Anda di halaman 1dari 17

ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

PADA TN. M DENGAN DIAGNOSA MEDIS SPONDILITIS TB


DI RUANG CEMPAKA RSUD BANYUMAS

ratnasari
(1811040126)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO


KASUS
Tn. M berumur 27 tahun berpendidikan SLTA. Dibawa ke IGD RSUD Banyumas oleh
keluarganya dengan keluahan bangun tidur susah bergerak, kaki kaku, pinggang kaku, dan terdapat
luka di leher sebelah kanan. Setelah dilakukan pemeriksaan oleh dokter diagnosa spondilitis TB

Dari riwayat kesehatan sekarang didapatkan: 2 hari minggu SMRS pasien mengatakan
bangun tidur susah bergerak, kedua kaki kaku, pinggang kaku dan terdapat luka dileher sejak 2
bulan benjolan sudah pecah.pada tanggal 5 Januari 2019 jam 08.51 WIB pasien dibawa keluarga ke
IGD RSUD Banyumas.dan dilakukan pemeriksaan dan dihasilkan MRI di hasilkan canalis stenosis
setinggi C5, 6 dengan spondylolisthesis tk. IV antara C5-6 pada spondylitis TB yang disertai
paravetebral oedema/ abscess oleh dokter diagnosa spondilitis TB

Riwayat kesehatan daluhu didapatkan data pasien mengatakan 5 tahun yang lalu
riwayat ada benjolan di leher sebelah kanan dan bapaknya Tn. M ada riwayat penyakit keluarga
DM.

Dari pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran composmentis, tekanan darah 90/60


mmHg, suhu tubuh 36,6◦c, pernapasan 20 x/menit, nadi 80 x/menit, kekuatan otot 5/5 2/4

dan pada pemeriksaan penunjang didapatkan leukosit 13.61rb/ul; neutofil 74.90 % ; limfosit 15.99
%; albumin 3,2; BB 69 kg; TB 155 cm. IMT: 28,75 kg/M (berat badan berlebih).

Diberikan terapi ceftriaxone 2x2 g, ketorolac 3x30 mg, mecobalamin 2x 500g,


methylprednisolone 1x 125 mg, omeprazole 2x40 mg, fermavon 3x2 mg, levoflaxacin 1x 750 mg
virus dengue(arbovirus)

PATHWAY melalui gigitan nyamuk

re infection oleh virus dengue


dengan serotip berbeda

bereaksi dengan antibodi

terbentuk komplek antibodi


dalam sirkulasi darah

pengaktifan sistem complement


ketidakseimbangan dan dilepaskannya anvilaktosin
C3 a dan C5a
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh melepaskan histamin yang
bersifat vasoaktif
kekurangan
permeabilitas dinding
intake nutrisi kurang
volume cairan pembuluh darah

mual & mutah virus masuk ke dalam tubuh penderita

menstimulasi modula vomiting menimbulkan respon peradangan

demam

Hipertermia
DX KEPERAWATAN
1. RESIKO INFEKSI DENGAN FACTOR RESIKO PENYAKIT KRONIS
2. HAMBATAN MOBILITAS FISIK B.D PENURUNAN KEKUATAN
OTOT
3. DEFISIT PERAWATAN DIRI B.D KELEMAHAN
 RESIKO INFEKSI DENGAN FACTOR RESIKO
PENYAKIT KRONIS
Perawat menegakan diagnosa ini karena adanya tanda dan gejala
seperti pasien terdapat luka di leher akibat benjolan yang pecah,
luka bolong dan terdapat pus

 HAMBATAN MOBILITAS FISIK B.D PENURUNAN


KEKUATAN OTOT
Perawat menegakan diagnosa ini karena adanya tanda dan gejala
seperti pasien tidak bisa menggerakkan kaki kiri dan kaki kanan
karena kaku, pinggang kaku, kekuatan otot 5 5
2 3

 DEFISIT PERAWATAN DIRI B.D KELEMAHAN


Perawat menegakan diagnosa ini karena adanya tanda dan gejala seperti
pasien kaki kanan dan kirinya tidak bisa di gerakan karena kaku, pinggang
kaku , pasien hanya tiduran di tempat tidur, dan berpakaian, makan dan minum
dengan bantuan orang lain.
1. RISIKO INFEKSI
INTERVENSI
• AMATI ADANYA TANDA-TANDA INFEKSI
• LAKUKAN PERAWATAN LUKA/ GANTI BALUT

• KOLABORASI PEMBERIAN ANTIBIOTIC


(CEFTRIAXONE 1G)
 Amati adanya tanda-tanda infeksi
Rasional: Infeksi luka operasi dapat ditandai dengan adanya kemerahan, inflamasi,
terasa hangat/panas, nyeri, dan suhu sekitar 38°C selama 30 hari setelah operasi
(Razavi, 2005).

 Lakukan perawatan luka/ ganti balut


Rasional: balut luka adalah prosedur perawatan luka dengan mengganti balutan yang
telah kotor atau sudah waktunya untuk diganti yang baru. Tindakan di atas bertujuan
mencegah infeksi, mempercepat penyembuhan dan memberikan rasa nyaman pada
pasien. Semakin baik perawatan luka dilakukan maka infeksi luka operasi bisa
dikendalikan. (Wysocki ,1989 dalam Potter & Perry,
2005)

 Kolaborasi pemberian antibiotic (Ceftriaxone 1g)


Rasional: Ceftriaxon lebih dapat digunakan untuk mengurangi risiko infeksi luka
operasi dibandingkan menggunakan Cefotaxim (Woodfield, 2003)
2. HAMBATAN
INTERVENSI
MOBILITAS
• KAJI KESADARAN PASIEN TENTANG
FISIK ABNORMALITAS MUSKULOSKELETALNYA DAN EFEK
YANG TIMBUL PADA JARINGAN OTOT DAN
POSTUR
• LAKUKAN LATIHAN ROM PASIF ATAU ROM DG
BANTUAN ATAU ROM AKTIF
• LIBATKAN KELUARGA PASIEN DALAM LATIHAN ROM
DAN EDUKASI FREKUENSI DAN JUMLAH
PENGULANGAN DR TIAP LATIHAN
• KOLABORASI DENGAN FISIOTERAPIS DALAM
MENGEMBANGKAN PENINGKATAN MEKANIKA
TUBUH SESUAI INDIKASI
 Kaji kesadaran pasien ttg abnormalitas muskuloskeletal dan efek yg timbul
Rasional:
Otot volunter akan kehilangan tonus dan kekuatannya jika tidak digunakan
(Hickey, 2003).

 Lakukan latihan ROM


Rasional:
Penelitian mulyadi et al (2013) menunjukkan bahwa Adanya pengaruh latihan
range of motion terhadap kekuatan otot pada pasien stroke dengan nilai P =
0.003.

 Libatkan keluarga pasien


Rasional: melibatkan keluarga akan mempermudah perawatan pasien sehingga
tujuan perawatan dapat tercapai dengan maksimal.
3. DEFISIT INTERVENSI
PERAWATAN
1. JAGA RITUAL KEBERSIHAN
DIRI
2. PERTIMBANGAN USIA PASIEN KETIKA
MEMPROMOSIKAN AKTIVITAS PERAWATAN
DIRI

3. MOTIVASI PASIEN UNTUK MELAKUKAN


AKTIVITAS
4. AJARKAN KELUARGA UNTUK
MENDUKUNG PASIEN MANDIRI
Pertimbangkan usia pasien ketika mempromosikan aktivitas
perawatan diri
Rasionalisasi : ketergantungan lanjut usia disebabkan kondisi orang
lansia yang banyak mengalami kemunduran fisik maupun psikis. Kurang
imobilitas fisik merupakan masalah yang sering dijumpai pada pasien
lanjut usia akibat berbagai masalah fisik, psikologis, dan dapat
menyebabkan komplikasi hampir semua sistem organ (malida, 2011).

