Anda di halaman 1dari 42

ARUS LISTRIK BOLAK BALIK (AC)

Oleh :
Anik Maghfiroh (4201415005)
Dewi Anjani (4201415013)
Kompetensi Dasar :

3.5 : Menganalisis rangkaian arus bolak – balik (AC) serta


penerapannya.
4.5 : Mempresentasikan prinsip kerja penerapan rangkaian
arus bolak – balik (AC) dalam kehidupan sehari – hari.
ARUS DAN TEGANGAN
BOLAK BALIK
V V
a. b.

t
t

(Gambar a. Grafik hubungan tegangan V terhadap (Gambar b. Grafik hubungan tegangan V terhadap
waktu oleh sumber DC) waktu oleh sumber AC)
Pengertian Arus dan Tegangan Bolak - balik

■ Arus bolak – balik yaitu arus listrik yang arahnya selalu berubah – ubah secara kontinu
atau periodik terhadap waktu.

■ Tegangan bolak – balik yaitu tegangan listrik yang arahnya selalu berubah – ubah
secara kontinu atau periodik terhadap waktu.

■ Hukum Faraday telah menjelaskan bahwa adanya perubahan fluks magnetik yang
dilingkupi oleh kumparan akan menyebabkan timbulnya ggl induksi pada ujung – ujung
kumparan dan jika antara ujung – ujung kumparan dihubungkan dengan sebuah kawat
penghantar akan mengalir arus listrik melalui penghantar tersebut.
■ Berdasarkan prinsip hukum Faraday dibuatlah generator atau dinamo yaitu
suatu alat yang digunakan untuk mengubah energi gerak (energi mekanik)
menjadi energi listrik.

■ Arus dan tegangan listrik yang dihasilkan generator berbentuk sinus soidal yang
berarti bahwa besarnya nilai kuat arus listrik dan tegangan sebagai fungsi sinus
yang biasanya dapat dinyatakan dalam diagram fasor (fase vektor).

■ Diagram fasor menyatakan suatu besaran yang nilainya berubah secara kontinu.
■ Berdasarkan hukum Faraday maka kita dapat menentukan besarnya tegangan dan
arus bolak – balik sebagai berikut :

𝑑Φ
𝜀 = −𝑁 (Persamaan. 1)
𝑑𝑡

𝑑(𝐵 𝐴 cos 𝜃)
𝜀 = −𝑁
𝑑𝑡

𝑑 𝑐𝑜𝑠 (𝜔 𝑡)
𝜀 = −𝑁𝐵𝐴
𝑑𝑡

𝜀 = 𝑁 𝐵 𝐴 𝜔 sin(𝜔 𝑡) (Persamaan 2)
Persamaan 2, dapat kita nyatakan sebagai :

𝑉 = 𝑉𝑚𝑎𝑥 sin 𝜔 𝑡 = 𝑉𝑚𝑎𝑥 sin 2𝜋𝑓𝑡 (Persamaan 3)

Persamaan 3 inilah yang kita sebut sebagai tegangan AC sesaat.


Selanjutnya, arus AC sesaat dinyatakan sebagai :

𝐼 = 𝐼𝑚𝑎𝑥 sin 𝜔 𝑡 = 𝐼𝑚𝑎𝑥 sin 2𝜋𝑓𝑡 (Persamaan 4)

Keterangan :
I : arus bolak balik 𝑉𝑚𝑎𝑥 : tegangan maksimal
𝜔 : kecepatan sudut t : waktu
f : frekuensi 𝐼𝑚𝑎𝑥 : arus maksimal
V : tegangan bolak - balik
Sudut Fase dan Beda Fase

𝜋
𝐼𝑚𝑎𝑥 sin(𝜔 𝑡 + )
2

𝜋
2

𝜋
(Gb. grafik arus dan tegangan sebagai fungsi waktu dengan beda sudut fase sebesar )
2

