Hidung
THT - KL
Tenggorokkan
Kepala - Leher
TELINGA
auricula 1/3 pars
catilage
Tulang
pendengaran
DALAM Labirin
vestibuli
Labirin
koklea
TES RINNE
Prinsip
Membandingkan AC (air conduction) dan BC (bone conduction) di satu telinga
Cara :
• Garpu tala yang sedang bergetar ditempelkan di tulang mastoid pasien
• Pasien diminta memberi sinyal apabila suara tidak lagi terdengar
• Ketika pasien memberi sinyal, garpu tala segera ditempatkan 1-2 cm di depan
lubang telinga
• Pasien diminta memberitahu dokter apakah ia bisa mendengar suara garpu tala
lagi
Hasil
Normal: AC lebih baik daripada BC; Rinne positif (suara masih terdengar ketika
garpu tala dipindahkan ke depan lubang telinga)
Konduktif: BC lebih baik daripada AC; Rinne negative
Sensorineural: positif; namun bisa negatif palsu pala tuli sensorineural ringan
TES WEBER
Prinsip
Membandingkan BC atara telinga kiri dan telinga kanan
Cara
Garpu tala yang sedang bergetar ditempelkan di tempat-tempat yang berjarak sama ke
telinga kiri ataupun telinga kanan, dan dilapisi kulit tipis yang berkontak dengan tulang
di bawahnya, yaitu:
• Di tengah dahi
• Di tengah kulit antara bibir atas dan hidung
• Di atas kepala
Pasien kemudian diminta melaporkan di telinga mana suara terdengar lebih keras
Hasil
Normal : jika kiri = kanan
Tuli Sensorineural : jika lateralisasi ke arah telinga yang sehat
Tuli Konduksi : jika lateralisasi ke arah telinga yang sakit
TES SCHWABACH
Prinsip
Membandingkan BC pasien dengan pemeriksa (asumsi BC pemeriksa normal)
Cara
• Pangkal garpu tala yang sedang bergetar ditempelkan ke prosesus mastoid pasien
• Ketika pasien memberi sinyal bahwa suara tidak lagi terdengar, pangkal garpu tala
segera dipindahkan ke prosesus mastoid pemeriksa
• Pemeriksaan diulang dengan cara menempelkan garpu tala ke prosesus mastoid
pemeriksa terlebih dahulu, baru ke pasien
Hasil
Normal : jika sama dengan si pemeriksa
Tuli Konduksi : jika hasilnya memanjang
Tuli Sensorineural : jika hasilnya memendek / normal
Hasil Rinne Weber Schwabach
Normal + ≠ lateralisasi Sama
Konduksi - Lateralisasi ke sakit Memanjang
Sensorineural + Lateralisasi ke sehat Memendek
Audiometri / Pure Tone Audiometri ( PTA )
0 – 25 : normal
26 – 40 : Tuli Ringan
41 – 60 : Tuli Sedang
61 – 90 : Tuli Berat
>90 : Sangat Berat
Definisi Klasifikasi
Infeksi telinga luar yang biasanya • Difus: hampir seluruh liang
disebabkan oleh infeksi bakteri. telinga terkena
• Sirkumskripta: berupa bisul
Faktor risiko kelembaban tinggi dan
trauma Tata laksana
Difus
Manifestasi klinis • Bersihkan liang telinga
• Nyeri di liang telinga, NT tragus • Neomycin atau polymyxin B
• Hiperemis, edema kanal, sekret • Hidrokortison topikal untuk anti-
inflamasi
Sirkumskripta
• Aspirasi
• Antibiotik topikal dan analgetik
OE – Klasifikasi
OE Akut OE Maligna
• OE Sirkumskripta • OE Maligna
– 1/3 luar ada adnexa kulit – Infeksi difus liang telinga dan
furunkel
– Etio: S.aureus & S.albus struktur lain di sekitarnya
– Gejala: nyeri (tidak ada jar. – Sering pada orang tua dengan
Longgar) saat menekan sakit DM (pH serumen lebih basa,
perikondrium atau membuka imunokompromais dan
mulut, ggn pendengaran mikroangiopati)
• OE Difus
– 2/3 dalam kulit liang telinga – Etio: P.aeruginosa
hiperemis dan edema tidak jelas – Gejala: rasa gatal yang diikuti
batasnya nyeri, sekret banyak,
– Etio: Pseudomonas pembengkakan liang telinga,
– Gejala: nyeri tekan tragus, liang paralisis fasial (jika N.VII
telinga sempit, sekret bau terkena)
Perikondritis & Otomikosis
Gejala :
- Autofoni
- Tinitus
- Vertigo
Terapi :
- Dekongestan lokal
- Dilakukan parasat Valsava selama tidak terdapat infeksi.
