Anda di halaman 1dari 85

Kelompok 2

- Agung Chandra Permana 155060201111081


- Anisa Widiastuti 155060201111050
- Anggi Firmansyah 155060201111049
- Admid Akbar abadi 155060201111057
- M. Ryan Asivin 155060201111077
- Peter Lii 155060201111062
Ketersediaan Bahan bakar dan Juga Dampaknya
terhadap lingkungan saat ini menjadi sorotan dari
banyak negara. Energi Fosil Sendiri dibagai menjadi 3
yaitu :
- Padat  Batubara
- Cair  Minyak
- Gas  Gas Bumi
Selama ini untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga
, maka harus dikonversikan kedalam bentuk yang
lebih sederhana. Dan dalam bab ini ,kita akan
membahas bagaimana bahan bukur untuk industri
utilitas atau sumber listrik.
Batubara adalah bahan galian organik yang ada
dibumi ,dilapisan atau endapan yang tebalnya
berbeda beda yang memiliki komposisi dan
sifat-sfat yang beragam.

• Jumlah batubara di Amerika (1983) = 270.000


ton
• Jumlah ini = 30 % dari seluruh ketersediaan
didunia
• Maka dari itu batu bara sanagt potensial menjadi
bahan bakar industri utilitas
1. Antrasit
Adalah Batubara dengan kualitas tertinggi
(86-96% massa karbon tetap) . Cirinya adalah
hitam,mengkilap, rapat ,keras dan rapuh.
Dalam Industri digunakan Tanur Stroke, tidak
dalam bentuk bubuk.

Meta antrasit antrasit


> 98% Karbon tetap 92-98% Karbon tetap

Semi antrasit
86-92% Karbon tetap
2. Bitumin
Adalah jenis batubara dengan kandungan
karbon tetap 46-86% . Nilai kalornya berkisar
11.000 Btu/lb -14.000 Btu/lb. Terbakar dengan
mudah dalam wujud serbuk. Menurut
kandungan volatile (zat gerbak) dibagi menjadi
5:
High Volatile
Low Volatile A

Medium High Volatile


Volatile B

High Volatile
C
3. Sub-Bitumin
Nilai kalornya lebih rendah dari bitumin
8300-11500 Btu/lb. Kandungan belerangnya
rendah, berwarna hitam-coklat, biasanya
dibakar dalam wujud serbuk.

Sub-Bitumin A Sub-Bitumin B Sub-Bitumin C


4. Lignit
berasal dari kata “Lignin” yang artinya
kayu. Warnanya masih kecoklatan seperti kayu,
nilai kalornya 6300-8300 Btu/lb. Biasanya
langsung digunakan ditambang (Tidak
ekonomis dibawa jauh).

Lignit A Lignit B Lignit C


5. Gambut
tidak masuk dalam ASTM, tetapi gambut
merupakan cikal-bakal dari batu-bara.
Kelembabbannya 90%. Karena nilai kalornya
sangat rendah,tetapi jumlahnya besar ,biasanya
dipakai untuk pembangkit di daerah-daerah
terpencil.
 Analisa Dasar : Analisis Proksimat, Analisis
Ultimat
 Analisa Khusus : Nilai Kalor
 Karakteristik dan Kualitas Batubara
 Standar ANSI/ASTM D3172