𝜋
■ Dari gambar diatas, pada I = 𝐼𝑚𝑎𝑥 sin(𝜔 𝑡 + ) yang dimaksud besar sudut fasenya yaitu
2
𝜋
nilai (𝜔 𝑡 + 2 ) dan pada V = 𝑉𝑚𝑎𝑥 sin(𝜔 𝑡) besar sudut fasenya yaitu (𝜔 𝑡).
■ Berdasarkan grafik, terlihat bahwa tegangan V tertinggal dari arus I. Antara
tegangan V dan arus I, memiliki perbedaan sudut fase yang merupakan besarnya
selisih sudut fase antar keduanya. Pada contoh di atas, besar beda fase gelombang
𝜋
sinusoidalnya yaitu Δ𝜃 = 2

𝜋
2 1
■ Sedangkan beda fasenya yaitu Δ𝜑 = =
2𝜋 4
Nilai Efektif Arus dan Tegangan Bolak - balik

■ Nilai arus dan tegangan bolak – balik, berubah secara periodik


terhadap waktu sehingga dalam pengukurannya susah untuk
menemukan nilai yang pasti.

■ Nilai efektif arus dan tegangan bolak – balik yaitu nilai arus dan
tegangan bolak – balik yang setara dengan arus searah yang dalam
waktu yang sama jika mengalir dalam hambatan yang sama akan
menghasilkan kalor yang sama.
(Grafik tegangan dan arus bolak – balik terhadap waktu)

Gambar di atas menunjukkan dalam setiap setengah periode, nilai arus atau
tegangan listrik berubah tanda dari positif ke negatif atau sebaliknya. Menunjukkan
ketika tegangan diberikan pada sebuah resistor, arus bergerak bolak - balik. Arus
pada resistor akan menyebabkan resistor menjadi panas
Daya pada hambatan R dinyatakan sebagai :

𝑃 = 𝑖 2 𝑅 = 𝐼𝑚𝑎𝑥 2 𝑠𝑖𝑛 2 (𝜔𝑡 + 𝜑) R (Persamaan 5)

Persamaan ini menunjukkan bahwa daya yang dihasilkan arus bolak – balik selalu positif
dan nilainya berubah dari 0 sampai 𝐼𝑚𝑎𝑥 2 R

Daya rata – ratanya adalah :

0+ 𝐼𝑚𝑎𝑥 2 R 𝐼𝑚𝑎𝑥 2 R
𝑃ത = 2
= 2
= 𝐼ഥ2 R (Persamaan 6)

dengan 𝐼ഥ2 adalah nilai rata – rata kuadrat arus dan memenuhi persamaan :

𝐼 2
𝐼ഥ2 = 𝑚𝑎𝑥 (Persamaan 7)
2
Selanjutnya akar dari nilai rata – rata kuadrat arus inilah yang disebut sebagai nilai efektif
atau nilai rms yang dinyatakan sebagai :

𝐼𝑚𝑎𝑥
𝐼𝑒𝑓 = (Persamaan 8)
2

Ketika hambatan R dilalui arus bolak – balik dengan arus efektif 𝐼𝑒𝑓 , tegangan efektif
pada hambatan dinyatakan sebagai :

𝑉𝑒𝑓 = 𝐼𝑒𝑓 R (Persamaan 9)

Persamaan 8 disubtitusi ke persamaan 9 :

𝐼𝑚𝑎𝑥 𝑅 𝑉𝑚𝑎𝑥
𝑉𝑒𝑓 = = (Persamaan 10)
2 2
Alat Ukur Arus dan Tegangan Bolak - balik

■ Alat ukur arus biasa disebut amperemeter dan alat ukur tegangan adalah voltmeter.

■ Pada amperemeter DC dan voltmeter DC keduanya mengukur nilai rata – rata.


Sedangkan, untuk alat ukur arus bolak – balik AC baik amperemeter AC maupun
voltmeter AC tidak mengukur nilai rata – rata tetapi mengukur nilai efektif.

