Anda di halaman 1dari 19

Studi Pencitraan terhadap Komplikasi Akut

pada Pasien Kanker: Apa yang harus


dievaluasi pada situasi gawat darurat?
PENYEBAB UTAMA KEMATIAN
KANKER DISELURUH DUNIA

Tingginya insidensi kanker berakibat pada peningkatan layanan medis yang


berkaitan dengan berbagai komplikasi yang diakibatkan oleh kanker itu sendiri.
tanda tanda invasi atau pun
desakan langsung dari struktur
KOMPLIKASI
kanker ke jaringan sekitarnya
AKIBAT
KANKER
manifestasi sistemik berupa
hiperkoagulasi, imunosupresi
dan sindroma paraneoplastik
serta komplikasi akibat
pembedahan dan yang
berkaitan dengan kemoterapi
Pemeriksaan radiologi memainkan peran penting pada tahap evaluasi kanker dan komplikasinya.
Pemeriksaan USG dan radiografi umumnya dilakukan pada kasus kasus kanker karena harganya yang
terjangkau, paparan radiasi yang minim serta memiliki nilai diagnostik yang memadai. Meskipun begitu,
terkadang pemeriksaan MRI dan CT Scan juga perlu dilakukan pada beberapa kondisi.

Pada artikel ini kami membahas tentang pentingnya pemeriksaan penunjang radiologi dalam evaluasi
komplikasi akut yang ditimbulkan oleh kanker.
Spinal Cord Compression Syndrome
Spinal Cord Compression Syndrome Dialami sebanyak 2,5-6% kelompok pasien
(SCCS) penderita kanker

Deteksi dini terhadap SCCS sangatlah penting untuk mencegah terjadinya


defisit neurologis seperti paralisis dan gangguan pengendalian usus/kandung
kemih yang nantinya dapat menjadi permanen apabila telat dalam penanganan
selama beberapa jam saja. Prognosis terbilang memburuk apabila telah terjadi
paralisis atau respon terapi yang tidak baik.
Komplikasi kanker akut non infeksius yang
sering dialami
Sebanyak 80% dari kasus SCCS berawal dari kanker sebelumnya.
Gejala awal
Gejala Neurologis
Beberapa minggu
Nyeri Pinggang (90%)

Factor utama penentu prognosis Nyeri radicular


penderita adalah status neurologis Gangguan sensorik-
pasien pada saat diagnosis awal; karena motorik
jika deficit neurologis tidak respon Gangguan saat berjalan,
Disfungsi usus
terhadap terapi maka harus dicurigai dan Kandung kemih
kearah kanker dengan komplikasi nyeri
pada area dorsal.
Vertebrae thoracis pars columna merupakan jaringan yang paling rentan
mengalami kompresi (70% kasus). Sebagian besar kompresi tersebut berasal dari
extradural yang merupakan suatu metastase lesi vertebrae menyebabkan
terjadinya erosi kortikal dan mengalami desakan hingga ke kanalis spinalis.
merupakan kasus kanker yang
Kanker Payudara paling berkaitan dengan kondisi
metastase
Knaker Paru
dengan frekuensi mencapai 2/3
Kanker Prostat dari seluruh kasus yang ada

Terdapat juga beberapa jenis kanker lainnya yang berakibat metastase serupa
namun terbilang jarang seperti limfoma dan sarcoma.
MRI merupakan gold standard dalam menegakkan
diagnosis kompresi chordae. Modalitas ini Ketika fasilitas MRI tidak tersedia ataupun pasien
memungkinkan bagi klinisi untuk menilai sejauh mengalami kontraindikasi pemeriksaan MRI maka CT
mana kompresi yang telah dialami dan menunjang scan dengan myelografi dapat menjadi pilihan. Jika
klinisi untuk menentukan rencana terapi seperti CT dengan myelografi tidak tersedia pula, maka dapat
radioterapi. Penggunaan kontras intravena dilakukan CT scan dengan kontras. Scintigrafi tulang
paramagnetic dapat meningkatkan sensitivitas dan foto polos bisa saja memperlihatkan perubahan
metode ini dalam menegakkan diagnosis meliputi susunan tulang namun tidak dapat menunjukkan
gambaran cordae spinalis.
identifikasi metastase pada jaringan leptomeningeal
atau intramedullary
MRI 1T-weighted images hipointense

