Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Veve
Blok Sistem Reproduksi
2018
Mind mapping
Persalinan
Normal Abnormal
• Persalinan lama
• Retensi plasenta
• Inversio uterus
• Menjelaskan persalinan
• Perdarahan post partum abnormal (definisi, etiologi,
• Ruptur perineum klasifikasi, patfis, tanda & gejala,
• Ruptur serviks
• Ruptur uteri
PF, PP, tatalaksana farmakologis
1
• Ketuban pecah dini dan non-farmakologis, prognosis,
• Persalinan preterm dan komplikasi)
• Persalinan post matur
• Subinvolusio uterus
Ruptur perineum
Definisi : Etiologi :
- Kepala janin terlalu cepat;
• luka pada perineum yang - Persalinan tidak dipimpin sebagaimana
disebabkan rusaknya mestinya;
jaringan secara alamiah - Sebelumya pada perineum terdapat
karena proses desakan banyak jaringan parut;
kepala janin atau bahu pada - Pada persalianan dengan distosia bahu
saat persalinan. - Presentasi defleksi (dahi,muka);
• Bentuk ruptur biasanya - Primipara
tidak teratur penjahitan - Letak sungsang
- Pada obstetri dan embriotomi:
ekstraksi vakum, ekstraksi forsep, dan
embriotomi
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/54798/Chapter%20II.pdf?sequence=4
Laserasi derajat I : robekan superfisial Laserasi derajat II : meluas ke fascia
yang melibatkan mukosa vagina dan / dan otot korpus perineum.
kulit perineal.
Leeman L, Spearman M, Rogers R. Repair of obstetric perineal lacerations. Am Fam Physician. 2003 Oct 15; 68(8): 1585-90.
Cunningham FG, et al. Williams obstetrics. 24th ed. 2014. United States: McGraw-Hill
Leeman L, Spearman M, Rogers R. Repair of obstetric perineal lacerations. Am Fam Physician. 2003 Oct 15; 68(8): 1585-90.
Ruptur perineum tingkat 3-4
• = laserasi tingkat tinggi
• Jangka pendek perdarahan>, nyeri setelah melahirkan, > resiko infeksi
• Jangka panjang > resiko inkontinensia anal, dispareunia
• Insiden: 0,25 – 6 %
• Faktor resiko : episiotomi medial, nulipara, kala 2 memanjang, posisi occiput
posterior persisten, persalinan per vagina operatif, ras Asia, bayi BB >
• Tatalaksana:
– Penjahitan mukosa rektal (tdk menembus seluruh mukosa/sampai kanal anal cegah
fistula) dengan polyglactin 910
– Penjahitan m. sfingter ani interna
– Penjahitan m. sfingter ani eksterna (overlapping > end-to-end technique)
– Idem tatalaksana ruptur perineum tingkat 1-2
– Docusate sodium < rusaknya jahitan akibat tekanan saat defekasi
• Pencegahan:
– Minimalkan penggunaan episiotomi dan persalinan per vagina operatif
– Tindakan vakum lbh baik drpd forsep
Cunningham FG, et al. Williams obstetrics. 24th ed. 2014. United States: McGraw-Hill
Leeman L, Spearman M, Rogers R. Repair of obstetric perineal lacerations. Am Fam Physician. 2003 Oct 15; 68(8): 1585-90.
Cunningham FG, et al. Williams obstetrics. 24th ed. 2014. United States: McGraw-Hill
Leeman L, Spearman M, Rogers R. Repair of obstetric perineal lacerations. Am Fam Physician. 2003 Oct 15; 68(8): 1585-90.
Perdarahan post
partum Etiologi
tersering
• Bedakan atonia uteri (uterus
lembek, perdarahan saat
massase uterus) dengan laserasi
saluran genitalia (vagina, cervix)
(bisa terjadi bersamaan)
• Bila bukan atonia atau laserasi
saluran genitalia ruptur
uteri ?
• Etiologi tersering: abruptio
placenta, SC, manual placenta,
hipotoni/atoni uterus,
endometritis, kelainan koagulasi
darah.
Cunningham FG, et al. Williams obstetrics. 24th ed. 2014. United
States: McGraw-Hill
Zubor P, et al. recurrent secondary postpartum hemorrhages due
to placental site vessel subinvolution and local uterine tissue
coaagulopathy. BMC Pregnancy Childbirth. 2014; 14: 80.
Perdarahan Pascasalin (HPP/Hemorargia Post
Partum)
Definisi Perdarahan pascasalin primer terjadi dalam
24 jam pertama setelah persalinan, sementara
perdarahan pascasalin sekunder adalah perdarahan
pervaginam yang lebih banyak dari normal antara 24
jam hingga 12 minggu setelah persalinan.
Diagnosis Perdarahan pascasalin adalah perdarahan
>500 ml setelah bayi lahir atau yang berpotensi
mempengaruhi hemodinamik ibu.
Faktor Predisposisi
Kelainan implantasi dan pembentukan plasenta: plasenta
previa, solutio plasenta, plasenta akreta/inkreta/perkreta,
kehamilan ektopik, mola hidatidosa
Kementrian Kesehatan RI. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas
Kesehatan Dasar dan Rujukan Pedoman Bagi Tenaga Kesehatan. Edisi pertama.