■ Untuk menentukan nilai yang sesungguhnya misalnya untuk mengetahui nilai


maksimum atau mengetahui nilai tegangan dari puncak ke puncak (Vpp) dapat
digunakan alat ukur osiloskop.
(Gambar Osiloskop)
(Gambar Multimeter Digital)
• Contoh pengukuran pada osiloskop, misalkan sebuah tegangan sinusoidal arus
bolak – balik pada layar osiloskop terlihat bahwa 1 gelombang menempati 4 kotak ke
arah horizontal dan 4 kotak ke arah vertikal. Apabila tombol volt/div menunjuk pada
angka 2 volt dan time/div menunjuk angka 5 ms, dapat diperoleh hasil pengukuran
sebagai berikut :

𝑉𝑚𝑎𝑥 = 2 x 2 volt = 4 volt.


𝑉𝑝𝑝 = 4 x 2 volt = 8 volt.
Periode 𝑇 = 4 x 5 ms = 20 ms = 2 x 10-2 s.
1 1
Frekuensi 𝑓 = 𝑇 = 2 𝑥 10−2 𝑠𝑒𝑘𝑜𝑛 = 50 Hz.
RANGKAIAN AC
RANGKAIAN RESISTIF MURNI

VR I
Imax
V

Vmax
R t

Gambar 2.2 (b) Grafik hubungan V dan I


Gambar 2.1. Rangkaian Resistif Murni terhadap waktu pada rangkaian Resistif
Murni

Imax
Vmax
kuat arus dan tegangan tidak ada
perbedaan fase

Gambar 2.2 (a) Diagram Fasor


untuk Rangkaian Resitif Murni
RANGKAIAN RESISTIF MURNI

Tegangan bersifat 𝑽𝑹 = 𝑽𝒎 𝐬𝐢𝐧 𝝎𝒕


sinusoidal
RANGKAIAN RESISTIF MURNI

𝑽𝑹 𝑽𝒎
Kuat arus yang 𝑰𝑹 = 𝑰𝑹 = 𝐬𝐢𝐧 𝝎𝒕
melewati Resistor 𝑹 𝑹

𝑽𝒎
𝑰𝒎 = 𝑰𝑹 = 𝑰𝒎 𝐬𝐢𝐧 𝝎𝒕
𝑹
RANGKAIAN INDUKTIF MURNI

VL I
V
Imax

L Vmax
t

Gambar 2.3. Rangkaian Induktif Murni


Gambar 2.4 (b) Grafik hubungan V dan I
terhadap waktu pada rangkaian Induktif Murni

Imax
Vmax
sudut fase arus terlambat 90o dari
sudut fase tegangan

Gambar 2.4 (a) Diagram fasor


untuk rangkaian Induktif Murni
RANGKAIAN INDUKTIF MURNI

Beda potensial 𝒅𝑰
diantara ujung-ujung 𝑽𝑳 = 𝑳 𝑽𝑳 = 𝑽𝒎 𝐬𝐢𝐧 𝝎𝒕
𝒅𝒕
induktor
RANGKAIAN INDUKTIF MURNI

