Anda di halaman 1dari 111

MODUL

SKILL LAB
PEMERIKSAAN FISIK PEDIATRI
Tujuan Pembelajaran
• Dapat melakukan pemeriksaan fisik dan tanda vital yang benar
• Dapat melakukan pemeriksaan neurologis anak dengan benar
• Dapat melakukan dan menilai pemeriksaan GCS pada anak
• Dapat menilai tanda-tanda syok pada anak
• Dapat menerapkan pemberian terapi cairan pada anak
• Dapat melakukan resusitasi pada anak
• Dapat melakukan pemeriksaan tumbuh kembang pada anak
Sasaran Pembelajaran
1. Dapat melakukan pemeriksaan fisik dan tanda vital yang benar
2. Dapat melakukan pemeriksaan neurologis anak dengan benar
3. Dapat melakukan dan menilai pemeriksaan GCS pada anak
4. Dapat menilai tanda-tanda syok pada anak
5. Dapat menerapkan pemberian terapi cairan pada anak
6. Dapat melakukan resusitasi pada anak
7. Dapat melakukan pemeriksaan tumbuh kembang pada anak
I. Pemeriksaan Fisik Tonsil-Faring,
Hepar, Limpa dan Ginjal
Pemeriksaan Fisik Tonsil-Faring
• Perhatikan dinding posterior faring
apakah tampak hiperemis, edema,
membran eksudat, abses atau post nasal
drips.

• Perhatikan tonsil apakah tampak adanya


kripte, detritus, hiperemia, ulserasi,
membran atau bercak-bercak perdarahan.
Cara penilaian pembesaran tonsil:
T0 = sudah dioperasi,
T1 = ukuran normal,
T2 = pembesaran tonsil tidak sampai garis tengah,
T3 = pembesaran sampai garis tengah,
T4 = pembesaran melewati garis tengah.
• Edema faring ditandai oleh mukosa yang pucat dan
sembab.

• Pada bayi dan anak tonsil relatif besar dibandingkan


dengan rongga faring

• Bila terdapat infeksi akan membesar dan kembali normal


dalam waktu 2-3 minggu.
Pemeriksaan Fisik Hepar, Limpa dan Ginjal
INSPEKSI
• Ukuran dan bentuk perut, otot abdomen anak masih tipis dan waktu
berdiri anak kecil cenderung posisi lordosis, maka perut anak kecil tampak
agak membuncit kedepan (potbelly).
• Dinding perut
• Gerakan dinding perut, pernapasan bayi dan anak sampai umur 6-7
tahun, dinding abdomen lebih banyak bergerak dibanding dengan dinding
dada.
AUSKULTASI
• Dalam keadaan normal suara peristaltik terdengar sebagai
suara yang intensitasnya rendah dan terdengar tiap 10-30 detik.

• Pada daerah ginjal bagian posterior abdomen pada pasien


hipertensi, terdengar bising (bruit) menunjukkan konstriksi salah
satu arteri renalis.
PERKUSI
• Cara perkusi abdomen sama dengan perkusi dada, hanya
penekanan jari lebih ringan dan ketukan lebih perlahan.

• Perkusi dilakukan secara sistimatis dari daerah epigastrium


menuju ke bagian bawah/ abdomen.

• Normal terdengar bunyi timpani diseluruh permukaan


abdomen, kecuali daerah hati dan limpa.
Perkusi abdomen dilakukan untuk menentukan :
- adanya cairan bebas (ascites) atau udara didalam rongga abdomen,
- menentukan batas hati serta batas-batas massa intraabdominal.

• Pekak hati ditentukan dengan perkusi;

• Pekak hati akan hilang apabila terdapat udara bebas dalam rongga
abdomen.
• Perkusi dari bagian lateral ke medial, terjadi perubahan
suara dari timpani ke pekak merupakan batas cairan
acites yang disebut pemeriksaan Sniffing Dullness

• Perubahan posisi miring kanan / kiri, cairan ascites akan


mengalir sesuai dengan gravitasi, dengan hasil perkusi sisi
lateral lebih pekak/dullness.
PALPASI HEPAR
Merupakan bagian terpenting dalam pemeriksaan abdomen.

• Anak diminta menarik napas dalam disamping menekuk


lututnya dan berbaring dengan bantal tipis = otot perut lemas.

• Sebelum melakukan palpasi kedua telapak tangan harus saling


digosokkan untuk menghangatkan.
Palpasi dilakukan dengan :
1. Monomanual (menggunakan tangan kanan saja)
2. Bimanual (menggunakan kedua tangan).

• Saat palpasi hati lebih banyak gunakan ujung jari.

• Pemeriksa berdiri di sebelah kanan klien, dan meletakkan tangan


di bawah arcus costae XII pada saat inspirasi lakukan palpasi
dan diskripsikan.
Hasil Deskripsi :
• Pembesaran hati diproyeksi pada
kedua garis dan dinyatakan dengan
berapa bagian dari kedua garis atau
dinyatakan dalam cm.

• Selain ukuran hati harus juga


dicatat konsistensi, tepi,
permukaan dan ada nyeri
tekan/tidak.
Hasil Deskripsi :
• Dalam keadaan normal anak sampai umur 5-6 tahun
hati masih dapat diraba sampai berukuran 1/3-1/3 dengan
tepi tajam, konsistensi kenyal, permukaan rata dan tidak
terdapat nyeri tekan.
Pengukuran besar hati digunakan 2 patokan garis, yakni:
1. Garis yang menghubungkan pusat dengan titik potong garis
midklavikularis kanan dengan arkus aorta.
2. Garis yang menghubungkan pusat dengan prosesus
xiphoideus.

Palpasi dimulai dari superfisial, dilanjutkan dengan penekanan


lebih dalam.
• Ketegangan dinding perut dan nyeri tekan, perubahan
mimik anak atau perubahan nada tangis.

• Lokalisasi nyeri, lihat reaksi anak

• Pada anak kecil pemeriksa tidak boleh menanyakan mana


daerah yang merasa nyeri karena hampir selalu menunjuk ke
daerah pusat.
• Nyeri pada kuadran kanan atas biasa disebabkan oleh organ
hati yang membesar dengan cepat, hepatitis atau invaginasi.

• Nyeri kuadran kiri atas paling sering disebabkan oleh limpa


membesar dengan cepat, ruptur limpa atau invaginasi.

Normalnya hepar tidak teraba.


PALPASI LIMPA
• Palpasi limpa sama dengan palpasi hati, dilakukan monomanual
atau bimanual.

• Neonatus, limpa mungkin masih teraba sampai 1-2 cm dibawah


arkus kosta

• Proses hematopoesis ekstramedular yang masih berlangsung


sampai umur 3 tahun.
PALPASI LIMPA
• Harus bisa membedakan pembesaran limpa (splenomegali),
dengan pembesaran lobus kiri hati.

• Bentuk limpa seperti lidah menggantung ke bawah, mengikuti


pernapasan, terdapat insisura lienalis serta dapat didorong ke
arah medial, lateral dan atas.
• Besarnya limpa diukur
menurut Schuffner.

• Posisi pasien tetap terlentang,


buatlah garis bayangan
Schuffner, Jarak maksimum dari
pusat/umbilikus ke garis
potong pada arkus kosta kiri
dibagi 4 bagian yang sama.
• Limpa yang membesar sampai pusat dinyatakan sebagai
Schuffner IV, sampai lipat paha Schuffner VIII.

• Besar limpa dinyatakan dalam ukuran berapa cm dari


arkus kosta
• Gambar untuk memperjelas secara sistimatis.
Besarnya limpa diukur menurut Hackett.
• Posisi pasien tidur terlentang. Pemeriksa disamping kanan
dan menghadap pasien.
• Letakkan secara menyilang telapak tangan kiri pemeriksa
di bawah pinggang kiri pasien dan tekanlah keatas.
• Letakkan telapak tangan kanan dengan jari-jari ektensi
diatas abdomen dibawah tepi kiri kostal.
• Tekanlah ujung jari ke arah limpa kemudian minta pasien
untuk menarik napas dalam.

• Palpasilah tepi limpa saat limpa bergerak ke bawah


kearah tangan pemeriksa.
Limpa yang membesar dibagi atas 5 bagian, antara lain :
TINGKAT PENJELASAN
Kelas 0 Limpa tidak teraba bahkan pada inspirasi dalam
Kelas 1 Limpa hanya teraba pada batas bawah iga saat inspirasi dalam
Kelas 2 Limpa teraba tetapi tidak melampaui garis horizontal pertengahan antara
batas iga dan umbilikus
Kelas 3 Limpa teraba telah melampaui garis horizontal pertengahan antara batas
iga dan umbilikus. Tetapi tidak mencapai umbilikus
Kelas 4 Limpa teraba di bawah umbilikus tapi tidak di bawah garis horizontal
antara umbilikus dan symphisis pubis
Kelas 5 Lebih rendah dari kelas 4
TINGK PENJELASAN
AT
Kelas 0 Limpa tidak teraba bahkan pada inspirasi dalam

Kelas 1 Limpa hanya teraba pada batas bawah iga saat


inspirasi dalam
Kelas 2 Limpa teraba tetapi tidak melampaui garis
horizontal pertengahan antara batas iga dan
umbilikus
Kelas 3 Limpa teraba telah melampaui garis horizontal
pertengahan antara batas iga dan umbilikus. Tetapi
tidak mencapai umbilikus
Kelas 4 Limpa teraba di bawah umbilikus tapi tidak di
bawah garis horizontal antara umbilikus dan
symphisis pubis
Kelas 5 Lebih rendah dari kelas 4
PALPASI GINJAL
• NORMAL = Ginjal tidak teraba, kecuali pada neonatus.

• Ginjal yang membesar dapat diraba dengan cara


ballotement, dipergunakan juga untuk meraba organ
atau massa lain yang terletak retroperitoneal.
Ballotement
• Caranya dengan bimanual.
• letakkan tangan kiri pemeriksa dibagian posterior tubuh pasien
sedemikian sehingga jari telunjuk berada di angulus
kostovertebralis.
• Kemudian jari telunjuk menekan organ atau massa ke atas,
sementara tangan kanan melakukan palpasi secara dalam dari
anterior dan merasakan organ atau massa menyentuh kemudian
'jatuh' kembali, bila letaknya retroperitonel.
II. Pemeriksaan Neurologis Anak
Pemeriksaan Tanda Rangsang Meningeal
Pemeriksaan Kaku kuduk
• Posisikan pasien untuk tidur terlentang
• Tekuk leher pasien ke arah dada secara pasif
• Bila terdapat tahanan sehingga dagu tidak dapat
menempel pada dada maka dikatakan kaku kuduk positif.
1. Brudzinski I (Brudzinski's neck sign)
• Pasien berbaring dalam sikap terlentang, tangan kanan
ditempatkan dibawah kepala pasien yang sedang berbaring,
tangan pemeriksa yang satu lagi ditempatkan didada pasien
untuk mencegah diangkatnya badan kemudian kepala pasien
difleksikan sehingga dagu menyentuh dada.

• Brudzinski I positif, bila gerakan fleksi kepala disusul dengan


gerakan fleksi di sendi lutut dan panggul kedua tungkai secara
reflektorik.
2. Brudzinski II
• Pasien berbaring terlentang. Tungkai yang akan dirangsang
difleksikan pada sendi lutut, kemudian tungkai atas
diekstensikan pada sendi panggul.

3. Brudzinski III
• Caranya adalah dengan menekan os zigomaticum. Tanda
Brudzinski III positif (+), bila terjadi fleksi involunter
ekstremitas superior (lengan tangan fleksi).
4. Brudzinski IV
• Caranya adalah dengan menekan simfisis ossis pubis. Tanda
Brudzinski IV positif (+), bila terjadi fleksi involunter
ekstremitas inferior (kaki).
Pemeriksaan Lasegue
• Pasien yang sedang baring diluruskan
(ekstensi) kedua tungkainya.
• Kemudian satu tungkai diangkat lurus.
• Tungkai satunya lagi dalam keadaan lurus
(tidak bergerak).
• Tanda lasegue positif (+) bila sakit /
tahanan timbul pada sudut < 70°.
Pemeriksaan Kernig
• Posisikan pasien untuk tidur terlentang
• Fleksikan sendi panggul tegak lurus (90º) dengan tubuh,
tungkai atas dan bawah pada posisi tegak lurus pula.
• Setelah itu tungkai bawah diekstensikan pada persendian
lutut sampai membentuk sudut lebih dari 135° terhadap
paha.
• Bila terdapat tahanan dan rasa nyeri sebelum atau kurang
dari sudut 135°,
• Karena nyeri atau spasme otot harmstring/nyeri
sepanjang nervus ischiadicus,
• Sehingga panggul ikut fleksi dan juga bila terjadi fleksi
involuter pada lutut kontralateral maka dikatakan Kernig
sign positif.
Refleks Babinski
Pemeriksaan
Cara : penggoresan permukaan plantar kaki
Refleks (telapak kaki) bagian lateral dari posterior ke
Patologis anterior, dengan alat yang sedikit runcing
Respon : ekstensi ibu jari kaki dan
pengembangan/menyebarnya jari kaki lainnya
Refleks Chaddock
Cara : penggoresan kulit dorsum
pedis bagian lateral sekitar
maleolus lateralis dari
posterior ke anterior

Respon : seperti babinsky


Refleks Oppenheim
Cara : Lakukan goresan pada sepanjang
tepi depan tulang tibia dari atas ke
bawah, dengan kedua jari telunjuk
dan tengah
Respon : seperti babinsky
Refleks Gordon Refleks Schaefer
Cara : Lakukan goresan / Cara : memencet tendon
memencet otot gastrocnemius, achilles secara keras
jika positif maka akan Respon : seperti babinsky
timbul reflek seperti babinski
Respon : seperti babinsky
Refleks Hoffman
Cara : ketukan pada falang terakhir
jari kedua

Respon : fleksi jari pertama dan


ketiga
III. Pemeriksaan GCS
Glasgow Coma Scale Pediatri
Dikenal sebagai Pediatric Skor Koma Glasgow (AME) atau hanya
PGCS, adalah teknik yang sama dengan Glasgow Coma Scale
(GCS) yang digunakan untuk menilai kesadaran pasien dewasa.

Banyak penilaian untuk pasien dewasa tidak sesuai untuk bayi,


maka skala telah dimodifikasi sedikit.
PGCS juga terdiri tiga tes: mata, respon verbal dan motor. Tiga
nilai secara terpisah serta jumlah mereka dipertimbangkan.

PGCS terendah (jumlahnya) adalah 3 (koma atau kematian),


sementara yang tertinggi adalah 15 (orang yang benar-benar
terjaga dan sadar).

GCS anak umumnya digunakan dalam layanan darurat medis.


• Cara penulisannya berurutan E-V-M sesuai nilai yang
didapatkan.
• Penderita yang sadar = compos mentis pasti GCSnya 15 (4-5-6),
• Penderita koma dalam, GCSnya 3 (1-1-1).
• Bila salah satu reaksi tidak bisa dinilai, misal kedua mata bengkak
sedang V dan M normal, penulisannya X-5-6.
• Bila ada trakheostomi sedang E dan M normal, penulisannya 4-
X-6.

• Bila tetra-parese sedang E dan V normal, penulisannya 4-5-X.

• GCS tidak bisa dipakai untuk menilai tingkat kesadaran pada


anak berumur kurang dari 5 tahun
Klasifikasi Total Score GCS

a. Skor 14-15 : compos mentis


b. Skor 12-13 : apatis
c. Skor 11-12 : somnolent
d. Skor 8-10 : stupor
e. Skor <5 : koma
Derajat Kesadaran
• Sadar : dapat berorientasi dan komunikasi
• Somnolens : dapat digugah dengan berbagai stimulasi, bereaksi
secara motorik /verbal kemudian terlelap lagi. Gelisah atau
tenang.
• Stupor : gerakan spontan, menjawab secara refleks terhadap
rangsangan nyeri,pendengaran dengan suara keras dan
penglihatan kuat. Verbalisasi mungkin terjadi tapi terbatas pada
satu atau dua kata saja.Nonverbal dengan menggunakan kepala.
Derajat Kesadaran
• Semi Koma : tidak terdapat respon verbal, reaksi rangsangan
kasar dan ada yangmenghindar (contoh menghindari tusukan).

• Koma : tidak bereaksi terhadap stimulus.


Kualitas Kesadaran
• Compos mentis : bereaksi secara adekuat
• Abstensia drowsy/ kesadaran tumpul : tidak tidur dan tidak
begitu waspada, Perhatian terhadap sekeliling berkurang.
Cenderung mengantuk.
• Bingung / confused : disorientasi terhadap tempat, orang dan
waktu.
Kualitas Kesadaran
• Delirium : mental dan motorik kacau, ada halusinasi dan
bergerak sesuai dengan kekacauan pikirannya.

• Apatis : tidak tidur, acuh tak acuh, tidak bicara dan pandangan
hampa.
IV. Penilaian Tanda-Tanda Syok
Anak
V. Terapi Cairan menurut Holiday
Segar
Terapi cairan pada bayi dan anak memiliki pertimbangan yang jauh
berbeda dibandingkan pada pasien dewasa.

Kapasitas anak untuk mentoleransi status hidrasi abnormal jauh lebih kecil
daripada dewasa.

Konsumsi energi pada bayi dalam keadaan istirahat kira-kira 70 kkal per
kg berat badan, yakni hampir dua kali dewasa.
Luas permukaan tubuh bayi relatif terhadap berat badan, lima kali
lebih besar daripada dewasa, sehingga kehilangan air melalui penguapan
sangat besar pada demam atau suhu lingkungan yang panas.

Gangguan elektrolit yang lazim dijumpai pada anak adalah hiponatremia,


hipokalemia, dan hipomagnesemia.
Komponen cairan infus terdiri dari:
- Aquadest
- Sumber energi : Dekstrose 5%, 10%, 20%, 40%
- Elektrolit esensial : Natrium, Kalium, Kalsium
- Korektor basa : bicarbonat, laktat, asetat
Jenis cairan infus terdiri dari :
1. Larutan infus Karbohidrat :
a. Dekstrose 5 %, Dekstrose 10%
b. Maltosa 2%

