ANTAR MANUSIA
1. Membantu direktur rumah sakit menyusun standar pelayanan medis dab memantau
pelaksanaanya
2. Melaksanakan pembinaan etika profesi, disiplin profesi dan mutu profesi
3. Mengatur kewenangan profesi antar kelompok staf medis
4. Membantu direktur menyusun medical staff bylaws dan memantau pelaksanaanya
5. Membantu direktur rumah sakit menyusun kebijakan dan prosedur yang terkait dengan
mediko-legal
6. Membantu direktur rumah sakit menyusun kebijakan dan prosedur yang terkait dengan etiko-legal
7. Melakukan koordinasi dengan kepala bidang pelayanan medik dalam melaksanakan pemantauan dan
pembinaan pelaksanaan tugaskelompok staf medis
8. Meningkatkan program pelayanan, pendidikan dan pelatihan serta penelitian dan pengembangan
dalam bidang medis
9. Melakukan monitoring dan evaluasi mutu pelayanan medis antara lain melalui monitoring dan
evaluasi kasus bedah, penggunaan obat, farmasi dan terapi, ketepatan, kelengkapan dan keakuratan
rekam medis, tissue review, mortalitas dan motdibitas, medical care review/peer review/audit medis
melalui pembentukan sub komite-sub komite.
10. Memberikan laporan kegiatan kepada direktur rumah sakit
7. Fatal
Fatal adalah 1 mematikan; 2 tidak dapat diubah atau diperbaiki lagi
(tentang kerusakan, kesalahan); 3 menerima nasib (tidak dapat diubah lagi);
celaka
B. CUES
Contoh kewajiban seorang ahli gizi terhadap klien adalah memelihara & meningkatkan status
gizi klien yang dilayaninya, memberikan informasi kepada klien dengan tepat dan jelas.
5. Apa yang dimaksud dengan memberikan pelayanan gizi secara dengan prinsip
etika profesi?
Ahli gizi melaksanakan profesi gizi mengabdikan diri dalam upaya memelihara &
memperbaiki keadaan gizi, kesehatan, kecerdasan & kesejahteraan rakyat melalui upaya
perbaikan gizi, Pendidikan gizi, pengembangan ilmu-ilmu terkait dengan gizi. Ahli gizi dalam
menjalankan profesinya juga harus senantasa bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
menunjukkan sikap dan perbuatan terpuji yang dilandasi dengan nila-nilai Pancasila, UUD
’45.
6. Bagaimana hak azasi klien yang harus dilindungi dan diperhatikan oleh tenaga gizi,
tenaga medis/dokter dan tenaga kesehatan?
Memelihara dan meningkatkan status gizi klien baik dalam lingkup institusi pelayanan gizi atau di
masyarakat umum.
Menjaga kerahasiaan klien atau masyarakat yang dilayaninya baik pada saat klien masih atau
sudah tidak dalam pelayanannya, bahkan juga setelah klien meninggal dunia kecuali bila
diperlukan untuk keperluan kesaksian hukum.
Menjalankan profesinya senantiasa menghormati dan menghargai kebutuhan unik setiap klien
yang dilayani dan peka terhadap perbedaan budaya, dan tidak melakukan diskriminasi dalam hal
suku, agama, ras, status sosial, jenis kelamin, usia dan tidak menunjukkan pelecehan seksual.
Memberikan pelayanan gizi prima, cepat, dan akurat.
Memberikan informasi kepada klien dengan tepat dan jelas, sehingga memungkinkan klien
mengerti dan mau memutuskan sendiri berdasarkan informasi tersebut.
Apabila mengalami keraguan dalam memberikan pelayanan berkewajiban senantiasa
berkonsultasi dan merujuk kepada ahli gizi lain yang mempunyai keahlian.
7.Apa yang saudara ketahui tentang perkembangan suatu profesi?
Dimana suatu profesi itu dapat melakukan penelitian di bidang masing-masing profesi.
Seperti membuat teknologi baru, teknologi tepat guna untuk menunjang berjalannya pekerjaan
masing-masing profesi menjadi lebih baik. Intinya perkebmbangan suatu profesi itu adalah saat
suatu profesi dapat melakuakn penelitian dan menemukan suatu hal yang baru demi kemajuan
profesinya teresbut.
