CRS Anestesi
CRS Anestesi
Oleh :
MAYA SARI RAHAYU
G1A217038
1
Pendahuluan
Adenomiosis 1
2
Laparaskopi operatif
salah satu tindakan
medis yang dapat
dilakukan
3
Laparoskopi operatif untuk
pengobatan penyakit
umumnya memerlukan
anestesi umum.
2
Laporan
Kasus
3
ANAMNESIS
1 2
Identitas Pasien
Keluhan Utama
5
Cont…
3 Riwayat Penyakit Dahulu
• Riwayat Hipertensi : tidak ada
• Riwayat Asma : tidak ada
• Riwayat DM : tidak ada
• Riwayat Batuk Lama : tidak ada
• Riwayat Operasi : tidak ada
• Riwayat Alergi Obat : tidak ada 5
Riwayat Merokok (-)
• Riwayat Penyakit Lain : tidak ada
6
PEMERIKSAAN FISIK
78 kali/menit
18 kali/menit
120/80 mmHg
Compos mentis
KEADAAN 36,3 °C
UMUM &
Kesadaran TANDA-TANDA
VITAL
7
Mata : SI(-/-), RC (+/+), Kepala : Normocephalic,
pupil isokoCA (-/-), r simetris, deformitas (-)
Mulut : Mukosa tidak anemis,
lidah kotor (-), Mallampati 1
Abdomen
Inspeksi : datar, sikatriks (-), spider
Thoraks: datar,
nevi (-), benjolan (-)
simetris Palpasi : supel, nyeri tekan (+)
Paru : supra pubic
pernapasan regular, Hepar, lien & ginjal: tidak teraba
NT (-), fremitus Perkusi : timpani (+)
ka=ki, sonor, Auskultasi : Bising usus (+) 4x/i
vesikuler
Jantung :
ictus kordis tak
terlihat, batas jantung
: dbn, BJ I/II reguler
8
Pemeriksaan Penunjang
Darah rutin (6 November 2018) Kimia Darah Lengkap (6 November 2018)
Pramedikasi
• Dexametason 10 mg (IV)
• Ondansentron 4 mg (IV)
• Ranitidin 50 mg (IV)
Induksi : Sempurna
Teknik Anestesi : Anestesi Balans
Teknik Khusus :-
Medikasi :
• Fentanil 100 mcg
• Propofol 100 mg;
• Atrakurium 30 mg + 10 mg;
• Sevoflurans + N2O : O2
Cairan/Transfusi :
• Ringer Laktat 500 mL
• Ringer Laktat 500 mL
Keadaan Selama Operasi
• Posisi Penderita : Terlentang
• Penyulit waktu anestesi : Tidak ada
• Lama Anestesi : 2 jam
• Jumlah Cairan
Input :
• RL 500 ml
• RL 500 ml
• Total = 1000 ml
Output :
• Urine : ± 200 ml
• Perdarahan: Suction = 500 cc
• Total = 1700 ml
Kebutuhan cairan pasien ini;
BB = 64 Kg
• Maintenance (M)= 2 cc/kgBB
= 2 cc x 64
= 128 cc
• Pengganti Puasa (P)
P = 6 x M Pasien puasa dari jam 02.00, operasi pukul 08.30 WIB
= 6 x 128 cc
= 768 cc
• Stress Operasi (O)
O = BB x 6 cc (Operasi Sedang)
= 64 x 6 cc
= 384 cc
• EBV = 65x bb
= 65x 644.160 cc
• EBL = 20% x EBV
= 20% x 4.160 cc 832 cc
Kebutuhan cairan selama operasi
• Jam I = ½ (P) + M + O
= ½ (768) + 128 + 384
= 896 cc
• Jam II = ¼ (P) + M + O
= ¼ (768) + 128 + 384
= 704 cc
Pra Anestesi
• Penentuan status fisik ASA : 1 / 2 /3/4/5/E
• Mallampati :1
• Persiapan:
• Pemberian Informed Consent
• Puasa 6 jam sebelum operasi
MONITORING PERIANESTESI
Monitoring
TD awal : 110/70 mmHg,
Nadi =76 x/menit,
RR = 20x/menit
Ruang Pemulihan
• Masuk Jam : 10.30 WIB
• Keadaan Umum : Kesadaran CM, GCS:15
• Tanda Vital :
TD (110/80 mmHg),
N (80x/i),
RR (21x/i),
SpO2 (99%)
• Pernafasan : Baik
Scoring Aldrete
• Aktivitas :2
• Pernafasan :2
• Warna Kulit :2
• Sirkulasi :2
• Kesadaran :2
• Jumlah : 10
Instruksi Post Operasi:
• Monitoring tanda vital dan perdarahan tiap 15 menit selama 1
