Anda di halaman 1dari 23

PERKEMBANGAN PUISI INDONESIA

BAHAN MATA KULIAH PUISI JURUSAN PBSI FBS UNY


KUSMARWANTI, M.PD., M.A.
SEBELUM KEMERDEKAAN
&
SESUDAH KEMERDEKAAN
• 1921 -- MUHAMMAD YAMIN
• SAMPAI 1928 -- MAS
MARCO, RUSTAM EFENDI
• 1931 -- SANUSI PANE
• 1933 – 1942 -- SUTAN
PERKEMBANGAN PUISI TAKDIR ALISYAHBANA,
SEBELUM KEMERDEKAAN ARMIJN PANE, AMIR
HAMZAH (PUJANGGA BARU)
1921 MUHAMMAD YAMIN

 Tidak mendengungkan suara politik, tidak berapi-api, merupakan puisi lirik


seorang individu yang penuh keharuan dan putus asa
 Dianggap sebagai pengucapan yang pertama dalam sebuah kesusasteraan
modern
 Bergabung dalam Jong Sumatra, Februari 1921
 Puisinya tentang nasionalisme (berbicara tentang cita-cita politik,
kebudayaan, dan bahasa), misal puisi “Bahasa, Bangsa”
 Ciri puisi Muhammad Yamin : bentuk puisi Melayu tradisional (pantun, syair)
telah ditinggalkan, menulis puisi dalam bentuk soneta
1921 – 1928 MAS MARCO

 Redaktur surat kabar Sinar Hindia


 Puisi-puisinya tidak membawa pembaharuan tetapi membawa
semangat yang berbeda dari syair-syair yang berkembang di Jawa
1921 – 1928 RUSTAM EFENDI

 Membawa perubahan dalam puisi terkait diksi (bukan diksi Melayu


saja, menggunakan kata-kata daerah Minangkabau), serta
melakukan penyimpangan kata (misal “menung” sebagai ganti
menunggu)
1931 SANUSI PANE

 Karya Madah Kelana (1931)


 Kebaruan:
 Bentuk soneta tidak terlalu banyak
 Mencoba bentuk baru
 Rasa keindahan yang mengagumkan
PENERBITAN MAJALAH

 1932 – majalah Panji Pustaka diterbitkan oleh Balai


Pustaka
 Maret 1932 – majalah Timboel (Sanusi Pane)
 Juli 1933 – majalah Poedjangga Baru (Sutan Takdir
Alisyahbana dan Armijn Pane)
1933 AMIR HAMZAH

 Penutup puisi Melayu dan pembuka puisi Indonesia


 Karyanya banyak
 Mendapat gelar “Raja Penyair Pujangga Baru” dari HB Jassin
 Bertaraf internasional dan memiliki nilai kesusasteraan abadi
 Orang Melayu tulen
 Puisi-puisinya dekat dengan kehidupannya
 Suka dengan gadis Jawa tetapi ia harus menikahi puteri sultannya
 Pergolakan di Sumatra Timur dan ia terbunuh (1946)
PUISI “ASTANA RELA” KARYA AMIR HAMZAH
Tiada bersua dalam dunia
Tiada mengapa hatiku sayang Kalau kekasihmu hasratkan dikau
Tiada dunia tempat selama Restu sempana memangku daku
Layangkan angan meninggi awan Tiba masa kita berdua
Berkaca bahagia di air mengalir
Jangan percaya hembusan cedera
Berkata tiada hanya dunia Bersama kita mematah buah
Tilikkan tajam mata kepala Sempana kerja di muka dunia
Sungkumkan sujud hati sanubari Bunga cerca melayu lipu
Hanya bahagia tersenyum harum
Mula segala tiada ada
Pertengahan masa kita bersua Di situ baru kita berdua
Ketika cinta tiga bercerai ramai Sama merasa, sama membaca
Di waktu tertentu berpandang terang Tulisan cuaca rangkaian mutiara
Di mahkota gapura astana rela.
PERKEMBANGAN PUISI SETELAH
KEMERDEKAAN
1942 CHAIRIL ANWAR

 Membawa perubahan baru dalam puisi Indonesia


modern
 Masa pembenihan untuk perkembangan puisi
berikutnya
 Angkatan baru pejuang kemerdekaan Indonesia
SAJAK PUTIH
OLEH: CHAIRIL ANWAR
buat tunanganku Mirat hidup dari hidupku, pintu terbuka
selama matamu bagiku menengadah
Bersandar pada tari warna pelangi selama kau darah mengalir dari luka
kau depanku bertudung sutra senja antara kita Mati datang tidak membelah…
di hitam matamu kembang mawar dan
melati Buat Miratku, Ratuku! kubentuk dunia
sendiri,
harum rambutmu mengalun bergelut dan kuberi jiwa segala yang dikira orang
senda mati di alam ini!
Sepi menyanyi, malam dalam mendoa Kucuplah aku terus, kucuplah
tiba dan semburkanlah tenaga dan hidup
meriak muka air kolam jiwa dalam tubuhku…
dan dalam dadaku memerdu lagu
menarik menari seluruh aku (1944)
1966 PUISI PERLAWANAN

 Taufiq Ismail : Benteng dan Tirani


 Mansur Samin : Perlawanan
 Bur Rasuanto : Mereka Telah Bangkit
 Abdul Wahid Situmeang : Pembebasan
 5 penulis Fakultas Sastra UI : Kebangkitan

Banjir puisi : dalam majalah/koran dan stensilan (penerbitan terbatas)


WATAK PUISI 1966

 Menggambarkan pertempuran ketimbang puisi


 Curahan hati anak-anak muda yang mengalami
penindasan
 Solidaritas dengan rakyat yang menderita
 Bela rasa terhadap orang tua
SEORANG TUKANG RAMBUTAN PADA ISTRINYA
OLEH: TAUFIQ ISMAIL

“Tadi siang ada yang mati,


Dan yang mengantar banyak sekali
Ya. Mahasiswa-mahasiswa itu. Anak-anak sekolah
Yang dulu berteriak: dua ratus, dua ratus!
Sampai bensin juga turun harganya
Sampai kita bisa naik bis pasar yang murah pula
Mereka kehausan datam panas bukan main
Terbakar muka di atas truk terbuka

Saya lemparkan sepuluh ikat rambutan kita, bu


Biarlah sepuluh ikat juga
Memang sudah rezeki mereka
Mereka berteriak-teriak kegirangan dan berebutan
Seperti anak-anak kecil
“Hidup tukang rambutan! Hidup tukang rambutani”
Dan menyoraki saya. Betul bu, menyoraki saya
Dan ada yang turun dari truk, bu
Mengejar dan menyalami saya
“Hidup pak rambutan!” sorak mereka
Saya dipanggul dan diarak-arak sebentar
“Hidup pak rambutan!” sorak mereka
“Terima kasih, pak, terima kasih!
Bapak setuju karni, bukan?”
Saya mengangguk-angguk. Tak bisa bicara
“Doakan perjuangan kami, pak,”
Mereka naik truk kembali
Masih meneriakkan terima kasih mereka
“Hidup pak rambutan! Hidup rakyat!”
Saya tersedu, bu. Saya tersedu
Belum pernah seumur hidup
Orang berterima-kasih begitu jujurnya
Pada orang kecil seperti kita.
1966
FAKTOR PENDORONG TIMBULNYA ANGKATAN
PUJANGGA BARU

 Pengaruh angkt 80 dari negeri Belanda


PERIODISASI PUISI

 Angk 66 (tahun 1963-1970)


 1970 smp sekarang – puisi kontemporer
 Tahun 80 smp 2000an banyak puisi yang dipublikasikan
dibredel oleh pemerintah
 Tahun 66 berkembang 2 aliran:
 Aliran neoromantisme menegaskan sepi sebagai
perlawanan metafisis
 Aliran intelektualisme : menekankan pada pengamatan
kritis ttg dunia dan pengalaman pribadi
PUISI 70AN

 Ciri estetik :
 Bergaya mantra
 Menggunakan diksi daerah secara mencolok
 Menggunakan asoisasi bunyi
 Gaya penulisan prosais
 Puisi lugu dan menggunakan ide secara polos
 Puisi imajisme menggunakan gambaran dan pengucapan tak langsung
 Ciri Ekstraestetik :
 Religius
 Lukisan kehidupan yang bersifat alegoris
 Sajak-sajak menuntut HAM dan mengemukakan kritik sosial
PUISI TAHUN 2000-AN
 Faktor penunjang
 Tumbangnya rezim Suharto, masa reformasi, puisi koran (contoh Johan Wahyudi
dengan Puisi di Bawah Hujan)
 Munculnya banyak penerbit (contohnya penerbit Malka, antologi senja dalam Masa)
 Kemajuan teknologi
 Ajang perlombaan untuk menumbuhkan kegairahan baru dalam berpuisi (puisi
“Tuhan Menegur Kita” karya Utomo Soconingrat)
 Didukung bidang akademik di perguruan tinggi (Kenangan Kota Geplak dan Mawar
Mekar di Kampus 43 karya Waluyo Jatimustika)
 Munculnya komunitas sastra di luar kampus (My Name is Mimin karya Andri Nur
Latif)
CIRI-CIRI PUISI KONTEMPORER

 Bertemakan protes humanisme religius perjuangan dan kritik


sosial
 Menggunakan majas
 Tipografi baru dengan asosiasi baru
 Menggunakan mantra dari bahasa daerah
 Penjungkirbalikan kata
 Munculnya idiom baru
PUISI ESAI

 Menjadi perdebatan
 Pro : dari kalangan wartawan, cerpenis, kolumnis
 Kontra : puisi adalah puisi, esai adalah esai
 Puisi rumah besar untuk mengekspresikan idenya
 Sebutan untuk puisi : puisi agamis, sosial, filosofis, didaktis, esai
 Puisi sebagai sumber ilmu pengetahuan

Anda mungkin juga menyukai