Jakarta: Kementrian Kesehatan RI, 2013
Perdarahan Pascasalin (HPP/Hemorargia Post
Partum)
– Trauma saat kehamilan dan persalinan: episiotomi, persalinan
per vaginam dengan instrumen (forsep di dasar panggul atau
bagian tengah panggul), bekas SC atau histerektomi
– Volume darah ibu yang minimal, terutama pada ibu berat
badan kurang, preeklamsia berat/eklamsia, sepsis, atau gagal
ginjal
– Gangguan koagulasi
– Pada atonia uteri, penyebabnya antara lain uterus
overdistensi (makrosomia, kehamilan kembar, hidramnion
atau bekuan darah), induksi persalinan, penggunaan agen
anestetik (agen halogen atau anastesia dengan hipotensi),
persalinan lama, korioamnionitis, persalinan terlalu cepat dan
riwayat atonia uteri sebelumnya
Cunningham FG, et al. Williams obstetrics. 24th ed. 2014. United States: McGraw-Hill
Atonia uterus - Tatalaksana:
• Inspeksi u/ menyingkirkan laserasi jalur lahir
• Inspeksi plasenta setelah lahir plasenta tdk lengkap
eksplorasi uerus manual, singkirkan fragmen plasenta
• Saat inspeksi uterus dimassage dan beri uterotonika
• Tdk merespon uterotonika
kompresi bimanual datangkan tim emergensi obstetri; whole
blood / packed red cells; tim anestesi lanjutkan IV kristaloid dg
oxitosin, masukan kateter foley u/ monitor urine output
resusitasi volume dg infus kristaloid rapid sedasi, analgesik, atau
anestesi eksplorasi manual fragmen plasenta, abnormalitas
uterus (laserasi, ruptur) inspeksi vagina, cervix (laserasi). Jika ibu
tdk stabil/perdarahan persisten transfusi darah
Ballon tamponade (dibantu USG)
Cunningham FG, et al. Williams obstetrics. 24th ed. 2014. United States: McGraw-Hill
Cunningham FG, et al. Williams obstetrics. 24th ed. 2014. United States: McGraw-Hill
• Pendarahan pascapartum lanjutan : Pemeriksaan
Pendarahan dalam 24 jam sampai 12 - Inspeksi
minggu setelah pelahiran. - Sonografi
• Pendarahan 1-2 minggu uterus
Penatalaksanaan
karena retensi sisa plasenta
nekrosis membentuk polip plasenta - Kuretase
polip terlepas dari miometrium I : pendarahan yang banyak dan presisten.
pendarahan aktif. KI : perdarahan awitan lambat
Karakteristik klinis memperburuk k/ merobek tempat implantasi.
- Pendarahan bisa sebelum dan - Hasil sonografi terlihat uterus kosong
sesudah keluarnya plasenta oksitosin, ergonovine, methylergonovine,
- Biasanya pendarahan konstan atau anolog prostaglandin, + antimikroba
- pendarahan bisanya moderate (infeksi).
berkelanjutan hipovolemia berat. - Hasil sonografi terdapat bekuan darah yang
Diagnosis besar dalam rongga uterus suction
- Uterus sudah mengeras dan ringan
berkontraksi baik tetapi pendaharahan
Pencegahan
masih berlanjut Karena laserasi
- Darah berwarna merah terang - Misoprosol peroral 2-3 tablet 400-600 μg
darah berasal dari arteri akibat segera setelah lahir.
laserasi - Melakukan pemeriksaan kehamilan dengan
rutin.
Sumber : williams ed 23
Partus lama
Cunningham FG, et al. Williams obstetrics. 24th ed. 2014. United States: McGraw-Hill
Persalinan Lama
• Persalinan lama disebut juga “distosia”, didefinisikan
sebagai persalinan abnormal / sulit.
• Sebab – sebabnya dapat digolongkan sebagai
berikut :
• Kelainan tenaga (kelainan his) His yang tidak normal
dalam kekuatan atau sifatnya menyebabkan kerintangan
pada jalan lahir yang lazim terdapat pada setiap
persalinan, tidak dapat diatasi sehingga persalinan
mengalami hambatan
• Kelainan janin kelainan letak dan bentuk janin
• Kelainan jalan lahir ukuran & bentuk jalan lahir bisa
menghalangi kemajuan persalinan
Jenis – Jenis Kelainan His
• Inersia Uteri
– Kelainan terletak dalam hal kontraksi uterus lebih aman, singkat
dan jarang daripada biasa.
– Keadaan umum penderita biasanya baik dan rasa nyeri tidak
seberapa.
– Selama ketuban masih utuh biasanya tidak berbahaya, baik
bagi ibu maupun janin, kecuali persalinan berlangsung terlalu
lama, dalam hal terakhir ini morbiditas ibu dan mortalitas anak
baik keadaan ini disebut inersia uteri primer / hypotonic
contraction.
– Kalau timbul setelah kontraksi his kuat untuk waktu yang lama
inersia sekunder.
Jenis – Jenis Kelainan His
• His yang terlalu kuat dan terlalu efisien menyebabkan persalinan selesai
dalam waktu yang sangat singkat.
• Partus yang sudah selesai kurang dari 3 jam partus presipitatus.
• Bahaya partus presipitatus bagi ibu adalah terjadi perlukaan luas pada
jalan lahir, khususnya vagina dan perineum.
• Bagi bayi bisa mengalami perdarahan dalam tengkorak karena bagian
tersebut mengalami tekanan kuat dalam waktu yang singkat.
• Batas antara bagian atas dan segmen bawah rahim / lingkaran retraksi
menjadi sangat jelas dan meninggi lingkaran retraksi patologik /
lingkaran Bandl. Ligamentum rontunda menjadi tegang serta lebih jelas
teraba, penderita merasa nyeri terus – menerus dan menjadi gelisah.
• Apabila tidak diberi pertolongan, regangan segmen bawah uterus
melampaui kekuatan jaringan ruptur uteri.
Jenis – Jenis Kelainan His
• Incoordinate uterine action
– Tidak adanya koordinasi antara kontraksi bagian atas, tengah dan bawah
menyebabkan his tidak efisien dalam mengadakan pembukaan.
– Disamping itu, tonus otot uterus yang menaik menyebabkan rasa nyeri
yang lebih keras dan lama bagi ibu, dapat pula menyebabkan hipoksia
pada janin.
– Ada kalanya persalinan tidak maju karena kelainan pada serviks
distosia servikalis.
– Distosia servikalis primer serviks tidak membuka karena tidak
mengadakan relaksasi berhubungan dengan incoordinate uterine action.
Kala I menjadi lama, dan dapat diraba jelas pinggir serviks yang kaku.
– Distosia servikalis sekunder kelainan organik pada serviks, misalnya
karena jaringan parut / karena karsinoma.
Etiologi
• Kelainan his terutama pada primigravida, khususnya
primigravida tua.
• Pada multipara lebih banyak ditemukan kelainan yang
bersifat inersia uteri.
• Peregangan rahim yang berlebihan pada kehamilan
ganda ataupun hidramnion juga dapat merupakan
penyebab inersia uteri yang murni.
• Gangguan dalam pembentuka uterus pada masa
embrional, misalnya uterus bikornis unikolis, dapat pula
mengakibatkan kelainan his.
Kriteria Diagnostik Kelainan Persalinan Akibat
Persalinan Lama atau Persalinan Macet
Pola Persalinan Nulipara Multipara
Persalinan lama
• Pembukaan < 1,2 cm/jam < 1,5 cm/jam
• Penurunan < 1,0 cm/jam < 2,0 cm/jam
Persalinan Macet
• Tidak ada >2 jam >2 jam
pembukaan >1 jam >1 jam
• Tidak ada
penurunan
Tatalaksana
• Tekanan darah diukur tiap 4 jam, bahkan pemeriksaan ini perlu dilakukan lebih
sering apabila ada gejala preeklamsia.
• DJJ dicatat setiap 30 menit dalam kala I dan lebih sering pada kala II.
• Kemungkinan dehidrasi dan asidosis harus mendapat perhatian sepenuhnya.
• Sebaiknya diberikan infus larutan glukosa 5% dan larutan NaCl isotonik secara
IV.
• Untuk mengurangi rasa nyeri diberikan Petidin 50mg yang dapat diulangi.
• Dalam menentukan sikap lebih lanjut perlu diketahui apakah ketuban sudah
atau belum pecah. Apabila sudah pecah, maka keputusan untuk menyelesaikan
persalinan tidak boleh ditunda terlalu lama berhubung dengan bahaya infeksi.
• Sebaiknya dalam 24 jam setelah ketuban pecah sudah dapat diambil keputusan
apakah perlu dilakukan seksio sesarea dalam waktu singkat atau persalinan
dapat dibiarkan berlangsung terus.
Retensio Plasenta
Definisi Keadaan ketika plasenta belum lahir setengah jam setelah janin lahir.
Tanda dan Gejala Tummy cramps, heavy bleeding, foul vaginal discharge, fever, lack of breastmilk
Tatalaksana - 20-40 unit oksitosin dalam 1000 ml larutan NaCl 0,9%/ ringer laktat 60
tetes/menit & 10 unit IM. Lanjutkan infus oksitosin 20 unit dalam 1000 ml ml
larutan NaCl 0,9%/ ringer laktat 40 tetes/menit hingga perdarahan berhenti
- Tarikan tali pusat terkendali
- Bila tidak berhasil plasenta manual
- Antibiotika profilaksis dosis tunggal (ampisilin 2 g IV dan metronidazol 500 mg IV)
- Segera atasi/ rujuk bila terjadi komplikasi perdarahan hebat/ infeksi
Plasenta manual
LO 3: Inversio Uteri
Subinvolusio Uteri
• Menetapnya atau terjadinya
retardasi involusi.
• Etiologi: retensi potongan plasenta,
infeksi
• Tanda & gejala:
- Pemanjangan masa
pengeluaran lokhia
- Perdarahan uterus yang
berlebihan atau iregular &
disertai perdarahan hebat
• Pemeriksaan bimanual uterus
teraba lebih besar dan lebih lunak
dibanding normal
• Tatalaksana:
-Ergonovin (Ergotrate) atau
Metilergonovin (Methergine) 0,2
mg setiap 3 atau 4 jam selama 24
sampai 48 jam
Cunningham FG, et al. Williams obstetrics. 24th ed. 2014. United States: McGraw-Hill
• biasa <0,5cm & jarang membutuhkan perbaikan
(1-2cm). Laserasi serviks
• Insiden: 1,1% nulipara, 0,5% multipara.
• Biasanya tdk bermasalah kecuali menyebabkan
perdarahan / meluas ke 1/3 atas vagina.
• Melahirkan sebelum pembukaan serviks lengkap
dg sisi tajam forsep di atas serviks laserasi
serviks bisa sampai ke bagian bawah uterus
(a. uterina) rongga peritoneal.
• Bibir serviks anterior terjepit di antara kepala
fetus dan simfisis pubis iskemia nekrosis
terpisah dari bagian serviks sisanya.
• Penggunaan forsep seluruh serviks yg
menonjol ke vagina lepas (jarang).
• Curiga robekan serviks yg dalam jika perdarahan
banyak dan terjadi setelah kala 3, uterus
berkontraksi dg baik, persalinan per vagina
operatif (meskipun tanpa perdarahan kala 3).
• Tatalaksana: penjahitan dg benang yg dpt
diserap.
Cunningham FG, et al. Williams obstetrics. 24th ed. 2014. United States: McGraw-Hill
LUKA PADA JALAN LAHIR
RUPTUR SERVIKS RUPTUR PERINEUM
Sering pada pelahiran per vagina Perdarahan setelah bayi dilahirkan
<0.5cm : jarang repair Derajat 1: mukosa perianal
Robekan mencapai segmen bawah uterus dan 2: mukosa perianal, otot dan fascia
a.uterina perdarahan eksternal masif atau M. Transversus Perinei Superficialis
hematom
Diagnosis: bleeding >> selama dan setelah Kala Diagnosis: bleeding, uterus berkontraksi kuat
III persalinan walau uterus berkontraksi kuat
Talak: - robekan dalam (servix meluas ke Talak: dokter umum derajat 1 & 2 (jahit)
fornix vaginae) jahit Derajat 3 & 4 RUJUK !
- laserasi vagina yg menyertai
tamponade
- koreksi bedah gagal embolisasi
angiografik (keberhasilan )
PERSALINAN PRETERM
• Persalinan yang berlangsung pada usia
kehamilan 20 – 37 minggu dihitung dari HPHT
Cunningham FG, et al. Williams obstetrics. 24th ed. 2014. United States: McGraw-Hill
Definisi dan etiologi
• Robekan atau diskontinuitas dinding rahim
akibat dilampauinya daya regang miometrium
uteri.
• Penyebab : disproporsi janin dan panggul,
partus macet atau traumatic.
Faktor prediposisi
• Multiparitas / grandemultipara
• Pemakaian oksitosin untuk induksi/stimulasi
persalinan yang tidak tepat
• Kelainan letak dan implantasi plasenta contoh
pada plasenta akreta, plasenta inkreta/plasenta
perkreta.
• Kelainan bentuk uterus umpamanya uterus
bikornis
• Hidramnion
Klasifikasi ruptur uteri berdasarkan cara
terjadinya
• Ruptura uteri spontan
– Terjadi spontan dan sebagian besar pada persalinan
– Terjadi gangguan mekanisme persalinan sehingga menimbulkan
ketegangan segmen bawah rahim yang berlebihan
• Ruptur uteri traumatik
– Terjadi pada persalinan
– Timbulnya ruptura uteri karena tindakan seperti ekstraksi
forsep, ekstraksi vakum, dll
• Ruptur uteri pada bekas luka uterus
– Terjadinya spontan atau bekas seksio sesarea dan bekas operasi
pada uterus.
Klasifikasi ruptur uteri berdasarkan robeknya
Cunningham FG, et al. Williams obstetrics. 24th ed. 2014. United States: McGraw-Hill
Prolaps Tali Pusat
• Menurunnya tali pusat hingga berdekatan / di
bawah bagian presentasi janin → kompresi tali
pusat antara bagian presentasi dengan pelvis
Tatalaksana Umum
• Tali pusat terkemuka
– Tekanan tali pusat oleh bagian terendah janin dapat
diminimalisasi dengan posisi knee chest/Trendelenburg,
segera rujuk ke fasilitas yang menyediakan layanan seksio
sesarea
• Tali pusat menumbung
– Perhatikan apakah tali pusat masih berdenyut atau tidak.
Jika tidak berdenyut janin telah mati
• Jika tali pusat masih berdenyut:
– Berikan oksigen
– Hindari memanipulasi tali pusat
– Posisi ibu Trendelenburg atau knee-chest
– Segera rujuk ke fasilitas yang melayani seksio sesarea
Tatalaksana khusus
• Di rumah sakit, bila persalinan pervaginam tidak dapat segera berlangsung
(persalinan kala I), lakukan seksio sesarea. Penanganan yang harus
dikerjakan adalah sebagai berikut:
– Dengan memakai sarung tangan steril/disinfeksi tingkat tinggi (DTT), masukkan
tangan melalui vagina dan dorong bagian terendah janin ke atas.
– Tangan yang lain menahan bagian terendah di suprapubis dan nilai
keberhasilan reposisi.
– Jika bagian terendah janin telah terpegang kuat di atas rongga panggul,
keluarkan tangan dari vagina dan letakkan tangan tetap di atas abdomen
sampai operasi siap.
– Jika tersedia, berikan salbutamol 0,5 mg IV secara perlahan untuk mengurangi
kontraksi uterus.
• Bila persalinan pervaginam dapat segera berlangsung (persalinan kala II),
pimpin persalinan sesegera mungkin.
Distosia Bahu
• Suatu keadaan di mana setelah kepala dilahirkan, bahu anterior tidak dapat lewat di
bawah simfisis pubis
• Bayi: greater risk neuromusculoskeletal injury, kematian
• Maternal risk: perdarahan post partum (atoni uterus, laserasi vagina)
Diagnosis
• Tanda distosia bahu yang harus diamati penolong persalinan adalah:
– Kesulitan melahirkan wajah dan dagu
– Kepala bayi tetap melekat erat di vulva/tertarik
kembali (turtle sign)
– Kegagalan paksi luar bayi
– Kegagalan turunnya bahu
• Faktor Predisposisi
Antepartum Intrapartum
• Riwayat distosia bahu sebelumnya • Kala I persalinan memanjang
• Makrosomia (>4500 g) • Secondary arrest
• Diabetes melitus • Kala II persalinan memanjang
• IMT >30 kg/m2 • Augmentasi oksitosin
• Induksi persalinan • Persalinan pervaginam yang ditolong
Tatalaksana dengan:
McRoberts maneuver, delivery of the posterior shoulder maneuver, Woods maneuver,
Rubin maneuver, Zavanelli maneuver, simfisiotomi
McRoberts Maneuver Delivery of The Posterior Shoulder Maneuver
Woods Maneuver
Rubin Maneuver
Distosia Bahu
Upaya Pencegahan
• Identifikasi dan obati diabetes pada ibu. Tawarkan
persalinan elektif dengan induksi maupun seksio
sesarea pada ibu dengan diabetes yang usia
kehamilannya mencapai 38 minggu dan bayinya
tumbuh normal.
• Selalu bersiap bila sewaktu-waktu terjadi distosia bahu.
• Kenali adanya distosia seawal mungkin. Upaya
mengejan, menekan suprapubis atau fundus, dan traksi
berpotensi meningkatkan risiko cedera pada janin.
http://www.edukia.org/web/kbibu/
Komplikasi pd anak :
• Fraktur ( tulang klavikula &
humerus)
• Cedara plexus brachialis
• Dislokasi tulang servikalis When delivery of the fetal head is
not followed by delivery of the
Komplikasi pd ibu : shoulders, the anterior shoulder
often becomes caught behind the
• Perdarahan akibar laserasi jalan symphysis, as illustrated. The head
lahir may retract toward the perineum,
and desperate traction on the
• episiotomi fetal head is not likely to facilitate
delivery and may lead to trauma.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/37594/Chapter%20II.pdf;jsessionid=DFAD2412D86C427A1CE495715733954D?sequence=3
Persalinan post matur
• WHO mendefinisikan kehamilan lewat waktu sebagai kehamilan usia ≥ 42
minggu penuh (294 hari) terhitung sejak hari pertama haid terakhir.
• Penyebab : penurunan kadar esterogen pada kehamilan normal
umumnya tinggi. Faktor hormonal yaitu kadar progesterone tidak cepat
turun walaupun kehamilan telah cukup bulan, sehingga kepekaan uterus
terhadap oksitosin berkurang. Faktor lain adalah hereditas, karena post
matur sering dijumpai pada suatu keluarga tertentu.
• Patofisiologi :
• Pada kehamilan lewat waktu terjadi penurunan oksitosin sehingga tidak
menyebabkan adanya his, dan terjadi penundaan persalinan.
Permasalahan kehamilan lewat waktu adalah plasenta tidak sanggup
memberikan nutrisi dan pertukaran CO2/O2 sehingga janin mempunyai
resiko kematian dalam rahim.
• Manifestasi Klinis
• Keadaan klinis yang dapat ditemukan ialah gerakan janin yang jarang, yaitu secara
subyektif kurang dari 7 kali/20 menit
• Air ketuban berkurang dengan atau tanpa pengapuran (klasifikasi) plasenta diketahui
dengan pemeriksaan USG.
• Pada bayi akan ditemukan tanda-tanda lewat waktu yang terbagi menjadi :
• Stadium I : kulit kehilangan verniks kaseosa dan terjadi maserasi sehingga kulit
kering, rapuh, dan mudah mengelupas.
• Stadium III : seperti Stadium I disertai pewarnaan kekuningan pada kuku, kulit dan
tali pusat.
• Pemeriksaan :
• Ultrasonografi dilakukan untuk memeriksa ukuran diameter biparietal,
gerakan janin dan jumlah air ketuban. Bila telah dilakukan pemeriksaan
USG serial terutama sejak trimester pertama, maka hampir dapat
dipastikan usia kehamilan
Tatalaksana
• Sebelum dilakukan induksi, janin dan ibu di evaluasi , serta diukur skor
pelvis ibu. Jika keadaan janin baik dan skor pelvis > 5, maka induksi
persalinan dapat dilakukan. Induksi persalinan dilakukan dengan Oksitosin
• Jika his adekuat yang diharapkan tidak muncul, dapat dipertimbangkan
terminasi dengan seksio sesaria.
• Tindakan operasi seksio sesarea dapat dipertimbangkan pada :
• Insufisiensi plasenta dengan keadaan serviks belum matang
• Pembukaan yang belum lengkap, persalinan lama dan terjadi gawat janin,
• Pada primigravida tua, kematian janin dalam kandungan, pre-eklampsia,
hipertensi menahun ,dan kesalahan letak janin.
Tatalaksana
Tindakan yang penting dilakukan adalah:
a. Setelah usia kehamilan > 40-42 minggu yang penting adalah monitoring
janin sebaik-baiknya. Dapat menggunakan Prostaglandin E2 (PGE2) gel
memicu persalinan
b. Apabila tidak ada tanda-tanda insufisiensi plasenta, persalinan spontan
dapat ditunggu dengan pengawasan ketat.
c. Bila :
1) Riwayat kehamilan yang lalu ada kematian janin dalam rahim.
2) Terdapat hipertensi, pre-eklampsia.
3) Kehamilan ini adalah anak pertama karena infertilitas.
Maka ibu dirawat di rumah sakit :
d. Tindakan operasi seksio sesarea dapat dipertimbangkan pada.
1) Insufisiensi plasenta dengan keadaan serviks belum matang.
2) Pembukaan yang belum lengkap, persalinan lama dan terjadi gawat
janin.