𝑽𝒎 𝑽𝒎
Kuat arus yang 𝒅𝑰 = 𝐬𝐢𝐧 𝝎𝒕 𝒅𝒕 𝑰𝑳 = න 𝐬𝐢𝐧 𝝎𝒕 𝒅𝒕
𝑳
melalui Induktor 𝑳

𝑽𝒎 𝑽𝒎
𝑰𝑳 = − 𝐜𝐨𝐬 𝝎𝒕 𝑰𝑳 = 𝐬𝐢𝐧 𝝎𝒕 − 𝝅𝟐 𝑰𝑳 = 𝑰𝒎 𝐬𝐢𝐧 𝝎𝒕 − 𝝅𝟐
𝝎𝑳 𝝎𝑳

𝑽𝒎
𝑰𝒎 = 𝑿𝑳 = 𝝎𝑳
𝝎𝑳
RANGKAIAN KAPASITIF MURNI

VC
Imax

𝜺
Vmax

Gambar 2.5. Rangkaian Kapasitif Murni Gambar 2.6 (a)Diagram fasor


untuk rangkaian Kapasitif Murni
I
V
Imax

Vmax Sudut fase kuat arus mendahului 90o


t
terhadap sudut fase tegangan

Gambar 2.6 (b) Grafik hubungan V dan I terhadap


waktu pada rangkaian Kapasitif Murni
RANGKAIAN KAPASITIF MURNI

Tegangan bersifat 𝑽𝑹 = 𝑽𝒎 𝐬𝐢𝐧 𝝎𝒕


sinusoidal
RANGKAIAN KAPASITIF MURNI

𝒒
Kuat arus yang 𝑽𝑪 = 𝑽𝒎 𝐬𝐢𝐧 𝝎𝒕 𝑪=
melalui Induktor 𝑽

𝑽𝒎
𝒒 = 𝑪 𝑽𝒎 𝐬𝐢𝐧 𝝎𝒕 𝑰𝒎 = 𝝎𝑪𝑽𝒎 𝑰𝒎 =
𝟏Τ𝝎𝑪

𝟏
𝑿𝑪 =
𝝎𝑪
RANGKAIAN SERI RLC

VR VL VC

R L C

Gambar 2.3. Rangkaian seri RLC


RANGKAIAN SERI RLC

Karena disusun seri, arus yang mengalir pada tiap elemen besarnya sama, sedangkan
beda potensialnya berbeda-beda

Pada Resistor :
𝑽𝑹 = 𝑰𝒎 𝑹 𝒔𝒊𝒏 𝝎𝒕 = 𝑽𝒎 𝒔𝒊𝒏 𝝎𝒕

Pada Induktor :
𝝅
𝑽𝑳 = 𝑰𝒎 𝑿𝑳 𝒔𝒊𝒏 𝝎𝒕 +
𝟐
𝝅
𝑽𝑳 = 𝑽𝑳 𝒎 𝒔𝒊𝒏 𝝎𝒕 +
𝟐

Pada Kapasitor :
𝝅
𝑽𝑪 = 𝑰𝒎 𝑿𝑪 𝒔𝒊𝒏 𝝎𝒕 −
𝟐
𝝅
𝑽𝑐 = 𝑽𝑪 𝒎 𝒔𝒊𝒏 𝝎𝒕 −
𝟐
■ Berdasarkan gambar 2.3, rangkaian RLC yang disusun secara seri berarti besar arusnya
bernilai sama. Tegangan total pada rangkaian RLC dapat dinyatakan sebagai :
𝑉𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 𝑉𝑅 + 𝑉𝐿 + 𝑉𝑐

■ Operasi penjumlahan di atas bukan merupakan penjumlahan aljabar tetapi penjumlahan


fasor.
𝑉𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 𝑉 = 𝑉𝑅 + 𝑉𝐿 + 𝑉𝐶
𝜋 𝜋
𝑉 = 𝑉𝑅𝑚 sin (𝜔𝑡) + 𝑉𝐿𝑚 sin (𝜔𝑡 + ) + 𝑉𝐶𝑚 sin (𝜔𝑡 − )
2 2
𝑉 = 𝐼𝑚 𝑅 sin (𝜔𝑡) + 𝐼𝑚 𝑋𝐿 cos (𝜔𝑡) − 𝐼𝑚 𝑋𝐶 𝑐𝑜𝑠 (𝜔𝑡)
𝑉 = 𝐼𝑚 𝑅 sin 𝜔𝑡 + 𝑋𝐿 − 𝑋𝐶 𝑐𝑜𝑠 (𝜔𝑡)
■ Gambar fasor vl vc vr, dan xl xc r
■ Dari gambar () kita dapatkan :

𝑅
= cos 𝜑
𝑍
𝑅 = 𝑍 cos 𝜑

𝑋𝐿 − 𝑋𝑐
= sin 𝜑
𝑍
𝑋𝐿 − 𝑋𝑐 = 𝑍 sin 𝜑

Sehingga nilai tegangan AC sesaat V dinyatakan sebagai :

𝑉 = 𝐼𝑚 𝑍 cos (𝜑) sin 𝜔𝑡 + 𝑍 sin (𝜑) 𝑐𝑜𝑠 (𝜔𝑡)


𝑉 = 𝐼𝑚 𝑍 sin 𝜔𝑡 cos (𝜑) + 𝑐𝑜𝑠 (𝜔𝑡) sin (𝜑)
𝑉 = 𝑉𝑚 sin (𝜔 𝑡 + 𝜑)
Selanjutnya nilai tegangan maksimum 𝑉𝑚 ditentukan sebagai berikut :