memotivasi pasien untuk belajar miring kanan dan miring kiri ,


belajar duduk dan turun dari tempat tidur
Rasional : Ketidakmampuan pasien untuk mengatasi nyeri
mengakibatkan pasien menjadi kesulitan dalam melakukan aktivitas
sehari-hari seperti makan, berpakaian, mandi dan berpindah. Pengalaman
tersebut akhirnya akan berdampak pada kualitas hidup dari pasien
menjadi menurun ( Munawaroh Khoirunnisa , 2017).
KOMPLIKASI

• Pada Tn. M terdapat komplikasi bila dibiarkan tanpa penanganan


medis akan sembakin berkembang parah dan menimbulkan berbagai
terjadi adalah kerusakan pembuluh darah dan kelenjar getah bening,
yang dapat menyebabkan perdarahan ditambah dengan adanya
penurunan hemoglobin 11,7 /ul dan hematrokit 36,2 yang
menimbulkan dehidrasi berat.
PROGNOSIS

• Prognosis pasien akan baik karena hasil pemeriksaan laboratorium


menunjukkan perbaikan hemoglobin ke keadaan normal yaitu 12.0-
16.0 mg/dl, tidak ada tanda- tanda dehidrasi. Prognosis pasien
akan tidak baik bila pasien dibiarkan tanpa penanganan medis
DBD akan sembakin berkembang parah dan menimbulkan berbagai
terjadi adalah kerusakan pembuluh darah dan kelenjar getah
bening, yang dapat menyebabkan perdarahan ditambah dengan
adanya penurunan hemoglobin 11,7 /ul dan hematrokit 36,2 %
TERIMAKASIH
1. Seorang perempuan, usia 36 tahun dibawa ke RSUD Banyumas dengan
keluhan demam tinggi 4 hari, mual, muntah, Setelah dilakukan pemeriksaan
laboratorium dihasikan anti dengue IgG dan IgM positif, HB 11,7 G/dl;
leukosit 3,96 rb/ul; trombosit 34 rb/ul; hematrokit 36,2 % . Pasien kelihatan
lemas , TD: 90/60 mmHg. N: 95x/m . S: 38 C R: 23x/m. Apakah masalah
keperawatan yang paling tepat pada kasus diatas ?
a. Hipotermia
b. Hipertermi
c. Kekurangan volume cairan
d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
e. Kelebihan volume cairan
2. Ny.E berusia 36 tahun akan mengeluhkan demam tinggi,pusing
berputar putar, dilakukan pemeriksahan tanda-tanda vital: tekanan
darah 100/70 mmhg, suhu tubuh 38,5◦c, pernapasan 20 x/menit, nadi
95 x/menit,. Intervensi manakah yang dipilih sebagai prioritas?
a. Pantau suhu dan tanda-tanda vital
b. Monitor warna kulit dan suhu
c. Fasilitasi istirahat dan tetapkan pembatasan aktivitas
d. Lembabkan bibir dan mukosa hidung yang kering
e. Beri obat dan cairan IV (paracetamol 4x 500)
3. Seorang perempuan berusia 36 tahun MRS dengan diagnosa
demam berdarah dengue (DBD). Keluarga pasien bertanya ke
perawat apa saja yang di lakukan sehabis operasi amandel?
Respon perawat adalah?
a. Mengonsumsi es krim, jus, es susu dan puding
b. Mengonsumsi teh anget, air anget, susu anget dan puding
c. Mengonsumsi minuman soda
d. Setelah sadar, sebaiknya tidak boleh makan minum nunggu kentut
dahulu
e. Mengonsumsi makan yang keras atau kasar

Anda mungkin juga menyukai