3) Pada primigravida tua, kematian janin dalam kandungan, pre-eklampsia,
hipertensi menahun, dan malpresentasi.
https://books.google.co.id/books?
id=mPwa0ARtMtIC&printsec=frontcover&dq=manajemen+persalinan+postterm+william&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwiI4IPFgPvLAhVUkY4K
Intrauterine fetal death
Definisi :
Intrauterine death may be defined as retention of a demised of fetus
after a period of viability
Diagnosis :
Absence of fetal heart sound supported by lack of fetal movements &
regression of uterine size
http://www.gfmer.ch/SRH-Course-2010/national-guidelines/pdf/Management-Intra-
Uterine-Death-SLCOG.pdf
Etiology
Fetal Death
The leading causes of infant mortality
were
congenital malformations,
deformations, and chromosome
abnormalities (21%);
disorders related to short gestation
and low birthweight, not elsewhere
classified (17%);
sudden infant death syndrome (8%);
and maternal complications of
pregnancy (6%).
https://www.clinicalkey.com/#!/content/book/3-s2.0-B9780323321082000111?
scrollTo=%23hl0000890
Malpresentasi
Presentasi Dahi
• Pemeriksaan abdominal: kepala janin lebih separuhnya di atas pelvis
• Pemeriksaan vaginal: oksiput lebih tinggi dari sinsiput, teraba fontanella
anterior dan orbita, bagian kepala masuk pintu atas panggul (PAP) adalah
antara tulang orbita dan daerah ubun-ubun besar. Ini adalah diameter yang
PALING besar, sehingga sulit lahir pervaginam
• Tatalaksana: persalinan perabdominal
Presentasi Wajah
• Pemeriksaan abdominal: lekukan akan teraba antara daerah oksiput dan
punggung (sudut Fabre)
• Pemeriksaan vaginal: muka dengan mudah teraba, teraba mulut dan bagian
rahang mudah diraba, tulang pipi, tulang orbita; kepala janin dalam keadaan
defleksi maksimal
• Tatalaksana: persalinan pervaginam
Presentasi Majemuk
• Prolaps ekstremitas bersamaan dengan bagian terendah janin
(kepala/bokong)
• Persalinan spontan hanya bisa terjadi jika janin sangat kecil/mati dan
maserasi
• Persalinan pervaginam (reposisi), perabdominal (tdk reposisi)
Presentasi Bokong
• Gerakan janin teraba di bagian bawah abdomen
• Pemeriksaan abdominal: kepala terletak di bagian atas, bokong pada daerah
pelvis, auskultasi menunjukkan denyut jantung janin lokasinya lebih tinggi
• Pemeriksaan vaginal: teraba bokong atau kaki, sering disertai adanya
mekonium
• Tatalaksana: persalinan pervaginam bila tdk ada KI: hiperekstensi kepala,
berat bayi <2kg atau >3,5kg
Persalinan Patologis
Persalinan pervaginam dengan bantuan alat-alat atau
melalui dinding abdomen dengan operasi caesarea
MASALAH
Partus Lama atau Partus Macet
• Malposisi Presentasi belakang kepala dengan
ubun-ubun kecil tidak berada di segmen depan
– Ubun-ubun kecil belakang
– Ubun-ubun kecil kanan belakang
– Ubun-ubun kecil kiri belakang
– Ubun-ubun kecil melintang
• Malpresentasi Presentasi yang bukan presentasi
belakang kepala
– Presentasi puncak kepala
– Presentasi dahi
– Presentasi muka
– Presentasi bokong
– Presentasi bahu
PRESENTASI
Malpresentasi
http://www.edukia.org/web/kbibu/6-4-18-malposisi-malpresentasi-dan-cpd/
http://www.edukia.org/web/kbibu/6-4-18-malposisi-malpresentasi-dan-cpd/
Malpresentasi
http://www.edukia.org/web/kbibu/6-4-18-malposisi-malpresentasi-dan-cpd/
Malpresentasi
http://www.edukia.org/web/kbibu/6-4-18-malposisi-malpresentasi-dan-cpd/
http://www.edukia.org/web/kbibu/6-4-18-malposisi-malpresentasi-dan-cpd/
Hipotermia Neonatorum
• Bayi terpapar dengan lingkungan:
– Dingin ( suhu lingkungan rendah), permukaan
yang dingin atau basah atau bayi dalam keadaan
basah atau tidak berpakaian Hipotermia
– Panas (suhu lingkungan tinggi, paparan sinar
matahari atau paparan panas yang berlebihan dari
inkubator atau alat pemancar panas)
Hipertermia
Prinsip dasar
• Mengeringkan bayi baru lahir
– Bayi lahir dgn badan basah,maka cepat terjadipenuapan dan kehilangan
panas tubuh
– Bayi blm dapat menggigil karena kontrol suhu belum sempurna
– Hipotermi <36 C
– Normal = 36,5 C -37,5 C
– Pnegeringkan bayi dengan lap hangat n kering setelah itu membungkus
bayi
• Menunda memandikan bayi
– Bila bayi cukup bulan, >2500 gr, dan menangis kuat maa memandikan stlh
24 jam dgn air hangat
– Bila bayi lemah, < 2000 gr, maka jangan dimandikan sampai bayi stabil
(suhu stabil,bayi lebih kuat,dpt menyusu dg baik)
Tanda dan gejala
• Bayi baru lahir
– Bayi tidak mau minum / menetek
– Bayi tampak lesu atau mengantuk saja
– Tubuh bayi teraba dingin
– DJJ menurun
– Kulit bayi mengeras (sklerema)
• Hipotermia Sedang
– Aktivitas berkurang
– Letargi
– Tangisan lemah
– Kulit berwarna tidak rata
– Kemampuan menghisap lemah
– Kaki teraba dingin
Tanda dan Gejala
• Hipotermia Berat
– Bibir & kuku kebiruan
– Pernafasan lambat
– Pernafasan tidak teratur
– DJJ lambat
– Hipoglikemia
– Asidosis metabolik
• Stadium lanjut hipotermia
– Muka, ujung kaki , dan tangan berwarna merah terang
– Bagian tubuh lainnya pucat
– Kulit mengeras merah
– Edema t.u punggung, kaki, tangan
Penanganan
• Hangatkan bayi dalam inkubator atau melalui
penyinaran lampu
• Hangatkan bayi melalui metode Kanguru
• Gunakan selimut hangat atau kain hangat
• Beri ASI / infus glukosa 10% 60-80 ml/kg per
hari
HIPOGLIKEMIA
• Kadar glukosa <40-45mg/dL tidak normal
• WHO : hipoglikemi kadar glukosa/gula
darah <47 mg/dL
• Gejala sering tidak jelas/asimptomatik,
semua tenaga kesehatan perlu mewaspadai
kemungkinan adanya hipoglikemia
ETIOLOGI
• Berkurangnya persediaan dan menurunnya
produksi glukosa
• Peningkatan pemakaian glukosa
(hiperinsulinisme)
FAKTOR RESIKO
• Bayi dengan IDM
• Neonatus BMK
• Bayi prematur dan lebih bulan
• BBLR yang KMK/bayi kembar dapat terjadi
penurunan cadangan glikogen hati dan lemak tubuh
• Bayi sakit berat karena meningkatnya kebutuhan
metabolisme yang melebihi cadangan kalori
• Neonatus yang sakit atau stress (sindrom gawat
napas, hipotermia)
• Bayi dengan kelainan genetik/gangguan metabolik
(penyakit cadangan glikogen, intoleransi glukosa)
• Neonatus dengan polisitemia
• Neonatus dengan eritroblastosis
• Obat-obat maternal misalnya steroid, beta
simpatomimetik dan beta blocker
DIAGNOSIS
• Riwayat bayi menderita asfiksia, hipotermi,
hipertermi, gangguan pernapasan
• Riwayat bayi prematur
• Riwayat bayi Besar untuk Masa Kehamilan
(BMK)
• Riwayat bayi Kecil untuk Masa Kehamilan (KMK)
• Riwayat bayi dengan ibu Diabetes Mellitus
• Riwayat bayi dengan Penyakit Jantung Bawaan
MANIFESTASI KLINIS
• Tremor • Kesulitan minum
• Sianosis • Gerakan mata
• Apatis berputar/nistag
mus
• Kejang
• Keringat dingin
• Apnea
• Pucat
intermitten
• Hipotermi
• Tangisan
lemah/melengk • Refleks hisap
ing kurang
• Letargi • Muntah
DIAGNOSIS BANDING
• Insufisiensi adrenal
• Kelainan jantung
• Gagal ginjal, penyakit SSP
• Sepsis, asfiksia
• Abnormalitas metabolik
(hipokalsemia, hiponatremia,
hipernatremia, hipomagnesemia,
defisiensi piridoksin)
PENATALAKSANAAN
• Memantau kadar glukosa darah
• Pencegahan hipoglikemia
• Perawatan hipoglikemia
TERAPI
• Tanpa kejang bolus intravena 200 mg/BB (2
ml/kgBB) glukosa 10%
• Kejang larutan glukosa 10-25%, dosis total 1-2
gr/kgBB, dilanjutkan infus glukosa 4-8 mg/kgBB/menit
• Hipoglikemi berulang infus glukosa 15-20%, bila
tidak mencukupi beri hidrokortison 2,5 mg/kgBB/12
jam atau prednison 1 mg/kgBB/24 jam
• Pemeriksaan gula darah sampai kadar diatas 40 mg/dl
kemudian pemeriksaan dilanjutkan tiap 4-6 jam
• Bila gula darah normal terapi dihentikan
• Berikan ASI
• Penanganan penyulit
PROGNOSIS
• Dengan pengobatan adekuat kejadian
hipoglikemia masih berulang pada 10-15%
• Hipoglikemia berat dan berlangsung lama,
dapat menimbulkan gejala sisa neurologik dan
kematian
Infeksi/sepsis neonatorum
• Infeksi yang terjadi pada bayi baru lahir ada dua yaitu:
• 1. Early infection (infeksi dini) dan
• 2. Late infection (infeksi lambat)
• Patogenesis:
• Infeksi pada neonatus dapat melalui beberapa cara:
• 1. Infeksi antenatal : Kuman mencapai janin melalui sirkulasi ibu ke plasenta.Di sini
kuman itu melalui batas plasenta dan menyebabkan intervilositis.Selanjutnya
infeksi melalui sirkulasi umbilikus dan masuk ke janin.
• 2. Infeksi intranatal : Mikroorganisme dari vagina naik dan masuk ke dalam rongga
amnion setelah ketuban pecah, dapat juga melalui kontak langsung dengan kuman
yang berasal dari vagina
• 3. Infeksi postnatal : Infeksi ini terjadi setelah bayi lahir lengkap.Sebagian besar
infeksi yang berakibat fatal terjadi sesudah lahir sebagai akibat kontaminasi pada
saat penggunaan alat atau akibat perawatan yang tidak steril
Sepsis neonatorum
• 1. Sepsis neonatorum
• Sepsis neonatorum merupakan sindroma klinis yang terjadi akibat invasi
mikroorganisme ke dalam aliran darah dan timbul dalam 1 bulan pertama
kehidupan
• Sepsis neonatal dini : pada 5-7 hari pertama dengan organisme penyebab
didapat dari intrapartum atau melalui saluran genital ibu.
• Sepsis neonatal lambat : terjadi setelah bayi berumur 7 hari atau lebih, yang
mudah menjadi berat dan sering menjadi meningitis
• Sepsis nosokomial terutama terjadi pada bayi berat lahir sangat rendah atau
bayi kurang bulan dengan angka kematian yang sangat tinggi.
• Organisme penyebab sepsis primer berbeda dengan sepsis nosokomial.
Sepsis primer biasanya disebabkan oleh : Streptokokus Grup B (GBS),
kuman usus Gram negatif terutama Escherisia coli, Listeria
monocytogenes, Stafilokokus, Streptokokus lainnya (termasuk
Enterokokus), kuman anaerob, dan Haemophilus influenzae.
• Penyebab sepsis nosokomial adalah Stafilokokus (terutama
Staphylococcus epidermidis), kuman Gram negatif (Pseudomonas,
Klebsiella, Serratia, dan Proteus), dan jamur.
• Bayi yang diduga menderita sepsis bila terdapat gejala: • Letargi, iritabel, •
Tampak sakit, • Kulit berubah warna keabu-abuan, gangguan perfusi, sianosis,
pucat, kulit bintik-bintik tidak rata, petekie, ruam, sklerema atau ikterik, • Suhu
tidak stabil demam atau hipotermi
• Pemeriksaan :
• Darah rutin, termasuk kadar hemoglobin Hb, hematokrit Ht, leukosit dan hitung
jenis, trombosit. Pada umumnya terdapat neutropeni PMN 1500/µl, Adanya
reaktan fase akut yaitu CRP (tinggi di infeksi bakteri)
• Trombositopeni 1500/µ
• Pengobatan :
ampisilin 100mg secara intravena
Pada sepsis nosokomial, sebaiknya diberikan vankomisin dengan dosis tergantung
umur dan berat badan: <1,2 kg dan umur 0-4 mggu kasih 15mg/kg/24 jam
>2kg umur 0-7 hari 15mg/kg/12 jam
>2kg umur >7 hari 15mg/kg/8 jam
Hipoksia Janin
Definisi
• Hipoksia janin adalah suatu keadaan dimana terdapat kadar oksigen yangrendah dan
meningkatnya kadar karbondioksida dalam darah janin.
• Keadaan tersebutdapat terjadi baik pada antepartum maupun intrapartum.
Etiologi
• Kontraksi
Pengencangan otot uterus secara involunter untuk melahirkan bayi. Kontraksi secara langsung
mengurangi aliran darah ke plasenta dan dapat mengkompresi talipusat sehingga penyaluran
nutrisi terganggu. Hal ini dapat terjadi pada keadaan:
1)Persalinan yang lama ( kala II lama)
2)Penggunaan oksitosin
3)Uterus yang hipertonik (otot-otot menjadi terlalu tegang dan tidak dapat berkontraksi ritmis
dengan benar)
• Infeksi intrauterin
• Perdarahan
• Solusio plasenta
• Tali pusat prolaps
• Hipotensi
Hipoksia Janin
• Penyebab yang paling utama dari hipoksia janin
dalam masa antepartum adalah insufisiensi
uteroplasenta. Hal ini dapat dikarenakan
pengurangan aliran darah ke plasenta, luas plasenta
yang fungsional berkurang, dan ketebalan membran
bertambah. Ketiga faktor ini sering disebut dengan
sindroma insufisiensi uteroplasentar. Pengurangan
jumlah cairan ketuban, hipovolemia ibu, dan
pertumbuhan janin terhambat diketahui mempunyai
peranan terhadap ketiga faktor tersebut.
Hipoksia janin
Faktor Resiko
• Wanita hamil usia > 35 tahun
• Wanita dengan riwayat:
– Bayi lahir mati
– Pertumbuhan janin terhambat
– Oligohidramnion atau polihidramnion
– Kehamilan ganda/gemelli
– Inkompabilitas rhesus
– Hipertensi
– Diabetes dan penyakit-penyakit kronis lainnya
– Berkurangnya gerakan janin
– Kehamilan serotinus
Hipoksia janin
• Tanda :
– Mekonium kental berwarna hijau terdapat di cairan ketuban
pada letak kepala
– Takikardi/ bradikardi/ iregularitas dari denyut jantung janin.
Untuk mengetahuiadanya tanda-tanda itu dilakukan
pemantauan menggunakan kardiotokografi
– Asidosis janin, diperiksa dengan cara mengambil sampel
darah janin
• Gejala:
– Gejala yang dirasakan oleh ibu adalah berkurangnya gerakan
janin.
Hipoksia Janin
Kriteria diagnosis
1) Pasien umunya termasuk kategori kehamilan risiko
tinggi (high risk pregnancy)
2) Abnormalitas bunyi jantung janin (bradikardia,
takikardia, irreguleritas ataupun deselerasi tipe lambat dan
variabel)
3) Berkurangnya aktivitas gerakan janin, yakni 4 kali per 10
menit
4) Dijumpai pertumbuhan janin terhambat
5) Dijumpai mekoneum dalam air keutuban
Hipoksia Janin
Pemeriksaan:
• Kardiotokografi adalah alat elektronik yang
digunakan untuk tujuan memantau atau mendeteksi
adanya gangguan yang berkaitan dengan hipoksia
janin dalam rahim, seberapa jauh gangguan tersebut
dan menetukan tindak lanjut dari hasil pemantauan
tersebut. Pemantauan dilakukan melalui penilaian
pola denyut jantung janin dalam hubungan dengan
adanya kontraksi ataupun aktivitas janin dalam
rahim
Hipoksia janin
Tata Laksana
1. Reposisi pasien
2. Hentikan stimulansia uterus dan koreksi hiperstimulasi uterus
3. Pemeriksaan vaginal
4. Koreksi hipotensi ibu yang berhubungan dengan anestesi regional
5. Pemberitahuan tenaga anestesi dan perawat untuk kebutuhan
persalinandarurat
6. Monitor denyut jantung janin – dengan monitor janin elektronik atau
auskultasi – di ruang operasi sebelum menyiapkan kelahiran per abdominal
7. Adanya tenaga kompeten yang hadir untuk resusitasi dan penanganan
neonatus
8. Pemberian oksigen ke ibu