2. Larutan Elektrolit :
a. NaCl 0,9% (NS)
b. Ringer Laktat
c. Ringer Asetat
3. Untuk Rumatan :
a. Kaen 1B (Dekstrose 5%; NS =1:3)
b. Kaen 3A (Dekstrose 5%; + NS +/ K10 mq/L+ Laktat 20 mEq/L)
c. Kaen 3B (Dekstrose 5%; + NS +/ K 20 mq/L+ Laktat 20 mEq/L)
d. Kaen Mg3 (Dekstrose 10%; + NS +/ K 20 mq/L+ Laktat 20mEq/L)
e. Kaen 4A (Dekstrose 5%; NS (4:1) + Laktat 10 mEq/L)
f. Kaen 4B (Dekstrose 5%; NS (4:1) + K 8 mEq/L+ Laktat 10mEq/L
4. Larutan karbohidrat dan elektolit :
a. D5-NS (Dektros 5%<, Nacl 0,9%)
b. D5-1/2 NS
c. D2,5-1/2NS
d. D5- % NS
e. RD5-NS (5% Dektrose dalam ringer injeksi)
f. RL-D5 (5% Dektrose dalam RL injeksi)
g. Asering 5 (Asering 5, Dektrose 5%).
VI. Ketrampilan Pemantauan
Pertumbuhan Anak
PENGERTIAN
Anak memiliki ciri yang khas yaitu selalu bertumbuh dan
berkembang sejak saat konsepsi hingga berakhirnya masa remaja.
Hal inilah yang membedakan anak dari orang dewasa.
Pertumbuhan dan perkembangan merupakan proses yang
berbeda, tetapi keduanya tidak berdiri sendiri melainkan berkaitan
satu dengan yang lain.
PENGERTIAN
Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta
jaringan tubuh yang mengakibatkan bertambah besarnya ukuran
fisik dan struktur tubuh.
Jadi, pertumbuhan bersifat kuantitatif dan dapat diukur dengan
menggunakan satuan berat atau panjang secara antropometris
• Ukuran antropometrik yang umum digunakan adalah berat
badan, panjang/tinggi badan dan lingkar kepala.

• Selain itu dapat diukur lingkar lengan atas, tebal lipatan kulit,
panjang lengan (arm span), proporsi tubuh dan panjang tungkai.

• Indeks pertumbuhan lain yang perlu dinilai adalah umur


tulang, status pubertas dan pertumbuhan gigi.
• Untuk melakukan penilaian pertumbuhan seorang anak
diperlukan 2 komponen penting yaitu pengukuran
antropometri dan kurva pertumbuhan sebagai baku.
• Panduan ketrampilan pemantauan pertumbuhan anak ini hanya
memfokuskan pada pengukuran antropometri berat badan,
panjang badan dan lingkar kepala dan menggambarkan hasil
pengukuran tersebut ke dalam kurva pertumbuhan.

• Pemantauan petumbuhan anak harus selalu dilakukan secara


rutin, tidak saja pada saat anak sakit, tetapi terlebih harus
dilakukan secara berkala walaupun tidak ada keluhan.
• Jadwal pemantauan pertumbuhan anak adalah setiap bulan
hingga anak berumur 1 tahun.

• Setiap tiga bulan pada anak umur 1-3 tahun, tiap 6 bulan pada
anak umur 3-6 tahun dan setahun sekali pada anak diatas 6
tahun.
VII. Imunisasi dan Vaksinasi
• Imunisasi adalah pemindahan antibodi secara pasif, sehingga
akan didapatkan kekebalan yang bersifat pasif.

• Vaksinasi adalah tindakan memberi vaksin untuk merangsang


pembentukan imunitas secara aktif pada tubuh seseorang
sehingga akan didapatkan kekebalan aktif.

• Jadi terdapat dua jenis kekebalan yang dimiliki tubuh, yaitu


kekebalan pasif dan kekebalan aktif.
• Kekebalan pasif adalah kekebalan yang diperoleh dari luar tubuh
bukan dibuat sendiri oleh badan kita.

• Kekebalan pasif dapat diberikan, tetapi kekebalan pasif tidak


tahan lama karena akan dimetabolisme oleh tubuh.

• Kekebalan aktif adalah kekebalan yang dibuat oleh tubuh sendiri


akibat terpajan dengan mikroorganisme atau karena pemberian
vaksin.
• Kekebalan aktif dapat bertahan lebih lama karena tubuh
memiliki sistem imun yang dapat mengingat kekebalan jenis ini.

• Sel yang mengingat mikroorganisme tersebut dikenal dengan


sebagai sel limfosit memori.
Hal-hal yang harus diperhatikan pada pemberian imunisasi :
• Memberitahukan resiko imunisasi dan risiko bila tidak diimunisasi
• Persetujuan dari orang tua
• Meninjau apakah ada kontraindikasi vaksinasi
• Memeriksa penyimpanan vaksin baik atau tidak
• Memeriksa keadaan vaksin (perubahan warna, tanggal kadaluarsa)
• Berikan vaksin dengan teknik yang benar
VIII. Pemantauan Pertumbuhan
• Pemantauan pertumbuhan bayi dan anak dapat dilakukan dengan
menimbang berat badan, mengukur panjang badan, dan mengukur
lingkar kepala anak.
• Ketiga hal tersebut dilakukan secara periodik satu bulan sekali untuk anak
di bawah 1 tahun.
• Setelah 1 tahun dilakukan tiap bulan sampai anak berusia 5 tahun.
• Berdasarkan kurva pertumbuhan yang diterbitkan National Center for
health Statistics (NCHS), berat badan bayi akan meningkat dua kali
lipat dari berat lahir pada usia 6 bulan dan meningkat tiga kali lipat
dari berat lahir pada usia 12 bulan.
I. Berat badan
• Merupakan ukuran antropometri yang terpenting dan paling
sering digunakan pada bayi baru lahir (neonatus).Berat badan
digunakan untuk mendiagnosa bayi normal atau BBLR.
PROSEDUR PENIMBANGAN ANAK UMUR < 2 TAHUN ATAU
ANAK YANG BELUM BISA BERDIRI :
• Mintalah kepada ibu untuk membuka topi/tutup kepala, jaket, sepatu,
kaos kaki atau aksesoris yang digunakan anak maupun ibu.

• Siapkan buku catatan untuk mencatat hasil penimbangan ibu dan


penimbangan ibu dan anak sebelum dipindahkan ke formulir.
1. Siapkan alat timbang
2. Timbang ibu dari anak yang akan ditimbang dengan meminta ibu naik ke
alat timbang.
3. Perhatikan posisi kaki ibu tepat di tengah alat timbang, sikap tenang dan
kepala tidak menunduk.
4. Angka di kaca jendela alat timbang akan muncul dan tunggu sampai
angka tidak berubah (STATIS).
5. Catat angka yang terakhir
6. Minta ibu turun dari alat timbang
7. Timbang ibu dan anak (digendong) bersama-sama.
8. Catat angka yang terakhir.

9. Berat badan anak adalah selisih antara (berat badan ibu dan anak) dengan
berat badan ibu. PEMBULATAN berat badan anak dilakukan setelah
pengurangan (berat badan ibu dan anak) dengan berat badan ibu.
PROSEDUR PENIMBANGAN ANAK YANG SUDAH BISA
BERDIRI:
1. Siapkan alat timbang
2. Anak diminta naik ke alat timbang dengan posisi kaki tepat di tengah alat
timbang tetapi tidak menutupi jendela baca.
3. Perhatikan posisi kaki anak tepat di tengah alat timbang, sikap tenang
(JANGAN BERGERAK-GERAK) dan kepala tidak menunduk
(memandang lurus kedepan)
4. Angka di kaca jendela alat timbang akan muncul, dan tunggu sampai
angka tidak berubah (STATIS)