x 24 jam
• Tirah baring tanpa bantal sampai 1 x 24 jam
• Boleh makan dan minum setelah pasien sadar penuh dan
bising usus (+)
• Instruksi lain dan terapi megikuti dr. Ade Permana, Sp. OG (K)
Tinjauan Laporan
Pustaka Kasus
21
Anestesi Umum
(General Anesthesia)
• Anestesi umum Tindakan menghilangkan rasa nyeri / sakit secara sentral disertai
hilangnya kesadaran dan dapat pulih kembali (reversible).
• Trias anestesi :
Hipnotik
Analgesi
Relaksasi otot.
Prosedur Anestesi Umum
STATICS:
• Scope : Laringoscope dan Stetoscope
• Tubes : Pipa trakea yang dipilih sesuai usia
• Airway :Orotracheal airway, untuk menahan lidah pasien saat pasien tidak sadar,
untuk menjaga agar lidah tidak menutup jalan nafas.
• Tape : Plaster untuk memfiksasi orotracheal airway.
• Introducer : Mandrain atau stilet dari kawat untuk memandu agar pipa trakea
mudah untuk dimasukkan
• Conector : Penyambung antara pipa dan alat anesthesia
• Suction : Penyedot lendir.
MEDIKASI
Anestesi Inhalasi
Suatu anestesi yang menggunakan inhalan berupa gas. Obat anestesi inhalasi yang
sering digunakan saat ini adalah N2O, halotan, enfluran, isofluran, desfluran,
sevofluran
Mekanisme kerja obat inhalasi ditentukan oleh ambilan paru, difusi gas dari paru
ke darah dan distribusi ke organ. Sedangkan konsentrasi uap obat anestetik dalam
alveoli ditentukan oleh konsentrasi inspirasi, ventilasi alveolar, koefisien gas darah,
curah jantung, dan perfusi.
Anestesi Intravena Propofol
• Barbiturate
Mekanisme kerja diduga menghasilkan efek
• Propofol sedatif hipnotik melalui interaksi dengan
• Ketamin GABA (gamma-aminobutyric acid),
neurotransmitter inhibitori utama pada SSP.
• Opioid
• Benzodiazepin Efek : propofol menyebabkan penurunan
resistensi vaskuler sistemik dan juga tekanan
darah. Relaksasi otot polos disebabkan oleh
inhibisi simpatik. Efek negative inotropik
disebabkan inhibisi uptake kalsium
intraseluler.
Analgesia
• Penghilang nyeri, biasanya digunakan golongan opioid
Golongan Opiod :
Morfin
Petidin
Fentanil
Sufentanil
Alfentanil
INTUBASI
EKSTUBASI
• Gejala Adenomyosis
Dismenore parah (severe dysmenorrhea)
Dispareunia dalam (deep dyspareunia)
Nyeri pelvik kronis
Gejala perimenstruasi atau siklis
Infertilitas
Dyschezia (nyeri saat defaecation)
• Tanda Adenomyosis
Kram menstruasi
Menoragia
Durasi menstruasi lebih lama
Nyeri tekan daerah abdomen
Gejala Klinis Adenomiosis
1. Asimtomatis
Ditemukan tidak sengaja (pemeriksaan abdomen atau pelvis; USG transvaginal atau MRI;
bersama dengan patologi yg lain)
2. Perdarahan uterus abnormal
Dikeluhkan perdarahan banyak, berhubungan dengan beratnya proses adenomiosis
(pada 23-82% wanita dengan penyakit ringan – berat)
Perdarahan ireguler relatif jarang, hanya terjadi pada 10% wanita dengan adenomiosis
Terapi hormonal
• Memberikan efek untuk mengurangi gejala dan efeknya akan berkurang
setelah dilakukan pemberhentian terapi
• Obat hormonal yang paling klasik adalah gonadotrophin releasing hormone
agonist(GnRHa), yang dapat dikombinasikan dengan terapi operatif.
