaniannya.
2) Upaya melibatkan seluruh lapisan masyarakat, baik yang
berkaitan dengan kategori petani berdasarkan
keinovatipannya, kemampuannya menyediakan
sumberdaya, jenis kelamin, dan umurnya dalam kegiatan
penyuluhan pertanian.
3) Pengembangan rekomendasi teknologi yang tepat guna.
4) Di samping itu, perumusan strategi penyuluhan pertanian
juga harus diarahkan untuk meningkatkan ketarlibatan
kaum perempuan dan generasi muda dalam penyuluhan
pertanian.
Pemilihan metoda yang efektif

Didalam Strategi penyuluhan pemilihan metoda


yang efektif, perlu di rancang sesuai dengan
kebutuhannya, khususnya yang berkaitan dengan
tingkat adopsi yang sudah ditunjukkan oleh
masyarakat (petani) sasarannya
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai