Forensik Medikoetikolegal
Visum et Repertum Surat Kematian
Tanatologi
Informed Consent
Traumatologi Forensik
Asfiksia
Biomedical Ethics
Kematian Wajar
• Jika orang yang meninggal berada dalam perawatan seorang dokter, diagnosis penyakitnya telah
diketahui, dan kematiannya diduga karena penyakitnya tersebut
• Untuk menentukan penyebab kematian wajar, dokter dapat melakukan verbal autopsy, yaitu suatu
metode anamnesis terstruktur yang diterapkan secara alloanamnesis untuk mengakkan perkiraan
kematian metode telah dibakukan oleh WHO
• Alur Tatalaksana
• Dokter menerima laporan kematian Pemeriksaan luar terhadap mayat (tanpa surat permintaan
visum et repertum dari polisi) dan verbal autopsy pada keluarga Tidak ada tanda kekerasan atau
keracunan serta kecurigaan lain Memutuskan kematian adalah wajar Menyerahkan jenazah
pada keluarga Membuat serta menandatangani surat keterangan kematian (Formulir A)
• Dalam hal yang amat mendesak, paramedic dapat membantu dokter memeriksa jenazah sebagai
kepanjang tangan dokter (varlengde arm van de arts)
Visum et Repertum
terbatas pada “apa yang
dilihat dan ditemukan
oleh si pembuat”,
sehingga dimasukkan ke
dalam alat bukti surat
©Bimbel UKDI MANTAP
Jenis Visum et Repertum
1 VeR perlukaan
(termasuk Deskripsi luka Penyebab luka Derajat luka
keracunan)
2 VeR kejahatan
susila
Bukti
persetubuhan
Bukti kekerasan Perkiraan umur
Pantas tidaknya
korban untuk
dikawin
Visum
hidup
Kejahatan
3 VeR psikiatrik Penyakit jiwa sebagai produk
penyakit jiwa
Psikodinamik
kejahatan
Sebab Mekanisme
Waktu Visum
4 VeR jenazah kematian kematian
Cara kematian perkiraan
kematian mati
1, 2, 4: mengenai tubuh atau raga manusia yang berstatus sebagai korban
3: mengenai mental atau jiwa tersangka atau terdakwa atau saksi lain dari suatu tindak pidana
DEATH
A B C
Mechanism Of Deaths include:
• Hemorrhage
• Asphyxia
• Embolism
• Organ damage
• Vagal reflex
Berhentinya Sirkulasi
Livor mortis
• Accumulation of red cell by
gravity
• The dependent and
compression-free part of the
body
• Thumb pressure (+/-)
• Flat ©Bimbel UKDI MANTAP
Rigor Mortis
• Temperature-dependent physicochemical change that occurs within muscle cells as a result of lack of oxygen
• Periode Relaksasi Primer
• Terjadi segera setelah kematian, berlangsung selama 2-3 jam, seluruh otot mengalami relaksasi dan dapat
digerakkan ke segala arah
• Kaku Mayat (Rigor Mortis)
• Setelah terjadi kematian tingkat seluler, karena ketiadaan oksigen, maka asam laktat akan terbentuk dan
ATP tidak dihasilkan lagi
• Dalam keadaan ATP rendah dan tingkat keasaman yang tinggi, maka serabut aktin dan myosin akan
berikatan dan menimbulkan kekakuan
• Kekakuan dimulai dari bagian luar tubuh (otot-otot kecil) ke arah dalam (sentripetal) dan menjalar
kraniokaudal
• Periode Relaksasi Sekunder
• Terjadi relaksasi kembali karena telah terjadi dekomposisi dari serabut aktin dan myosin
• Keadaan lingkungan Pada keadaan yang kering dan dingin, kaku mayat lebih lambat
terjadi dan berlangsung lebih lama dibandingkan pada lingkungan yang panas dan lembab
• Usia Pada anak-anak dan orang tua, kaku mayat lebih cepat terjadi dan berlangsung
tidak lama
• Cara kematian Pada pasien dengan penyakit kronis dan sangat kurus, kaku mayat cepat
terjadi dan berlangsung tidak lama
• Kondisi otot Semakin berat massa otot (atletis), kaku mayat semakin lambat terjadi
• Aktivitas premortal Aktivitas tinggi sebelum kematian, kaku mayat lebih cepat terjadi
Mumifikasi
• Proses penguapan cairan atau dehidrasi jaringan yang cukup cepat sehingga terjadi
pengeringan jaringan yang selanjutnya dapat menghentikan pembusukan
• Jaringan menjadi keras dan kering, berwarna gelap, berkeriput, dan tidak membusuk
• Terjadi bila suhu hangat, kelembaban rendah, aliran udara baik, tubuh yang dehidrasi, dan
waktu yang lama
Lecet serut
Vulnus
excoriatum/lecet
Lecet tekan
Tumpul Contusio/memar
Lecet geser
- Tepi luka tidak rata
- Bisa ditemukan jembatan Vulnus
jaringan laseratum/robek
Trauma
Stab/tusuk
Vulnus
Tajam incisum/iris
Antemortem Postmortem
Abrasions Abrasions
Tangential Compression
(friction/sliding/scrape) (crushing/pressure) • Reddish-brown • Yellowish in
color color
• Margins are • Translucent area
blurred due to • Margins are
Compression only (luka vital reactions sharply defined
Linear (luka lecet gores)
lecet tekan) • Absence of vital
reactions
Laserasi
Luka tusuk pisau mata satu Luka tusuk pisau mata dua
©Bimbel UKDI MANTAP
Vulnus incisum (luka iris)
• Produced by sharp cutting instruments (knife, razor, blade)
• The sharp edge of the instrument is pressed into and drawn along the surface of the skin,
producing a wound whose length is greater than its depth
• Edges are regular, clear cut, retracted and averted, except in neck and scrotum, edges are inverted
• Drawing cuts deeper at start, gradually become shallow and at the end only skin is cut with
scratch “tailing of the wound”
• Sawing cuts multiple at the beginning and only one deep cut wound called “tentative or
hesitation cuts”
• Bevelling cuts when weapon is used oblique or tangential way over the body
FLAME
©Bimbel UKDI MANTAP
BARREL
Arah putar ke kiri
(Colt)
Senjata api dengan
laras beralur
(Rifled Bore) Arah putar ke
Senjata Api kanan (Smith dan
Senjata api dengan Wesson)
laras licin (Smooth
Bore)
Abrasion Zone
©Bimbel UKDI MANTAP
FAT ZONE A Greasy Bullet Hits The Target Obliquely
• Because the inside of the
barrel of a well-maintained
gun is always greased, it cause
the outside of the bullet Bullet Hole
become greasy after passing it
• This greasy bullet gives a
blackish dirty abrasion zone Blackish-dirty
called fat zone Abrasion Zone
(Fat Zone)
Bullet Hole
Laceration
Exit Wound
• If the bullet hits the body and the
penetrating power strong enough, it can
pass the body and causing an exit wound
on the opposite side of the body • LacerationLike
• Beside have no marginal abrasion, exit • No Abrasion Zone
wounds are characteristically large and
irregular, consisting of holes and
lacerations
• This large and irregular wound take place
when splintered bone is carried out with
the bullet at exit
The abrasion ring, and a very clear This is a soft contact range gunshot entrance
muzzle imprint, are seen in this hard wound with grey-black discoloration from
contact range gunshot wound the burned powder
Bila ada kelim api, berarti korban ditembak dari jarak maksimal 15 cm (LUKA TEMBAK JARAK
SANGAT DEKAT)
Bila ada kelim jelaga, berarti korban ditembak dari jarak maksimal 30 cm. (LUKA TEMBAK
JARAK SANGAT DEKAT)
Bila ada kelim tattoo, berarti korban ditembak dari jarak maksimal 60 cm (LUKA TEMBAK
JARAK DEKAT)
Bila hanya ada kelim lecet, cara pengutaraannya adalah sebagai berikut: “ berdasarkan sifat
lukanya luka tembak tersebut merupakan LUKA TEMBAK JARAK JAUH“, ini mengandung arti:
• 1. Memang korban ditembak dari jarak jauh, yang berartidiluar jangkauanatau jarak tempuh butir-butir mesiu yang
tidak terbakar atau sebagian terbakar.
• 2. Korban ditembak dari jarak dekat atau sangat dekat, akan tetapi antara korban dengan moncong senjata ada
penghalang; seperti bantal dan lain sebagainya.
Fase Dispnea
•Penurunan kadar oksigen dan peningkatan kadar karbon dioksida merangsang respiratory center
di medulla oblongata amplitude dan frekuensi pernapasan meningkat sebagai kompensasi
terjadi dyspnea
Fase Konvulsi
•Peningkatan karbon dioksida lebih lanjut merangsang susunan saraf pusat terjadi konvulsi
(kejang) kejang klonik kejang tonik spasme opistotonik
Fase Apnea
•Depresi respiratory center pernapasan melemah kesadaran menurun dan relaksassi sfingter
Fase Akhir
•Paralisis pusat pernapasan lengkap
Penyumbatan Pencekikan
Pembekapan Penjeratan Gantung Tenggelam
(Gagging dan (Manual
(Smothering) (Strangulation) (Hanging) (Drowning)
Choking) Strangulation)
Penjeratan (Strangulation)
• Penekanan benda asing berupa tali, ikat pinggang, rantai, kawat dan sebagainya melingkari atau mengikat
leher hingga saluran pernapasan tertutup
• Bunuh diri (self strangulation) pengikatan oleh korban sendiri dengan simpul hidup dengan jumlah lilitan
lebih dari satu
• Pembunuhan pengikatanbiasanya dengan simpul mati
• Kecelakaan misalnya pekerja yang bekerja dengan tali kemudian terjatuhdan terlilit
• Pemeriksaan luar
• Jejas jerat biasanya mendatar, lebih rendah dari jejas jerat pada kasus gantung
• Pola jejas dapat dilihat dengan menempelkan transparent scotch tape, kemudian dilihat di bawah mikroskop
• Terdapat luka lecet tekan di sekitar jejas jerat
Klasifikasi Deep
inspiration
Cough reflex
Air Asin: Konsentrasi elektrolit lebih tinggi → air akan ditarik dari
Mekanisme Spasme Laring (Dry sirkulasi pulmonal ke dalam jaringan interstitial paru → oedem
Kematian Drowning) pulmonal hemokonsentrasi, hipovolemi syok hipovolemik
dan henti jantung
Refleks Vagal
(Immersion Drowning Types
Syndrome)
• I Dry Drowning or Immersion Syndrome
• IIa Fresh water
• Iib Salt water
Pemeriksaan Diatom
• Merupakan alga bersel satu dengan dinding terdiridari silikat (SiO2) yang tahan panas dan asam kuat
• Pemeriksaan Destruksi Asam pada Paru
• Jaringan perifer paru diambil sebanyak 100 gram tambahkan asam sulfat pekat diamkan selama kurang
lebih setengah hari agar jaringan hancur dipanaskan dalam lemari asam sambil diteteskan asam nitrat
pekat sampai terbentuk cairan yang jernih dinginkan dan lakukan sentrifugasi hingga terbentuk sedimen
lihat di bawah mikroskop
• Pemeriksaan diatom positif bila terdapat 4-5 diatom/lpb atau 10-20 per satu sediaan
• Pemeriksaan Getah Paru
• Paru disiram air bersih iris bagian perifer ambil sedikit cairan perasan dari jaringan perifer taruh pada
gelas objek amati di bawah mikroskop
Trauma Panas
• Burns are caused by the transfer of energy from a physical or chemical source into living
tissues, which causes disruption of their normal metabolic processes and commonly leads
to irreversible changes that end in tissue death
• Complete epidermal necrosis can occur at 44°C if exposed for 6 hours, while such
necrosis occurs within 5 seconds at 60°C and less than 1 second at 70°C
• Burn where the heat source is dry
• Scalding where the heat source is wet with moist heat from hot water, steam and
other hot liquids
• Hyperthermia – a condition where the core body temperature is greater than 40°C
(100°F) – occurs when heat is no longer effectively dissipated, leading to excessive heat
retention
Delayed
Moderate
hypothermia
Core temperature
(30–32°C)
Severe hypothermia
Core temperature (<
30°C)
Faktor Penting
• Ibu Hanya ibu kandung sendiri yang dapat dihukum, apabila orang lain turut membantu maka orang lain tersebut
diancam sebagai tindak pembunuhan biasa
• Waktu Tidak disebutkan batasan waktu, hanya dinyatakan “pada saat dilahirkan atau tidak lama kemudian”
belum timbul rasa kasih sayang seorang ibu
• Psikis Terdorong oleh rasa ketakutan akan diketahu orang telah melahirkan anak
Uji apung paru hasil negatif Uji apung paru hasil positif
(tenggelam) (terapung)
Pemeriksaan mikroskopik paru Pemeriksaan mikroskopik paru
adanya tonjolan (projections) yang tidak adanya tonjolan (projections)
berbentuk
©Bimbel seperti bantal
UKDI MANTAP
yang berbentuk seperti bantal
Umur Bayi
Problems CLOSE
in Mass • The probable names of all the victims are known, as
Disasters the number of individuals belonging to a fixed
identifiable group.
Need Difficult
coordination transportation
inter- to the area MIXED
department
Steps in Investigating
Mass Disasters
Disaster
Victim Initial Action at the Disaster
Investigations Site
Reconcilliation
• Pembandingan data post mortem dengan ante mortem
• Apabila data yang dibandingkan terbukti cocok maka dikatakan identifikasi positif atau telah tegak
• Apabila data yang dibandingkan ternyata tidak cocok maka identifikasi dianggap negative dan data pos mortem
jenazah tetap disimpan sampai deitemukan data antemortem yang sesuai
Classifications
• Loops (65%) radial or ulnar, depending on the side of the hand the tail points towards
• Whorl (25%)
• Arch (7%) plain arches or tented arches
• Composite/mixed (3%) central pocket loop, double loop, accidentals
©Bimbel UKDI MANTAP
Points for comparison
• Presence of center (core) and 16 -20 points of fine
triangle (delta) in the print comparison are
• Presence of pores
(poroscopy)
accepted as proof of
• Minutae of ridges ridge identity
ending, bifurcation, spur
formation, dots, lakes, broken
ridge, short ridge etc
The Cell
Smallest unit of life
Chromosomes
The “nucleus” (one of
many organelles) contains Our body’s way of
Genes
organizing all the
genetic information the
cell needs to exist and information that our Each chromosome
DNA
reproduce genetic material contains contains 100s to 1000s of
Most cells organize 23 pairs in humans information blocks called Each chromosome and
genetic information into Each pair contains one genes every gene is made of
chromosomes from mother and one Each gene is the blueprint deoxyribonucleic acid
from father for a specific protein in (DNA)
the body DNA is normally double
stranded
Mitochondrial DNA
• Genetic material from the mitochondria (cellular organelle
where energy is produced)
• Inherited from the mother only
• Advantages more sensitive (less DNA needed), degrades
slower than nuclear DNA; can be used in cases where
nuclear DNA cannot (hair without root, skeletal remains)
• Disadvantages all people of same maternal line will be
indistinguishable (less discriminatory); more work, more
time consuming, more costly
Justice
Concerns the
Non-maleficence distribution of scarce
“first, do no harm” health resources, and
the decision of who gets
(primum non nocere) what treatment
(fairness and equality)
(lustitia)
Threshold • Kompeten disini diartikan sebagai kapasitas untuk membuat keputusan medis
• Secara hukum seseorang dianggap cakap (kompeten) apabila telah dewasa, sadar
Element dan berada dalam keadaan mental yang tidak di bawah pengampuan
Information • Elemen ini terdiri dari dua bagian yaitu, disclosure (pengungkapan) dan
understanding (pemahaman)
• Pengertian ”berdasarkan pemahaman yang adekuat membawa konsekuensi
Element kepada tenaga medis untuk memberikan informasi (disclosure) sedemikian rupa
sehingga pasien dapat mencapai pemahaman yang adekuat
• Elemen ini terdiri dari dua bagian yaitu, voluntariness (kesukarelaan, kebebasan)
Consent dan authorization (persetujuan)
• Kesukarelaan mengharuskan tidak ada tipuan, misrepresentasi ataupun paksaan.
Element Pasien juga harus bebas dari ”tekanan” yang dilakukan tenaga medis yang bersikap
seolah-olah akan ”dibiarkan” apabila tidak menyetujui tawarannya
©Bimbel UKDI MANTAP
Bentuk Persetujuan Tindakan Kedokteran
Praktik kedokteran
Rangkaian kegiatan yang dilakukan dokter wajib
berpedoman pada 3
oleh dokter dan dokter gigi nilai, yaitu:
Disiplin
Sertifikat Surat Tanda Surat Izin
Ijazah Kompetensi Registrasi Praktik (SIP)
(STR)
Hukum
Risiko Medis
SEBAGIANDIANGGAPACCEPTABLE:
Tingkatprobabilitasdankeparahannya
minimal(umumnyabersifat Risiko“bermakna”tetapiharus Risikoygunforeseeable=tidakdapat
foreseeablebutunavoidable: diambilkarena“theonlyway” diketahuisebelumnya
calculated,controllable)
Medical Adverse
Error Event
Potential
Adverse
Events
Kesalahan dari sudut pandang etika disebut ethical malpractice dan dari
sudut pandang hukum disebut yuridical malpractice
Malpractice
Ethical Juridical
Malpractice Malpractice
Klasifikasi Juridical Malpractice
Kesengajaan/Intentional/dolus
AbortusCriminalis(Pasal338KUHP,Pasal344
Euthanasia(Pasal338KUHP,Pasal344KUHP,Pasal
KUHP,Pasal346KUHP,Pasal347KUHP,Pasal348 Keteranganpalsu(Pasal267-268KUHP)
345KUHP)
KUHP,Pasal349KUHP)
Kealpaan/Kelalaian/Negligence/culpa
Kematian(Pasal359KUHP) LukaBerat(Pasal360KUHP,Pasal90KUHP)
©Bimbel UKDI MANTAP
2. Civil Malpractice (Malpraktik Perdata)
• Seorang tenaga kesehatan akan disebut melakukan civil malpractice apabila tidak melaksanakan kewajiban atau tidak
memberikan prestasinya sebagaimana yang telah disepakati (ingkar janji). Tindakan tenaga kesehatan yang dapat
dikategorikan civil malpractice antara lain:
• a. Tidak melakukan apa yang menurut kesepakatannya wajib dilakukan.
• b. Melakukan apa yang menurut kesepakatannya wajib dilakukan tetapi terlambat melakukannya
• c. Melakukan apa yang menurut kesepakatannya wajib dilakukan tetapi tidak sempurna.
• d. Melakukan apa yang menurut kesepakatannya tidak seharusnya dilakukan.
• Pertanggung jawaban civil malpractice dapat bersifat individual atau korporasi dan dapat pula dialihkan pihak lain
berdasarkan principle of vicarius liability. Dengan prinsip ini maka rumah sakit/sarana kesehatan dapat bertanggung gugat
atas kesalahan yang dilakukan karyawannya (tenaga kesehatan) selama tenaga kesehatan tersebut dalam rangka
melaksanakan tugas kewajibannya.
Pencegahan
Malpraktik
Norma dalam Praktik Pelanggaran dan Penanganan Norma Praktik
Kedokteran Kedokteran
Disiplin
Aturan Penerapan
Keilmuan
Kedokteran
Etika
Aturan Hukum
Penerapan Etika Aturan Hukum
Kedokteran Kedokteran
(KODEKI)
ETIK, DISIPLIN DAN HUKUM
ETIK DISIPLIN HUKUM
1.DibuatolehPemerintahdanDewan
1.Dibuatdandisepakatioleh 1.OrganisasiProfesi.
PerwakilanRakyat
organisasiprofesi(IDI) 2.StandarProfesi
2.UU,PP,Keppres,dsb
2.KodeEtik 3.Diatur,NormaPrilaku
3.Diatur,normaprilakumanusiapada
3.Diatur,normaprilakupelaksanaan pelaksanaprofesi
umumnya
profesi 4.Sanksimoralpsikologisdan
4.Untukpidana:mati/kunjungan,
4.Sanksi,yaitumoralpsikologis teguran/pencabutan
penjara,dendaUntukPerdata:ganti
5.Yangmengadili:Ikatan/organisasi 5.Yangmengadili:Badanyang
rugiAdm:teguran/pencabutan
profesiterkait;MajelisKehormatan dibentuk:MajelisKehormatan
5.Pengadilan:
EtikKedokteran(MKEK),Panitia DisiplinKedokteranProvinsi
Perdata:gugatankepengadilan
PertimbangandanPembinaanEtik danMajelisKehormatan
Pidana:laporan/tuntutan
Kedokteran(P3EK) DisiplinKedokteranPusat
Adm:gugatankepengadilan
Norma Etika Kedokteran
Kewajiban
Umum
Kewajiban
Dokter
terhadap
Teman
Sejawat
Kewajiban Umum
Persidangan MKEK bersifat inkuisitorial khas profesi, yaitu Majelis (ketua dan
anggota) bersikapaktif melakukan pemeriksaan, tanpa adanya badan atau
perorangan sebagai penuntut
4. Menyediakan dokter atau dokter gigi pengganti sementara yang tidak memiliki kompetensi dan kewenangan yang
sesuai, atau tidak melakukan pemberitahuanperihal penggantian tersebut.
5. Menjalankan praktik kedokteran dalam kondisi tingkat kesehatan fisik ataupun mental sedemikian rupa sehingga
tidak kompeten dan dapat membahayakan pasien
6. Dalam penatalaksanaan pasien, melakukan yang seharusnya tidak dilakukan atau tidak melakukan yang
seharusnya dilakukan, sesuai dengan tanggung jawab profesionalnya, tanpa alasan pembenar atau pemaaf yang sah,
sehingga dapat membahayakan pasien
7. Melakukan pemeriksaan atau pengobatan berlebihan yang tidak sesuai dengan kebutuhan pasien
8. Tidak memberikan penjelasan yang jujur, etis dan memadai (adequate information)kepada pasien atau
keluarganya dalam melakukan praktik kedokteran
9. Melakukan tindakan medik tanpa memperoleh persetujuan dari pasien atau keluarga dekat atau wali atau
pengampunya.
©Bimbel UKDI MANTAP
10. Dengan sengaja, tidak membuat atau menyimpan rekam medik, sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan
atau etika profesi.
11. Melakukan perbuatanyang bertujuan untukmenghentikankehamilan yang tidak sesuai dengan ketentuan, sebagaimana
diatur dalam peraturan perundang-undangan dan etika profesi.
12. Melakukan perbuatanyang dapat mengakhiri kehidupanpasien atas permintaan sendiri dan atau keluarganya
13. Menjalankan praktik kedokterandengan menerapkan pengetahuanatau keterampilanatau teknologi yang belum diterima
atau di luar tata cara praktik kedokteran yang layak.
14. Melakukan penelitian dalam praktik kedokterandengan menggunakan manusia sebagai subjek penelitian, tanpa
memperolehpersetujuanetik (ethical clearance) dari lembaga yang diakui pemerintah.
15. Tidak melakukanpertolongandarurat atas dasar perikemanusiaan,padahal tidak membahayakan dirinya, kecuali bila ia yakin
ada orang lain yang bertugas dan mampu melakukannya
16. Menolak atau menghentikantindakanpengobatanterhadap pasientanpa alasan yang layak dan sah sebagaimana diatur
dalam peraturan perundang-undangan atau etika profesi.
17. Membuka rahasia kedokteran, sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan atau etika profesi
18. Membuat keteranganmedik yang tidak didasarkankepada hasil pemeriksaan yang diketahuinya secara benar dan patut
20. Meresepkan atau memberikan obat golongan narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya (NAPZA) yang
tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan etika profesi.
21. Melakukan pelecehan seksual, tindakan intimidasi atau tindakan kekerasan terhadap pasien, di tempat
praktik.
22. Menggunakan gelar akademik atau sebutan profesi yang bukan haknya
23. Menerima imbalan sebagai hasil dari merujuk atau meminta pemeriksaan atau memberikan resep obat/alat
kesehatan
24. Mengiklankan kemampuan/pelayanan atau kelebihan kemampuan/ pelayanan yang dimiliki, baik lisan
ataupun tulisan, yang tidak benar atau menyesatkan
25. Ketergantungan pada narkotika, psikotropika, alkohol serta zat adiktif lainnya
26. Berpraktik dengan menggunakan Surat Tanda Registrasi (STR) atau Surat Ijin Praktik (SIP) dan/atau sertifikat
kompetensi yang tidak sah
28. Tidak memberikan informasi, dokumen dan alat bukti lainnya yang diperlukan MKDKI untuk pemeriksaan atas
pengaduan dugaan pelanggaran disiplin
©Bimbel UKDI MANTAP
Alur Penanganan Pelanggaran Norma Disiplin Profesi Kedokteran
MKDKI
(MAJELIS KEHORMATAN DISIPLIN KEDOKTERAN INDONESIA)
Tugas KKI
Divisi KKI
HAK
• Mendapatkan penjelasan lengkap tentang rencana tindakan medis yang akan
dilakukan dokter.
• Bisa meminta pendapat dokter lain (second opinion).
• Mendapat pelayanan medis sesuai dengan kebutuhan.
• Bisa menolak tindakan medis yang akan dilakukan dokter bila ada keraguan.
• Bisa mendapat informasi rekam medis.
KEWAJIBAN
• Memberikan informasi yang lengkap, jujur dan dipahami tentang masalah
kesehatannya.
• Mematuhi nasihat dan petunjuk dokter.
• Mematuhi ketentuan yang berlaku di sarana pelayanan kesehatan.
• Memberikan imbalan jasa atas pelayanan yang diterima.
Hak dan Kewajiban Dokter (UU No. 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran
Pasal 50 dan 51)
HAK
• Memperoleh perlindungan hukum sepanjang melaksanakan tugas sesuai standar profesi
dan standar operasional prosedur.
• Memberikan pelayanan medis sesuai standar profesi dan standar operasional prosedur.
• Memperoleh informasi yang lengkap dan jujur dari pasien atau keluarganya.
• Menerima imbalan jasa.
KEWAJIBAN
• Memberikan pelayanan medis sesuai standar profesi dan standar operasional prosedur
serta kebutuhan medis.
• Apabila tidak tersedia alat kesehatan atau tidak mampu melakukan suatu
pemeriksaan/pengobatan, bisa merujuk pasien ke dokter/sarana kesehatan lain yang
mempunyai kemampuan lebih baik.
• Merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang pasien, bahkan setelah pasien itu
meninggal dunia.
• Melakukan pertolongan darurat atas dasar perikemanusiaan, kecuali bila ia yakin ada orang
lain yang mampu melakukannya.
• Mengikuti perkembangan ilmu kedokteran.
Do Not Resucitate (DNR)
DNR atau do-not-resuscitate adalah suatu perintah yang
memberitahukan tenaga medis untuk tidak melakukan CPR. Hal ini
berarti bahwa dokter, perawat, dan tenaga emergensi medis tidak akan
melakukan usaha CPR emergensi bila pernapasan maupun jantung
pasien berhenti.
Perintah DNR hanyalah sebuah keputusan mengenai CPR dan tidak terkait dengan usaha
pengobatan lainnya.
Anggota keluarga wali dapat memberikan persetujuan atau consent untuk DNR hanya jika pasien tidak mampu
memutuskan bagi dirinya sendiri dan pasien belum memutuskan/memilih orang lain untuk mengambil
keputusan tersebut. Contohnya, dalam keadaan:
• Pasien dalam kondisi sakit terminal
• Pasien yang tidak sadar secara permanen
• CPR tidak akan berhasil (medical futility)
• CPR akan menyebabkan kondisi akan menjadi lebih buruk
Definisi
•Secara harafiah Mati secara baik
dan mudah
•Secara medis Membantu pasien
untuk mati cepat, untuk
membebaskan dari penderitaan
akibat penyakitnya
©Bimbel UKDI MANTAP
Aspek Hukum Euthanasia di Indonesia
Lex Generalis/umum
•Undang-undang no. 8 tahun 1981 tentang KUHAP (Pasal 120, 133, 180)
•Undang-undang tentang KUH Pidana (KUHP) (Pasal 338, 340, 344, 345,
359)
•Undang-undang tentang KUH Perdata
Lex Spesialis/khusus
•Undang-undang no 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran
•Undang-undang no 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
©Bimbel UKDI MANTAP
Pasal 338 KUHP
•“Barang siapa dgn sengaja menghilangkan jiwa orang lain karena pembunuhan biasa, dihukum dgn hukuman penjara
selama-lamanya lima belas tahun.”
•“Barangsiapa dgn sengaja & rencana terlebih dahulu menghilangkan jiwa orang lain, karena bersalah melakukan
pembunuhan berencana, dipidana dgn pidana mati atau penjara seumur hidup atau dipenjara sementara selama-
lamanya dua puluh tahun.
•“Barangsiapa menghilangkan jiwa orang lain atas permintaan orang itu sendiri, yang disebutkannya dgn nyata &
sungguh-sungguh dihukum penjara selama-lamanya dua belas tahun.”
•“Barangsiapa dengan sengaja membujuk orang lain untuk bunuh diri, menolongnya dalam perbuatan itu atau memberi
sarana kepadanya untuk itu, diancam pidana penjara paling lama 4 tahun, kalau orang itu jadi bunuh diri.”
•“Menyebabkan matinya seseorang karena kesalahan atau kelalaian, dipidana dengan pidana penjara selama-lamanya
lima tahun atau pidana kurungan selama satu tahun.”
• (1) “Setiap orang berhak menuntut ganti rugi terhadap seseorang, tenaga kesehatan,dan/atau
penyelenggara kesehatan yg menimbulkan kerugian akibat kesalahan atau kelalaian dalam
pelayanan kesehatan yg diterimanya.”
• (2) “Tuntutan ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tdk berlaku bagi tenaga kesehatan yg
melakukan tindakanpenyelamatan nyawa atau pencegahankecacatan seseorang dalam keadaan
darurat.”
• (1) “Pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan dan/atau tenaga kesehatan yg melakukan praktik atau
pekerjaan pd fasilitas pelayanan kesehatanyg dgn sengaja tdk memberikan pertolongan pertama
thd pasien yg dalam keadaan gawat darurat sebagaimana dimaksud dalam pasal 32 ayat (2) atau
pasal 85 ayat (2) dipidana dgn pidana penjara paling lama 2 tahun dan denda paling banyak dua
ratus jt rupiah.”
• (2) “Dalam hal perbuatansebagaimana ayat 1 mengakibabkanterjadinya kecacatan atau kematian,
pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan dan/atau tenaga kesehatan tersebut dipidana dgn pidana
penjara paling lama 10 tahun dan denda paling banyak satu milyar rupiah.”
©Bimbel UKDI MANTAP
Klasifikasi Euthanasia