Anda di halaman 1dari 24

BERBANGSA DAN BERNEGARA

BELA NEGARA = KETAHANAN EKONOMI


FALSAFAH BERNEGARA
 Proses bangsa bagaimana terbentuknya
bangsa, di mana sekelompok manusia yang
berada di dalamnya merasa sebagai bagian
dari bangsa.
 Negara merupakan organisasi yang mewadahi
bangsa.
 Bangsa tersebut merasakan pentingnya
keberadaan Negara, sehingga tumbuhlah
kesadaran untuk mempertahankan tetap tegak
dan utuhnya Negara melalui upaya bela
Negara.
SIKAP PERILAKU BERBANGSA

Bernegara dapat terlaksana dengan baik apabila


tercipta pola pikir, sikap dan perilaku bangsa yang
berbudaya yang memotivasi keinginan untuk membela
Negara:
 bangsa yang berbudaya, artinya bangsa yang mau
melaksanakan hubungan dengan penciptanya/”Tuhan”
disebut Agama;
 bangsa yang mau berusaha, untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya disebut Ekonomi;
 bangsa yang mau berhubungan dengan lingkungan,
sesama, dan alam sekitarnya disebut Sosial;
 bangsa yang mau hidup aman tentram dan sejahtera
dalam Negara disebut Pertahanan dan Keamanan.
UNSUR NEGARA
 Rakyat, harus mempunyai rakyat yang tetap, karena rakyatlah yang
merencanakan, mengendalikan, dan menyelenggarakan sebuah
negara.
 Wilayah, adalah tempat rakyat yang tinggal dan menetap. Wilayah
yang dimaksudkan dalam hal ini meliputi wilayah daratan, lautan,
udara, ekstrateritorial, dan batas wilayah negara.
 Pemerintahan yang Berdaulat, tanpa kedaulatan, sebuah negara
tidak akan mempunyai kekuasaan untuk mengatur rakyatnya sendiri,
Pemerintah yang berdaulat berarti pemerintah yang memiliki
kekuasaan penuh untuk memerintah baik ke dalam maupun ke luar.
 Pengakuan dari Negara Lain, Untuk mencegah terjadinya ancaman
dari dalam (kudeta) atau campur tangan dari negara lain dan
pengakuan dari negara lain dibutuhkan untuk menjalin hubungan
dalam berbagai bidang, terutama dalam bidang ekonomi, politik,
sosial, budaya & pertahanan keamanan dalam bentuk pengakuan ialah
sebagai berikut:
 Pengakuan de facto
 Pengakuan de jure
KETAHANAN ATAU KEKUATAN NASIONAL

unsur-unsur yang mempengaruhi sebuah


bangsa (James Lee Ray) Unsur kekuatan
nasional negara terbagi menjadi dua
faktor, yaitu ;
 Tangible factors terdiri atas : penduduk,
kemampuan industri dan
 Intangible factors terdiri atas : karakter
nasional, moral nasional dan kualitas
kepemimpinan
HAM

menurut Piagam PBB tentang Deklarasi Universal


of Human Rights 1948, meliputi
a. Hak berpikir dan mengeluarkan pendapat,
b. Hak memiliki sesuatu,
c. Hak mendapatkan pendidikan dan pengajaran,
d. Hak menganut aliran kepercayaan atau agama,
e. Hak untuk hidup,
f. Hak untuk kemerdekaan hidup,
g. Hak memperoleh nama baik,
h. Hak untuk memperoleh pekerjaan dan
i. Hak untuk mendapatkan perlindungan hukum.
KEDAULATAN EKONOMI
GLOBALISASI

 Globalisasi telah menjadi keniscayaan bagi


sebagian besar bangsa di dunia.
 Globalisasi dapat memperluas pasar dari produsen
domestik yang mampu berkompetisi secara global.
 Konsumen domestik dapat menikmati berbagai
macam barang dan jasa lebih murah atau yang
sebelumnya tidak disediakan oleh produsen.
 Globalisasi juga dapat memudahkan aliran modal
dari luar negeri ke dalam suatu negara.
 Globalisasi dapat juga membawa dampak negatif
bagi perekonomian negara-negara yang terlibat
aktif dalam perekonomian global.
ADIKSI KONSUMSI
Ahli filsafat ekonomi B Herry Priyono:
 Fenomena konsumerisme timbul karena masyarakat tak
mampu mengambil jarak terhadap konsumsi.
 Masyarakat tidak mampu membedakan apa yang
sungguh dibutuhkan dan yang diinginkan.
 Semua didikte iklan,” Seolah-olah semua berguna bagi
dirinya. Masyarakat ketagihan barang-barang konsumtif.
 Konsumsi sudah masuk tataran adiksi, orang tidak
sanggup lagi menanyakan baik atau buruk. “Pokoknya
secara kompulsif menginginkan itu”
 Research In Motion, (Blackberry) menjelaskan,
pertumbuhan pelanggan di Indonesia naik 10 kali lipat
(2thn). Diprediksi ada 9,7 juta Blackberry yang bakal
dijual di Indonesia pada 2015.
PROGRAM PEMERINTAH
 kebijakan yang mendorong industri penghasil produk substitusi impor
yang banyak dikonsumsi masyarakat. Indonesia merupakan pasar
yang sangat berkembang dengan penduduk 240 juta jiwa (> 40 persen
penduduk Asean).
 kebijakan yang mengintegrasikan usaha besar, menengah dan kecil
yang berada dalam satu mata rantai produksi ke dalam hubungan Inti-
Plasma.
 Konsisten dalam kebijakan hilirisasi terutama di sektor pertambangan
mengingat banyak uang berada di situ serta potensi lapangan kerja
yang akan terbuka.
 Kebijakan wajib kandungan lokal (local content) serta melakukan
pengawasan yang ketat atas pelaksanaan kebijakan
 kampanye untuk menggunakan produk dalam negeri terutama lewat
jalur pendidikan mulai dari sekolah dasar.
 Kelima, kebijakan devisa bebas perlu dikaji dan diramu kembali untuk
memperkuat posisi Bank Indonesia (BI) atas lalu lintas devisa.
KEMISKINAN DALAM ANGKA

Tahun Kota Desa Tahun 2012 : (kurs p. 7.000/USD)


2008 176.443 146.456 1. BPS : 1,5 USD = Rp 12.000
2009 196.397 163.967 2. Pemerintah : 1 USD
2010 206.374 172.723
3. World Bank : 2 USD
2011 226.328 190.234
2012 236.305 198.990
2013 253.265 213.874 Jumlah Penduduk Miskin 30 Juta
(12%)
2014 268.231 227.007

Tiga ciri kehidupan perkotaan:


ketergantungan akan ekonomi uang
(commodization), lingkungan tempat Tahun 2015 : (kurs p. 14.000/USD)
tinggal yang kurang memadai 1. BPS : 1,5 USD = Rp 21.000
(enviromental hazards) dan 2. World Bank : 2 USD = Ro. 24.000
kehidupan sosial yang individualisitis
(social fragmentation). (Moser,
Gatehouse and Garcia,1996).
SEKILAS BERITA
 Para demonstran Asia Pasifik turut beraksi meniru gerakan
antikapitalis yang dilakukan warga New York. Mereka ikut-
ikutan mengecam para kapitalis dan politisi yang dianggap
hanya melayani kepentingan kapitalis.
 Aksi serupa akan dijalankan pada Minggu (16/10) di 900 kota
di 82 negara yang tersebar di Amerika Latin, Asia, Afrika,
Eropa, dan Afrika Utara, terinspirasi aksi yang lahir pada 15
Mei 2011 yang dimulai di Madrid, Spanyol.
 Aksi protes dipicu pengurangan anggaran pemerintah yang
sedang bangkrut akibat krisis yang dianggap terjadi akibat
ulah para kapitalis.
 Hongkong menyatakan kemarahan mereka pada ketimpangan
dan ekses negatif kapitalisme pasar bebas. Di AS ada sebutan
“99”, julukan bagi 99 persen warga AS yang sengsara
akibat ulah 1 persen elite kaya.
KEMISKINAN VS PERTUMBUHAN
KRITERIA KETIMPANGAN

 Jika 40% penduduk


berpendapatan rendah
menerima pendapatan
nasional < 12% 
ketimpangan tinggi.
 Jika 40% penduduk
berpendapatan rendah
menerima pendapatan
nasional 12% - 17% 
ketimpangan
sedang/moderat.
Penyebab ketimpangan  Jika 40% penduduk
pembangunan (Manik, 2009 : 23) berpendapatan rendah
1. SDA menerima pendapatan
2. Geografi nasional > 17% 
ketimpangan rendah.
3. Mobilitas Barang
KETIMPANGAN ANTAR NEGARA
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

Kemiskinan Relatif
17.8 16.6 15.4 14.2 13.3 12.5 11.7 11.5 11.0
(% dari populasi)

Kemiskinan Absolut
39 37 35 33 31 30 29 29 28
(dalam jutaan)

Koefisien Gini/
- 0.35 0.35 0.37 0.38 0.41 0.41 0.41 -
Rasio Gini

Penurunan kemiskinan nasional, Namun, pemerintah Indonesia


menggunakan persyaratan dan kondisi yang tidak ketat mengenai
definisi garis kemiskinan, sehingga yang tampak adalah gambaran
yang lebih positif dari kenyataannya. Tahun 2014 pemerintah
Indonesia mendefinisikan garis kemiskinan dengan perdapatan per
bulannya (per kapita) sebanyak Rp. 312,328. Jumlah tersebut adalah
setara dengan USD $25
menurut Bank Dunia, angka penduduk Indonesia yang hidup dengan
penghasilan kurang dari USD $2 per hari mencapai angka 50.6 persen
(2009) dan seperempat jumlah penduduk Indonesia (sekitar 60 juta
jiwa) hidup sedikit di atas garis kemiskinan.
SEJARAH PINJAMAN INDONESIA

hutang luar negeri sebesarUS$ 58,9


milyar pada tahun 2001 meningkat
menjadi US$ 65.22 milyar. Lonjakan
paling besar terjadi pada tahun 2008
dari US$ 62,25 milyar pada tahun
2007 menjadi US$ 6669.
PROGRAM
PENGENTASAN KEMISKINAN
(Ketahanan Ekonomi)
CONTOH SUKSES
 Tingkat pengangguran di Korea tinggi (kekakuan pasar tenaga
kerja)  mereformasi peraturan ketenagakerjaan, dana untuk
peningkatan keterampilan, mengadakan progam untuk
membantu pencari kerja, dan program asuransi untuk
pengangguran. “Hasilnya, pengangguran di Korea turun dari 7
persen menjadi 3 persen dalam waktu 3 tahun.”
 Cile dan Kolombia membuat progam pemberian voucher
subsidi kepada pemuda dari keluarga tidak mampu 
pelatihan di lembaga-lembaga terakreditasi. Hasilnya, di
Kolombia, pendapatan wanita muda yang ikut pelatihan naik
22 persen. Di Cile, pendapatan mereka naik 10 persen.
 Malaysia : Saat krisis Asia, UKM di Malaysia terpukul. Karena
itu, pemerintahnya mencanangkan untuk menaikkan kontribusi
produk domestik bruto UKM dari 32 menjadi 42 persen.
 INDONESIA?..
ARUS UTAMA
M. YUNIS : Bangladesh
Informalisasi syarat formal
Syarat formal perbankan direvolusi : Jaminan kredit ditiadakan 
Pemberian kredit kepada kelompok  Pengawasan oleh anggota
kelompok
HERNANDO DE SOTO : Peru
Formalisasi kepemilikan Informal
Kepemilikan modal informal diformalkan  Terbitkan hampir 2
juta sertipikat tanah  Jaminan perbankan
Formalisasi usaha informal  Sertifikasi dan ijin usaha
Dalam bukunya Bank Kaum Miskin, Muhammad Yunus (2007: 274) :
kemiskinan tercipta karena kita membangun kerangka teoritis berdasarkan
asumsi yang merendahkan kapasitas manusia, dengan merancang konsep
yang terlampau sempit (konsep bisnis, kelayakan kredit, kewirausahaan,
lapangan kerja) atau mengembangkan lembaga yang belum matang
(lembaga keuangan yang tidak mengikutsertakan kaum miskin). Kemiskinan
disebabkan oleh kegagalan pada tataran konseptual, dan bukan kurangnya
kapabilitas di pihak rakyat.
PENGENTASAN KEMISKINAN

Pertumbuhan ekonomi di Indonesia (dan sebagian besar negara


lain yang berpenduduk banyak), didorong oleh :
1. konsumsi masyarakat (60 – 70%),
2. Investasi swasta (15-20%)
3. Belanja pemerintah (10-15%).

Kebijakan pemerintah dalam pengentasan kemiskinan 


mendorong pertumbuhan tingkat output masyarakat  tingkat
konsumsi terjaga

Fokus utama kebijakan : mengintergrasikan seluruh aset


masyarakat (keuangan, sosial, SDA, SDM)  menurunkan
biaya konsumsi dan meningkatkan lapangan pekerjaan 
mendorong permintaan konsumsi dan produksi barang
PENGENTASAN KEMISKINAN
PERKOTAAN
metode mengentaskan kemiskinan:
1. pertumbuhan ekonomi,
2. Peningkatan layanan masyarakat dan
3. Mekanisme pengeluaran pemerintah.
Cara tersebut menangani minimal satu dari
tiga ciri utama kemiskinan di Indonesia,
yaitu: kerentanan, sifat multi-dimensi dan
keragaman antar daerah.
STRATEGI PENGENTASAN
KEMISKINAN
1. Pertumbuhan Ekonomi bermanfaat bagi rakyat miskin;
 Makro : inflasi dan nilai tukar yang stabil dan kompetitif.
 Akses terhadap jalan, telekomunikasi, kredit dan pekerjaan di
sektor formal dan distribusi barang.
 Investasi meningkatkan kemampuan masyarakat miskin.
2. Layanan sosial Indikator pembangunan manusia (AKB,
APK) memperbaiki kualitas layanan untuk masyarakat.
3. Pengeluaran pemerintah (pendapatan & non-pendapatan)
 Sistem perlindungan sosial untuk menghadapi ketidak-pastian
ekonomi.
 Memperbaiki IPM, sehingga dapat mengatasi kemiskinan dari
aspek non-pendapatan.
SEKIAN

Anda mungkin juga menyukai