Terapi Operatif
• Sampai saat ini histerektomi merupakan terapi definitif untuk adenomiosis.
• Indikasi operasi antara lain ukuran adenomioma lebih dari 8 cm, gejala
yang progresif seperti perdarahan yang semakin banyak dan infertilitas
lebih dari 1 tahun walaupun telah mendapat terapi hormonal konvensional
41
Laparoskopi Diagnostik
42
Efek fisiologis Laparoskopi
43
Respon hemodinamik terhadap insuflasi
intraperitoneum
⊷ Faktor penderita ( status kardiorespi dan volume intravaskular )
⊷ Tekanan intra abdomen(pneumoperitoneum)
⊷ Trauma gastrointestinal
⊷ Aritmia jantung
⊷ Emfisema subkutis
⊷ Pneumothorax, Pneumomediastinum &
Pneumoperikardium
⊷ Emboli Gas CO2
ANALISA Laporan
KASUS Kasus
47
Pra Anestesi
PRA ANESTESI
• Hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang pasien tidak
didapatkan riwayat asma, riwayat DM, HP, Jantung disangkal, namun didapatkan
dari pemeriksaan fisik, maka pasien ini digolongkan ke dalam ASA II.
Lanjutan…
Ranitidin 1 mg/KgBB 64 mg 50 mg
• Ketoprofen Analgetik
INDUKSI DAN RUMATAN ANESTESI
• Pada pasien ini induksi dilakukan secara intravena dengan propofol 100 mg. Dosis
propofol adalah 2-2,5 mg/kgBB. Dosis propofol yang seharusnya diberikan adalah
128-164 mg.
Dosis propofol pada pasien ini belum tepat.
• Pemilihan anestesi rumatan secara inhalasi sudah tepat. Karena pada anestesi
inhalasi diserap dan dieliminasi di paru, walaupun sebagian besar anastesi inhalasi
mengurangi GFR dan eksresi sodium urin, efek pada aliran darah ginjal masih
merupakan kontroversi.
TINDAKAN INTUBASI
• Sebelum dilakukan insersi ETT, pasien diberikan obat pelumpuh otot. Pada kasus ini,
recuronium di berikan sebanyak 30 mg. Dosis atracurium berdasarkan berat badan
adalah 0,6-1 mg/kgBB/iv yaitu 38,4-60 mg.
Dosis recuronium pada pasien ini kurang dari dosis
Dosis petidine sebagai analgesia adalah 25-100mg pada pasien ini diberikan 75 mg,
sesuai dosis terapi
EKSTUBASI
• Pada pasien ini, ekstubasi secara tepat telah dilakukan dimana ekstubasi dilakukan
ketika efek anestesi sudah ringan dan pasien sudah mulai bernafas spontan, serta
tidak ditemukan kesulitan saat ekstubasi.
RUANG PEMULIHAN
Pasien masuk ke ruangan pemulihan pada Jam 13:00 dengan Keadaan Umum cukup,
Kesadaran CM, GCS:15 TD: 110/80 mmHg, N: 80x/I, RR: 21 x/I Pernafasan tidak sesak.
Selama pemantauan pasien dalam keadaan stabil. Skor Alderet pada pasien ini adalah
10. Pasien kemudian dipindahkan ke ruangan kebidanan kelas III
57