Anda di halaman 1dari 42

WRAP UP SKENARIO 2

Kejadian Penyakit dan Pelayanan Kesehatan Masyarakat


BLOK KEDOKTERAN KOMUNITAS

KELOMPOK : A –11

KETUA : ARIEF NURHIDAYAH. S. 1102012028

SEKRETARIS : ISMY DRINA MUTIA 1102013141


ANGGOTA : ANNISA WIDIAUTAMI. M. 1102013039
AYUVY MONZALITZA 1102013051
DARA MAYANG SARI 1102013069
DINDA APRIYANTI 1102013086
FADHILA AYU SAFIRINA 1102013101
LISA DWIRIANSYAH. T. 1102013155
HARIANTI AYU WULANDARI 1102013122

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS YARSI
2016
SKENARIO 2
Kejadian Penyakit dan Pelayanan Kesehatan Masyarakat

Pada tahun 2011, ditetapkan KLB (Kejadian Luar Biasa) Demam Berdarah Dengue di Kota Pekanbaru. Pernyataan resmi
ini disampaikan oleh Pejabat Wali Kota Pekanbaru Setelah mendengar laporan Kepala Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru
dalam rapat koordinasi. Pada bulan Februari 2010 terdapat sebanyak 202 kasus dan bulan Februari 2011 mencapai 450
kasus. Hal ini menunjukan peningkatan sebesar kurang lebih dua kali lipat dari periode tahun sebelumnya. IR (incidence
rate) DBD menurut WHO di Indonesia adalah sebesar < 50 per 100.000 penduduk dengan CFR (Case Fatality Rate) 0,2.
Kematian yang terjadi pada kasus DBD disebabkan karena masih kurangnya pengetahuan dan pemahaman masyarakat
terhadap gejala DBD. Sering kali pasien datang ke Puskesmas dalam stadium lanjut, dimana terdapat perdarahan
spontan dan syok. Pada stadium demam terdapat kebiasaan masyarakat yang cenderung untuk mengobati diri sendiri
dengan cara membaluri badan dengan bawang merah yang dicampur minyak goreng terlebih dahulu kemudian
membeli obat penurun panas di warung atau toko obat. Masyarakat tidak mengerti kalau pada saat mulai demam
hasrus segera dibawa ke Puskesmas.

Karena adanya KLB tersebut, puskesmas melakukan penyelidikan epidemiologi (PE) ke lapangan untuk mengetahui
penyebab terjadinya KLB. Berdasarkan penyelidikan epidemiologi, tersebut puskesmas melakukan tindakan yang
diperlukan untuk menanggulangi KLB.

Banyaknya penderita DBD di Puskesmas membutuhkan obat-obatan dan cairan infus bagi pasien yang jumlahnya sangat
banyak, sementara persediaan di Puskesmas juga terbatas. Untuk mengatasi hal tersebut Puskesmas melakukan
rujukan kesehatan masyarakat ke Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru.

Program penanggulangan DBD yang berjalan seharusnya bukan hanya dikerjakan oleh Puskesmas sendiri secara lintas
program, tetapi juga secara lintas sektoral demi untuk meningkatkan mutu pelayanan. Pada saat bersamaan, terjadi
ledakan kasus Campak di Puskesmas setempat. Ternyata cakupan imunisasi Campak dalam 3 tahun terakhir selalu
berada pada kisaran <50%.

Dalam pertemuan lintas sektoral, tokoh agama juga terlibat dalam urun rembuk penyelesaian masalah kesehatan di
masyarakat. Tokoh agama menyampaikan, bahwa dalam pandangan Islam menciptakan kemaslahatan insani yang hakiki
adalah merupakan salah satu tujuan syariat Islam dan hukum menjaga kesehatan dan berobat adalah wajib.
• Kata Sulit
1. KLB : peningkatan kejadian penyakit atau kematian yang bermakna secara
epidemiologi pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu.
2. IR : Frekuensi penyakit baru yang berjangkit dalam masyarakat.
3. PE : suatu kegiatan survey yang bertujuan untuk mendapatkan gambaran
terhadap masalah kesehatan atau penyakit secara lebih menyeluruh.
4. CFR : presentasi angka kematian oleh sebab penyakit tertentu untuk
menentukan kegawatan atau keganasan penyakit.
5. Lintas Program : upaya memadukan penyesuaian sebagai upaya kesehatan
yang menjadi tanggung jawab puskesmas.
6. Lintas Sektoral : program yang melibatkan suatu instansi negri atau swasta
yang membutuhkan pemberdaan dan kekuatan dasar dari pemerintah atau
swasta. Mengenai peraturan yang ditetapkan untuk mewujudkan alternatif
kesehatan secara terpadu dan komperhensif sehingga adanya keputusan dan
kerjasama.
7. Kemaslahatan Insan : Kebaikan, kemanfaatan makhluk hidup.
8. Rujukan kesehatan : pelimpahan wewenang dan tanggung jawab untuk
masalah kesehatan.
Pertanyaan
1. Apa penyebab terjadinya KLB ?
- Kurangnya pengetahuan masyarakat
- Kurangnya fasilitas kesehatan
- Penyakit menular yang mewabah
- Kuatnya mitos atau kepercayaan
- Kurangnya perilaku kesehatan
2. Apa saja kegiatan PE ?
- Survey
- Pengumpulan data
- Menentukan tindakan penanggulangan dan pencegahan
- Pengolahan data
3. Faktor apa saja yang dapat meningkatkan KLB ?
• Kejadian baru yang tidak diketahui penyakit itu apa dan terjadi pada 3 tahun berturut-turut
4. Mengapa pada kasus ini diperlukan penanggulangan dalam lintas program dan lintas sektoral ?
• Karena penyakit ini sudah mewabah ke berbagai daerah.
• Lintas program : contoh pada kasus DBD  foging dan membersihkan selokan
5. Tindakan apa saja yang dapat menurunkan KLB ?
- Penyuluhan
- Peningkatan fasilitas kesehatan
6. Bagaimana cara menetapkan suatu kejadian menjadi KLB ?
• Pada kasus DBD  kasus bulan ini lebih dari 2 kali dari kasus pada bulan yang sama atau tahun lalu
7. Kenapa masyarakat pada kasus ini tidak mengerti kalau demam harus segera dibawa ke puskesmas ?
• Dari puskesmas tidak ada penyuluhan kepada masyarakat
Hipotesa
Kurangnya pengetahuan masyarakat, fasilitas kurang memadai, penyakit
menular yang mewabah, kuatnya mitos atau kepercayaan dan kurannya
perilaku kesehatan membuat pada kasus ini masyarakat tidak segera
mengobati ke puskesmas karenapuskesmas kurang memberikan penyuluhan
kepada masyarakat. Akhirnya terjadi peningkatan kasus disuatu wilayah dan
terjadi KLB.
Kegiatan penyelidikan epidemiologi seperti survey, pengumpulan data,
pengolahan data, penanggulangan dan pencegahan.
Pengolahan data, penanggulangan dan pencegahan menjadi tugas lintas
program dan lintas sektoral.
Sasaran belajar
LI.1 Memahami dan menjelaskan Kejadian Luar Biasa (KLB)
LI.2 Memahami dan menjelaskan Penyelidikan Epidemiologi
LI.3 Memahami dan menjelaskan Puskesmas
3.1 definisi puskesmas
3.2 tujuan puskesmas
3.3program pelayanan kesehatan
3.4 rujukan
LI.4 memahami dan menjelaskan perilaku kesehatan individu/masyarakat dan
care seeking behavior
LI.5 Memahami dan Menjelaskan cakupan mutu pelayanan kesehatan serta
imunisasi
LI.6 Memahami dan menjelaskan aspek social budaya masyakat dala
mengakses pemamfaatan pelayanan kesehatan difasilitas layanan kesehatan
LI.7 memahami dan menjelaskan tujuan syariat islam dan konsep kejadian
luar biasa
LI.8 memahami dan menjelaskan hukum menjaga kesehatan dan berobat
dalam islam
LI.1 Memahami dan menjelaskan Kejadian Luar Biasa
(KLB)
Definisi
Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah timbulnya suatu kejadian
kesakitan/kematian dan atau meningkatnya suatu kejadian
kesakitan/kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu
kelompok penduduk dalam kurun waktu tertentu (Undang-undang Wabah,
1984).
Wabah adalah peningkatan kejadian kesakitan/kematian, yang
meluas secara cepat baik dalam jumlah kasus maupun luas daerah penyakit,
dan dapat menimbulkan malapetaka
Tujuan penyidikan KLB

Tujuan Umum :
- Mencegah meluasnya (penanggulangan).
- Mencegah terulangnya KLB di masa yang akan datang (pengendalian).

Tujuan khusus :
- Diagnosis kasus yang terjadi dan mengidentifikasi penyebab penyakit .
- Memastikan bahwa keadaan tersebut merupakan KLB,
- Mengidentifikasikan sumber dan cara penularan
- Mengidentifikasi keadaan yang menyebabkan KLB
- Mengidentifikasikan populasi yang rentan atau daerah yang beresiko akan
terjadi KLB (CDC, 1981; Bres, 1986).
LANGKAH-LANGKAH PENYIDIKAN KLB

1. Persiapan penelitian lapangan.


2. Menetapkan apakah kejadian tersebut suatu KLB.
3. Memastikan Diagnosis Etiologis
4. Mengidentifikasikan dan menghitung kasus atau paparan
5. Mendeskripsikan kasus berdasarkan orang, waktu dan tempat.
6. Membuat cara penanggulangan sementara dengan segera (jika diperlukan).
7. Mengidentifikasi sumber dan cara penyebaran
8. Mengidentifikasi keadaan penyebab KLB
9. Merencanakan penelitian lain yang sistimatis
10. Menetapkan saran cara pencegahan atau penanggulangan.
11. Menetapkan sistim penemuan kasus baru atau kasus dengan komplikasi.
Melaporkan hasil penyidikan kepada instansi kesehatan setempat dan kepada
sistim pelayanan kesehatan yang lebih tinggi
Kriteria KLB
pemerintah Indonesia melalui Keputusan Dirjen PPM&PLP No. 451-
I/PD.03.04/1999 tentang Pedoman Penyelidikan Epidemiologi dan
Penanggulangan KLB telah menetapkan criteria kerja KLB yaitu :

1. Timbulnya suatu penyakit/menular yang sebelumnya tidak ada/tidak


dikenal.
2. Peningkatan kejadian penyakit/kematian terus-menerus selama 3 kurun
waktu berturut-turut menurut jenis penyakitnya (jam, hari, minggu, bulan,
tahun)
3. Peningkatan kejadian penyakit/kematian, 2 kali atau lebih dibandingkan
dengan periode sebelumnya (jam, hari, minggu, bulan, tahun).
4. Jumlah penderita baru dalam satu bulan menunjukkan kenaikan dua kali
lipat atau lebih bila dibandingkan dengan angka rata-rata perbulan dalam
tahun sebelumnya.
5. Angka rata-rata per bulan selama satu tahun menunjukkan kenaikan dua
kali lipat atau lebih dibanding dengan angka rata-rata per bulan dari tahun
sebelumnya.
6. Case Fatality Rate dari suatu penyakit dalam suatu kurun waktu tertentu
menunjukan kenaikan 50% atau lebih, dibanding dengan CFR dari periode
sebelumnya.
7. Propotional Rate (PR) penderita baru dari suatu periode tertentu
menunjukkan kenaikan dua kali atau lebih dibanding periode yang sama dan
kurun waktu/tahun sebelumnya.
8.Beberapa penyakit khusus : Kholera, “DHF/DSS”, (a) Setiap peningkatan
kasus dari periode sebelumnya (pada daerah endemis). (b) Terdapat satu atau
lebih penderita baru dimana pada periode 4 minggu sebelumnya daerah
tersebut dinyatakan bebas dari penyakit yang bersangkutan.
9. Beberapa penyakit yg dialami 1 atau lebih penderita: Keracunan makanan,
Keracunan pestisida.
Klasifikasi KLB c. Toksin Biologis
Menurut Penyebab: • Racun jamur.
a. Toksin • Alfatoxin.
• Entero toxin, misal yang • Plankton
dihasilkan oleh Staphylococus • Racun ikan
aureus, Vibrio, Kholera, • Racun tumbuh-tumbuhan
Eschorichia, Shigella. d. Toksin Kimia
• Exotoxin (bakteri), misal yang • Zat kimia organik: logam berat
dihasilkan oleh Clostridium (seperti air raksa, timah), logam-
botulinum, logam lain
• Clostridium perfringens. • Cyanida.
• Zat kimia organik: nitrit, pestisida.
• Endotoxin.
• Gas-gas beracun: CO, CO2, HCN,
b. Infeksi dan sebagainya
• Virus.
• Bacteri.
• Protozoa.
• Cacing.
Menurut Sumber KLB

• Manusia misal: jalan napas, tenggorokan, tangan, tinja, air seni, muntahan,
seperti : Salmonella, Shigella, Staphylococus, Streptoccocus,
• Protozoa, Virus Hepatitis.
• Kegiatan manusia, misal : Toxin biologis dan kimia (pembuangan tempe
bongkrek, penyemprotan, pencemaran lingkungan, penangkapan ikan dengan
racun).
• Binatang seperti : binatang piaraan, ikan, binatang mengerat, contoh :
Leptospira, Salmonella, Vibrio, Cacing dan parasit lainnya, keracunan
ikan/plankton
• Serangga (lalat, kecoa, dan sebagainya) misal : Salmonella, Staphylokok,
Streptokok.
• Udara, misal : Staphyloccoccus, Streptococcus, Virus, pencemaran udara.
• Permukaan benda-benda/alat-alat misal : Salmonella.
• Air, misalnya : Vibrio Cholerae, Salmonella.
• Makanan/minuman, misal : keracunan singkong, jamur, makanan dalam
kaleng.
Penanggulangan
Tujuan penanggulangan KLB : Upaya Penanggulangan KLB :
• Mengenal dan mendeteksi • Penyelidikan epidemiologis
sedini mungkin terjadinya klb • Pemeriksaan, pengobatan,
• Melalukan penyelidikan klb perawatan dan isolasi penderita
termasuk tindakan karantina
• Memberikan petunjuk dalam • Pencegahan dan pengendalian
mencari penyebab dan diagnose
• Pemusnahan penyebab penyakit
klb
• Penanganan jenazah akibat wabah
• Memberikan petunjuk
• Penyuluhan kepada masyarakat
pengiriman dan penanggulangan
klb
• Mengembangkan sistem
pengamatan yang baik dan
menyeluruh, dan menyusun
perencanaan yang mantap untuk
penanggulangan klb
LI.2 Memahami dan menjelaskan Penyelidikan
Epidemiologi
• Penyelidikan atau survei yang bertujuan untuk mendapatkan
gambaran terhadap masalah kesehatan atau penyakit secara lebih
menyeluruh. Yang diselidiki dalam epidemiology investigation adalah
mengenai apakah tempat yang terkena KLB tersebut merupakan
endemik atau epidemik penyakit, merupakan penyakit infeksi atau
penyakit kronis, dan kondisi kesehatan lainnya.
• Penyelidikan epidemiologi KLB yaitu semua kegiatan yang dilakukan
untuk memastikan adanya penderita penyakit yang dapat
menimbulkan KLB, mengenai sifat-sifat penyebabnya dan faktor¬faktor
yang mempengaruhi terjadinya dan penyebarluasannya
• Penyelidikan epidemiologi (PE) adalah rangkaian kegiatan untuk
mengetahui suatu kejadian baik sedang berlangsung maupun yang
telah terjadi, sifatnya penelitian, melalui pengumpulan data primer
dan sekunder, pengolahan dan analisa data, membuat kesimpulan dan
rekomendasi dalam bentuk laporan.
Tujuan
1. Mendapatkan gambaran masalah yang sesungguhnya
2. Mendapat gambaran klinis tentang suatu penyakit
3. Mendapat gambaran mengenai kasus menurut variabel
epidemiologi
4. Mendapat informasi tentang faktor resiko (lingkungan, vektor,
perilaku, dll) dan etiolog
Langkah-langkah
1. Tahap survey pendahuluan :
a. Memastikan adanya KLB
b. Menegakan diagnosa
c. Buat hypotesa sementara ( penyebab, cara penularan, faktor yg mempengaruhi)

2. Tahap Pengumpulan Data :


a. Identifikasi kasus kedalam variabel epid (orang, tempat, waktu)
b. Uji hipotesis
c. Menentukan kelompok yg rentan

3. Tahap pengolahan data :


a. Lakukan pengolahan menurut variable epid, menurut ukuran epid, menurut nilai statstik.
b.Lakukan analisa data menurut variable epid, ukuran epid,dan nilai statistik. Bandingkan dengan
nilai yang sudah ada
c. Buat intepretasi hasil analisa
d. Buat laporan hasil penanggulangan