Contoh perkembangan suatu profesi sesuai kompetensi disesuaikan dengan kebutuhan
masyarakat adalah dimana zaman sekarang semua serba modern dan semua sudah serba digital,
jadi media social adalah media yang tepat untuk mengedukasi masyarakat. Dan tidak hanya media
social saja, melainkan ada website atau suatu aplikasi untuk melakukan konseling secara online.
7 MENTALITAS PROFESIONAL
1. Mentalitas Mutu
Seorang profesional menampilkan kinerja terbaik yang mungkin. Dengan
sengaja dia tidak akan menampilkan the second best (kurang dari terbaik)
karena tahu tindakan itu sesungguhnya adalah bunuh diri profesi. Seorang
profesional mengusahakan dirinya selalu berada di ujung terbaik (cutting
edge) bidang keahliannya.
Jadi mentalitas pertama seorang profesional adalah standar kerjanya yang
tinggi yang diorientasikan pada ideal kesempurnaan mutu.
2. Mentalitas Altruistik
Seorang profesional selalu dimotivasi oleh keinginan mulia berbuat baik.
Istilah baik di sini berarti berguna bagi masyarakat. Aspek ini melengkapi
pengertian baik dalam mentalitas pertama, yaitu mutu. Baik dalam mentalitas
kedua ini berarti goodness yang dipersembahkan bagi kemaslahatan
masyarakat.
Maka ciri kedua profesionalisme ialah hadirnya motif altruistik dalam sikap
dan falsafah kerjanya.
3. Mentalitas Melayani
Kaum profesional tidak bekerja untuk kepuasan diri sendiri saja tanpa peduli
pada sekitarnya. Kaum profesional tidak melakukan onani profesi. Sebaliknya,
kepuasannya muncul karena konstituen, pelanggan, atau pemakai jasa
profesionalnya telah terpuaskan lebih dahulu via interaksi kerja.
Maka ciri ketiga seorang pekerja profesional adalah sikap melayani secara
tulus dan rendah hati kepada pelanggannya dan nilai-nilai utama profesinya.
4. Mentalitas Pembelajar
seorang pekerja profesional adalah dia yang telah mendapat pendidikan dan
pelatihan khusus di bidang profesinya. Bahkan untuk profesi-profesi yang
sudah mapan, sebelum seseorang diberi hak menyandang status profesional,
dia harus menempuh serangkaian ujian. Bila lulus barulah dia mendapatkan
sertifikasi profesional dari asosiasi profesinya.
Jadi ciri keempat pekerja profesional adalah hati pembelajar yang
menjadikannya terus bertumbuh dan mempertajam kompetensinya kerjanya.
5. Mentalitas Pengabdian
Seorang pekerja profesional memilih dengan sadar satu bidang kerja yang akan
ditekuninya sebagai profesi. Pilihannya ini biasanya terkait erat dengan
ketertarikannya pada bidang itu, bahkan ada semacam rasa keterpanggilan untuk
mengabdi di bidang tersebut. Mula-mula, pilihan itu dipengaruhi oleh bakat dan
kemampuannya yang digunakannya sebagai kalkulasi peluang suksesnya di sana.
Tetapi kemudian berkembang sebuah hubungan cinta antara sang pekerja dengan
pekerjaannya
Jadi ciri kelima seorang profesional sejati adalah terjalinnya dedikasi penuh cinta
dengan bidang profesi yang dipilihnya.
6. Mentalitas Kreatif
Seorang pekerja profesional, sesudah menguasai kompetensi teknis di bidangnya,
berkembang terus ke tahap seni. Dia akan menemukan unsur seni dalam
pekerjaannya. Dia akan menghayati estetika dalam profesinya. Mata hatinya terbuka
lebar melihat kekayaan dan keindahan profesi yang ditekuninya. Seterusnya,
perspektif, keindahan, dan kekayaan ini akan memicu kegairahan baru bagi sang
profesional yang pada gilirannya memampukannya menjadi pekerja kreatif, berdaya
cipta, dan inovatif.