𝑽𝒎 = 𝑽𝑹 𝒎 𝟐 + 𝑽𝑳 𝒎 − 𝑽C 𝒎 2 Imax
Vmax
VL max

𝑽𝒎 = 𝑰𝒎 𝑹 𝟐 + 𝑰𝒎 𝑿𝑳 − 𝑰𝒎 𝑿𝐶 2 VR max

𝑽𝒎 = 𝑰𝒎 𝑹𝟐 + 𝑿𝑳 − 𝑿𝐶 2

V C max

Dimana,

𝑹𝟐 + 𝑿𝑳 − 𝑿𝐶 2 =𝒁
Gambar 2.4 (a) Diagram fasor
untuk rangkaian Induktif Murni
SIFAT RANGKAIAN SERI RLC

INDUKTIF
XL > Xc

KAPASITIF
XL < Xc

RESISTIF
XL = Xc

Pada keadaan ini terjadi resonansi


RESONANSI PADA RANGKAIAN RLC

Frekuensi terjadinnya resonansi


pada rangkaian RLC

𝑿𝑳 = 𝑿𝑪 Saat terjadi
𝟏 Resonansi
𝝎𝑳 =
𝝎𝑪
𝟏
𝝎𝟐 =
𝑳𝑪 𝑽
𝒁=𝑹 𝑰=
𝟏 𝑹
𝝎=
𝑳𝑪

𝟏 𝟏
𝒇=
𝟐𝝅 𝑳𝑪
PENERAPAN RANGKAIAN
ARUS BOLAK BALIK
Rangkaian Penala
■ Rangkaian penala berfungsi untuk memilih salah satu gelombang radio dari
sekian banyak gelombang radio yang mendekat pada antena penerima radio.

■ Rangkaian penala terdiri atas sebuah kumparan dengan induktansi L dan


kapasitor variabel dengan kapasitansi C yang dirangkai paralel.
■ Jika rangkain penala distel pada sebuah pemancar tertentu, rangkaian penala akan
membangkitkan frekuensi tinggi yang sama dengan frekuensi tinggi dari pemancar
tersebut.

■ Penerima radio akan beresonansi dengan pemancar tersebut. Frekuensi resonansi

1 1
penala sebesar 𝑓𝑟 = 2𝜋 𝐿𝐶
.

■ Jika ingin menerima gelombang radio pemancar lain yang frekuensinya lebih tinggi
maka frekuensi resonansi rangkaian penala harus dinaikkan yaitu dengan
memperkecil nilai kapasitas C dari kapasitor variabel.
Sistem Pembangkit Listrik

■ Sistem pembangkit listrik terdiri atas bagian pembangkit listrik, bagian transmisi listrik,
dan bagian distribusi listrik.
■ Pada bagian pembangkit listrik, energi dari air atau uap atau gas nuklir atau matahari

diubah ke energi listrik oleh sistem turbin generator.

■ Daya listrik dari pusat pembangkit harus ditransmisikan (disalurkan) melalui

penghantar kawat yang cukup panjang

■ Bagian transmisi jaringan akan mentransmisi daya listrik dengan tegangan tinggi 150

kV atau 500 kV.

■ Dianggap tegangan keluaran generator adalah 10 kV , tegangan ini akan dinaikkan

menjadi tegangan 150 kV atau 500 kV oleh transformator step up (peningkat

tegangan).
■ Pada gardu induk, tegangan yang sangat tinggi 500 kV diturunkan menjadi tegangan

menengah 20 kV yang siap didistribusikan oleh bagian distribusi listrik menuju ke

konsumen.

■ Dari gardu induk, listrik disalurkan ke gardu – gardu transformator yang terpencar

letaknya di dalam kota.

■ Dalam gardu transformator, terdapat transformator step down (penurun tegangan) yang

akan menurunkan tegangan listrik dari 20 kV menjadi tegangan 220 volt. Selanjutnya

arus listrik AC disalurkan ke konsumen akhir, seperti rumah, sekolah, pabrik, dan

tempat – tempat lainnya.


TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai