yang mengenai dinding toraks yang secara langsung maupun tidak langsung berpengaruh pada pada organ didalamnya, baik sebagai akibat dari suatu trauma tumpul maupun oleh sebab trauma tajam. Penyebab trauma toraks kecelakaan kendaraan bermotor Dalam trauma akibat kecelakaan, ada lima jenis benturan (impact) yang berbeda, yaitu : 1. Depan 2. Samping 3.Belakang 4.Berputar 5.Terguling Nyeri pada tempat trauma Pembengkakan local dan krepitasi yang sangat palpasi. Pasien menahan dadanya dan bernafas pendek. Dispnea, takipnea Takikardi Tekanan darah menurun Gelisah dan agitasi Kemungkinan cyanosis Batuk mengeluarkan sputum bercak darah. Hypertimpani pada perkusi diatas daerah yang sakit Ada jejas pada thoraks Peningkatan tekanan vena sentral yang ditunjukkan oleh distensi vena leher Bunyi muffle pada jantung Perfusi jaringan tidak adekuat Pulsus paradoksus (tekanan darah sistolik turun dan berfluktuasi dengan pernapasan) dapat terjadi dini pada tamponade jantung. Pneumotoraks Hematotoraks Kontusio Paremkim Paru Flail chest KONSERVATIF OPERATIF/INVASIF
Pemberian analgetik Pamasangan Water Sea
Drainage (WSD). Pemasangan Pemasangan alat bantu Plak/plester nafas. Jika perlu antibiotika Pemasangan drain. Fisiotherapy Aspirasi (thoracosintesis). Operasi (bedah thoraxis) Gunakan ventilasi mekanis dengan tekanan ekspirai akhir positif, Manajemen awal untuk pasien trauma toraks tidak berbeda dengan pasien trauma lainnya dan meliputi ABCDE, yaitu A: airway patency with care ofcervical spine, B: Breathing adequacy, C: Circulatory support, D: Disability assessment, dan E: Exposure without causing hypothermia (Saaiq, et al., 2010;Lugo, et al., 2015; Unsworth, et al., 2015). Pemeriksaan primary survey dan pemeriksaan dada secara keseluruhan harus dilakukan. Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi dan menangani kondisi yang mengancam nyawa dengan segera, seperti obstruksi jalan napas, tensionPneumotoraks, pneuomotoraks terbuka yang masif, hemotoraks masif,tamponade perikardial, dan flail chest yang besar. Begitu kondisi - kondisi yang mengancam nyawa sudah ditangani, maka pemeriksaan sekunder dari kepala hingga kaki yang lebih mendetail disertai secondary chest survey harus dilakukan. Pemeriksaan ini akan fokus untuk medeteksi kondisi - kondisi berikut: kontusio pulmonum, kontusi miokardial, disrupsi aortal, ruptur diafragma traumatik, disrupsi trakeobronkial, dan disrupsi esofageal (Saaiq, et al., 2010; Lugo, et al.,2015). Apnea, syok berat, dan ventilasi yang inadekuat merupakan indikasi utama untuk intubasi endotrakeal darurat. Resusitasi cairan intravena merupakan terapi utama dalam menangani syok hemorhagik. Manajemen nyeri yang efektif merupakan salah satu hal yang sangat penting pada pasien trauma toraks. Ventilator harus digunakan pada pasien dengan hipoksemia, hiperkarbia, dan takipnea berat atau ancaman gagal napas. Ventilator juga diindikasikan pada pasien dengan kontusio paru berat, hemotoraks atau penumotoraks, dan flail chest yang disertai dengan gangguan hemodinamik (Saaiq, et al., 2010; Lugo, et al., 2015). Pasien dengan tanda klinis tension Pneumotoraks harus segera menjalani dekompresi dengan torakosentesis jarum dilanjutkan dengan torakostomi tube. Foto toraks harus dihindari pada pasien - pasien ini karena diagnosis dapat ditegakkan secara klinis dan pemeriksaan x - ray hanya akan menunda pelaksanaan tindakan medis yang harus segera dilakukan. Luka menghisap pada dada harus segera dioklusi untuk mencegah berkembangnya tensionPneumotoraks terbuka. Tindakan lainnya seperti torakostomi tube, torakotomi,dan intervensi lainnya dilakukan sesuai dengan kondisi pasien (Saaiq, et al., 2010; Lugo, et al., 2015).