4. Tentukan tindakan penanggulangan dan pencegahan :


* Tindakan penanggulangan :
- Pengobatan penderita
- Isolasi kasus
* Tindakan pencegahan :
- Surveilans yg ketat
- Perbaikan mutu lingkungan
- Perbaikan status kesehatan masyarakat
Indikasi
• Pencegahan & Penanggulangan
• Laporan masyarakat, politik, serta
kepentingan legal aspek
• On the Job Traning
• Penelitian
• Masalah Program Pemberantasan
LI.3 Memahami dan menjelaskan Puskesmas
3.1 definisi puskesmas
Puskesmas adalah organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat
pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta
masyarakat dan memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu
kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok (Depkes
RI, 1991). Dengan kata lain puskesmas mempunyai wewenang dan
tanggungjawab atas pemeliharaan kesehatan masyarakat dalam wilayah
kerjanya. Menurut Kepmenkes RI No. 128/Menkes/SK/II/2004 puskesmas
merupakan Unit Pelayanan Teknis Dinas kesehatan kabupaten/kota yang
bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu
wilayah kerja.
3.2 tujuan puskesmas
Tujuan pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas
adalah untuk mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan
nasional yakni meningkatkan kesadaran , kemauan dan kemampuan hidup
sehat bagi orang yang bertempat tinggal diwilayah kerja puskesmas agar
terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya dalam rangka
mewujudkan Indonesiam Sehat 2010.
3.3program pelayanan kesehatan
1. Promosi Kesehatan (Promkes) 6. Kesehatan Lingkungan :
• Penyuluhan Kesehatan Masyarakat • Pengawasan SPAL (saluran pembuangan air
• Sosialisasi Program Kesehatan limbah), SAMI-JAGA (sumber air minum-jamban
• Perawatan Kesehatan Masyarakat (Perkesmas) keluarga), TTU (tempat-tempat umum), Institusi
pemerintah
2. Pencegahan Penyakit Menular (P2M) : •Survey Jentik Nyamuk
• Surveilens Epidemiologi 7. Pencatatan dan Pelaporan :
• Pelacakan Kasus : TBC, Kusta, DBD, Malaria, Flu • Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu
Burung, ISPA, Diare, IMS (Infeksi Menular Puskesmas (SP2TP)
Seksual), Rabies
3. Program Pengobatan : B. Program Tambahan/Penunjang Puskesmas :
• Rawat Jalan Poli Umum Program penunjang ini biasanya dilaksanakan
sebagai kegiatan tambahan, sesuai
• Rawat Jalan Poli Gigi kemampuansumber daya manusia dan material
• Unit Rawat Inap : Keperawatan, Kebidanan puskesmas dalam melakukan pelayanan
• Unit Gawat Darurat (UGD) 1. Kesehatan Mata : pelacakan kasus, rujukan
• Puskesmas Keliling (Puskel) 2. Kesehatan Jiwa : pendataan kasus, rujukan
4. Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) kasus
• ANC (Antenatal Care) , PNC (Post Natal Care), KB 3. Kesehatan Lansia (Lanjut Usia) : pemeriksaan,
(Keluarga Berencana), penjaringan
• Persalinan, Rujukan Bumil Resti, Kemitraan 4. Kesehatan Reproduksi Remaja : penyuluhan,
Dukun konseling
5. Upaya Peningkatan Gizi 5. Kesehatan Sekolah : pembinaan sekolah sehat,
• Penimbangan, Pelacakan Gizi Buruk, pelatihan dokter kecil
Penyuluhan Gizi 6. Kesehatan Olahraga : senam kesegaran jasmani
3.4 rujukan

Pengertian Rujukan
Sistem rujukan adalah suatu sistem penyelenggaraan pelayanan yang melaksanakan
pelimpahan wewenang atau tanggung jawab timbal balik, terhadap suatu kasus
penyakit atau masalah kesehatan, secara vertikal dalam arti dari unit yang terkecil atau
berkemampuan kurang kepada unit yang lebih mampu atau secara horisontal atau
secara horizontal dalam arti antar unit-unit yang setingkat kemampuannya.

Jenis Rujukan
Rujukan secara konseptual terdiri atas:
Rujukan upaya kesehatan perorangan yang pada dasarnya menyangkut masalah medik
perorangan yang antara lain meliputi:
1. Rujukan kasus untuk keperluan diagnostik, pengobatan, tindakan operasional dan
lain-lain.
2. Rujukan bahan (spesimen) untuk pemeriksaan laboratorium klinik yang lebih
lengkap.
3. Rujukan ilmu pengetahuan antara lain dengan mendatangkan atau mengirim tenaga
yang lebih kompeten atau ahli untuk melakukan tindakan, memberi pelayanan, ahli
pengetahuan dan teknologi dalam meningkatkan kualitas pelayanan.
Jenjang Pelayanan Kesehatan
Berdasarkan tingkat pelayanan kesehatan maka jenjang pelayanan kesehatan
dibedakan atas lima, yaitu:
1. Tingkat rumah tangga
Pelayanan kesehatan oleh individu atau oleh keluarga sendiri.
2. Tingkat masyarakat
Kegiatan swadaya masyarakat dalam menolong mereka sendiri, misalnya: posyandu,
polindes, POD, saka bakti husada, dan lain-lain.
3. Fasilitas pelayanan tingkat pertama
Upaya kesehatan tingkat pertama yang dilakukan puskesmas dan unit fungsional
dibawahnya, praktek dokter swasta, bidan swasta, dokter keluarga dan lain-lain.
4. Fasilitas pelayanan tingkat kedua
Upaya kesehatan tingkat kedua (rujukan spesial) oleh balai: balai pengobatan penyakit
paru (BP4), balai kesehatan mata masyarakat (BKMM), balai kesehatan kerja
masyarakat (BKKM), balai kesehatan olah raga masyarakat (BKOM), sentra
pengembangan dan penerapan pengobatan tradisional (SP3T), rumah sakit kabupaten
atau kota, rumah sakit swasta, klinik swasta, dinas kesehatan kabupaten atau kota, dan
lain-lain.
5. Fasilitas pelayanan tingkat ketiga
Upaya kesehatan tingkat ketiga (rujukan spesialis lanjutan atau konsultan) oleh rumah
sakit provinsi atau pusat atau pendidikan, dinas kesehatan provinsi dan departemen
kesehatan.
Jalur Rujukan
Jalur rujukan terdiri dari dua jalur, yakni:
• Rujukan upaya kesehatan perorangan
1. Antara masyarakat dengan puskesmas
2. Antara puskesmas pembantu atau bidan di desa dengan puskesmas
3. Intern petugas puskesmas atau puskesmas rawat inap
4. Antar puskesmas atau puskesmas dengan rumah sakit atau fasilitas
pelayanan lainnya.