1. Fixed Carbon 2. Volatile Matter 3. Ash (Debu)


(karbon Tetap) (Zat terbang) • Zat organik setelah
• Banyaknya karbon • Zat-Zat penyusun pembakaran
dalam material Hidrogen batubara
• Besaran material • proses distilasi dan • SiO2, Al2O3,
sisa setelah VM dekomposisi Fe2O3, dan CaO
dihilangkan • Batubara
• Indeks rank dipanaskan tanpa
batubara oksigen
4. Moisture
(Kandungan Air) 5. Nilai Kalor (J/Kg)
• Mengisi pori-pori • Menunjukkan nilai
batubara (air kalor yang
inheren) berpindah bila
• Air permukaan hasil pembakaran
• Batubara • Di uji dengan bom
dipanaskan sampai kalori meter
105 °C • Mencari HHV dan
• Indeks rank LHV
batubara
 Analisis kimia
 Persen-massa unsur kimia
 Mencari kandungan karbon, hidrogen,
nitrogen, dan belerang
 Standar ASTM D 3176
 Stoker Mekanik
 Pembakaran batubara serbuk (pulverized
coal firing)
 Tanur Siklon (cyclone furnace firing)
 Pembakaran Batubara unggun-fluidisasi
(fluidized-bed combustion)
 Ketel uap kecil
 Kapasitas rendah
 Menghasilkan 50 kg/s uap
 Laju pembakaran rendah
 Bitumin rank tinggi sampai lignit
 Limbah kayu, kayu pulp, kulit kayu.
- Carnot ( Siklus Carnot )
- Diesel ( Percobaan Pertama tama)
- Thomas Alfa Edison ( Tanur Semen )
- dll
Jhon Anderson, dkk ( Wisconsin Electric Power ) 
penggunaan batubara serbuk untuk pembangkit
listrik
1. Adanya sejumlah besar partikel batubara
yang sangat halus (200 mesh) . Supaya mudah
menyala,karena luas permukaan mempengaruhi
kemudahan batu bara menyala.
2. Harus ada sejumlah partikel yang ukurannya
lebih besar,untuk menjaga efisiensi.
1. Mesin pemecah Cincin (Ring Chrusher)
2. Mesin Giling Palu
3. Brandford Breaker
Adapun tahapan Utama dalam Penggiling
serbuk :
1. Pengumpanan
2. Pengeringan
3. Penggilingan (Pulverizer)
 Kecepatan Rendah ( < 75 Putaran/menit)
Ball-Tube Mill
 Kecepatan sedang (75-225 Putaran/menit)
Bola alur dan Roll
 Kecepatan Tinggi ( > 225 Putaran/menit)
Mesin giling pukul atau palu dan meswin
giling gesek.
Ada 2 Jenis Sistem batu bara serbuk :
1. Sistem bak
2. Sistem langsung
1. Sistem bak
Batubara dibuat jauh dari lokasi tanur,
campuran batubara serbuk dan udara primer
diangkut kedalam separator siklon dan filter
untuk membuang udara yang terdapat dalam
batubara, lalu batubara dimasukan kedalam bak
penampungan.
2. Sistem langsung
seperti namanya, maka sistem ini
merupakan sistem yang berkesinambungan
antara pengumpan,pulvisator, kipas udara
primer dan pembakaran ditanur.
Serupa dengan pembakar minyak,bahan bakar
diatomisasi sehingga rasio permukaan/volume
cukup besar sehingga komposisi udaranya baik.

Bisa disusun dalam 2 konfigurasi :


1. Pembakar disusun horizontal dari satu dinding atau 2
dinding dengan nyala masing-masing (tidak saling
bergantung)
2. Udara dan bahan bakar disuntikan dari 4 sisi sehingga
tercipta pencampuran yang sempurna didalam tanur
Pembakar ada 2 jenis, yaitu yang hanya
membakar batubara serbuk saja dan bisa
membakar dalam segala bahan bakar primer (
batubara,minyak,gas)
• Pembakaran tungku siklon menunjukkan langkah
paling signifikan dalam pembakaran batubara sejak
diperkenalkan pulyerized-coal firing pada tahun 1920.
• Sekarang banyak digunakan untuk membakar batu
bara berkualitas rendah yang memiliki kandungan abu
yang tinggi dengan nilai minimal 6%, dan maksimal
25%, dengan zat yang mudah menguap maksimal 15%.
Untuk mendapatkan tingkat pembakaran yang tinggi.
• Keuntungan utamanya adalah banyak nya abu yang
terbuang sekitar 60% seperti terak cair yang terkumpul
di dinding siklon oleh gaya sentrifugal dan terkuras
habis sampai terak yang berada di bawah tank
 Hanya ada 40% abu yang ikut terbuang bersama gas
buang dibanding dengan pulverized-coal firing.
 Siklon pada dasarnya adalah silinder horizontal
berpendingin air yang letaknya berada diluar tungku
boiler utama, dimana batu bara yang sudah di hancur
di bakar dengan tingkat pelepasan panas yang sangat
tinggi.
 Pembakaran batubara selesai sebelum gas panas
masuk tungku boiler
 Gerakan berputar dari udara dan batubara
menghasilkan besaran tingkat volumetrik laju
pelepasan panas yang cukup besar antara 450.000
dan 800.000 Btu (sekitar 4700 – 8300kW/𝑚3 ) dan
temperature pembakaran tinggi sekitar 3000˚F
(1650˚C)
 Komponen siklon yang membutuhkan
perawatan paling penting adalah burner,
karena mengalami erosi yang disebabkan
oleh kecepatan tinggi batubara
 Erosi dapat diminimalisir dengan
menggunakan tungsten carbide dan bahan
tahan erosi lainnya untuk burner liners, yang
biasa di ganti 1 tahun sekali.
Fluidisasi adalah metode pengontakan butiran-butiran
padat dengan fluida cair maupun gas yang bertujuan
untuk mengubah sifat butiran-butiran padat seperti
fluida dengan viskositas tinggi.
Pada laju alir yang cukup rendah, butiran padat akan tetap diam,
karena gas hanya mengalir melalui ruang antar partikel tanpa
menyebabkan perubahan susunan partikel tersebut. Keadaan yang
demikian disebut unggun diam atau fixed bed.
Fluidized bed system adalah sistem dimana udara ditiup dari bawah
menggunakan blower sehingga benda padat di atasnya berkelakuan
mirip fluida. Teknik fluidisasi dalam pembakaran batubara adalah
teknik yang paling efisien dalam menghasilkan energi. Pasir
atau corundum yang berlaku sebagai medium pemanas dipanaskan
terlebih dahulu. Pemanasan biasanya dilakukan dengan minyak
bakar. Setelah temperatur pasir mencapai temperature bakar
batubara (300 C) maka diumpankanlah batubara. Sistem ini
menghasilkan abu terbang dan abu yang turun di bawah alat. Abu-
abu tersebut disebut dengan fly ash dan bottom
ash. Teknologi fluidized bed biasanya digunakan di PLTU
(Pembangkit Listrik Tenaga Uap). Komposisi fly ash dan bottom
ash yang terbentuk dalam perbandingan berat adalah : (80-90%)
berbanding (10-20%).
Apabila laju aliran fluida ditingkatkan, maka akan mencapai
suatu keadaan di mana unggun padatan akan tersuspensi di
dalam aliran fluida yang melaluinya. Pada keadaan ini
masing-masing butiran akan terpisahkan satu sama lain
sehingga dapat bergerak dengan lebih mudah. Pada kondisi
butiran yang dapat bergerak ini, sifat unggun akan
menyerupai suatu fluida dengan viskositas tinggi, misalnya
adanya kecenderungan untuk mengalir, mempunyai sifat
hidrostatik dan sebagainya. Sifat ini disebut unggun
terfluidisasi.
1. Fenomena fixed bed, terjadi ketika laju alir fluida
kurang dari laju minimum yang dibutuhkan untuk
proses awal fluidisasi. Pada kondisi ini partikel
padatan tetap diam.
2. Fenomena minimum or incipient
fluidization, terjadi ketika laju alir fluida
mencapai laju alir minimum yang
dibutuhkan untuk proses fluidisasi.
Pada kondisi ini partikel-partikel padat
mulai terekspansi.
3. Fenomena smooth or homogenously
fluidization, terjadi saat kecepatan dan
distribusi aliran fluida merata, densitas
dan distribusi partikel dalam unggun
sama atau homogen sehingga ekspansi
pada setiap partikel padatan seragam.
4. Fenomena bubbling fluidization yang terjadi ketika
gelembung–gelembung pada unggun terbentuk
akibat densitas dan distribusi partikel tidak
homogen.
5. Fenomena slugging fluidization, terjadi ketika
gelembung-gelembung besar yang mencapai lebar
dari diameter kolom terbentuk pada partikel-
partikel padat. Pada kondisi ini terjadi penolakan
sehingga partikel-partikel padat seperti terangkat.
6. Fenomena chanelling fluidization, terjadi
ketika dalam unggun partikel padatan terbentuk
saluran-saluran seperti tabung vertikal.
7. Fenomena disperse fluidization,
terjadi saat kecepatan alir fluida
melampaui kecepatan maksimum
aliran fluida. Pada fenomena ini
sebagian partikel akan terbawa aliran
fluida dan berekspansi mencapai nilai
maksimum.
Liquid Fuel adalah istilah umum untuk bahan
bakar berwujud cair. Dalam konteks energi
terbarukan bahan bakar cair meliputi tiga
jenis utama yakni bioetanol, biodiesel, dan
bahan bakar cair hasil perengkahan senyawa
organik besar/biomassa.
1. Mekanisme atomisasi

Mekanisme pembakaran bahan bakar minyak dibakar harus


melalui tahap atomisasi atau pembutiran menjadi butiran-butiran
halus dengan ukuran di bawah 100 μm. Atomisasi ini dilakukan
oleh alat pengatomisasi berupa alat atomisasi bertekanan
(pressurized atomizer) atau alat atomisasi bantuan uap air lewat
jenuh atau udara (twin fluid atomizer). Atomisasi dengan alat ini
diberi nama dengan atomisasi tingkat pertama (primary
atomization).
Pembakaran tidak akan berlangsung sempurna bila mana ukuran
butiran lebih besar dari 100 μm. Makin halus ukuran butiran,
maka pembakaran berlangsung sempurna tanpa menghasilkan
jelaga (soot).
Untuk bahan bakar emulsi air-minyak, butiran air terdistribusi
dalam fasa minyak dalam bentuk emulsi. Surfaktan larut dengan
baik dalam fasa minyak. Air diikat oleh bahan surfaktan. Maka
dari itu, air dalam bentuk butiran halus akan terdistribusi dalam
fasa minyak membentuk emulsi. Persyaratan utama untuk emulsi
air-minyak sebagai bahan bakar adalah ukuran butiran air yang
dalam emulsi harus di bawah 10 μm, Gilberg dan Friberg (1976).
2. Mekanisme ledakan Mikro

Air memiliki temperatur didih yang lebih rendah dari minyak.


Butiran emulsi air-minyak tersembur ke ruang bakar. Butiran ini
akan terpapar ke ruang dengan temperatur tinggi. Butiran air
dalam butiran emulsi akan menguap lebih dulu dari minyak yang
mengitarinya. Ekspansi volume oleh uap air dalam butiran emulsi
terjadi. Berhubung, minyak belum menguap, maka tekanan dalam
volume yang terisi air dan uap air akan naik secara cepat. Ketidak
mampuan massa minyak menahan tekanan dari uap air, maka
peristiwa ledakan mikro (micro-explosion) oleh uap air yang
terperangkap dalam fasa cair minyak terjadi.
Ledakan mikro mengakibatkan butiran emulsi terpecah menjadi
butiran-butiran yang lebih kecil. Peristiwa inilah yang dinamakan
dengan peristiwa atomisasi tingkat dua (secondary atomization).
Bila butiran emulsi pada Gambar 1 di atas dipecahkan secara
merata oleh 150 butiran air yang meledak maka ukuran butiran
minyak dari peristiwa atomisasi tingkat dua ini diperkirakan
sebesar 15 μm. Ukuran butiran minyak sebesar ini tentu akan
menghasilkan kinerja pembakaran minyak yang lebih sempurna.
Inilah fenomena dasar yang mendasari keuntungan yang diberikan
oleh pembakaran emulsi air dalam minyak.
Bahan bakar cair merupakan sumber energi
yang sangat baik. Bahan bakar cair umumnya
adalah campuran hidrokarbon yang dapat
dinyatakan dengan rumus molekul CnHm.
Emulsi (Emulsion) adalah suspensi butiran-
butiran fluida yang halus di dalam fluida lain,
dalam hal ini air diemulsikan di dalam minyak
berat.
Campuran Batu bara & minyak.
COM (Coal-oil mixture) biasanya
mengandung 50% batu bara atas dasar nilai kalor.

 Campuran Batu bara & air


CWM (Coal-water mixture) lebih digemari dari pada
COM karena kemampuannya untuk menggantikan minyak
lebih besar dibandingkan COM. Persentasenya sampai
70-80%.
 Limbah industri yang dapat dibakar semakin menjadi
perhatian sebagai bahan bakar pembangkit uap.
Diantara cairan ini termasuk pelarut, minyak limbah
dan lumpur minyak, emulsi minyak air, gemuk dan
lemak.

 Limbah tebu bagas adalah bagian tebu yang tersisa


setelah diambil gulanya. Limbah ini terdiri dari
selulosa teranyam dan partikel-partikel halus. Nilai
kalorinya berkisar 3600 sampai 4200 btu/lb
 Produk sampingan gas (Rifenery gas)
dihalsikan dalam proses pengubahan minyak
mentah menjadi bensi dan produk-produk
lain. Nilai kalornya berkisar 400 sampai 600
btu/ft3
 Sampah
Sampah dan limbah padat adalah buangan
kegiatan industri dan rumah tangga. Sampah
industri antara lain adalah kertas, kayu, logam
bekas dan limbah pertanian. Untuk sampah rumah
tangga termasuk kertas, pengemas, timah,
aluminiumm, sisa makanan, dan kotoran.
Nilai kalor sampah sangat beragam, kadang-
kadang bisa sampai 100% nilai kalor batu bara atas
dasar massa. Namun rata-rata hanya separuhnya.
 Gasifikasi
 Pembangkit Siklus Gabungan
 Serpih minyak
 Pasir Tar
 Gasifikasi
 Pembangkit Siklus Gabungan
 Serpih Minyak
Serpih (Shale) adalah batuan berbutir halus,
yang terbentuk dari lempung yang mengeras. Yang
bila dipecahkan, membelah menjadi lapisan-lapisan
tipis.
Dalam serpih minyak terdapat kandungan yang
bernama kerogen, yaitu suatu bahan yang berasal
dari tumbuhan yang mengalami degradasi selama
jutaan tahun menjadi minyak yang diserap di dalam
bahan anorganik.
 Pasir Tar
Adalah bitumin yang sangat kental yang
terdapat di dalam pasir dan luluh menjadi
bahan yang basah, lengket dan semi plastik.
 Biomassa adalah bahan organik yang
dihasilkan dari tumbuh-tumbuhan dan
turunannya baik tumbuh tumbuhan yang
tumbuh di daratan maupun yang tumbuh di
air. Dalam hal ini termasuk hasil hutan dan
limbahnya.
 Konversi Biomassa
Konversi biomassa mempunyai beberapa
bentuk:
1. Pembakaran langsung
2. Konversi termodinamika
3. Biokonversi.
 Konversi Termokimia
Konversi Termokimia dapat mengambil dua
bentuk, Gasifikasi dan likuifaksi.
1. Gasifikasi berlangsung dengan memanaskan
biomassa dengan oksigen yang terbatas untuk
menghasilkan gas Btu-rendah atau dengan
mereaksikan dengan uap dan oksigen pada
tekanan tinggi dan suhu tinggi untuk
menghasilakn gas btu-sedang.
2. Likuifaksi (pencairan) dengan
mengkonversikannya menjadi methanol (etil
alkohol CH3OH) atau etanol (etil alkohol
CH3CH2OH) atau dikonversikan menjadi gas
BTU-tinggi.
 Konversi biokimia bisa mengambil dua
bentuk, Pencernaan anaerobik dan
fermentasi.
1. Anaerobik Digestion (Pencernaan anaerobik)
mencakup pencernaan biomassa oleh
mikroba. Anaerob adalah mikroorganisme
yang dapat hidup dan tumbuh tanpa udara
atau oksigen. Organisme ini memperoleh
oksigennya dari dekomposisi bahan yang
mengandungnya.
 Fermentasi adalah pemecahan molekul-
molekul rumit dalam senyawa organik
dibawah pengaruh fermen seperti ragi
(khamir), bakteriam, enzim dan sebagainya.
 Sistem Terbuka
 Sistem Tertutup
ΔQ = panas yang masuk ke sistem dari
lingkungan (biasanya bernilai negative)
Δ Wst=kerja bersih yang dihasilkan sistem
Hr & Hp = Entalpi Reactan dan produk

Karena Reaktan & produk terdiri dari


beberapa unsur maka :

m = massa
h = entalpi spesifik
 Persamaan pembakaran untuk bahan bakar di
dalam system tertutup seperti silinder, dapat
digunakan :
Dua jenis nilai kalor
 HHV (High Heating Value)
 LHV (Low Heating Value)
 HHV (Higher Heating Value)
HHV mengasumsikan semua air yang dihasilkan
pada hasil pembakaran pada kondisi cair dan
panas yang diserap oleh air masih dapat
digunakan (temperature dibawah 150 °C )
 LHV (Lower Heating Value)
Nilai kalor yang didapat dengan mengurangi
nilai kalor HHV dengan panas yang yang
diserap uap air yang dihasilkan

LHV mengasumsikan semua produk hasil


pembakaran akan kembali ke temperatur acuan
dan panas yang diserap uap air dianggap tidak
digunakan
 Nilai kalor yang ditabulasi diukur sebagai panas
yang dilepas, dimulai dari temperatur standard
(25 °C ) dan didinginkan pada temperatur yang
sama
 Pada kondisi steady-flow adiabatic tanpa kerja.
Maka :

HV = Heating Value hf = Entalpi Spesifik


nM = Massa
Untuk bahan bakar dengan rumus kimia yang
kompleks seperti batu bara, diperlukan
penulisan persamaan kimia stoikiometri untuk
mencari nilai heating valuenya.
 Nilai kalor untuk system tertutup didapat dengan
rumus :

 Karena Temperatur Produk kembali ke


temperature reaktan, maka:

HVnf = nilai kalor (system tertutup) n = mol (produk


dan reaktan)
HV = nilai kalor system steady flow
 Bila panas pembakaran atau sebagiannya
tersimpan di gas buang, itu akan meningkatkan
entalpinya (energy dalam di sebuah system
tertutup) dan juga temperaturnya.
 Temperatur tinggi ini yang digunakan untuk
proses heat transfer dari gas ke permukaan heat
transfer
 Persamaan hukum 1 yang digunakan untuk
mengihitung panas pembakaran dan nilai kalor
bahan bakar dapat digunakan untuk menghitung
temperature pembakaran
 Bahan bakar yang terbakar tanpa adanya
pertukaran panas dengan sekitarnya dan
tanpa adanya kerja akan menghasilkan
pembakaran adiabatic
 Pembakaran adiabatic akan lebih bagus bila
bahan bakar dibakar dengan oksigen
dibanding udara karena adanya efek
pengenceran oleh nitrogen dan lebih bagus
lagi pada kondisi stoikiometri dibanding
campuran gemuk dan campuran kurus
 Pada temperatur pembakaran adiabatic, ΔQ
= 0 dan ΔWnf = 0, maka persamaannya:

Anda mungkin juga menyukai