Presbiakusis Otosklerotik
- Menurunnya pendengaran - Sklerotik pada MIS + Labirin (
- Degeneratif ( > 50 tahun ) kaku )
- Tuli Snhl - Tuli Konduktif
- Tidak menyukai tempat ramai - Thx : stapedektomi
- Asimetris / Bilateral : alat bantu pendengaran
- Thx : alat bantu pendengaran
HIDUNG
Non Infeksi alergi
vasomotor
medikamentosa
Hidung
rhinitis simplex
akut inflamasi
Infeksi
kronik - Rhinitis hipertrofi
- Rinitis atropi
- Rhinitis sika
NON INFEKSI
Anterior Posterior
Pecahnya plexus kiesselbach. Pecahnya a. Ethmoidale posterior dan
- Gejala : unilateral a. Splenopalatina
- Terapi : - Gejala : bilateral, PND, darah
1. Menekan hidung 10 – 15 menit terasa ke nasofaring
2. Cauterisasi dgn perak nitrat - Terapi :
3. Tampon anterior dengan 1. Tampon posterior ( ± 72 jam ) +
diolesin vaslin + Ab + lidokain tampon anterior ( ± 48 jam )
2% + epinefrin 1 : 1000 / 10000 2. Dirawat untuk di observasi
selama 2 x 24 jam
SINUSITIS
Peradangan pada mukosa sinus paranasal
- Melalui : dentogen / rhinogen
- Menurut gejala : akut ( ≤ 2 mgg ), sub akut ( 2 – 12 mgg ), kronis ( >12 mgg)
- Gejala : hidung tersumbat, hiposmia, faringitis, demam, nyeri di letak sinus
yang terkena, nyeri semakin terasa apabila nunduk.
- Px : Rhinos anterior : mukosa hiperemis & edema
: Rhinos Post : PND +
: transluminasi +
Ro : Air fluid level
Terapi : Ab
: Dekongestan
: Analgetik
: Antipiretik
: Mukolitik
: Operatif ( FESS / CWL )
Tonsilitis – Akut vs. Kronik
AKUT
FARINGITI
HIPERPLASI
KRONIK
ATOPI
AKUT PF :
- Laringoskop Direct : faring
Etiologi : hiperemis, edema, dinding posterior
faring bergranul.
- virus : Rhinovirus / Adenovirus
- bakteri : strep B hemolitukus grub
A PP : swap = kultur
Gejala : Terapi :
- Disfagia - Ab
- Nyeri menelan - Simtomatik
- Pembesaran KGB
- Sistemik = demam
kronik
HIPERTROPI ATOPI
Etiologi : Ada riwayat atopi
- infeksi faring yang berulang
- rhinitis kronis Gejala :
- sinusitis kronis - Bau mulut mulut / nafas
Gejala : - Mukosa ditutupi lendir yang tebal
- Tenggorokkan kering
- Lendir kental PF :
- Batuk - Tampak kering
PF :
- mukosa tampak kongestif Terapi :
- KGB membesar - Ab
Terapi : - Obat kumur
- Cauterisasi dengan AgNO3 - hygiene mulut
- obat kumur dan batuk
Ca nasofaring
Infeksi virus Ebstein Barr Virus ( EBV ) dan banyak mengkonsumsi makanan yang
diawetkan ( ikan asin )
Gejala :
- Pembesaran KGB
- Hidung tersumbat
- Epitaksis
- Gangguan pendengaran
- Nyeri kepala
- Palsi nervus facialis ( diplopia )
PF : rhinoskop posterior = masa tumor dapat terlihat di dinding lateral nasofaring
PP :
- Biopsi KGB untuk diagnosa definitif tumor
- CT – Scan untuk menilai extensi tumor
Terapi :
- Radioterapi dengan kemoterapi
• Terimakasih...