Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN KASUS

MATI BATANG OTAK (MBO)

Tugas Ini Disusun Sebagai Salah Satu Persyaratan Menjalankan Kepaniteraan Klinik Senior Bagian
Neurologi

Disusun oleh:
Siti Rodiana Hasibuan (71160891763)
Dian Febiola (17360168)
Nabella Reza (71170891190)

Pembimbing
dr. Luhu A. Tapiheru, Sp.S.

SMF ILMU NEUROLOGI RUMAH SAKIT UMUM HAJI


MEDAN
2019
Anatomi dan Fisiologi Otak

Otak terdiri dari empat bagian yaitu


serebrum, serebelum, struktur primitif,
dan batang otak.

a. Serebrum Hemisfer Kanan


dihubungkan oleh korpus kalosum
Hemisfer Kiri

1 Hemisfer  Lobus Frontalis


Lobus Temporalis
Lobus Parietalis
Lobus Oksipitalis
c. Struktur primitif
1. Diensefalon
 Talamus : berperan dalam kesadaran akan
nyeri, skrining stimulus yang datang, dan
 Frontalis  kepribadian, penilaian, pemfokusan perhatian.
kemampuan berfikir, abstrak, perilaku  Hipotalamus : menontrol dan
sosial, ekspresi bahasa, gerakan. mempengaruhi suhu tubuh, selera makan,
keseimbangan air, sekresi hipofisis,
emosi, dan fungsi otonom berupa tidur
 Temporalis  pendengaran, memori, dan bangun.
bahasa. 2. Sistem limbik
Struktur yang terletak di bagian dalam
 Parietalis  sensasi rasa (nyeri, suhu, lobus temporalis yang berperaqn dalam
sentuhan), interpretasi ukuran bentuk, dorongan primitif (rasa lapar, agresi, dan
jarak, dan tekstur. peninngkatan nafsu seksual serta emosi)
3. Ras (Reticular Activing System)
 Oksipitalis  menginterpretasi Jalinan difus dari neuron yang
hipereksital dan menyebar seperti kipas
stimulus visual. dari batang otak hingga korteks serebri.
Yang berfungsi menyaring semua
b. Serebelum informasi sensorik yang datang dan
menyalurkannya ke daerah otak yang
Mempertahankan tonus otot, tepat untuk diinterpretasi. Aktivitas dari
mengkoordinasikan gerakan otot, dan RAS juga menstimulasi keadaan terjaga.
mengendalikan keseimbangan
Batang otak mengandung 10 nuklei
dari 12 pasang nervus kranialis
d. Batang otak yang mempersarafi daerah wajah
1. Mesensefalon  refleks auditorius dan leher.
dan visual.
2. Pons  menghubungkan serebelum
dengan serebrum, menghubungkan
mesensefalon dengan medula
oblongata, serta pusat pernafasan.
3. Medula oblongata  mengatur fungsi
respirasi, vasomotor, dan kardiak.

Cerebral Blood Flow


Berat otak manusia 2% dari BB orang
dewasa, membutuhkan 20% dari
pemakaian seluruh oksigen.
Jaringan otak sangat rentan, otak
memerlukan paling banyak energi
yang seluruhnya berasal dari
metabolime aerob glukosa, akan
tetapi tidak dapat menyimpan
cadangan glukosa dan oksigen
untuk kebutuhannya, sehingga
otak mutlak memerlukan aliran
darah yang bersifat konstan dan
kontinu.
Definisi Mati
1. Mati Klinis  henti napas ( tidak ada gerakan napas spontan), henti sirkulasi
(jantung) total dengan semua aktivitas otak terhenti, tetapi tidak irreversibel.
2. Mati Biologis  kematian semua organ hampir selalu mengikuti mati klinis bila
tidak dilakukan RJP. Mati biologis adalah proses nekrotitasi semua jaringan.
3. Mati Serebral (kematian korteks serebral)  kerusakan irreversibel serebrum
terutama neokorteks.
4. Mati Sosial ( Status vegetatif yang menetap, sindroma apalika)  kerusakan berat
irreversibel pada pasien yang tetap tidak sadar atau tidak respontif, tetapi
EEG aktif.

Definisi Mati Batang Otak (MBO)


Menurut panduan yang digunakan di Amerika Serikat, kematian otak didefinisikan
sebagai hilangnya semua fungsi otak secara ireversible, termasuk batang otak.
Tiga temuan penting dalam kematian otak adalah koma, hilangnya refleks
batang otak dan apnea.
pernyataan IDI tentang Mati dalam SK PB IDI No.336/PB IDI/a.4 tertanggal 15
Maret 1988 yang disusul dengan SK PB IDI No.231/ PB.A.4/07/90, dinyatakan
bahwa seorang dikatakan mati, bila fungsi pernafasan dan jantung telah
berhenti secara pasti atau irreversible, atau terbukti telah terjadi kematian
batang otak.
Patofisiologi
Etiologi
Penyebab umum kematian otak ↑TIK ( Perdarahan atau edema
termasuk trauma, perdarahan otak)  TIK meningkat
intrakranial, hipoksia, overdosis
obat, tenggelam, tumor otak primer, mendekati tekanan darah arterial,
meningitis, pembunuhan dan bunuh kemudian tekanan perfusi
diri. Dalam kepustakaan lain,
hipoglikemia jangka panjang disebut serebral (TPS) mendeati Nol 
sebagai penyebab kematian otak. perfusi serebral akan terhenti dan
terjadi kematian otak.
Aliran darah normal yang
melalui jaringan otak pada Faktor metabolik seperti Peningkatan karbon dioksida
orang dewasa rata-rata sekitar maupun hidrogen akan meningkatkan aliran darah
serebral, sedangkan penurunan konsentrasi oksigen
50 sampai 60 milimeter per 100 akan meningkatan aliran darah serebral. Faktor-faktor
gram otak permenit. Untuk iskemia dan nekrotik pada otak oleh karena
seluruh otak kira-kira beratnya kurangnya aliran oksigen ke otak menyebabkan
1200-1400 gram terdapat 700 terganggunya fungsi dan struktur otak, baik itu secara
reversible atau ireversible.
sampai 840 ml/menit.
Penetapan Diagnosa Mati Batang
Kriteria Minntesota pada Mati Otak
Batang Otak Menurut panduan sertifikasi kematian
Elemen kunci kriteria Minnesota otak yang diterapkan di Hong
adalah: Kong, yang mengacu pada referensi
Medical Royal Colleges in United
Hilangnya respirasi spontan Kingdom dan Austalian and New
setelah masa 4 menit pemeriksaan. Zealand Intensive Care Society,
sebelum mempertimbangkan
diagnosis kematian otak, perlu
Hilangnya refleks otak yang
ditandai dengan: pupil dilatasi,
dilakukan:
hilangnya refleks batuk, refleks 1. Ditemukan kondisi cedera otak
kornea dan siliospinalis, hilangnya berat yang konsisten dengan
doll’s eye movement, hilangnya proses terjadinya kematian otak
respon terhadap stimulus kalori dan (yang biasanya dikonfirmasi
hilangnya refleks tonus leher. dengan pencitraan otak). Seperti
cedera kepala berat, perdarahan
Status penderita tidak berubah intrakranial spontan, atau setelah
sekurang-kurangnya dalam 12 jam. pembedahan otak.
Proses patologis yang berperan dan 2. Pasien yang apneu dan
dianggap tidak dapat diperbaiki. menggunakan bantuan ventilator.
Langkah-langkah penetapan kematian batang otak meliputi hal-
hal berikut:

1. Evaluasi kasus koma

2. Penilaian klinis awal refleks batang otak


• Pupil asimetris
• Reaksi pupil terhadap cahaya
• Posisi dan pergerakan bola mata
• Roving eye movements
• Doll’s eye movements
• Test kalorik
• Refleks kornea
• Gag Refleks

3. Test Apnea
Laporan Kasus

STATUS PASIEN
IDENTITAS PRIBADI
• Nama : Ny. Ajla Rodiyah Siregar
• Umur : 45 tahun
• Jenis kelamin : Perempuan
• Suku Bangsa : Mandailing
• Agama : Islam
• Alamat : Jl. Bubu. Gg. Sanggup No 3 Lk II
Medan Tembung
• Status : Menikah
• Pekerjaan : IRT
• Tanggal Masuk : 03-01-2019 Pukul: 07.02 Wib
ANAMNESIS
(Alloanamnesa)
Keluhan Utama : Nyeri Kepala
Telaah : Pasien datang ke IGD Rumah Sakit Haji Medan dengan
keluhan nyeri kepala sejak tadi pagi sekitar jam 06.00 Wib saat
bangun tidur. Terjadi penurunan kesadaran sesaat setelah
sebelumnya pasien masih dalam keadaan sadar saat diberi tindakan
di IGD, nyeri kepala terasa berdenyut (+), terasa hoyong (+), demam
(-), mual (+), muntah (+). Riwayat sebelumnya pasien memang
sering mengeluhkan nyeri kepala yang dirasakan hilang timbul.
Riwayat Hipertensi (+), BAB (+), BAK (+).

Riwayat penyakit terdahulu : Hipertensi(+), Kolesterol(+), Diabetes


Melitus(+)
Riwayat penggunaan obat : (-)
ANAMNESA TRAKTUS
• Traktus Sirkulatorius :
Hipertensi (+), Kolesterol (+), ANAMNESA KELUARGA
DM (+) • Faktor Herediter : Ayah dan Ibu
• Traktus Respiratorius : Sesak Hipertensi
nafas (-), Batuk (-) • Faktor Familier : Pasien merupakan
• Traktus Digestivus : Mual (+), anak ketujuh dan kakak abangnya
muntah (+) memiliki riwayat hipertensi
• Traktus Urogenitalis : Miksi • Lain-lain : Tidak dijumpai
(+), Defekasi (+)
• Penyakit Terdahulu dan ANAMNESA SOSIAL
Kecelakaan : pernah terjatuh dan • Kelahiran dan Pertumbuhan :
kepala terbentur Normal
• Intoksikasi dan Obat-obatan : • Imunisasi : Tidak ingat
Disangkal
• Pendidikan : SMA
• Pekerjaan : IRT
• Perkawinan dan Anak : Menikah, 2
Anak
PEMERIKSAAN JASMANI
PEMERIKSAAN UMUM
TTV saat di IGD TTV
• TD : 250/110 mmHg TD : 65/40 mmHg
• Nadi : 80 x/i Nadi : 126 x/i
• Frekuensi Nafas : 20 x/i Frekuensi Nafas : 14 x/i
• Temperatur : 37 C Temperatur : 37 C
• Kulit dan Selaput Lendir : SpO2 : 100 %
Dalam batas normal
• Kelenjar Getah Bening :
Dalam batas normal
• Persendian :
Dalam batas normal
RONGGA DADA DAN ABDOMEN
RONGGA DADA
KEPALA DAN LEHER • Inspeksi : Simetris kanan = kiri
• Bentuk dan Posisi : Dalam • Palpasi : Vocal fremitus normal
batas normal • Perkusi : Sonor dikedua lapangan
• Pergerakan : Tidak dijumpai paru
• Kelainan Panca Indera : • Auskultasi : Vesikuler dikedua
Dijumpai lapangan paru
• Rongga Mulut dan Gigi :
Dalam batas normal RONGGA ABDOMEN
• Kelenjar Parotis : Dalam batas • Tidak dilakukan pemeriksaan
normal
• Desah : Tidak dijumpai
GENITALIA
• Dan lain-lain : Tidak ada
kelainan • Toucher : Tidak dilakukan
pemeriksaan
STATUS NEUROLOGI
PERANGSANGAN MENINGEAL
SENSORIUM : Koma,
• Kaku Kuduk : Tidak dilakukan
E1V1M1 = 3 pemeriksaan
KRANIUM • Tanda Kernig : Tidak dilakukan
• Bentuk : Normocephali pemeriksaan
• Fontanella : Tertutup, Keras • Tanda Lasegue : Tidak dilakukan
• Palpasi : Tidak dilakukan pemeriksaan
pemeriksaan • Tanda Brudzinski I : Tidak
• Perkusi : Tidak dilakukan dilakukan pemeriksaan
pemeriksaan • Tanda Brudzinski II : Tidak
• Auskultasi : Tidak dilakukan dilakukan pemeriksaan
pemeriksaan
• Transiluminasi : Tidak PENINGKATAN TEKANAN
dilakukan pemeriksaan INTRAKRANIAL
• Muntah : (+)
• Sakit Kepala : (+)
• Kejang : (-)
NERVUS KRANIALIS
NERVUS I Meatus Nasi Dextra Meastus Nasi Sinstra
• Normosmia : (-)
• Anosmia : dijumpai dijumpai
• Parosmia : Tidak dijumpai Tidak dijumpai
• Hiposmia : Tidak dijumpai Tidak dijumpai
NERVUS II Oculi Dextra (OD) Oculi Sinistra (OS)
• Visus : 0
Lapangan Pandang
• Normal : (-)
• Menyempit : TDP
• Hemianopsia : TDP
• Scotoma : TDP
• Refleks Ancaman : (-)
• Fundus Oculi : TDP TDP
• Warna : TDP TDP
• Batas : TDP TDP
• Ekstavasi : TDP TDP
• Arteri : TDP TDP
• Vena : TDP TDP
NERVUS V Dextra Sinistra
NERVUS III, IV, VI Oculi Dextra Motorik
(OD) Oculi Sinistra (OS) • Membuka dan Menutup Mulut : (-)
• Gerakan Bola Mata : (-) • Palpasi otot maseter: (-)
• Nistagmus : Tidak dijumpai • Kekuatan gigitan : (-)
• Pupil : Isokor (5mm) Isokor Sensorik
(5mm) • Kulit : Dalam batas normal
• Bentuk : Bulat Bulat • Selaput lendir : Dalam batas normal
• Refleks cahaya langsung : (-) (-) Refleks kornea
• Refleks cahaya tak langsung : • Langsung : (-)
(-) (-) • Tidak langsung : (-)
• Rima Palpebra : 7 mm 7 mm Refleks maseter : (-)
• Deviasi Konjugate : Tidak Refleks bersin : (-)
dijumpai Tidak dijumpai
• Fenomena Doll’s Eye : TDP TDP
• Strabismus : Tidak dijumpai Tidak
dijumpai
NERVUS VII Dextra Sinistra
Motorik
NERVUS VIII Dextra Sinistra
• Mimik : (-) (-)
Auditorius
• Kerut kening : (-) (-)
Pendengaran : (-) (-)
• Menutup mata : (-) (-)
• Test Rinne : TDP TDP
• Meniup sekuatnya : (-) (-)
• Test Weber : TDP TDP
• Memperlihatkan gigi : (-) (-)
• Test Schwabach : TDP TDP
• Tertawa : (-) (-)
Vestibularis
Sensorik
Nistagmus : TDP
• Pengecapan 2/3 depan lidah :
Tidak dilakukan pemeriksaan Reaksi Kalori : TDP
• Produksi kelenjar ludah : Vertigo : TDP
Dalam batas normal Tinnitus : TDP
• Hiperakusis : Tidak dijumpai
• Refleks stapedial : Tidak
dilakukan pemeriksaan
NERVUS IX, X (Glossopharyngeus,
Vagus) NERVUS XII (Hipoglosus)
• Pallatum mole : Tidak dilakukan • Tremor : Tidak dilakukan
pemeriksaan pemeriksaan
• Uvula : Tidak dilakukan pemeriksaan • Atrofi : Tidak dilakukan
• Disfagia : Tidak dilakukan pemeriksaan
pemeriksaan • Fasikulasi : Tidak dilakukan
• Disartria : Tidak dilakukan pemeriksaan
pemeriksaan • Ujung lidah sewaktu istirahat :
• Disfonia : Tidak dilakukan Tidak dilakukan pemeriksaan
pemeriksaan • Ujung lidah sewaktu dijulurkan :
• Refleks Muntah : Tidak dilakukan Tidak dilakukan pemeriksaan
pemeriksaan
• Pengecapan 1/3 belakang : Tidak
dilakukan pemeriksaan
NERVUS XI (aksesorius) Dekstra
Sinistra
• Mengangkat bahu : (-) (-)
• Fungsi otot Sternokleidomastoideus :
(-) (-)
SISTEM MOTORIK Dextra
Sinistra
Trofi : Normotrofi Normotrofi
Tonus : (-) (-)
Kekuatan Otot : TES SENSIBILITAS
• ESD : 0/0/0/0/0 ESS : 0/0/0/0/0 Eksteroseptif : nyeri (-) raba (-)
• EID : 0/0/0/0/0 EIS : 0/0/0/0/0 suhu (-)
Sikap : Berbaring (+) Propioseptif : gerak (-) posisi (-)
getar (-) tekan (-)
Gerakan Spontan Abnormal
Fungsi kortikal untuk sensibilatas
• Tremor : Tidak dijumpai
• Sterognosis : TDP
• Khorea : Tidak dijumpai
• Pengenalan 2 titik : TDP
• Ballismus : Tidak dijumpai
• Grafestesia : TDP
• Mioklonus : Tidak dijumpai
• Barognosis : TDP
• Atetosis : Tidak dijumpai
• Distonia : Tidak dijumpai
• Spasme : Tidak dijumpai
• Tic : Tidak dijumpai
• Dan lain-lain : Tidak dijumpai
Refleks Patologis Dextra Sinistra
• Babinsky : Tidak dilakukan
pemeriksaan
• Oppenheim : Tidak dilakukan
REFLEKS pemeriksaan
Refleks Fisiologis Dextra Sinistra • Chaddock : Tidak dilakukan
pemeriksaan
• Biceps : Tidak dilakukan • Gordon : Tidak dilakukan
pemeriksaan pemeriksaan
• Triceps : Tidak dilakukan • Schaeffer : Tidak dilakukan
pemeriksaan pemeriksaan
• Radioperiost : Tidak dilakukan • Hoffman Tromner : Tidak
pemeriksaan dilakukan pemeriksaan
• APR : Tidak dilakukan • Klonus Lutut : Tidak dilakukan
pemeriksaan pemeriksaan
• KPR : Tidak dilakukan • Klonus Kaki : Tidak dilakukan
pemeriksaan pemeriksaan
• Refleks Primitif : Tidak dilakukan
pemeriksaan
KOORDINASI
• Lenggang
• Bicara : Tidak ada
• Menulis : Tidak VEGETATIF
dilakukan pemeriksaan • Vasomotorik : (-)
• Percobaan Apraksia : • Sudomotorik : (-)
Tidak dilakukan
pemeriksaan • Pilo-erektor : Tidak
dilakukan pemeriksaan
• Mimik : (-)
• Miksi : (-) Normal
• Tes Telunjuk-hidung :
Tidak dilakukan • Defekasi : (-) Normal
pemeriksaan • Potensi dan Libido : Tidak
• Tes Tumit-lutut : Tidak dilakukan pemeriksaan
dilakukan pemeriksaan
• Tes Romberg : Tidak
dilakukan pemeriksaan
VERTEBRA GEJALA - GEJALA
Bentuk SEREBELLAR
• Normal : Dalam batas normal • Ataksia : Tidak dijumpai
• Scoliosis : Tidak dijumpai • Disartria : Tidak dijumpai
• Hiperlordosis : Tidak dijumpai • Tremor : Tidak dijumpai
Pergerakan • Nistagmus : Tidak dijumpai
• Leher : Tidak dijumpai • Fenomena Rebound : Tidak
• Pinggang : Tidak dijumpai dijumpai
• Vertigo : Tidak dijumpai
TANDA PERANGSANGAN • Dan lain-lain : Tidak dijumpai
RADIKULER Dekstra Sinistra
• Laseque : Tidak dilakukan GEJALA – GEJALA
pemeriksaan EKSTRAPRAMIDAL
• Cross Laseque : - Tidak dilakukan • Tremor : Tidak dijumpai
pemeriksaan • Rigiditas : Tidak dijumpai
• Tes Lhermitte : TDP TDP • Bradikinesia : Tidak dijumpai
• Test Naffziger : TDP TDP • Dan lain-lain : Tidak ada
FUNGSI LUHUR
• Kesadaran : koma
• Ingatan Baru : Tidak ada
• Ingatan Lama : Tidak ada
• Orientasi
• Diri : Tidak ada
• Tempat : Tidak ada
• Waktu : Tidak ada
• Situasi : tidak ada
• Intelegensia : Tidak ada
• Daya Pertimbangan : Tidak ada
• Reaksi Emosi : Tidak ada
• Afasia : Tidak ada
• Apraksia : Tidak ada
• Agnosia
• Agnosia visual : Tidak dijumpai
• Agnosia jari-jari : Tidak dijumpai
• Akalkulia : Tidak ada
• Disorientasi Kanan-Kiri : Tidak dijumpai
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium Tanggal 03 Januari 2019
Jenis Pemeriksaan Hasil
HEMATOLOGI
Darah Rutin
• Hemoglobin 12,1 g/dL
• Hitung Eritrosit 5.0 10^6/µL
• Hitung Leukosit 32.370 /µL
• Hematokrit 35.3 %
• Hitung Trombosit 401.000 /µL
Index Eritrosit
• MCV 70.9 Fl
• MCH 24.3 Pg
• MCHC 34.2 %
Hitung Jenis Leukosit
• Eosinofil 0%
• Basofil 0%
• N. Stab 0%
• N. Seg 92%
• Limfosit 5%
• Monosit 2%
KIMIA KLINIK
Glukosa Darah
• Glukosa Darah Sewatu 296 mg/dL
Fungsi Hati
• Bilirubin Total 0,18 mg/dL
• Bilirubin Direk 0,09 mg/dL
• ALT (SGPT) 207 U/L
Fungsi Ginjal
• Ureum 16 mg/dL
• Kreatinin 1,71 mg/dL
Elektrolit
• Natrium 137 mmol/L
• Kalium 4.0 mml/L
• Chlorida 97 mmol/L
HASIL CT SCAN TANGGAL 03 Hasil RO Thorax
Januari 2019 Sinus costo frenicus normaldiafragma
Perdarahan intra serebral >100 cc kanan letak tinggi (hepatomegali)
Kesan :Stoke hemoragik Jantung :CTR >50%
Paru : corakan bronkovaskular normal,
tidak tampak kelaiana aktif dan
spesifik.
Kesan : cardiomegali.
KESIMPULAN PEMERIKSAAN
Sensorium koma E1V1M1=3
Keluhan Utama : Nyeri Kepala TTV
Telaah : Pasien datang ke IGD Rumah
Sakit Haji Medan dengan keluhan • Tekanan Darah : 65/40
nyeri kepala sejak tadi pagi sekitar mmHg
jam 06.00 Wib saat bangun tidur.
Terjadi penurunan kesadaran sesaat
setelah sebelumnya pasien masih • Nadi : 126 x/i
dalam keadaan sadar saat diberi
tindakan di IGD, nyeri kepala terasa • Frekuensi Nafas : 14 x/i
berdenyut (+), terasa hoyong (+),
demam (-), mual (+), muntah (+). • Temperatur : 37 C
Riwayat sebelumnya pasien memang
sering mengeluhkan nyeri kepala • SpO2 : 100 %
yang dirasakan hilang timbul. Pupil isokor diameter
Riwayat Hipertensi (+), BAB (+),
BAK (+). (5mm)/(5mm), refleks
Riwayat penyakit terdahulu :
kornea (-)/(-), test kalorik (-
Hipertensi(+), Kolesterol(+), Diabetes ), Gag refleks (-), posisi dan
Melitus(+)
Riwayat penggunaan obat : (-)
pergerakan bola mata dan
kelopak mata (-)/(-).
DIAGNOSA DIFERENSIAL : PENATALAKSANAAN
a. Stroke Hemoragik 1. Tirah Baring
b. Sroke Non Hemoragik
2. IVFD RL 20 gtt/i
DIAGNOSA FUNGSIONAL : 3. Inj. Ranitidine 1
Mati Batang Otak amp/12jam
4. Inj. Citicolin 250 mg/ 12
DIAGNOSA ANATOMI : jam
ICH (Intra cerebral) 5. Inj. Furosemide 1 gr/12
jam
DIAGNOSA ETIOLOGIK : 6. Valsartan 1x80 mg
Stoke hemoragik
7. Amlodipin 1x10 mg
DIAGNOSA KERJA : 8. Konsul dr Sp.BS
Mati batang otak (MBO) ec Stroke
hemoragik
KESIMPULAN

Berbagai teknik yang ditemukan untuk mempertahankan detak jantung


dan pernapasan walaupun pasien telah mati telah memunculkan
persepsi baru tentang definisi kematian sebagai hilangnya fungsi otak
dan bukan fungsi jantung dan paru, dimana kematian dapat ditentukan
berdasarkan kriteria neurologis. Kematian otak kebanyakan
diakibatkan oleh cedera kepala berat dan perdarahan intrakranial.
Kriteria untuk kematian otak sendiri berevolusi seiring waktu.
Kematian otak didefinisikan sebagai hilangnya semua fungsi otak
secara ireversibel, termasuk batang otak. Tiga temuan penting dalam
kematian otak adalah koma, hilangnya refleks batang otak, dan apnea.
Pada pasien, harus diperiksa kondisi-kondisi serta kriteria eksklusi.
Harus ditemukan kondisi cedera otak berat yang konsisten dengan
proses terjadinya kematian otak, tidak bernafas secara spontan, dan
hasil yang negatif pada pemeriksaan refleks-refleks batang otak. Jika
kematian otak telah didiagnosis berdasarkan kriteria klinis dasar
diatas, dokter dan keluarga harus sadar bahwa kematian otak sama
dengan kematian pasien.
Daftar Pustaka

1. Machado Celixto. Diagnosis of brain death. Neurology Internaional. 2010.


2. Laureys Steven. Death, unconsiousness and the brain; Science and Society; Nov 2005.
3. Mc Mahan Jeff. Brain death, cortical death and persistent vegetative state; University of Carolina
School of Medicine;
4. Undang-undang Republik Indonesia Tentang Kesehatan; Pasal 117; Tahun 2006.
5. Kowalks, Welsh, Mayer. Buku Ajar Patofisiologi.2011
6. Priece Sylvia A , Wilson M Lorraine. Patofisiologikonsepklinis proses-proses penyakit. Volume 2
edisi 6. 2005.
7. Hall E Jhon, Guyton & Hall. Buku saku fisiologi kedokteran. Edisi 11.2005
8. Quality Standards Subcommittee of the American Academy of Neurology,. Practice Parameters for
Determining Brain Death Adults (summary statement), neurology,1995,45(5)1012-4
9. Guidelines on Diagnosis of Brain Death, Hospital Authory Head Office Operation Circular No 15.
2003.
10. New York State and New York State Task Force On Life & The Law. Guidelines for determining
brain death, Department of Health, New York,2011.
11. Wijdicks. Current Concept, The Diagnosis of Brain Death, N Engl J Med,2001,344(16)
12. Dian, Sofiati, dr. Sp.S. Pemeriksaan Fisisk Dasar Neurologi Berbasis Ilustrai Kasus. Badung.
2013.
13. Lerner A J. Disorder of consciousness and brain death. Diagnostic criteria in neurology.
14. Mardjono Mahar, Sidharta Priguna. Neurologi klinis dasar. Jakarta Dian Rakyat.2004. Hal.280

Anda mungkin juga menyukai