Perkembangan Puisi Indonesia
Perkembangan Puisi Indonesia
Ciri estetik :
Bergaya mantra
Menggunakan diksi daerah secara mencolok
Menggunakan asoisasi bunyi
Gaya penulisan prosais
Puisi lugu dan menggunakan ide secara polos
Puisi imajisme menggunakan gambaran dan pengucapan tak langsung
Ciri Ekstraestetik :
Religius
Lukisan kehidupan yang bersifat alegoris
Sajak-sajak menuntut HAM dan mengemukakan kritik sosial
PUISI TAHUN 2000-AN
Faktor penunjang
Tumbangnya rezim Suharto, masa reformasi, puisi koran (contoh Johan Wahyudi
dengan Puisi di Bawah Hujan)
Munculnya banyak penerbit (contohnya penerbit Malka, antologi senja dalam Masa)
Kemajuan teknologi
Ajang perlombaan untuk menumbuhkan kegairahan baru dalam berpuisi (puisi
“Tuhan Menegur Kita” karya Utomo Soconingrat)
Didukung bidang akademik di perguruan tinggi (Kenangan Kota Geplak dan Mawar
Mekar di Kampus 43 karya Waluyo Jatimustika)
Munculnya komunitas sastra di luar kampus (My Name is Mimin karya Andri Nur
Latif)
CIRI-CIRI PUISI KONTEMPORER
Menjadi perdebatan
Pro : dari kalangan wartawan, cerpenis, kolumnis
Kontra : puisi adalah puisi, esai adalah esai
Puisi rumah besar untuk mengekspresikan idenya
Sebutan untuk puisi : puisi agamis, sosial, filosofis, didaktis, esai
Puisi sebagai sumber ilmu pengetahuan