Pada artikel ini kami membahas tentang pentingnya pemeriksaan penunjang radiologi dalam evaluasi
komplikasi akut yang ditimbulkan oleh kanker.
Spinal Cord Compression Syndrome
Spinal Cord Compression Syndrome Dialami sebanyak 2,5-6% kelompok pasien
(SCCS) penderita kanker
Terdapat juga beberapa jenis kanker lainnya yang berakibat metastase serupa
namun terbilang jarang seperti limfoma dan sarcoma.
MRI merupakan gold standard dalam menegakkan
diagnosis kompresi chordae. Modalitas ini Ketika fasilitas MRI tidak tersedia ataupun pasien
memungkinkan bagi klinisi untuk menilai sejauh mengalami kontraindikasi pemeriksaan MRI maka CT
mana kompresi yang telah dialami dan menunjang scan dengan myelografi dapat menjadi pilihan. Jika
klinisi untuk menentukan rencana terapi seperti CT dengan myelografi tidak tersedia pula, maka dapat
radioterapi. Penggunaan kontras intravena dilakukan CT scan dengan kontras. Scintigrafi tulang
paramagnetic dapat meningkatkan sensitivitas dan foto polos bisa saja memperlihatkan perubahan
metode ini dalam menegakkan diagnosis meliputi susunan tulang namun tidak dapat menunjukkan
gambaran cordae spinalis.
identifikasi metastase pada jaringan leptomeningeal
atau intramedullary
MRI 1T-weighted images hipointense
Tumor maligna
paravertebrae MRI T2-weighted images
hiperintens
MRI T2-weighted images
Peningkatan TIK
Peningkatan TIK dan ukuran massa dapat menyebabkan terjadinya iskemik cerebrovaskuler dan herniasi
otak
Meskipun MRI merupakan modalitas yang paling unggul, namun CT scan
tetap masih dilakukan pada kasus urgensi seperti peningkatan TIK. Pada CT
scan, dapat dinilai keadaan massa (gambaran 2), pendarahan akut, hidrosefalus,
dan herniasi. MRI jauh lebih sensitive dalam menilai metastase dan dapat
menjadi alternative apabila CT scan tidak menunjukkan adanya abnormalitas
pada jaringan.
Superior Vena Cava Syndrome
Superior Vena Cava Syndrome (SVCS) merupakan hasil dari obstruksi parsial atau total pada Vena
Cava Superior menyebabkan terjadinya penurunan venous return ke kepala, leher, dan extremitas atas.
Meskipun telah digolongkan ke dalam kegawatdaruratan onkologi, penyakit ini jarang mengancam jiwa.
Batuk
Dyspnea
Gejala yang ditimbulkan Disfagia
Superior Vena Cava Syndrome
(SVCS) Edema mukosa leher
Edema wajah
Penebalan perikard benigna dan efusi muncul sebagai efek samping dari radioterapi dan kemoterapi
atau dapat pula akibat infeksi pada pasien pasien dengan imunokompromais
Sebanyak 2/3 pasien dengan kondisi tersebut tidak mengalami gejala apapun.
Gejala yang sering dialami diantaranya, dyspnea, ortopnea, fatigue, palpitasi, dan pusing.
Cardiac Tamponade (CT) terjadi akibat sejumlah cairan terakumulasi di pericardial sac menyebabkan
restriksi pada ekspansi diatolik dan instabilitas hemodinamik. Hal ini lebih rentan terjadi apabila
akumulasi cairan berlangsung dalam waktu yang singkat
pulsus paradoksus
Echocardiography (ECG)
merupakan modalitas utama yang
takikardia digunakan untuk menunjang
diagnosis efusi perikard,
hipotensi mengevaluasi pengaruh nya
terhadap hemodinamik, dan
pemeriksaan fisik guiding pericardiosintesis.
distensi vena
servikal Pemeriksaan sitology harus
dilakukan untuk konfirmasi atau
pulsasi perifer yang menyingkirkan adanya sel kanker.
lemah
suara jantung
menjauh
Pada beberapa kasus, radiografi dan CT scan thorax
dilakukan untuk mencari tanda tanda efusi perikard
Biasanya efusi pleura bersifat asimptomatik namun ketika gejala muncul pasien akan merasakan
dyspnea, batuk, nyeri dada, penurunan berat badan, anoreksia, dan atau fatigue.
Efusi pleura benigna berawal dari gangguan system limfatik, proses inflamasi, dan penurunan tekanan
onkotik. Efusi pleura maligna disebabkan oleh gangguan pleura akibat penyakit yang mendasari.
Penyakit kegananasan yang paling sering menyerang jaringan pleura adalah kanker paru,
payudara, ovarium, dan limfoma. Sedangkan tumor pleura primer seperti mesothelioma malah
terbilang jarang mneyebabkan terjadinya efusi.
Klinisi dapat melakukan pemeriksaan USG atau radiografi jika curiga terjadinya efusi
pleura serta dapat digunakan sebagai guiding pada saat tindakan torakosintesis. CT scan
sangatlah penting dalam evaluasi jaringan parenkim paru untuk menyingkirkan
berbagai penyebab dyspnea dan menilai tanda-tanda adanya keganasan