Tumor maligna
paravertebrae MRI T2-weighted images
hiperintens
MRI T2-weighted images

Beberapa pasien dengan


hiperintens
tumor yang mendesak
hingga ke kanalis spinalis
cenderung mengalami
dislokasi spinal cord
Hipertensi intracranial
Peningkatan tekanan intracranial (TIK) seringkali menyebabkan terjadinya komplikasi
neurologis yang serius pada penderita kanker. Hal ini diakibatkan oleh metastase pada jaringan
intraparenkimal
Pasien pasien dengan metastase serebral
Tumor Maligna akibat melanoma, koriokarsinoma, dan
renal cell carcinoma beresiko tinggi untuk
Kanker Paru Paling sering mengalami pendarahan
kanker Payudara metastase
Hidrosefalus paling sering dialami adalah
Melanoma OTAK hidrosefalus jenis non-comunicans yang
disebabkan oleh adanya lesi pada bagian
foramen Monro, aqueductus Sylvii atau
Paling jarang pada ventrikel IV. Di samping itu,
Pendarahan Intratumor metastase hidrosefalus communicans dapat pula
dan dialami pada pasien dengan karsinomatosis
Hidrosefalus leptomeningeal diffusa menyebabkan
terjadinya reabsoprsi cairan serebrospinal
(CSS)
Gejala umum Nyeri kepala Nyeri kepala muncul pada separuh
peningkatan TIK jumlah pasien dengan tumor serebral
(baik sekunder maupun primer) terutama
pada mereka dengan progresifitas tinggi
Mual

Peningkatan TIK

Gejala lain Muntah proyektil tanpa diawali mual


Muntah
sering dialami oleh pasien dengan
tumor pada fossa posterior
Disfungsi neurologis
Defisit daya kognitif, dan Penurunan
kesadaran
Kejang

Peningkatan TIK dan ukuran massa dapat menyebabkan terjadinya iskemik cerebrovaskuler dan herniasi
otak
Meskipun MRI merupakan modalitas yang paling unggul, namun CT scan
tetap masih dilakukan pada kasus urgensi seperti peningkatan TIK. Pada CT
scan, dapat dinilai keadaan massa (gambaran 2), pendarahan akut, hidrosefalus,
dan herniasi. MRI jauh lebih sensitive dalam menilai metastase dan dapat
menjadi alternative apabila CT scan tidak menunjukkan adanya abnormalitas
pada jaringan.
Superior Vena Cava Syndrome

Superior Vena Cava Syndrome (SVCS) merupakan hasil dari obstruksi parsial atau total pada Vena
Cava Superior menyebabkan terjadinya penurunan venous return ke kepala, leher, dan extremitas atas.
Meskipun telah digolongkan ke dalam kegawatdaruratan onkologi, penyakit ini jarang mengancam jiwa.
Batuk
Dyspnea
Gejala yang ditimbulkan Disfagia
Superior Vena Cava Syndrome
(SVCS) Edema mukosa leher

Edema wajah

Edema extremitas atas


Sebanyak lebih dari 50% pasien dengan SVCS baru merasakan gejala setelah ditegakkan diagnosis
kanker. Prognosis bergantung pada penyakit yang mendasari dan penyerta. Sebanyak 90% kasus
SVCS berawal dari tumor maligna seperti kanker paru, limfoma, dan metastase tumor mediastinum.
Thrombosis vena post kateterisasi biasanya tidak berkaitan dengan kondisi tersebut

Meskipun SVCS dapat didiagnosis dari gejala


klinis, CT scan perlu dilakukan sebagai konfirmasi
CT harus dilakukan dengan kontras untuk
dengan menilai penyempitan lumen vena cava
mendapatkan hasil optimal gambaran vena
akibat desakan tumor (gambar 3) atau trombosis.
brachiocephalica dan menghindari gambaran
CT scan dapat menunjukkan lokasi obstruksi dan
artefak yang berasal dari kontras arterial. Jika
memungkinkan klinisi untuk membedakan apakah
kontras iodin tidak dapat dilakukan maka dapat
penyempitan diakibatkan oleh desakan tumor
beralih ke modalitas MRI. Potongan melintang
ekstrinsik atau akibat thrombosis intravaskuler. Di
sangat mendukung klinisi dalam menyusun
samping itu, CT scan juga menyajikan informasi
rencana terapi terutama pada pasien dengan
penting mengenai tumor berupa ukuran dan
indikasi operasi.
kaitannya dengan struktur mediastinum.
Efusi Perikard dengan Cardiac Tamponade
Efusi perikard maligna dialami oleh sebanyak 10-15% pasien penderita kanker dikarenakan
adanya obstruksi pada drainase limfatik, metastasis hematogen dan penjalaran langsung jaringan
kanker. Efusi perikard seringkali telat diketahui pada pasien kanker metastase.