• Rujukan upaya kesehatan masyarakat


1. Dari puskesmas ke dinas kesehatan kabupaten atau kota
2. Dari puskesmas ke instansi lain yang lebih kompeten baik intrasektoral
maupun lintas sektoral
3. Bila rujukan ditingkat kabupaten atau kota masih belum mampu
mananggulangi, bisa diteruskan ke provinsi atau pusat (Trihono, 2005).
JENIS RUJUKAN
1. Rujukan kesehatan
Rujukan ini terutama dikaitkan dengan upaya pencegahan penyakit dan peningkatan
derajat kesehatan. Dengan demikian rujukan kesehatan pada dasarnya berlaku untuk
pelayanan kesehatan masyarakat (public health service). Adapun rujukan kesehatan ini
dibedakan atas ti ga macam yakni rujukan tekhnologi, sarana, dan operasional.
2. Rujukan medik
Rujukan ini terutama dikaitkan dengan upaya penyembuhan penyakit serta pemulihan
kesehatan. Dengan demikian rujukan medik pada dasarnya berlaku untuk pelayanan
kedokteran (Medical Service). Sama halnya dengan rujukan kesehatan. Maka rujukan
ini dibedakan dengan tiga macam yaitu :
3. Rujukan penderita
Konsultai penderita untuk keperluan diagnosis, pengobatan, tindakan operatif dan
lain- lain yang disebut transfer of patien.
4. Pengetahuan
Mendatangkan atau mengirimkan tenaga yang lebih kompeten atau ahli untuk
meningkatkan mutu pelayanan pengobatan setempat disebut transfer of knowlwdge/
personel.
5. Bahan- bahan pemeriksaan
Pengiriman bahan (spesimen) untuk pemeriksaan laboratorium yang lebih lengkap
disebut transfer of spesimen.
FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KENDALA ATAU MASALAH DALAM
KEBERHASILAN PELAKSANAAN RUJUKAN RUJUKAN
1. Berfungsinya mekanisme rujukan dari Yang paling banyak menimbulkan
tingkat masyarakat dan puskesmas hingga
masalah rujukan adalah transportai
rumah sakit tempat rujukan.
terutama fasilitas yang harus ada
2. Adanya komunikasi dua arah antara yang
merujuk dengan tempat rujukan.
sewaktu pasien dibawa, disamping alat
transportasi. Disamping itu adalah
3. Tersedianya tenaga kesehatan yang mampu,
terampil, dan siaga selama 24 jam. masalah geografi jalan- jalan yang harus
ditempuh sering merupakan
4. Tersedianya obat-obatan dan alat kesehatan
sesuai kebutuhan ditempat yang merujuk dan penghambat, sehingga tak jarang
tempat rujukan. walaupun telah diberikan penerangan
5. Tersedianya sarana angkutan selama 24 jam. tentang rujukan tersebut kepada orang
6. Bagi keluarga yang tidak mampu tersedia tua atau keluarga tetapi akhirnya mereka
dukungan dana atau transportasi, perawatan keberatan membawa pasien tersebut ke
dan pengobatan di rumah sakit. rumah sakit yang lebih mampu,
7. Tersedianya dana intensif bagi petugas ditambah lagi ditempat rujukan
kesehatan yang siaga selama 24 jam. terbayang kepada mereka berapa lagi
biaya yang harus dikeluarkan untuk
perawatan nanti.
LI.4 memahami dan menjelaskan perilaku kesehatan
individu/masyarakat dan care seeking behavior
Kesehatan individu dan masyarakat dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor perilaku
dan faktor-faktor diluar perilaku (non¬perilaku), yaitu:
1. Faktor predisposisi (predisposing factor). Faktor predisposisi mencakup
pengetahuan, sikap, keyakinan, nilai dan persepsi, berkenaan dengan motivasi seorang
atau kelompok untuk bertindak. Sedangkan secara umum faktor predisposisi ialah
sebagai preferensi pribadi yang dibawa seseorang atau kelompok kedalam suatu
pengalaman belajar. Hal ini mungkin mendukung atau menghambat perilaku sehat
dalam setiap kasus, faktor ini mempunyai pengaruh. Faktor demografis seperti status
sosial-ekonomi, umur, jenis kelamin dan ukuran keluarga saat ini juga penting sebagai
faktor predisposisi.
2. Faktor pemungkin (enabling factor). Faktor pemungkin mencakup berbagai
keterampilan dan sumber daya yang perlu untuk melakukan perilaku kesehatan.
Sumber daya itu meliputi fasilitas pelayanan kesehatan, personalia klinik atau sumber
daya yang serupa itu. Faktor pemungkin ini juga menyangkut keterjangkauan berbagai
sumber daya, biaya, jarak ketersediaan transportasi, waktu dan sebagainya.
3. Faktor penguat (reinforcing factor). Faktor penguat adalah faktor yang menentukan
tindakan kesehatan memperoleh dukungan atau tidak. Sumber penguat tergantung
pada tujuan dan jenis program. Di dalam pendidikan pasien, faktor menguat bisa
berasal dari perawat, bidan dan dokter, pasien dan keluarga
Respon seseorang apabila sakit adalah sebagai berikut :
• Pertama, tidak bertindak atau tidak melakukan kegiatan apa-apa.
Alasannya antara lain bahwa kondisi yang demikian tidak akan
mengganggu kegiatan atau kerja mereka sehari-hari.
• Kedua, tindakan mengobati sendiri, dengan alasan yang sama seperti
telah diuraikan. Alasan tambahan dari tindakan ini adalah karena orang
atau masyarakat tersebut sudah percaya kepada diri sendiri, dan sudah
merasa bahwa berdasarkan pengalaman yang lalu usaha pengobatan
sendiri sudah dapat mendatangkan kesembuhan.
• Ketiga, mencari pengobatan ke fasilitas-fasilitas pengobatan
tradisional.
• Keempat, mencari pengobatan dengan membeli obat-obat ke warung-
warung obat dan sejenisnya, termasuk ke tukang-tukang jamu.
• Kelima, mencari pengobatan ke fasilitas-fasilitas pengobatan modern
yang diadakan oleh pemerintah atau lembaga-lembaga kesehatan
swasta, yang dikategorikan ke dalam balai pengobatan, puskesmas, dan
rumah sakit.
Secara lebih detail, Becker (1979) membagi perilaku masyarakat yang berhubungan
dengan kesehatan menjadi tiga, yaitu:
1. Perilaku kesehatan
Hal yang berkaitan dengan tindakan seseorang dalam memelihara dan meningkatkan
kesehatannya.
Contoh : memilih makanan yang sehat, tindakan-tindakan yang dapat mencegah
penyakit.
2. Perilaku sakit
Segala tindakan atau kegiatan yang dilakukan seseorang individuyang merasa sakit,
untuk merasakan dan mengenal keadaan kesehatannya atau rasa sakit.
Contoh : pengetahuan individu untuk memperoleh keuntungan.
3. Perilaku peran sakit
Segala tindakan atau kegiatan yang dilakukan oleh individu yang sedang sakit untuk
memperoleh kesehatan.
LI.5 Memahami dan Menjelaskan cakupan mutu
pelayanan kesehatan serta imunisasi
Upaya peningkatan mutu pelayanan kesehatan mencakup :
1). Penataan organisasi
Penataan organisasi menjadi organisasi yang efisien, efektif dengan struktur dan
uraian tugas yang tidak tumpang tindih, dan jalinan hubungan kerja yang jelas dengan
berpegang pada prinsip organization through the function.
2). Regulasi peraturan perundangan
Pengkajian secara komprehensif terhadap berbagai peraturan perundangan yang telah
ada dan diikuti dengan regulasi yang mendukung pelaksanaan kebijakan tersebut di
atas.
3). Pemantapan jejaring
Pengembangan dan pemantapan jejaring dengan pusat unggulan pelayanan dan
sistem rujukannya akan sangat meningkatkan efisiensi dan efektifitas pelayanan
kesehatan, sehingga dengan demikian akan meningkatkan mutu pelayanan.
4). Standarisasi
Standarisasi merupakan kegiatan penting yang harus dilaksanakan, meliputi standar
tenaga baik kuantitatif maupun kualitatif, sarana dan fasilitas, kemampuan, metode,
pencatatan dan pelaporan dan lain-lain. Luaran yang diharapkan juga harus
distandarisasi.
5)Pengembangan sumber daya manusia
Penyelenggaraan berbagai pendidikan dan pelatihan secara berkelanjutan dan
berkesinambungan untuk menghasilkan sumber daya manusia yang profesional, yang
kompeten dan memiliki moral dan etika, mempunyai dedikasi yang tinggi, kreatif dan
inovatif serta bersikap antisipatif terhadap berbagai perubahan yang akan terjadi baik
perubahan secara lokal maupun global.
6) Quality Assurance
Berbagai komponen kegiatan quality assurance harus segera dilaksanakan dengan
diikuti oleh perencanaan dan pelaksanaan berbagai upaya perbaikan dan peningkatan
untuk mencapai peningkatan mutu pelayanandan teknologi
Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dilakukan dengan membangun
kerjasama dan kolaborasi dengan pusat-pusat unggulan baik yang bertaraf lokal atau
dalam negeri maupun internasional.
8) Peningkatan peran serta masyarakat dan organisasi profesi
Peningkatan peran organisasi profesi terutama dalam pembinaan anggota sesuai
dengan standar profesi dan peningkatan mutu sumber daya manusia.
9) Peningkatan kontrol sosial
Peningkatan pengawasan dan kontrol masyarakat terhadap penyelenggaraan
pelayanan kesehatan akan meningkatkan akuntabilitas, transparansi dan mutu
pelayanan
Mutu Pelayanan Kesehatan dapat dilihat dalam 5 dimensi mutu yaitu :
1. Responsiveness (Cepat Tanggap)
Pelayanan kesehatan yang responsif ditentukan oleh sikap staf yang didepan
karena berhubungan langsung dengan para pengguna jasa dan keluarganya.
2. Reliability Pelayanan kesehatan dengan tepat waktu dan akurat sesuai
dengan yang ditawarkan.
3. Assurance
Pengetahuan, kesopanan dan sifat petugas yang dipercaya oleh pelanggan.
Dimensi ini meliputi faktor keramahan, kompetensi, kredibilitas dan
keamanan.
4. Empathy
Kriteria ini terkait dengan rasa kepedulian dan perhatian khusus staf kepada
setiap pengguna jasa, memahami kebutuhan mereka dan memberikan
kemudahan untuk dihubungi setiap saat jika para pengguna jasa ingin
memperoleh bantuannya
5. Tangible
Mutu jasa pelayanan kesehatan juga dapat dirasakan secara langsung oleh
para penggunanya dengan menyediakan fasilitas fisik dan perlengkapan yang
memadai. Contohnya ruang penerimaan dan perawatan pasien yang bersih,
nyaman, lengkap.
Cakupan pelayanan kesehatan
Sistem terbentuk dari elemen atau bagian yang saling berhubungan dan saling
mempengaruhi. Apabila salah satu bagian atau sub sistem tidak berjalan dengan baik
maka akan mempengaruhi bagian yang lain. Secara garis besar, elemen-elemen dalam
sistem itu adalah sebagai berikut :
1. Masukan (Input) adalah sub-sub elemen yang diperlukan sebagai masukan untuk
berfungsinya sistem.
2. Proses ialah suatu kegiatan yang berfungsi untuk mengubah masukan sehingga
menghasilkan sesuatu (keluaran) yang direncanakan.
3. Keluaran (out put) ialah hal yang dihasilkan oleh proses.
4. Dampak (impact) adalah akibat yang dihasilkan oleh keluaran setelah beberapa
waktu lamanya.
5. Umpan balik (feed back) ialah juga merupakan hasil dari proses yang sekaligus
sebagai masukan untuk sistem tersebut.
6. Lingkungan (environment) ialah dunia di luar sistem yang mempengaruhi sistem
tersebut
IMUNISASI
Imunisasi merupakan suatu program yang dengan sengaja memasukkan antigen lemah
agar merangsang antibodi keluar sehingga tubuh dapat resisten terhadap penyakit
tertentu. Sistem imun tubuhmempunyai suatu sistem memori (daya ingat), ketika
vaksin masuk kedalam tubuh, maka akan dibentuk antibodi untuk melawan vaksin
tersebut dan sistem memori akan menyimpannya sebagai suatu pengalaman. Jika
nantinya tubuh terpapar dua atau tiga kali oleh antigen yang sama dengan vaksin
maka antibodi akan tercipta lebih kuat dari sebelumnya.

