Anda di halaman 1dari 32

Pengaruh Pemberian Ekstrak Buncis (Phaseolus vulgaris L.

) terhadap Kadar
High Density Lipoprotein (HDL) Tikus Putih (Rattus norvegicus) Model
Hiperkolesterolemia

RIA TUSTINA HENDRAYANI


G0012179

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2015
1

Lab.Biokimia UNS, Surakarta, 15 September 2015


Latar Belakang
Masalah

PENYAKIT
KARDIOVASKULER

2
(Gan et al., 2011)
Latar Belakang
Masalah

Kolesterol > /= 200 mg/dL

3
(Gan et al., 2011)
Latar Belakang
Masalah

Fungsi Hiperkolesterol
Kolesterol
• Aterosklerosis
• Membangun dan
memperbaiki • Penumpukan
membran sel kilomikron,
• Sintesa asam empedu VLDL, LDL
dan vitamin D • Penurunan
• Prekursor beberapa
hormon kadar HDL

4
(Gan et al., 2011)
Latar Belakang
Masalah

Reverse
cholesterol
transport

Peningkatan efluks
kelebihan kolesterol
dari jaringan perifer

Mengembalikan ke
hati untuk
dieksresikan melalui
empedu

5
(Gan et al., 2011)
Latar Belakang
Masalah
Flavonoid

Asam
Saponin
Askorbat

Niasin Polifenol

6
(Zhang et al., 2015)
Apakah pemberian ekstrak buncis
(Phaseolus vulgaris L.)
berpengaruh terhadap kadar HDL
tikus putih (Rattus norvegicus)
model hiperkolesterolemia?

Rumusan Masalah

7
Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui apakah pemberian
ekstrak buncis (Phaseolus
vulgaris L.) berpengaruh terhadap
kadar HDL tikus putih (Rattus
norvegicus) model
Tujuan Penulisan hiperkolesterolemia.

8
1. Memberikan informasi ilmiah
2. Sebagai bahan bacaan untuk
pengembangan penelitian lebih
lanjut.
Aspek teoritis
Aspek Aplikatif
1. Sebagai salah satu solusi alternatif untuk
menangani masalah hiperkolesterolemia.
2. Masyarakat mengetahui potensi buah
buncis.
3. Sebagai dasar bagi tahap penelitian lebih
lanjut

9
Tinjauan
Pustaka TAKSONOMI

Kingdom : Plantae
Sub Kingdom : Tracheobionta
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Sub Kelas : Rosidae
Ordo : Fabales
Famili : Fabaceae
Genus : Phaseolus
Spesies : Phaseolus vulgaris L.
Buncis (USDA, 2015)
(Phaseolus
vulgaris L.)
10
Tinjauan
Pustaka Kandungan gizi buah buncis per 100 gram

Jenis zat gizi Jumlah kandungan gizi


Energi/kalori 35 kal
Protein 2,4 g
Lemak 0,2 g
Karbohidrat 7,7 g
Kalsium 6,5 g
Fosfor 4,4 g
Serat 1,2 g
Besi 1,1 g
Vitamin A 630,0 SI
Vitamin B1/Thiamine 0,08 mg
Vitamin B2/Riboflavin 0,1 mg
Vitamin B3/Niasin 0,7 mg
(Cahyono, 2007)
Vitamin C/Asam Askorbat 19,0 mg 11
Tinjauan Kandungan Senyawa Metabolit terhadap
Pustaka
Ekstrak Buncis (Phaseolus vulgaris l.)

Senyawa Metabolit Sekunder Hasil Skrining Fitokimia


Alkaloid +
Polifenolat +
Tanin -
Flavonoid +
Mono dan Seskuiterpenoid +
Steroid -
Triterpenoid +
Kuinon +
(Christina et al., 2011)
Saponin +
Keterangan + : terdeteksi
- : tidak terdeteksi 12
Kuning telur Kerangka
Pemikiran
bebek 2 gram
Kilomikron,
VLDL Asam
HDL Nascent Askorbat
Intestinal (Apo A dan
kolesterol bebas)
ABCA Niasin

Hepar Kolesterol Ekstrak Buah


Apo A1
non-ester Buncis

LCAT
SRBI Flavonoid
Kolesterol
HDL
ester Polifenol

Genetik, Kec.Katabolisme Saponin


diet,
Ket: hormon
: Menjadi
Oksidasi
: Variabel perancu
: Manfaat ekstrak 13
buah buncis
Hipotesis penelitian ini adalah
pemberian ekstrak buncis
(Phaseolus vulgaris L.)
berpengaruh terhadap kadar
HDL tikus putih (Rattus
norvegicus) model
hiperkolesterolemia, yaitu
HIPOTESIS peningkatan kadar HDL.

14
Metode
Penelitian

Eksperimental laboratorik dengan


sampel tikus putih (Rattus norvegicus) A. Jenis Penelitian

1. Lab. Histologi FKUNS


B. Lokasi Penelitian 2. Lab. Budi Sehat Surakarta
3. LPPT UGM

15
Metode
1.Populasi
Penelitian Tikus putih (Rattus norvegicus) jantan, galur
Wistar, usia 2-3 bulan, Berat Badan 200 gram.

C. Subjek Penelitian

2. Sampel
Rumus Federer Total :
(k-1)(n-1) > 15 5 kelompok
(5-1)(n-1) > 15 X 8 tikus
4(n-1) > 15 putih = 40
4n > 15+4 sampel tikus
n > 4,75 ≈ 8 putih
Keterangan :
k : jumlah kelompok
n : jumlah sampel dalam setiap kelompok

16
Metode
Penelitian

1. Teknik sampling :
incidental random sampling
2. Pengelompokan sampel :
simple random sampling
D. Teknik Sampling

Eksperimental randomized control


group posttest only design
E. Rancangan
Penelitian

17
Incidental sampling

40 ekor tikus putih


Skema Alur
Penelitian
Simple random sampling
5 kelompok perlakuan

Kontrol negatif Kontrol positif Kelompok Kelompok Kelompok


Perlakuan 1 Perlakuan 2 Perlakuan 3

Adaptasi selama 7 hari

KKn: KKp: KP1: KP2: KP3:

Selama 14 hari

Diukur kadar HDL darah

Uji One Way ANOVA

Uji Least Significance Difference (LSD)


18
Keterangan

1. KKn (-) : Kelompok Kontrol Negatif (pelet+air)


2. KKp (+) : Kelompok Kontrol Positif (Pelet+2 gram kuning telur
bebek+air)
3. KP1 : Kelompok Perlakuan 1 (Pelet+2 gram kuning telur
bebek+ekstrak buah buncis dosis 50mg/200gBB/hari)
4. KP1 : Kelompok Perlakuan 1 (Pelet+2 gram kuning telur
bebek+ekstrak buah buncis dosis 100mg/200gBB/hari)
5. KP1 : Kelompok Perlakuan 1 (Pelet+2 gram kuning telur
bebek+ekstrak buah buncis dosis 200mg/200gBB/hari)
# Pelet dan kuning telur bebek diberikan secara peroral 2x/hari (07.00
dan 16.00 WIB) sedangkan ekstrak buah buncis diberikan dengan
sonde lambung 1x/hari (07.00).
19
F. Identifikasi Variabel Penelitian

Pemberian ekstrak buah buncis (Phaseolus


1. Variabel bebas vulgaris L.)

2. Variabel terikat Kadar HDL

a. Dapat dikendalikan (variasi genetik,


jenis kelamin, umur, berat badan, jenis
makanan)
b. Tidak dapat dikendalikan (Psikologis,
3. Variabel luar suhu udara, dan reaksi hipersensitivitas)

20
H. Alat dan Bahan Penelitian
1. Kandang tikus putih beserta kelengkapan pemberian
makan
1. Ekstrak buncis (Phaseolus vulgaris L.)
2. Timbangan hewan
2. Kuning telur bebek
3. Timbangan obat
4. Tabung mikrokapiler untuk mengambil sampel darah 3. Makanan hewan uji (pelet)
5. Tabung reaksi 5 ml untuk menampung sampel darah 4. Aquades
6. Tabung ependorf 5. CMC-Na (Carboxymethyl cellulose) 0,5%
7. Pipet mikro
8. Spektrofotometer untuk pemeriksaan kadar HDL darah
9. Cawan porselin
10. Blender
11. Pemanas water bath
12. Vacuum rotary evaporator
13. Sonde lambung
14. Spuit injeksi
15. Kamera digital
16. Alat bedah hewan percobaan (scalpel, pinset, gunting,
jarum, meja lilin)

21
22
1.Perhitungan dosis kuning telur bebek
Penentuan Dosis sebagai pakan hiperkolesterolemia

17 gram protein
35 gram lemak
884 mg/100 gram kolesterol
Minyak jenuh

Kuning telur bebek 2


gram/200 gram BB
tikus putih/hari dapat
meningkatkan kadar
kolesterol tikus putih
secara signifikan
200 gram kuning telur bebek + 100 (Arianto et al., 2010)
ml aquades + CMC-Na 0,5% 1 ml

23
2. Perhitungan dosis ekstrak buah buncis (Phaseolus
vulgaris L.)

