Anda di halaman 1dari 24

ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

PADA NY S DENGAN APENDISITIS AKUT


DI RUANG EDELWAIS RSUD BANYUMAS

ratnasari
(1811040126)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO


KASUS
Ny.S berumur 52 tahun berpendidikan SLTA dan bekerja sebagai perangkat desa. Dibawa
ke RS oleh keluarganya dengan keluahan nyeri perut dibagian kanan bawah. Setelah dilakukan
pemeriksaan oleh dokter didiagnosa apendisitis akut

Dari riwayat kesehatan sekarang didapatkan: Pasien mengatakan, nyeri atau rasa tidak enak
disekitar perut bagian kanan bawah, dirasakan sudah sejak satu minggu yang lalu, tidak nafsu makan,
demam dan mual, pada tanggal 4 Desembe 2018 pasien dibawa keluarga ke dokter
setempat,kemudian disarangkan minta rujukan ke Puskesmas untuk berobat ke RSUD Banyumas
dan pada tanggal 5 Desember di RS pasien di diagnose Apendisitis , Pada hari sabtu tanggal 6
Desember disarankan untuk operasi . Dan pasien masuk ke ruang edelwais

Riwayat kesehatan daluhu didapatkan data pasien pernah dirawat di RS karena penyakit
vertigo, pasien pernah juga di operasi di daerah punggung karena ada daging tumbuh sebelumnya,
ada riwayat penyakit keluarga dari ayahnya seperti DM dan hipertensi.

Dari pemeriksaan fisik didapatkan Kesadaran composmentis, tekanan darah 150/90 mmHg,
suhu tubuh 38◦C, pernapasan 23 x/, nadi 95 x/menit, Hb 32.15 g/dL; hematokrit 34.9%; GDS 324
mg/dl ;BB 55 kg; TB :147 cm. IMT : 24,4kg/m (overwight
), Leukosit 32.15 rb/ul; limfosit 7.38 %,kreatinin 1.59 mg/dl, natrium 134 mEq/L. Pada tanggal 6
Desember 2018 pasien dilakukan tindakan apendektomi oleh dokter dan terdapat luka di bagian
perut bagian kanan bawah. Pasien tidak bisa melakukan aktivitas sehari-hari seperti:
makan,toileting,berpakaian dan mandi secara mandiri karena nyeri pada daerah operasinya.
Hiperplasia folikel benda asing erosi
fekalit striktur tumor
limfoid mukosa apendiks

obstruksi
Nyeri

Mukosa terbendung Rasa sakit

Menekan apendiks Mengenai


peritonium parietal
Tekanan intraluminal
Peradangan meluas
Ansietas Aliran darah terganggu

Ulserasi dan invasi bakteri Resiko infeksi


Gelisah, cemas, takut, pola pada dinding apendiks
istirahat terganggu
Dolor,kolor,rubor
Apendisitis ,tumor,fungsi
Kurangnya pengetahuan laesa
tentang tindakan operasi Pembedahan operasi
Jalannya masuk
Luka luka insisi kuman
Terputusnya kontinuitas
jaringan
Adanya hambatan & Ekspresi nyeri
Defisit perawatan ketidakmampuan
diri melakukan aktivitas Nyeri
DX KEPERAWATAN

PRE-OP POST-OP
1. Nyeri akut b.d agens 1. Nyeri akut b.d agens
cedera biologis cedera fisik
2. Cemas b.d ancaman 2. Resiko infeksi b.d
pada status terkini prosedur invasif
ditandai dengan wajah 3. Defisit perawatan diri
tegang b.d nyeri
NYERI AKUT B.D
AGENS CEDERA
BIOLOGIS

Perawat menegakan diagnosa ini karena


adanya tanda dan gejala seperti pasien
mengatakan nyeri perut dibagian kanan
bawah dengan skala 7
CEMAS B.D ANCAMAN PADA
STATUS TERKINI

Perawat menegakan diagnosa ini karena


adanya tanda dan gejala seperti pasien tampak
tegang, pasien sering bertanya pada perawat
tentang penyakitnya.
NYERI AKUT B.D
AGENS CEDERA FISIK

Perawat menegakan diagnosa ini karena


adanya tanda dan gejala seperti pasien
mengatakan nyeri di bagian perut bekas
luka operasi dengan skala 7
RESIKO INFEKSI B.D PROSEDUR
INVASIF

