Anda di halaman 1dari 53

GEOLOGI DAN PERHITUNGAN SUMBERDAYA BATUBARA

MENGGUNAKAN PENDEKATAN REGRESI DAERAH


MAMPAIJAYA, KECAMATAN KURUN, KABUPATEN
GUNUNGMAS, KALIMANTAN TENGAH

By
Yohanes Iwan Saputra
(H1F013075)
KERANGKA PRESENTASI

1. Pendahuluan
2. Metode
3. Geologi Regional
4. Geologi Daerah Mampaijaya
5. Perhitungan Sumberdaya Batubara
6. Kesimpulan
1. PENDAHULUAN

Latar Belakang
Batubara merupakan sumberdaya mineral yang bernilai
ekonomis tinggi. Kebutuhan akan batubara semakin meningkat
dari tahun ke tahun terutama untuk mencukupi kebutuhan
energi. Untuk mencukupi kebutuhan batubara, diperlukan
inventarisasi sumber daya dan cadangan batubara supaya
seimbang antara kebutuhan dan cadangannya. Perhitungan
sumber daya merupakan hal yang paling vital dalam kegiatan
inventarisasi kegiatan eksplorasi batubara. Perhitungan yang
dimaksud disini adalah perhitungan sumber daya terukur
dimana menggunakan data-data permukaan seperti data
singkapan dan data topografi yang kemudian dilakukan
pendekatan dengan metode regresi sehingga diperoleh
parameter dalam penentuan sumber daya terukur.
1. PENDAHULUAN

Rumusan Masalah
Adanya rumusan masalah ialah bertujuan untuk membatasi
masalah-masalah yang ingin dijawab dalam kegiatan pemetaan
dan penelitan. Adapun rumusan masalah yang diangkat antara
lain :
• Bagaimana kondisi geologi daerah penelitian meliputi,
geomorfologi, kondisi struktur persebaran batuan secara
vertikal dan lateral serta sejarah geologi pada daerah penelitian.
• Bagaimana persebaran batubara pada daerah penelitian
baik di permukaan maupun bawah permukaan.
• Bagaimana hasil analisis regresi pada perhitungan volume
cadangan batubara.
1. PENDAHULUAN
Lokasi Penelitian
1 2

3
2. METODE
1. Metode Pengamatan Lapangan
Metode ini digunakan untuk mengambil data lapangan.
Pengambilan data lapangan seperti data litologi, kenampakan
geomorfologi, data struktur, dll

2. Metode Analisis
• Analisis Geomorfologi
• Analisis Struktur Geologi
• Analisis Petrografi
• Analisis Regresi
2. METODE
3. Tahapan Penelitian
3. GEOLOGI REGIONAL
4. GEOLOGI DAERAH MAMPAIJAYA
PETA GEOMORFOLOGI (VAN ZUIDAM, 1985)
4. GEOLOGI DAERAH MAMPAIJAYA

SAYATAN DAN KETERANGAN


4. GEOLOGI DAERAH MAMPAIJAYA

GEOMORFOLOGI
1. Satuan Dataran Banjir F1
Morfometri : Perbukitan dengan lereng 0-7%, relief 25m, titik
tertinggi 150mdpl dan terendah 125mdpl.
Morfografi : Bentuk lahan yang dibentuk berupa dataran.
Morfogenesa : Tersusun atas endapan aluvial yang terbentuk dari
proses pelapukan batuan sekitar.
Morfokronologi : Satuan ini terbentuk setelah batuan sedimen dan
beku di daerah penelitian terbentuk dan terkena struktur dan tererosi
menjadikan komposisi endapan fluvial yang beragam.
4. GEOLOGI DAERAH MAMPAIJAYA

GEOMORFOLOGI
2. Satuan Perbukitan Zona Sesar (S1)
Morfometri : Perbukitan dengan lereng 8-20%, relief 75m, titik
tertinggi 200mdpl dan terendah 125mdpl.
Morfografi : Bentuk lahan yang dibentuk berupa perbukitan.
Morfogenesa : Tersusun atas satuan batupasir yang kemudian
terkena struktur dan mengalami pelapukan.
Morfokronologi : Satuan ini terbentuk pada satuan batupasir.
Proses yang mendominasi satuan ini berupa proses pengangkatan.
4. GEOLOGI DAERAH MAMPAIJAYA