Tujuan Program Imunisasi


Program imunisasi bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian dari
penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Pada saat ini, penyakit-penyakit
tersebut adalah disentri, tetanus, batuk rejan (pertusis), campak (measles), polio dan
tuberkulosa.
Jadwal imunisasi
LI.6 Memahami dan menjelaskan aspek social budaya
masyakat dalam mengakses
pemamfaatan pelayanan kesehatan difasilitas
layanan kesehatan
Menurut H.Ray Elling (1970) ada 2 faktor sosial yang berpengaruh pada perilaku
kesehatan :
a. Self concept
• Self concept kita ditentukan oleh tingkatan kepuasan atau ketidakpuasan yang kita
rasakan terhadap diri kita sendiri, terutama bagaimana kita ingin memperlihatkan
diri kita kepada orang lain. Apabila orang lain melihat kita positip dan menerima
apa yang kita lakukan, kita akan meneruska perilaku kita, begitu pula sebaliknya.
b. Image kelompok
• Image seorang individu sangat dipengaruhi oleh image kelompok. Sebagai contoh,
anak seorang dokter akan terpapar oleh organisasi kedokteran dan orang-orang
dengan pendidikan tinggi, sedangkan anak buruh atau petani tidak terpapar
dengan lingkungan medis, dan besar kemungkinan juga tidak bercita-cita untuk
menjadi dokter.
Menurut G.M. Foster (1973) , aspek budaya dapat mempengaruhi kesehatan al :
a. Pengaruh tradisi
Ada beberapa tradisi didalam masyarakat yang dapat berpengaruh negatif terhadap
kesehatan masyarakat.
b. Sikap fatalistis
Hal lain adalah sikap fatalistis yang juga mempengaruhi perilaku kesehatan. Contoh :
Beberapa anggota masyarakat dikalangan kelompok tertentu (fanatik) yang beragama
islam percaya bahwa anak adalah titipan Tuhan, dan sakit atau mati adalah takdir,
sehingga masyarakat kurang berusaha untuk segera mencari pertolongan pengobatan
bagi anaknya yang sakit.
c. Sikap ethnosentris
Sikap yang memandang kebudayaan sendiri yang paling baik jika dibandingkan dengan
kebudayaan pihak lain.
d. Pengaruh perasaan bangga pada statusnya
Contoh : Dalam upaya perbaikan gizi, disuatu daerah pedesaan tertentu, menolak
untuk makan daun singkong, walaupun mereka tahu kandungan vitaminnya tinggi.
Setelah diselidiki ternyata masyarakat bernaggapan daun singkong hanya pantas untuk
makanan kambing, dan mereka menolaknya karena status mereka tidak dapat
disamakan dengan kambing.
e. Pengaruh norma
Contoh : upaya untuk menurunkan angka kematian ibu dan bayi banyak mengalami
hambatan karena ada norma yang melarang hubungan antara dokter yang
memberikan pelayanan dengan bumil sebagai pengguna pelayanan.
f. Pengaruh nilai
Nilai yang berlaku didalam masyarakat berpengaruh terhadap perilaku kesehatan.
Contoh : masyarakat memandang lebih bergengsi beras putih daipada beras merah,
padahal mereka mengetahui bahwa vitamin B1 lebih tinggi diberas merah daripada
diberas putih.
g. Pengaruh unsur budaya yang dipelajari pada tingkat awal dari proses sosialisasi
terhadap perilaku kesehatan.
Kebiasaan yang ditanamkan sejak kecil akan berpengaruh terhadap kebiasaan pada
seseorang ketika ia dewasa. Misalnya saja, manusia yang biasa makan nasi sejak kecil,
akan sulit diubah kebiasaan makannya setelah dewasa.
h. Pengaruh konsekuensi dari inovasi terhadap perilaku kesehatan
Apabila seorang petugas kesehatan ingin melakukan perubahan perilaku kesehatan
masyarakat, maka yang harus dipikirkan adalah konsekuensi apa yang akan terjadi jika
melakukan perubahan, menganalisis faktor-faktor yang terlibat/berpengaruh pada
perubahan, dan berusaha untuk memprediksi tentang apa yang akan terjadi dengan
perubahan tersebut.
LI.6 memahami dan menjelaskan tujuan syariat islam
dan konsep kejadian luar biasa

Tujuan Syariat Islam


Menurut buku “Syariah dan Ibadah” (Pamator 1999) yang disusun oleh
Tim Dirasah Islamiyah dari Universitas Islam Jakarta, ada 5 (lima) hal
pokok yang merupakan tujuan utama dari Syariat Islam, yaitu:
• Memelihara kemaslahatan agama (Hifzh al-din)
• Memelihara jiwa (Hifzh al-nafsi)
• Memelihara akal (Hifzh al-‘aqli)
• Memelihara keturunan dan kehormatan (Hifzh al-nashli)
• Memelihara harta benda (Hifzh al-mal)
KONSEP KEJADIAN LUAR BIASA

Tha’un Sebagai Kotoran (ar-Rijsu) Sekaligus Rahmat


Dalam hadis yang panjang, Rasulullah mengatakan: . ath-tha’un rijsun .. (. .
.tha’un itu adalah kotoran . . . H.R. al-Bukhari dari Usamah bin Zaid) dan berfungsi
sebagai siksa atau penyakit (‘azab). Beliau bersabda:
- – - ‫انه كا ن عذ ا با يبعثه هللا على من يشاء فجعله هللا رحمة للمؤمنين فليس من عبد يقع الطعون فيمكث‬
)‫فى بلده صا برا يعلم انه لم يصيبه اال ما كتب هللا له اال كا ن مثل اجر االشهيد (رواه البخارى عن عائشه‬
Artinya:
. . . Bahwa ada suatu ‘azab yang Allah mengutusnya (untuk) menimpa kepada
seseorang yang Ia kehendakinya. Allah menjadikannya sebagai rahmat bagi orang-
orang mukmin. Tidaklah bagi seseorang yang tertimpa tha’un kemudian ia
berdiam diri di wilayahnya itu dengan sabar dan ia menyadari bahwa tha’un itu
tidak akan menimpa kecuali telah ditetapkan Allah, kecuali ia memperoleh pahala
bagaikan orang mati syahid (H.R. al-Bukhari dari ‘Aisyah).
Dalam hadis tersebut dijelaskan bahawa (l) penduduk yang wilayahnya terkena
wabah dan tidak boleh keluar dari wilayah itu supaya mereka bersabar. Penyakit
itu tidak akan menular kepada orang kecuali atas kehendak Allah. Pahala orang
yang sabar (tidak keluar dari wilayahnya) memperoleh pahala sepadan orang mati
syahid, (2) Perwujudan rahmat dalam kasus ini adalah bersabar. Orang sabar
berada dalam lindungan Allah (inna-llaha ma’a ash-shabirin)
LI.7 memahami dan menjelaskan hukum menjaga
kesehatan dan berobat dalam islam
"Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah,
yang tercekik, yang terpukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu
menyembelihnya, dan (diharamkan bagimu) yang disembelih untuk berhala. Dan (diharamkan juga) mengundi nasib
dengan anak panah, (mengundi nasib dengan anak panah itu) adalah kefasikan. Pada hari ini orang-orang kafir telah
putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku.
Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-
ridhai Islam itu jadi agama bagimu. Maka barang siapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa,
sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang" (QS. Al Maa'idah, 5: 3)
Berobat pada dasarnya dianjurkan dalam agama islam sebab berobat termasuk upaya memelihara jiwa dan raga, dan
ini termasuk salah satu tujuan syari’at islam ditegakkan, terdapat banyak hadits dalam hal ini, diantaranya;

Dari Abu Darda berkata, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:


‫ وال تتداووا بالحرام‬، ‫ فتداووا‬، ‫ وجعل لكل داء دواء‬، ‫إن هللا أنزل الداء والدواء‬

’‘Sesungguhnya Alloh menurunkan penyakit beserta obatnya, dan Dia jadikan setiap penyakit ada obatnya, maka
berobatlah kalian, tetapi jangan berobat dengan yang haram.’’ (HR.Abu Dawud 3874, dan disahihkan oleh al-Albani
dalam Shahih wa Dha’if al-Jami’ 2643)

Dari Usamah bin Syarik berkata, ada seorang arab baduwi berkata kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam:
) ‫ ( الهرم‬: ‫ يا رسول هللا وما هو ؟ قال‬: ‫ فإن هللا لم يضع داء إال وضع له شفاء إال داء واحد ) قالوا‬، ‫ ( تداووا‬: ‫يا رسول هللا أال نتداوى ؟ قال‬

’‘Wahai Rosululloh, apakah kita berobat?, Nabi bersabda,’’berobatlah, karena sesungguhnya Alloh tidak menurunkan
penyakit, kecuali pasti menurunkan obatnya, kecuali satu penyakit (yang tidak ada obatnya),’’ mereka bertanya,’’apa
itu’’ ? Nabi bersabda,’’penyakit tua.’’ (HR.Tirmidzi 2038, dan disahihkan oleh al-Albani dalam Sunan Ibnu Majah 3436)
TERIMA KASIH

ASSALAMUALAIKUM WR.WB.

Anda mungkin juga menyukai