Perawat menegakkan diagnosa ini dikarenakan adanya tanda


dan gejala seperti adanya Leukosit 32,15rb/ul, adanya luka post
operasi dibagian abdomen
DEFISIT PERAWATAN DIRI B.D
NYERI

Perawat menegakan diagnosa ini karena


adanya tanda dan gejala seperti pasien
mengatakan nyeri dibagian perut karena
operasi sehingga pasien tidak bisa melakukan
makan, toileting, berpakaian dan mandi.
NYERI AKUT B.D AGENS CEDERA
BIOLOGIS

MANAJEMEN NYERI PEMBERIAN


ANALGETIK

1. Lakukan pengkajian nyeri secra 1. Cek adanya alergi obat.


komperhensif.
2. Monitor tanda-tanda vital .
2. Observasi adanya petunjuk non
3. Evaluasi keefektifan analgesik
verbal mengenai ketidak nyamanan.
dengan interval yang teratur
3. Ajarkan prinsip-prinsip manajemen pada setiap pemberian.
nyeri.
4. Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri.
5. Instruksikan klien untuk
menggunakan teknik relaksasi
1. Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri.
Rasional: Pada pasien dengan nyeri kolik abdomen pemberian
analgetik diperlukan untuk meningkatkan kenyamanan pasien, ACI
Urology Network-Nursing, 2012)
2. Instruksikan klien untuk menggunakan teknik
relaksasi
Rasional : Latihan pernafasan dan teknik relaksasi menurunkan
konsumsi oksigen, frekuensi pernafasan, frekuensi jantung, dan
ketegangan otot, yang menghentikan siklus nyeri-ansietas-
ketegangan otot, Zmelter & Bare 2012)
ANSIETAS B.D ANCAMAN PADA
STATUS TERKINI
A. Gangguan kecemasan
1. Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
2. Nyatakan dengan jelas harapan terhadap perilaku pasien
3. Berikan informasi yang faktual terkait diagnosis,
perawatan dan prognosis.
4. Kaji untuk tanda verbal dan non verbal.
5. Anjurkan Teknik relaksasi nafas dalam
1. Gunakan pendekatan yang menenangkan
(Rasional: unutk membina hubungan saling percaya dan membantu
pasien untuk memperjelas dan mengurangi beban perasaan dan
pikiran sehingga mampu mengurangi kecemasan, Purwanto 2013)
2. Anjurkan Teknik relaksasi nafas dalam
Rasional: dipercaya mampu merangsang tubuh untuk melepas
opoid endogen yaitu endorphin dan enkefalin (smeltzer &
bare,2002)
NYERI AKUT B.D AGENS CEDERA
FISIK

PEMBERIAN
MANAJEMEN NYERI ANALGETIK
1. Lakukan pengkajian nyeri secra 1. Cek adanya alergi obat.
komperhensif.
2. Monitor tanda-tanda vital .
2. Observasi adanya petunjuk non verbal
mengenai ketidak nyamanan. 3. Evaluasi keefektifan analgesik dengan
interval yang teratur pada setiap
3. Ajarkan prinsip-prinsip manajemen pemberian.
nyeri.
4. Berikan analgetik untuk mengurangi
nyeri.
5. Dukung istirahat/tidur yang adekuat
untuk membantu penurunan nyeri
1. Lakukan pengkajian nyeri secara komperhensif
Rasional: membentu mengevaluasi derajat
ketidakkenyamanan dan terjadinya komplikasi (ACI Urology
Network-Nursing, 2012)

2. Kolaborasi dalam pemberian analgetik


Rasionalisasi : Pada pasien dengan nyeri pemberian
analgetik diperlukan untuk meningkatkan kenyamanan
pasien.(ACI Urology Network-Nursing, 2012)
RESIKO INFEKSI B.D PROSEDUR INVASIF