GEOMORFOLOGI
2. Satuan Dataran Denudasional Sesar (D1)
Morfometri : Perbukitan dengan lereng 3-7%, relief 37,5m, titik
tertinggi 185mdpl dan terendah 100mdpl.
Morfografi : Bentuk lahan yang dibentuk berupa dataran.
Morfogenesa : Tersusun atas satuan batupasir batulempung yang
kemudian terkena struktur dan mengalami pelapukan.
Morfokronologi : Satuan ini terbentuk pada satuan batulempung
batupasir. Proses yang mendominasi satuan ini berupa proses
pelapukan.
4. GEOLOGI DAERAH MAMPAIJAYA

PETA GENETIK SUNGAI


4. GEOLOGI DAERAH MAMPAIJAYA

STRUKTUR GEOLOGI
INTERPRETASI KELURUSAN

Harding, 1973
4. GEOLOGI DAERAH MAMPAIJAYA

STRUKTUR GEOLOGI
INTERPRETASI STRUKTUR

Harding, 1973
4. GEOLOGI DAERAH MAMPAIJAYA

STRUKTUR GEOLOGI
ANALISIS STRUKTUR SESAR GESER KANAN 1

RIGHT SLIP FAULT


4. GEOLOGI DAERAH MAMPAIJAYA

STRUKTUR GEOLOGI
ANALISIS STRUKTUR SESAR GESER KANAN 2

RIGHT SLIP FAULT


4. GEOLOGI DAERAH MAMPAIJAYA

STRUKTUR GEOLOGI
ANALISIS STRUKTUR SESAR NAIK GESER KANAN 1

RIGHT REVERSE SLIP FAULT


4. GEOLOGI DAERAH MAMPAIJAYA

STRUKTUR GEOLOGI
ANALISIS STRUKTUR SESAR NAIK GESER KANAN 2

RIGHT REVERSE SLIP FAULT


4. GEOLOGI DAERAH MAMPAIJAYA

PETA LINTASAN
4. GEOLOGI DAERAH MAMPAIJAYA

STRATIGRAFI
PETA GEOLOGI
4. GEOLOGI DAERAH MAMPAIJAYA

STRATIGRAFI
SAYATAN PETA GEOLOGI
4. GEOLOGI DAERAH MAMPAIJAYA

STRATIGRAFI
KOLOM STRATIGRAFI
4. GEOLOGI DAERAH MAMPAIJAYA

STRATIGRAFI
Satuan batupasir

Satuan ini menempati 15% dari daerah penelitian, tersebar dibagian selatan
daerah penelitian termasuk dalam wilayah desa Mampaijaya. Satuan ini
berbatasan dengan satuan batupasir batulempung. Pada peta geologi
daerah Mampaijaya dan sekitarnya ditandai dengan warna kuning.
4. GEOLOGI DAERAH MAMPAIJAYA

STRATIGRAFI
Satuan Batupasir (Foto Petrografi)
4. GEOLOGI DAERAH MAMPAIJAYA

STRATIGRAFI
Satuan batubara

Satuan ini menempati 2% dari daerah penelitian, tersebar dibagian selatan


daerah penelitian termasuk dalam wilayah desa Mampaijaya. Satuan ini
berbatasan dengan satuan batupasir batulempung. Pada peta geologi
daerah Mampaijaya dan sekitarnya ditandai dengan warna hitam.
4. GEOLOGI DAERAH MAMPAIJAYA

STRATIGRAFI
Satuan batupasir batulempung

Satuan ini menempati 83% dari daerah penelitian, tersebar dibagian selatan
daerah penelitian termasuk dalam wilayah desa Mampaijaya. Satuan ini
berbatasan dengan satuan batupasir, satuan batubara, satuan intrusi dan
satuan fluvial. Pada peta geologi daerah Mampaijaya dan sekitarnya ditandai
dengan warna kuning muda.
4. GEOLOGI DAERAH MAMPAIJAYA

STRATIGRAFI
Satuan batupasir batulempung(Foto Petrografi)
4. GEOLOGI DAERAH MAMPAIJAYA

