KISI KISI USBN SMK Dasar Dasar Teknik Otomotif K2006
KISI KISI USBN SMK Dasar Dasar Teknik Otomotif K2006
Ahmad Farhan
Aldi Alfero
Junaedi
M.Abdu Syukur
Istilah Etika berasal dari bahasaYunani kuno. Bentuk tunggal kata 'etika'
yaitu ethos sedangkan bentuk jamaknya yaitu ta etha. Ethos mempunyai
banyak arti yaitu : tempat tinggal yang biasa, padang rumput, kandang,
kebiasaan/adat, akhlak,watak, perasaan, sikap, cara berpikir. Sedangkan
arti ta etha yaitu adat kebiasaan.
Arti dari bentuk jamak inilah yang melatar-belakangi terbentuknya
istilah Etika yang oleh Aristoteles dipakai untuk menunjukkan filsafat
moral. Jadi, secara etimologis (asal usul kata), etika mempunyai arti
yaitu ilmu tentang apa yang biasa dilakukan atau ilmu tentang adat
kebiasaan (K.Bertens, 2000).
Secara sederhana yang dimaksud dengan etika bisnis adalah cara-cara untuk
melakukan kegiatan bisnis, yang mencakup seluruh aspek yang berkaitan
dengan individu, perusahaan, industri dan juga masyarakat. Kesemuanya ini
mencakup bagaimana kita menjalankan bisnis secara adil, sesuai dengan
hukum yang berlaku, dan tidak tergantung pada kedudukan individu ataupun
perusahaan di masyarakat.
Etika bisnis juga merupakan studi yang dikhususkan mengenai moral yang
benar dan salah. Studi ini berkonsentrasi pada standar moral sebagaimana
diterapkan dalam kebijakan, institusi, dan perilaku bisnis. Etika bisnis
merupakan studi standar formal dan bagaimana standar itu diterapkan ke
dalam system dan organisasi yang digunakan masyarakat modern untuk
memproduksi dan mendistribusikan barang dan jasa dan diterapkan kepada
orang-orang yang ada di dalam organisasi.
Berikut ini beberapa pengertian etika bisnis menurut para ahli :
Richard de George juga menyebut bahwa etika bisnis menyangkut empat kegiatan
sebagai berikut:
1. Penerapan prinsip-prinsip umum dalam praktik bisnis. Berdasarkan prinsi-prinsip
etika bisnis itu kita dapat menyoroti dan menilai apakah suatu keputusan atau
tindakan yang diambil dalam dunia bisnis secara moral dapat dibenarkan atau
tidak. Dengan demikian etik bisnis membantu pra pelaku bisnis untuk mencari
cara guna mencegah tindakan yang dinilai tidak etis.
2. Etika bisnis tidak hanya menyangkut penerapan prinsip-prinsip etika pada dunia
bisnis, tetapi juga metematika. Dalam hubungan ini, etika bisnis mengkaji apakah
perilaku yang dinilai etis pada individu juga dapat berlaku pada organisasi atau
perusahaan bisnis
3. Bidang telaah etika bisnis menyangkut pandangan – pandangan
mengenai bisnis. Dalam hal ini, etika bisnis mengkaji moralitas
sistem ekonomi pada umumnya dan sistem ekonomi publik pada
khususnya, misalnya masalah keadilan sosial, hak milik, dan
persaingan.
4. Etika bisnis juga menyentuh bidang yang sangat makro, seperti
operasi perusahaan multinasional, jaringan konglomerat
internasional, dan lain- lain.
Perusahaan mendapatkan kepercayaan dari konsumen.
1. Perusahaan yang jujur akan menciptakan konsumen yang loyal.
Bahkan konsumen akan merekomendasikan kepada orang lain untuk
menggunakan produk tersebut.
2. Citra perusahaan di mata konsumen baik.
3. Dengan citra yang baik maka perusahaan akan lebih dikenal oleh
masyarakat dan produknya pun dapat mengalami peningkatan
penjualan.
4. Meningkatkan motivasi pekerja.
5. Karyawan akan bekerja dengan giat apabila perusahaan tersebut
memiliki citra yang baik dimata perusahaan.
6. Keuntungan perusahaan dapat di peroleh.
Persaingan sehat
Persaingan sehat dalam arti positif, adalah sarana atau motivasi dalam bidang
industri untuk menumbuhkan gairah, untuk menciptakan kualitas dan barang
dari segi mutunya. Persaingan sehat bertujuan untuk meningkatkan daya
saing dengan menggunakan cara-cara efisien, meningkatkan produktivitas,
mutu dan pelayanan maksimal kepada masyarakat. Para pengusaha
diisyaratkan berpsikap ksatria dalam menghadapi persaingan sehat. Ini
dilakukan dalam praktik bisnis dengan tidak melanggar etika bisnis.
Dalam struktur persaingan sempurna ada ciri-ciri khusus, yaitu:
1. Terdapat banyak pembeli dan penjual
2. Produk yang ditawarkan banyak dan homogeny
3. Tidak ada larangan masuk pasar.
4. Perolehan yang cukup terhadap informasi pasar.
Pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan pebisnis dilatarbelakangi oleh
berbagai hal. Salah satu hal tersebut adalah untuk mencapai keuntungan
yang sebanyak-banyaknya, tanpa memikirkan dampak buruk yang
terjadi selanjutnya.
Faktor lain yang membuat pebisnis melakukan pelanggaran antara lain:
1. Banyaknya kompetitor baru dengan produk mereka yang lebih
menarik
2. Mengejar Keuntungan dan Kepentingan Pribadi (Personal Gain and
Selfish Interest)
3. Ingin menambah mangsa pasar
4. Ingin menguasai pasar.
5. Pertentangan antara Nilai-Nilai Perusahaan dengan Perorangan
(Business Goals versus Personal Values)
Pasal 36 UU Anti Monopoli, salah satu wewenang KPPU adalah
melakukan penelitian, penyelidikan dan menyimpulkan hasil
penyelidikan mengenai ada tidaknya praktik monopoli dan atau
persaingan usaha tidak sehat. Masih di pasal yang sama, KPPU juga
berwenang menjatuhkan sanksi administratif kepada pelaku usaha yang
melanggar UU Anti Monopoli. Apa saja yang termasuk dalam sanksi
administratif diatur dalam Pasal 47 Ayat (2) UU Anti Monopoli. Meski
KPPU hanya diberikan kewenangan menjatuhkan sanksi administratif,
UU Anti Monopoli juga mengatur mengenai sanksi pidana. Pasal 48
menyebutkan mengenai pidana pokok. Sementara pidana tambahan
dijelaskan dalam Pasal 49.
Pasal 48
1. Pelanggaran terhadap ketentuan Pasal 4, Pasal 9 sampai dengan Pasal
14, Pasal 16 sampai dengan Pasal 19, Pasal 25, Pasal 27, dan Pasal 28
diancam pidana denda serendah-rendahnya Rp25.000.000.000 (dua
puluh lima miliar rupiah) dan setinggi-tingginya Rp100.000.000.000
(seratus miliar rupiah), atau pidana kurungan pengganti denda
selama-lamanya 6 (enam) bulan.
2. Pelanggaran terhadap ketentuan Pasal 5 sampai dengan Pasal 8, Pasal
15, Pasal 20 sampai dengan Pasal 24, dan Pasal 26 Undang-Undang ini
diancam pidana denda serendah-rendahnya Rp5.000.000.000 ( lima
miliar rupiah) dan setinggi-tingginya Rp25.000.000.000 (dua puluh
lima miliar rupialh), atau pidana kurungan pengganti denda selama-
lamanya 5 (lima) bulan.
3. Pelanggaran terhadap ketentuan Pasal 41 Undang-undang ini diancam
pidana denda serendah-rendahnya Rp1.000.000.000 (satu miliar
rupiah) dan setinggi-tingginya Rp5.000.000.000 (lima miliar rupiah),
atau pidana kurungan pengganti denda selama-lamanya 3 (tiga) bulan.
Pasal 49