Anda di halaman 1dari 21

TUTORIAL KLINIK

Firdha Kumala Indriyani


20174011070
Orbita adalah bangunan tulang yang melindungi
bola mata. Bangunan ini berbentuk limas segi
empat (piramid) dengan puncak ke arah dalam.
Orbita dibentuk oleh batas antara rongga kranium
dan wajah bawah.

Dinding Orbita terdiri dari :


1. Atap Orbita, yaitu tulang frontal (terdapat sinus frontalis)
2. Dinding Lateral, yaitu tulang sphenoidal dan tulang
zygomatikus
3. Dinding Medial, yaitu tulang eithmoidal yang tipis
(terdapat sinus eithmoidal dan sphenoidal)
4. Dasar Orbita, yaitu tulang maksilaris dan zygomatikus. Pada
tulang maksilaris terdapat sinus maksilaris. Kelenjar
lakrimalis terdapat dalam fossa lakrimalis di bagian anterior
atap orbita
Lang (1983)- ukuran panjang
rata2 pada dewasa :
- Roof = 50.5mm - Floor
= 48.4mm
- Lateral = 47.2mm -
Medial =40.5 mm

3
Fraktur Blow Out
Istilah blow-out ini digunakan oleh Converse dan Smith (1950) untuk menggambarkan fraktur pada dinding inferior orbital yang
mengarah ke bawah dan memasuki sinus maksilaris. Trauma yang menyebabkan displacement dari tulang orbita, orbital tissue
dan bulbus oculi ke arah luar dari rongga orbita yang dapat menyebabkan enophtalmus dan dipoplia, yang merupakan akibat
tekanan hidraulik pada bola mata dan dapat berupa tekanan mendadak bola mata.
 “Pure” blowout fractures – tekanan dari luar yang diteruskan ke fragmen tulang orbita, melibatkan area sentral dari tulang
orbita
 “Impure” blow out fracture – melibatkan fraktur sampai dengan rima orbita

Etiologi Epidemiologi
• Kecelakaan lalu lintas • Blow-out fracture sering terjadi pada orang dewasa
• Perkelahian terutama dewasa muda. Laki–laki lebih sering terkena
daripada perempuan. Blow-out fracture pada wanita
• Kecelakaan pekerjaan (benda dewasa sering terjadi karena kekerasan.
jatuh ke bagian wajah, jatuh • Blow-out fracture jarang terjadi pada anak-anak, Anak
dari ketinggian, dll) laki–laki lebih sering mengalami fraktur daerah wajah
dengan ratio 1,5 : 1 (laki-laki : wanita), hal ini disebabkan
• Kecelakaan olahraga (mis: tinju, karena anak laki-laki lebih sering terlibat kekerasan dan
sepak bola, tenis, dll) kecelakaan olahraga.
Patofisiologi
Dua teori mekanisme terjadinya fraktur blowout :
1. Fraktur blowout disebabkan adanya peningkatan tekanan intraorbita yang mendadak
akibat energi yang dikenakan ke bola mata oleh benda tumpul yang diameternya lebih
besar daripada ukuran orbital rim.
2. Bahwa objek yang membentur orbita menimbulkan kompresi pada bagian inferior
tepian orbita, yang kemudian menyebabkan dasar orbita melengkung dan patah.

Teori Hydraulic /
Retropulsion Teori Buckling
Teori Buckling

Teori ini menyatakan suatu konduksi dimana


jika suatu benturan langsung mengenai rima
orbita, maka akan ditransfer menuju tulang
yang paling lemah dan tipis, khususnya dasar
orbita dan menyebabkan fraktur di daerah
ini.

Benturan pada rima orbita menyebabkan


fraktur yang besar dari dinding dasar dan
dinding medial orbita. Fraktur ini sering
menyebabkan herniasi dari isi orbita.
Teori Hydraulic / Retropulsion

Dikemukakan oleh Pfeiffer pada tahun


1943. Teori ini menyatakan pukulan yang
diterima bola mata ditransmisikan
menuju dinding orbita sehingga
menyebabkan fraktur.

Waterhouse juga mempelajari teori ini


lebih mendalam dimana terjadi fraktur
kecil pada anterior dan mid medial
tulang dasar orbita akibat benturan pada
bola mata. Herniasi dari isi orbita juga
sering terjadi.
Gejala Klinis

• Ekimosis dan edem palpebra akibat benturan


• Diplopia
• Keterbatasan gerak bola mata ke atas dan ke
bawah
• Hipestesia atau parestesia pada pipi dan gigi
bagian atas.
• Nyeri saat melakukan gerak bola mata
• Proptosis dapat terlihat jika edema berat atau
perdarahan menyertai fraktur dasar orbita.
• Enfotalmus (melesaknya bola mata ke dalam
rongga orbita)
• Bisa terjadi kebutaan akibat rusaknya nervus
optikus.
Diagnosis
Gangguan
Mekanisme
Anamnesis Nyeri gerak bola
cedera (MOI)
mata

Sumber : Saxena et al, 2010

11
Diagnosis

Early sign
• Peri orbital ekimosis
• Emphysema dari kelopak mata
• Paraesthesia dan anesthesia
• Ipsilateral epistaksis
• Proptosis

Late sign
• Enopthalmos dan mekanikal ptosis
• Diplopia

12
Diagnosis
Pemeriksan Diplopia Epistaksis
fisik

13
Proptosis Enoftalmus
Diagnosis
Pemeriksan
Pemeriksaan Foto
CT- Scan MRI
penunjang
fisik Rontgen

Irregularitas dari orbital floor


Hanging drop opacity
Herniasi Jaringan lemak orbital keluar ke sinus
maxillaris
15
Penatalaksanaan
 Orbital computed tomography (CT) dengan potongan koronal.
 Foto kepala posisi Waters Terapi pada fraktur blowout dibagi menjadi 2 :
1. Terapi dini
Tindakan operatif dilakukan pada waktu paling lama 1
bulan setelah trauma, namun biasanya dilakukan 2 minggu
setelah trauma.
Tiga metode bedah utama untuk terapi dini meliputi :
a. Pendekatan transkonjungtiva dengan kantolisis lateral
b. Pendekatan transkutaneus infrasiliaris melalui
palpebra inferior
c. Kombinasi, dengan teknik Caldwell-Luc

2. Terapi tunda
Terapi tunda ditujukan untuk menangani sekuele
(gejala sisa) yang terjadi akibat fraktur serta
Selama menunggu waktu ini, kortikosteroid
enoftalmos residual, atau gangguan gerak bola
sistemik bisa diberikan untuk
mengurangi edema sehingga
mata akibat operasi yang pertama. Dilakukan
mempermudah identifikasi jaringan saat
setelah 2 bulan atau lebih setelah kejadian
pembedahan. trauma.
Penatalaksanaan

Surgical
 Indikasi :
 Diplopia
 Herniasi yang besar ke antrum
 Bola mata yg tertarik dan tegang
 Enophthalmus

 Tujuan :
Untuk memperbaiki fungsi bulbus oculi , enophtalmus dan diskontiunitas dari orbital
wall dengan atau tanpa implan

 Waktu :
 David J. David (1995)
Penatalaksanaan dini  < 2 minggu post trauma persistent
enophtalmus dan dipoplia karena atropi dari periorbital tissue dan dari
otot ektraocular
Penatalaksanaan

Subsilier yang diperpanjang (D) • Transconjungtival approach

18
Penatalaksanaan

Subciliary incision

Transconjunctival incision

19
Dipoplia
Cedera Nervus Optikus (N II)

20

Anda mungkin juga menyukai