– Monitor TTv
– Pastikan Teknik perawatan luka
– Membersihkan lingkungan dengan baik setelah digunakan untuk setiap pasien
– Ajarkan pasien mencucI tangan dengan tepat
– Jaga kulit sekitar insersi agar tetap bersih
– Memonitor tanda-tanda infeksi
– Ajarkan pasien mengenai tanda dan gejala infeksi
– Kolabori pemberian antibiotik
1. MemonitorTTV
Rasional: TTV merupakan tindakan pengawasan terhadap perubahan/gangguan sistem
tubuh selama dirawat, jika HR, TD, T dan RR meningkat/menurun drastis itu menandakan
adanya metabolisme yang abnormal, dan pada kondisi pasien tertentu hal ini akan
membahayakan kondisi pasien,Yuli; 2009)
2. Memonitor tanda-tanda infeksi
Rasional: Pada luka yang mengalami infeksi seiring berjalannya waktu akan muncul
nanah/pes. Nanah terbentuk karena adanya penyerangan terhadap antibodi dengan
antigen, hal ini tidaklah baik bagi pasien dan jika dibiarkan terlalu lama maka akan
memperburuk kondisi pasien, Potter & Perry, 2005)
3. Mengkolaborasikan pemberian antibiotik
(Rasional: Antibiotic diperlukan jika sudah terjadi tanda-tanda infeksi seperti: Jika suhu
tubuh meningkat atau panas 38C, Nyeri pinggang, Terjadi kemerahan dan panas disekitar
insersi, CCNIH; 2012)
DEFISIT PERAWATAN DIRI B.D
NYERI
BANTUAN PERAWATAN DIRI
1. Monitor kemampuan perawatan diri secara mandiri
2. Beriakan bantuan sampai pasien mampu melakukan perawatan diri
3. Dorong pasien untuk melakukan aktivitas normal sehari-hari
sampai batas kemampuan psien
4. Dorong kemandirian pasien tapi bantu ketika pasien tak mampu
melakukannya
5. Ajarkan keluarga untuk mendukung kemandirian dengan membantu
hanya ketika pasien tak mampu melakukan perawatan diri
6. Ciptakan rutinitas aktivitas perawatan diri
KOMPLIKASI

Bila tidak dilakukan atau penundaan appendektomi dengan


pemberian antibiotik dapat mengakibatkan abses, peforasi
dan peritononitis
PROGNOSIS

• Prognosis pasien akan baik karena hasil pemeriksaan


laboratorium menunjukkan perbaikan leukosit ke keadaan
normal yaitu 3.70-10.10mg/dl, tidak ada tanda-tanda infeksi,
dan tidak ada perdarahan. Prognosis pasien akan tidak baik
bila pasien menolak dilakukan operasi, karena dari hasil
pemeriksaan didapatkan adanya apendisitis dan harus
dilakukan operasi untuk menghilangkan apendiks. Bila tidak
dilakukan atau penundaan appendektomi dengan
pemberian antibiotik dapat mengakibatkan abses, peforasi
dan peritononitis
TERIMAKASIH
1. Seorang perempuan, usia 52 tahun dibawa ke RSUD Banyumas dengan keluhan nyeri
perut dibagian kanan bawah seperti melilit-lilit dengan skala nyeri 7 . Dan akan di
lakukan tindakan pembedahan . Pasien kelihatan lemas ,lesu dan takut. Pasien tidak bisa
tidak bisa tidur karena program operasinya . TD: 150/90 mmHg. N: 95x/m . S: 368 C R:
23x/m. Apakah masalah keperawatan yang paling tepat pada kasus diatas ?
a. Resiko cidera
b. Ansietas
c. Kelemahan
d. Nyeri
e. Resiko jatuh
2. Ny s berusia 52 tahun akan dilakukan tindakan apendektomi pasien
terlihat gelisah, cemas, bibir pucat TD 150/90 mmHg, N 95x/ menit.
Intervensi manakah yang dipilih sebagai prioritas?
a. Pasien di ajak bicara
b. Observasi TTV
c. Anjurkan keluarga mendampingi pasien
d. Dengar pasien
e. Kendalikan factor lingkungan yang dapat mempengaruhi respon
3. Seorang perempuan berusia 52 tahun MRS dengan apendisitis akut
dan dilakukan tindakan apendektomi. Pasien menanyakan ke
perawat apa saja yang di lakukan sehabis operasi usus buntu?
Respon perawat adalah?
a. Mengonsumsi makanan yang mengandung protein tinggi dan
beristirahat yang cukup
b. Jangan makan makanan yg ada bijinya
c. Tidak boleh mengonsumsi telor
d. Langsung melakukan aktivitas
e. Diperbanyak tidur

Anda mungkin juga menyukai