Jadi ciri keenam seorang pekerja profesional adalah kreativitas kerja yang lahir dari
penghayatannya yang artistik atas bidang profesinya.
7. Mentalitas Etis
Seorang pekerja profesional, sesudah memilih untuk "menikah" dengan
profesinya, menerima semua konsekuensi pilihannya, baik manis maupun
pahit. Profesi apa pun pasti terlibat menggeluti wacana moral yang relevan
dengan profesi itu.
Jadi ciri keenam pekerja profesional adalah kesetiaan pada kode etik profesi
pilihannya
D. HIPOTESIS
Akibat Pasien meninggal
Penyebab
Ketidak
pedulian
Tidak provesionalnya petugas (Ahli Lemahnya terhadap
Gizi, Pramusaji, Perawat management kondisi pasien
Asupan 30 % dari
kebutuhan
AKAR MASALAH
1. Faktor Kompetisi
- Kemampuan Tenaga Kesehatan
- Kurang ketelitian
- Kurang pengawasan & koordinasi
2. Faktor Management
Adanya peraturan jika ada karyawan yang tidak
masuk/adanya SOP yang jelas untuk Tenaga Kesehatan
PROSEDUR
Karyawan
Karyawan yang merencanakan Izin/Cuti diwajibkan untuk mengisi pengajuan izin/cuti
sebelumnya sesuai serta alasan meninggalkan kerja.
Karyawan yang karena keperluan atau suatu hal yang mendadak (diluar rencana)
meninggalkan atau tidak masuk kerja sesuai PP, diwajibkan memberitahukan secara lisan dan
atau tertulis kepada atasan langsung yang bersangkutan dan menyerahkan surat keterangan
dari instansi terkait dalam waktu sekurang-kurangnya 48 jam dari hari pertama cuti dan atau
pada hari pertama masuk kerja.
Menyerahkan Surat Permohonan Izin/Cuti dan atau surat keterangan dari instansi terkait
yang telah ditandatangani oleh pimpinan departement.
Pimpinan Departemen
Menandatangani Surat Permohonan Izin/Cuti Karyawan sebagai persetujuan
Berhak membatalkan Surat Permohonan Izin/Cuti Karyawan jika karyawan yang
bersangkutan harus menyelesaikan pekerjaan yang mendesak.
Departemen HRD
Mencatat data terbaru sisa cuti karyawan
Jika sisa cuti tidak mencukupi, Pimpinan Departemen HRD berhak mengurangi
atau menolak jumlah hari cuti yang akan diambil.
CARA PENCEGAHAN
Pelajaran yang dapat diambil dari kasus tersebut adalah bahwa sebagai Dietisien
kita tetap harus bersikap professional dan teliti juga berhati-hati dalam melakukan pekerjaan
apalagi bersangkutan dengan pasien/klien. Walau didalam kasus, pramusaji tetap menjalankan
tugas seperti biasa, dietisien harus tetap melakukan pengawasan/pemantauan terhadap
asupan, komposisi makanan, dsbnya dan tidak lalai dalam mengerjakan pekerjaan atau tugas
walau sudah biasa dikerjakan. Agar tidak terjadi dan terhindar dari mal praktik seperti
dalam kasus tersebut. Dalam bekerja, dietisien juga harus melakukan komunikasi dan
koordinasi yang baik dengan pramusaji, perawat, dokter dan juga tenaga kerja kesehatan
lainnya.
H. DAFTAR RUJUAKAN
https://today.mims.com/beda-ruang-intensive-care-unit-dan-instalasi-gawat-darurat
https://medlineplus.gov/ency/patientinstructions/000182.htm
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1113037/#!po=3.33333
Wikipedia (Inggris)
https://www.scribd.com/document/355529687/Per-Oral-Dan-Overfeeding
https://robertusarian.wordpress.com/tag/komite-medik/
https://www.google.com/amp/s/kbbi.web.id/fatal.html
http://kbbgizi.com/2018/07/06/kode-etik-profesi-gizi/
http://bankidonk.blogspot.com/p/resume-profesi-kependidikan.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Profesional
https://dokumen.tips/documents/7-mentalitas-profesional.html