STRATIGRAFI
Satuan intrusi

Satuan ini menempati 4,5% dari daerah penelitian, tersebar dibeberapa titik
di daerah penelitian termasuk dalam wilayah desa Mampaijaya. Satuan ini
berbatasan dengan satuan batupasir batupasir batulempung. Pada peta
geologi daerah Mampaijaya dan sekitarnya ditandai dengan warna merah.
4. GEOLOGI DAERAH MAMPAIJAYA

STRATIGRAFI
Satuan intrusi(Foto Petrografi)
4. GEOLOGI DAERAH MAMPAIJAYA

STRATIGRAFI
Satuan fluvial

Satuan ini menempati 12% dari daerah penelitian, tersebar dibeberapa


wilayah di daerah penelitian termasuk dalam wilayah desa Mampaijaya.
Satuan ini berbatasan dengan satuan batupasir dan batupasir batulempung.
Pada peta geologi daerah Mampaijaya dan sekitarnya ditandai dengan
warna abu-abu.
4. GEOLOGI DAERAH MAMPAIJAYA

SEJARAH GEOLOGI
Berdasarkan analisis data-data yang diperoleh dari
lapangan, berupa analisis geomorfologi, petrografi, palinologi dan
struktur geologi serta literatur penelitan-penelitian terdahulu dapat
merangkum sejarah geologi yang ada di daerah penelitian.
Proses pembentukan batuan sedimen pada wilayah
penelitian terjadi saat eosen berdasarkan analinis palinologi. Pada
analisis palinologi ditemukan fosil berupa cicatricosisporites dorogensi
yang hanya dapat di temukan pada zonasi palinologi indonesia bagian
barat yang merupakan bagian dari lempeng gonwana. Hal tersebut
membuktikan proses tumbukan lempeng eurasia dan fragmen
kontinen gondwana. Proses tumbukan tersebut menghasilkan
kemunculan fosil yang berada dari lempeng laurasia dan gonwana.
Pada Kala Eosen diendapkan satuan batupasir yang
merupakan hasil dari proses sedimentasi yang berulang kali pada
daerah penelitian. Hal ini dibuktikan dengan hasil petrografi pada
satuan ini yang berupa batupasir kuarsa. Hal tersebut dikarenakan
mineral mineral sedimen lain seperti feldspard dan mineral litik dari
batuan lain telah tercuci.
4. GEOLOGI DAERAH MAMPAIJAYA

SEJARAH GEOLOGI
Pada saat kesetaraan antara suplai air dan detritus biologi
tidak setara dimana suplai air lebih banyak maka akan dihasilkan
endapan sedimen yang halus. Endapan inilah yang menyusun satuan
batupasir batulempung pada wilayah penelitian.
Setelah satuan batupasir batulempung terendapkan proses
tektonik mempengaruhi area penelitian dan menyebabkan
terbentuknya struktur pada area penelitian. Struktur yang terbentuk
di area penelitian berupa sesar naik geser dan sesar geser kanan.
Proses struktur pada daeerah penelitian menyembabkan
terbentuknya jalur intrusi pada wilayah penelitian. Hasil petrografi
menyebutkan batuan intrusi berupa andesit, basalt, dasite, dan
rhyolit yang diduga merupakan proses diferensiasi magma.
Setelah proses denudasional yang lama terbentuklah
bentukan morfologi pada saat ini. Proses denudasional tersebut juga
menghasilkan endapan fluvial disekitar sungai.
6. PERHITUNGAN SUMBER DAYA BATUBARA

PETA PERSEBARAN BATUBARA


6. PERHITUNGAN SUMBER DAYA BATUBARA

PERHITUNGAN SEBARAB BATUBARA


6. PERHITUNGAN SUMBER DAYA BATUBARA

KORELASI ANTAR SINGKAPAN BATUBARA


6. PERHITUNGAN SUMBER DAYA BATUBARA

FUNGSI LAPISAN BATUBARA SEAM 1


6. PERHITUNGAN SUMBER DAYA BATUBARA

FUNGSI LAPISAN BATUBARA SEAM 2


6. PERHITUNGAN SUMBER DAYA BATUBARA

FUNGSI LAPISAN BATUBARA SEAM 3


6. PERHITUNGAN SUMBER DAYA BATUBARA

PERHITUNGAN LUAS LAPISAN BATUBARA

Menggunakan Fungsi
816.000
‫׬‬813.200 𝐹𝑥_𝑥𝑥𝐴 − 𝐹𝑥_𝑥𝑥𝐵 dx
dapat diperoleh luas tiap lapisannya
6. PERHITUNGAN SUMBER DAYA BATUBARA

PERHITUNGAN LUAS LAPISAN BATUBARA SEAM 1


6. PERHITUNGAN SUMBER DAYA BATUBARA

PERHITUNGAN LUAS LAPISAN BATUBARA SEAM 2


6. PERHITUNGAN SUMBER DAYA BATUBARA

PERHITUNGAN LUAS LAPISAN BATUBARA SEAM 3


6. PERHITUNGAN SUMBER DAYA BATUBARA

PERHITUNGAN VOLUME LAPISAN BATUBARA

Menggunakan Fungsi
9.902.000 𝐿𝑏+𝐿𝑑
‫׬‬9.899.821 𝑐𝑜𝑠16,8⁰ dx
2
dapat diperoleh volume tiap lapisannya
6. PERHITUNGAN SUMBER DAYA BATUBARA

PERHITUNGAN VOLUME LAPISAN BATUBARA SEAM 1


6. PERHITUNGAN SUMBER DAYA BATUBARA

PERHITUNGAN VOLUME LAPISAN BATUBARA SEAM 2


6. PERHITUNGAN SUMBER DAYA BATUBARA

PERHITUNGAN VOLUME LAPISAN BATUBARA SEAM 3


6. PERHITUNGAN SUMBER DAYA BATUBARA

PERHITUNGAN VOLUME TOTAL LAPISAN BATUBARA

Berdasarkan data yang diperoleh dari tiap seam maka dapat di peroleh
volume batubara total yaitu 85797146,48 m3 atau 0,086 km3
6. KESIMPULAN
• Hasil analisis data geomorfologi, stratigrafi, struktur geologi,
dan sejarah geologi berupa :
1. Geomorfologi daerah penelitian di bagi menjadi 3 satuan,
yaitu satuan dataran banjir (F 1), satuan perbukitan zona sesar
(S 1), satuan dataran denudasional (D 6). Satuan ini dibagi
berdasarkan klasifikasi Van Zuidam (1985).
2. Stratigrafi daerah penelitian di bagi menjadi 4 satuan, dari tua
ke muda yaitu satuan batupasir, satuan batubara, satuan
batupasir batulempung, satuan intrusi, satuan fluvial
3. Struktur geologi yang berkembang di daerah penelitian
berupa sesar geser kanan (right slip fault) (Rickard, 1972) dan
sesar naik geser kanan (right reverse slip fault) (Rickard, 1972)
6. KESIMPULAN
4. Proses pembentukan batuan sedimen pada wilayah penelitian terjadi saat
eosen. Pada kala itu proses sedimentasi berulang secara terus menerus
menghasilkan satuan batupasir. Kenaikan muka air laut mengakibatkan arus
pembawa sedimen melemah. Pada saat suplai sedimen dan detritus biologi
setimbang akan diendapkan satuan batubara. Kesetimbangan yang sering
bergeser mengakibatkan batubara yang terbentuk multiparting. Setelah
suplai air melewati batas setimbang, sedimen mulai terbawa kembali
menghasilkan satuan batupasir batulempung. Pada analisis palinologi
ditemukan fosil berupa cicatricosisporites dorogensi yang merupakan bagian
dari lempeng gonwana. Hal tersebut membuktikan proses tumbukan
lempeng eurasia dan fragmen kontinen gondwana. Proses perekahan dari
laut cina selatan menghasilkan beberapa kali proses subduksi yang
menghasilkan komposisi batuan intrusi yang beragam. Setelah proses
denudasional yang lama terbentuklah bentukan muka bumi seperti sekarang
dan diendapkan endapan fluvial didaerah penelitian.
6. KESIMPULAN
• Persebaran batubara di permukaan digambarkan dengan
hukum V. Persebaran batubara bawah permukaan di peroleh
dari hasil korelasi dengan menggunakan metode regresi
untuk mendapatkan fungsi persebarannya.
• Hasil perhitungan volume batubara dengan metod regresi
yaitu; 85797146,48 m3 atau 0,086 km3
SEKIAN DAN TRIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai