Anda di halaman 1dari 7

Malpraktek

keperawatan anak (kasus)

Kelompol 4:

Diana Anggriany
Fanny gushendra
Vitri febriyanti
Konsep malpraktek

Malpraktek dalam keperawatan merupakan istilah yang lebih spesifik


membahas kegagalan seorang profesional dalam bertindak sesuai dengan yang
berlaku atau kegagalan untuk memperkirakan konsekuensi dari tindakan yang
dilakukan oleh profesional yang telah memiliki keterampilan dan pendidikan
(Guido, 2006).

Malpraktek didefinisikan bervariasi di dalam undang undang sesuai dengan


praktik keperawatan, kebijakan suatu lembaga standar yang telah ditetapkan,
yang semuanya dapat dipertimbangkan di pengadilan.
Untuk menentukan secara pasti malpraktik Brent (2001); Lazaro
(2004) menjelaskan 4 kriteria yang harus dipenuhi yaitu:

1. Kewajiban (duty)
2. Pelanggaran kewajiban (Breach of the duty)
3. Cedera (Injury)
4. Mendatangkan akibat (Causation)
Kasus

An. B berusia 12 tahun menderita kelumpuhan sejak 8 tahun yang lalu. Kejadian ini bermula
saat An. B menjadi korban dugaan malpraktek yang dilakukan oleh perawat. An. B dibawa
orang tuanya berobat di klinik dr. F yang baru setahun buka dengan mengontrak salah satu
rumah warga di Kampung Krompol, Desa Paya Bagas, Kec. Tebing Tinggi, Kab. Serdang
Bedagai Provinsi Sumatera Utara. Pada saat itu An. B berusia 4 tahun, mengalami benjolan
kelenjar sebesar telur puyuh di bagian punggungnya. Benjolan itu sudah ada sejak masih bayi.
Berdasarkan hasil pemeriksaan, dr. F menyarankan agar benjolan itu sebaiknya dioperasi.
Orang tua pasien pun menyetujui dilakukannya tindakan operasi dan dilakukan operasi pada
tanggal 12 September 2004.
Dokter F mengatakan kepada keluarga bahwa yang melakukan tindakan operasi
bukan dirinya karena dia hanya seorang dokter umum, tetapi rekan sejawatnya, dokter bedah
di RSUD Kumpulan Pane Kota Tebing tinggi yang ternyata adalah seorang perawat. Perawat
berinisial Ag melakukan operasi bersama temannya bernama Ai. Pada saat operasi
berlangsung, dr.F tidak ikut membantu, tetapi hanya menyaksikan bersama dengan keluarga
pasien.
Operasi berlangsung sekitar 30 menit. Benjolan yang ada di punggung An. B akhirnya
diangkat dan dibuang, tetapi luka bedah pada benjolan yang telah dibuang itu mengalami
perdarahan, sehingga penyembuhan luka cukup lama sampai memakan waktu enam bulan.
Beberapa bulan setelah operasi, tubuh An. B menjadi lemas dan kaku, bahkan kedua kakinya
lumpuh tidak bisa digerakkan. An. B hanya dapat berbaring dan duduk di rumahnya sambil
menjalani proses pengobatan. Setelah 6 bulan melakukan operasi kepada An.B, klinik dr. F
ditutup dan tidak beroperasi lagi.
Perawat Ag sempat membantu biaya pengobatan sebanyak 2 kali, tetapi setelah itu
sudah tidak pernah kelihatan lagi. Sejak saat itu, An. B tidak bisa lagi bermain
dengan anak-anak seusianya. Sampai sekarang, kedua kaki An. B lumpuh, timbul
tulang di telapak kaki kiri, telapak kaki kanan berlubang, kencing bernanah dan
susah buang air besar. Pihak keluarga akhirnya mengambil sikap melaporkan dr. F
dan rekannya ke Mapolres Tebing Tinggi, karena dugaan telah melakukan
malpraktek terhadap anaknya. Proses hukum atas kasus ini sedang diproses dan
masih dalam tahap pemanggilan saksi (Sumber: Posmetro Medan & KPK Pos).
Analisa kasus
Malpraktik Kasus diatas merupakan salah satu bentuk malpraktik
keperawatan, karena telah memenuhi keempat kriteria (duty, breach of the duty, injury,
causation).

Kesimpulan kasus
Malprakek yang dilakukan oleh perawat Ag akan memberikan dampak yang
luas, tidak saja kepada pasien dan keluarganya, juga kepada institusi pemberi
pelayanan keperawatan, individu perawat pelaku malpraktek dan terhadap profesi.
Secara hukum Perawat Ag dapat dikenakan gugatan hukum pidana dan perdata,
sedangkan secara profesi Perawat Ag dapat dikenakan sanksi disiplin profesi perawat
yang akan dikeluarkan oleh Konsil Keperawatan.

Anda mungkin juga menyukai