Kanker Paru Melanoma


Penyebab paling sering Leukemia
dan
Efusi perikard maligna Limfoma
Kanker Payudara
Paling
sering Diikuti

Penebalan perikard benigna dan efusi muncul sebagai efek samping dari radioterapi dan kemoterapi
atau dapat pula akibat infeksi pada pasien pasien dengan imunokompromais

Sebanyak 2/3 pasien dengan kondisi tersebut tidak mengalami gejala apapun.
Gejala yang sering dialami diantaranya, dyspnea, ortopnea, fatigue, palpitasi, dan pusing.
Cardiac Tamponade (CT) terjadi akibat sejumlah cairan terakumulasi di pericardial sac menyebabkan
restriksi pada ekspansi diatolik dan instabilitas hemodinamik. Hal ini lebih rentan terjadi apabila
akumulasi cairan berlangsung dalam waktu yang singkat

pulsus paradoksus
Echocardiography (ECG)
merupakan modalitas utama yang
takikardia digunakan untuk menunjang
diagnosis efusi perikard,
hipotensi mengevaluasi pengaruh nya
terhadap hemodinamik, dan
pemeriksaan fisik guiding pericardiosintesis.
distensi vena
servikal Pemeriksaan sitology harus
dilakukan untuk konfirmasi atau
pulsasi perifer yang menyingkirkan adanya sel kanker.
lemah
suara jantung
menjauh
Pada beberapa kasus, radiografi dan CT scan thorax
dilakukan untuk mencari tanda tanda efusi perikard

Fototoraks Pelebaran diameter transversal pada area jantung

CT scan menunjukkan penebalan pericardium pada sebagian besar kasus,


namun densitas yang lebih tinggi dapat diakibatkan oleh adanya
debris atau pendarahan

Dari pemeriksaan CT scan, klinisi dapat menilai


Bukti adanya penebalan langsung insufisiensi kardiak seperti kongesti hepatic
irregular atau nodul tumor di dengan gambaran bercak hiperintense di liver dan
perikard terbilang jarang. adanya reflux cairan kontras ke vena cava inferior dan
vena vena hepatica.
Efusi Pleura
Efusi pleura benigna dan manigna keduanya sama sama sering dialami oleh penderita kanker. Hal ini dapat
memicu terjadinya kompresi ke jaringan parenkim paru sekitar hingga akhirnya pasien mengalami
gangguan pernapasan

Biasanya efusi pleura bersifat asimptomatik namun ketika gejala muncul pasien akan merasakan
dyspnea, batuk, nyeri dada, penurunan berat badan, anoreksia, dan atau fatigue.

Efusi pleura benigna berawal dari gangguan system limfatik, proses inflamasi, dan penurunan tekanan
onkotik. Efusi pleura maligna disebabkan oleh gangguan pleura akibat penyakit yang mendasari.
Penyakit kegananasan yang paling sering menyerang jaringan pleura adalah kanker paru,
payudara, ovarium, dan limfoma. Sedangkan tumor pleura primer seperti mesothelioma malah
terbilang jarang mneyebabkan terjadinya efusi.
Klinisi dapat melakukan pemeriksaan USG atau radiografi jika curiga terjadinya efusi
pleura serta dapat digunakan sebagai guiding pada saat tindakan torakosintesis. CT scan
sangatlah penting dalam evaluasi jaringan parenkim paru untuk menyingkirkan
berbagai penyebab dyspnea dan menilai tanda-tanda adanya keganasan

Meskipun sebagian besar kasus efusi


pleura pada pemeriksaan CT scan
terlihat biasa dengan gambaran
atenuasi cairan tanpa disertai
adanya penebalan pleura namun
jika ditemui adanya penebalan CT scan sangat berguna
pleura nodular maka dapat dalam mengidentifikasi area
dicurigai ke arah keganasan yang dicurigai mengalami
penebalan pleura untuk
kebutuhan tindakan needle
biopsy perkutaneus

Anda mungkin juga menyukai