Ekstrak daging buah buncis yang diberikan pada tikus putih


sehingga dapat menyebabkan penurunan kadar gula darah secara
signikan adalah adalah sebesar 500 mg/kg BB.

Kuantitas lambung tikus putih sebesar 5 ml, dimana untuk pemberian


ekstrak hanya menggunakan ±1/5 ml dari kuantitas lambung totalnya.

Berat tikus putih yang digunakan dalam penelitian ini adalah


200 gram

24
2. Perhitungan dosis ekstrak buah buncis (Phaseolus vulgaris L.)

1. Dosis I = 1/2 x 200/1000 x 500mg = 50 mg/200 gram BB tikus


putih/hari.

2. Dosis II = 2 x dosis I = 2 x 50 mg/200 gram BB tikus putih/hari


= 100 mg/200 gram BB tikus putih/hari.

3. Dosis III = 2 x dosis II = 2 x 100 mg/200 gram BB tikus


putih/hari = 200 mg/200 gram BB tikus putih/hari.

4. CMC-Na 0,5% 500 mg ditaburkan di atas air panas sedikit demi


sedikit sambil diaduk, setelah kental dimasukkan ke dalam labu
ukur dan ditambahkan aquades hingga volume 100 ml.

25
Jadwal
Penelitian

26
Daftar Pustaka

Ailing Ji, Joanne M. Wroblewski, Lei Cai, Maria C, Nancy R. Webb, and Deneys R (2012). Nascent HDL formation
in hepatocytes and role of ABCA1, ABCG1, and SR-BI. Journal of lipid research, 53(3): 446–455.
Anne R. Crecelius, Brett S. Kirby, Wyatt F. Voyles, Frank A. Dinenno (2010). Nitric oxide, but not vasodilating
prostaglandins, contributes to the improvement of exercise hyperemia via ascorbic acid in healthy older adults.
Am J Physiol Heart Circ Physiol. 299(5): H1633–H1641.
Ansel H.C. 2009. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Jakarta: UIPress, pp: 605-19
Boggia L, Sgorbini B, Bertea CM, Cagliero C, Bicchi C, Maffei ME, Rubiolo P (2015). Direct Contact - Sorptive
Tape Extraction coupled with Gas Chromatography - Mass Spectrometry to reveal volatile topographical
dynamics of lima bean (Phaseolus lunatus L.) upon herbivory by Spodoptera littoralis Boisd. BMC Plant Biol,
15:102.

Cahyono, B. 2007. Kacang Buncis: Teknik Budidaya dan Analisis Usaha Tani. Kanisius Yogyakarta. 129 pp.

Chavez RA, Gutierrez JA, Granados O, Torre I, Serna SO, Torres N, Palacios B, Tovar AR (2014). Flavonoids and
saponins extracted from black bean (Phaseolus vulgaris L.) seed coats modulate lipid metabolism and
biliary cholesterol secretion in C57BL/6 mice. The British Journal of Nutrition, 112(6):886-99.
27
Christina N, Nasrul W, Taofik R (2011). Formulasi Gel Antioksidan Ekstrakbuah Buncis (Phaseolus vulgaris L.) dengan
Menggunakan Basis Aqupec 505 Hv. The Journal of Padjajaran University.

Edward A. Fisher, Jonathan E. Feig, Bernd Hewing, Stanley L. Hazen, Jonathan D. Smith (2013). HDL Function,
Dysfunction, and Reverse Cholesterol Transport. Arterioscler Thromb Vasc Biol, 32(12): 2813–2820.

Elmore BO, Triplett KD, Hall PR (2015). Apolipoprotein B48, the Structural Component of Chylomicrons, Is Sufficient to
Antagonize Staphylococcus aureus Quorum-Sensing. Plosone Journals, 10(5):e125.

Eric T, Alexander, Michael C, Phillips (2013). Influence of apolipoprotein A-I and apolipoprotein A-II availability on
nascent HDL heterogeneity. The Journal of Lipid Research, 54(12): 3464–3470.

Gan J, Chepelev I, Wei G, Tarayrah L, Cui K, Zhao K, Chen X (2014). Advancing and exchanging knowledge of the
causes, natural history, treatments and prevention of atherosclerotic disease. European Atherosclerosis Society
Journals, 235, pp247-658, e11-e302.

Han SS, Elagöz V, Manning WJ (2011). Acquired changes in stomatal characteristics in response to ozone during plant
growth and leaf development of bush beans (Phaseolus vulgaris L.) indicate phenotypic plasticity. Environ Pollut.
140(3):395-405.

Helen H. Wang, Min Liu, Deborah J. Clegg, Piero Portincasa, David Q.-H. Wang (2010). New insights into the molecular
mechanisms underlying effects of estrogen on cholesterol gallstone formation. Biochim Biophys Acta. 1791(11):
1037–1047.

Hongwen Zhou, Zhiqiang Li, David L. Silver, Xian-Cheng Jiang (2012). Cholesteryl ester transfer protein (CETP)
expression enhances HDL cholesteryl ester liver delivery, which is independent of scavenger receptor BI, LDL
receptor related protein and possibly LDL receptor. Biochim Biophys Acta, 1761(12): 1482–1488.
28
Lin-Hua Zhang, Vaijinath S. Kamanna, Shobha H. Ganji, Xi-Ming Xiong, Moti L. Kashyap
(2012). Niacin increases HDL biogenesis by enhancing DR4-dependent transcription
of ABCA1 and lipidation of apolipoprotein A-I in HepG2 cells. J Lipid Res, 53(5):
941–950.
Loarcapina FG, Guzman M, Acosta G, and Garcia D (2013). Antioxidant and
Antimutagenic Properties of Phaseolus vulgaris L. and Phaseolus coccineous Black
Seeded Bean Varieties. Washington: American Pharmaceutical Assosiation.
Miguel Roehrs, Juliana Valentini, Clóvis Paniz, Angela Moro, Mariele Charão, Rachel
Bulcão, Fernando Freitas, Natália Brucker, Marta Duarte, Mirna Leal, Geni Burg,
Tilman Grune, and Solange Cristina (2011). The relationships between exogenous
and endogenous antioxidants with the lipid profile and oxidative damage in
hemodialysis patients. BMC Nephrol. 2011; 12: 59.
Noventy C, Wathoni N, Rusdiana T (2014). Formulasi Gel Antioksidan Ekstrak Buah
Buncis (Phaseolus vulgaris L.) dengan Menggunakan Basis Aqupec 505 HV.
Bandung: Farmasi Universitas Padjadjaran.
Raggi L, Tissi C, Mazzucato A, Negri V (2014). Molecular Polymorphism Related to
Flowering Trait Variation in A Phaseolus vulgaris L. Elseiver Science, 216:180-9.
Rufaida F, Aulanni’am, Murwani S (2012). Profil Kadar HDL dan Gambaran
Histopatologis Aorta Pada Tikus (Rattus norvegicus) Hiperkolesterolemia dengan
Terapi Ekstrak Air Benalu Mangga (Dendropthoe Pentandra). Malang: FKH
29
Universitas Brawijaya.
United States Departement of Agriculture (2015). Natural Resources Conservation
Service http://plants.usda.gov/java/ClassificationServlet? source=
display&classid=PHVU ─ diunduh Mei 2015.
Voigt R. 2014. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Yogyakarta: Penerbit UGM Press,
pp: 561-564
Widyatmoko B.S (2009). Aktivitas Antioksidan Vitamin C dan E pada Kadar SGOT
dan SGPT Serum Tikus Putih yang Terpapar Allethrin. Semarang: Unnes
Journal.
Xavier Rousset, Boris Vaisman, Marcelo Amar, Amar A. Sethi, and Alan T. Remaley
(2010). Lecithin:Cholesterol Acyltransferase: Biochemistry to Role in
Cardiovascular Disease. Curr Opin Endocrinol Diabetes Obes. 2009 Apr; 16(2):
163–171.
Zafari AM (2010). Myocardial infarction. http://emedicine.medscape.com/article/
155919-overview ─ diunduh Mei 2015.
Zhang F, Chen Y, Long J, Dong L, Wang Y, Chen Y (2015). Effect of n-3 and n-
6 polyunsaturated fatty acids on lipid metabolic genes and estrogen receptor
expression in MCF-7 breast cancer cells. Clin Lab Journal, 61(3-4): 397-403.

30
Pembimbing Utama Penguji Utama
Jarot Subandono, dr., M.Kes Veronika Ika Budiastuti, dr., M.Pd
NIP. 19680704 199903 1 002 NIP. 19730312 200112 2 001

Pembimbing Pendamping Penguji Pendamping


Danus Hermawan, dr. Martini, Dra., M.Si
NIP. 19880227 201212 1 001 NIP. 19571113 198601 2 001

Tim Skripsi
Lilik Wijayanti, dr., M.Kes.
NIP. 19690305 199802 2 001

31
NOTES

1. Kuning telur diganti dengan pakan pelet


hiperkolesterolemia
2. Kalaupun menggunakan kuning telur, dosis harus dinaikan
tiap harinya, jangan 2 gram terus
3. Dosis ekstrak perbandinga diganti jadi 1:2:3

32

Anda mungkin juga menyukai