5. Catat angka yang terakhir


II. Panjang Badan
Pengukuran tinggi badan untuk orang dewasa dan anak yang sudah bisa berdiri
Cara mengukur:
1) Tempelkan dengan paku microtoise tersebut pada dinding yang lurus datar
sehingga tepat 2 meter.
2) Lepaskan sepatu atau sandal.
3) Anak harus berdiri tegak seperti sikap siap sempurna
4) Turunkan microtoise sampai rapat pada kepala bagian atas, siku-siku harus
lurus menempel pada dinding.
5) Baca angka pada skala yang nampak pada lubang dalam gulungan
microtoise.
Pengukuran panjang badan untuk anak yang belum bisa berdiri
1. Letakkan pengukur panjang badan pada meja atau tempat yang rata. Bila
tidakada meja, alat dapat diletakkan di atas tempat yang datar(misalnya,
lantai).
2. Letakkan alat ukur dengan posisi panel kepala di sebelah kiri dan
panelpenggeser di sebelah kanan pengukur. Panel kepada adalah bagian
yang tidak bisa digeser.
3. Tarik geser bagian panel yang dapat digeser sampai diperkirakan cukup
panjang untuk menaruh bayi/anak.
4. Baringkan bayi/ anak dengan posisi terlentang, diantara kedua siku, dan
kepada bayi/anak menempel pada bagian panel yang tidak dapatdigeser.
5. Rapatkan kedua kaki dan tekan lutut bayi/ anak sampai lurus dan
menempel pada meja/tempat menaruh alat ukur. Tekan telapak kaki
bayi/anak sampai membentuk siku, kemudian geser bagian panel yang dapat
digeser sampai persis menempel pada telapak kaki bayi/anak.
6. Bacalah panjang badan bayi/anak pada skala kearah angka yang
lebihbesar.
7. Setelah pengukuran selesai, kemudian bayi/anak diangkat.
III. Lingkar Kepala
• Lingkar kepala adalah standar prosedur dalam ilmu kedokteran anak
praktis, yang biasanya untuk memeriksa keadaan patologi dari besarnya
kepala atau peningkatan ukuran kepala.

• Alat dan teknik pengukuran:


Alat yang sering digunakan adalah meteran, caranya dengan melingkarkan
pita pada fronto-occipital dari kepala.
IX. Rumple Leede Test
Rumple Leede Test
• Dikenal dengan uji tourniquet, merupakan prosedur sederhana
yang digunakan untuk melihat adanya fragilitas kapiler berupa
manifestasi perdarahan di kulit.
Prosedur pemeriksaan:
• Baringkan pasien atau pasien duduk di kursi
• Pasang manset pada lengan di atas siku
• Ukur tekanan darah pasien
• Berikan tekanan manset pada tekanan antara sistolik dan diastolik
• Tekanan dijaga tetap selama 5 menit, perhatikan timbulnya petekia divolar
lengan bawah
• Setelah 5 menit, tekanan manset dibebaskan
• Hitung jumlah petekia yang ada
Hasil (+): pada 1 inchi persegi (2,54cm x. 2,54cm) didapatkan > 20 petekia
Ketrampilan Pemantauan
Perkembangan Anak
• Anak memiliki ciri yang khas yaitu selalu bertumbuh dan berkembang
sejak saat konsepsi hingga berakhirnya masa remaja.

• Pertumbuhan dan perkembangan merupakan proses yang berbeda, tetapi


keduanya tidak berdiri sendiri melainkan berkaitan satu dengan yang lain.

• Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dan ketrampilan,


akibat bertambahnya matangnya fungsi sistim organ tubuh.
• Perkembangan bersifat kualitatif.
Pemantauan perkembangan seorang anak diperlukan alat ukur
perkembangan yang memiliki sensitifitas dan spesifisitas yang cukup baik.

Panduan Ketrampilan Pemantauan Perkembangan Anak ini memfokuskan


pada penggunaan Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP), sebagai
salah satu alat ukur perkembangan anak.
Pemantauan perkembangan anak harus selalu dilakukan secara rutin, tidak
saja pada saat ada keluhan perkembangan terlambat, tetapi terlebih harus
dilakukan rutin secara berkala walaupun tidak ada keluhan.
Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP) berisi 9-10 pertanyaan
kepada orangtua atau pengasuh tentang kemampuan perkembangan yang
telah dicapai anak.

Jadwal pemantauan perkembangan anak dengan menggunakan KPSP


adalah setiap 3 bulan hingga anak berumur 24 bulan, dan setiap 6 bulan
pada anak umur 24-60 bulan.
SEKIAN DAN TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai