KASUS
“ANESTESI UMUM PADA PASIEN NEFROLITHIASIS
MULTIPLE SINISTRA”
DISUSUN OLEH :
Jessica Gracia
406172055
PEMBIMBING:
Fa k u l t a s K e d o k t e r a n U n i v e r s i t a s Ta r u m a n a g a r a
Ke p a n i t e r a a n i l m u a n e s t e s i
RSUD CIAWI, BOGOR
R o t a s i K l i n i k P e r i o d e 26 November – 30 Desember 2018
IDENTITAS PASIEN
IDENTITAS PASIEN
• Nama : Ny. N
• Umur : 53 tahun
• Jenis kelamin : Perempuan
• Status pernikahan : Sudah menikah
• Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
• Alamat : Kp. Kuripan
• Agama : Islam
• Suku : Sunda
• Ruang : Jasmin
ANAMNESA
3 Desember 2018 pk.06.00
Keluhan utama :
Nyeri pada pinggang kiri
• Riwayat Pengobatan
• Amlodipine 1 x 5 mg
PEMERIKSAAN FISIK
• Pemeriksaan Umum
• Keadaan Umum : Tampak Sakit Sedang
• Kesadaran : Compos Mentis, E4 M6 V5
• Tanda Vital
o Tekanan Darah : 130/70 mmHg
o Nadi : 90 x/menit, Reguler, isi Cukup
o Suhu : 36,6 C
o RR : 22 x/menit, Reguler
o SpO2 : 98%
• Data antropometri :
• Berat badan : 48 kg
• Tinggi badan : 150 cm
• IMT : 21,33 kg/m2 (normal)
• Mata : CA (-/-), SI (-/-), pupil isokor (d: 3mm), refleks cahaya +/+
• Hidung : Bentuk normal, discharge (-/-), deviasi septum (-)
• Telinga : Bentuk normal, otorrhea (-/-)
• Leher : Deviasi trakea (-), Pembesaran KGB (-)
• Thorax :
Cor:
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis teraba di ICS 5 linea midklavikula sinistra
Perkusi: Redup, batas jantung normal
Auskultasi : Bunyi jantung I & II normal, reguler, Murmur (-), gallop
(-)
Pulmo
Inspeksi : Simetris kiri-kanan
Palpasi : Stem fremitus sama kuat, krepitasi (-)
Perkusi : Sonor di seluruh lapang paru
Auskultasi : SDV (+/+), rhonki (-/-), wheezing (-/-)
• Abdomen :
Inspeksi : Tampak datar , distensi (-), jejas (-)
Auskultasi: Bising usus (+) normal
Perkusi: Timpani (+), pekak hepar (+) , shifting dullnes (-)
Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), defans muskular (-)
• Ekstremitas :
Akral hangat,
Edem (-) ,
CRT < 2 detik
PEMERIKSAAN PENUNJANG (3/12)
PARAMETER HASIL NILAI RUJUKAN SATUAN
A. Hematologi
Darah Rutin
Hemoglobin 10,8 11,7 – 15,5 g/dl
Hematokrit 30,5 35 - 47 %
Leukosit 5,6 4 - 11 10^3/uL
Trombosit 196 150 – 440 10^3/uL
Golongan darah A A/B/AB/O mg/L
Rhesus (+) POS - mg/L
Masa perdarahan 2’00” 1–6 menit
Masa pembekuan 13’00” 8 – 18 menit
A. Kimia
GD Sewaktu 96 80 – 120 mg/dl
Ureum 52 10,0 – 50,0 null
Kreatinin 0,83 0,60 – 1,30 mg/dl
SGOT 17 0 – 35 U/L
SGPT 13 0 - 35 U/L
SERO IMUNOLOGI Hasil
HbsAg Non Reaktif
Anti HIV Non Reaktif
ANESTESI UMUM
DEFINISI
• Anestesi umum (General Anesthesia) disebut pula dengan nama
Narkose Umum (NU).
• Anastesi Umum adalah tindakan meniadakan nyeri secara sentral
disertai hilangnya kesadaran dan bersifat reversible. Anestesi umum
yang sempurna menghasilkan ketidaksadaran, analgesia, relaksasi
otot tanpa menimbulkan resiko yang tidak diinginkan dari pasien.
ANALGESIK
RELAKSAS
HIPNOSIS I OTOT
TRIAS
ANESTESI
KLASIFIKASI STATUS FISIK
• Klasifikasi yang lazim digunakan untuk menilai kebugaran fisik
seseorang ialah yang berasal dari The American Society of
Anesthesiologists (ASA).
– Kelas I : Pasien sehat organik, fisiologik, psikiatrik,
biokimia, tidak merokok, BMI < 30
– Kelas II : Pasien dengan penyakit sistemik ringan atau
sedang. Hipertensi / diabetes yang terkontrol obat, merokok,
BMI < 35, hamil
– Kelas III : Pasien dengan penyakit sistemik berat sehingga
aktivitas rutin terbatas. Hipertensi dan diabetes tidak
terkontrol, obesitas, gagal ginjal kronik, hepatitis, dialisis,
memakai alat pacu jantung, angina stabil, terpasang alat
pacu jantung
– Kelas IV : Pasien dengan penyakit sistemik berat tidak dapat
melakukan aktivitas rutin dan penyakitnya merupakan
ancaman kehidupan setiap saat. (angina unstable, gagal
jantung)
– Kelas V :Pasien sekarat yang diperkirakan dengan atau tanpa
pembedahan hidupnya tidak akan lebih dari 24 jam. ( ruptur
abdomen, aneurisma aorta, perdarahan intrakranial masif.
– Kelas VI : Pasien dengan mati batang otak, atau pasien yang
organnya akan didonorkan untuk transplantasi
STADIUM ANESTESI
• Stadium anestesi yang disusun oleh Guedel :
– Stadium I : Analgesia
• Mulai induksi sampai mulai tidak sadar. Ditandai dengan
hilangnya reflek bulu mata
– Stadium II : Eksitasi, delirium
• Mulai tidak sadar sampai mulai napas teratur otomatis.
Pada stadium ini pasien batuk, mual-muntah, henti napas
dan lain-lainnya.
– Stadium III : Anestesia bedah
• Mulai napas otomatis sampai mulai napas berhenti.
• Plana 1. Mulai napas otomatis sampai gerak bola mata
berhenti.
• Plana 3 Mulai napas torakal lemah sampai napas torakal
berhenti.
• Plana 4 Mulai napas torakal berhenti sampai napas
diafragma berhenti.
– Stadium IV : Intoksikasi / overdosis obat anestesia
• Mulai paralisis diafragma sampai henti jantung atau
meninggal.
PREMEDIKASI
• Premedikasi ialah pemberian obat 1-2 jam sebelum induksi anestesia
dengan tujuan untuk melancarkan induksi, rumatan, dan bangun dari
anesthesia diantaranya:
– Meredakan kecemasan dan ketakutan.
– Memperlancar induksi anesthesia.
– Mengurangi sekresi kelenjar ludah dan bronkus.
– Meminimalkan jumlah obat anestetik.
– Mengurangi mual-muntah pasca bedah.
– Menciptakan amnesia.
– Mengurangi isi cairan lambung.
– Mengurangi refleks yang membahayakan.
• Penggolongan obat pre-medikasi
– 1. Golongan Narkotika
• analgetika sangat kuat.
• Jenisnya : petidin, fentanyl, dan morfin.
• Tujuan: mengurangi rasa nyeri saat pembedahan.
• Efek samping: mendepresi pusat nafas, mual-
muntah, vasodilatasi pembuluh darah
hipotensi
• diberikan jika anestesi dilakukan dengan • Morfin adalah obat
anestetika dengan sifat analgesik rendah, pilihan jika rasa nyeri
misalnya: halotan, tiopental, propofol. telah ada sebelum
• Pethidin diinjeksikan pelan untuk: pembedahan
– mengurangi kecemasan dan ketegangan, • mengurangi
– menekan TD dan nafas kecemasan dan
– merangsang otot polos ketegangan
• menekan TD dan
nafas
• merangsang otot
polos
• depresan SSP
• pulih pasca bedah
• 2. Golongan Sedativa & Transquilizer
– Golongan ini berfungsi sebagai obat
penenang dan membuat pasien menjadi
mengantuk.
– Contoh : luminal dan nembufal untuk
golongan sedative; diazepam dan DHBF
(Dihidrobensferidol) untuk golongan
transquilizer.
– Efek samping: depresi nafas, depresi
sirkulasi. Diazepam
induksi, premedikasi,
– diberikan apabila pasien memiliki rasa
sedasi
sakit/nyeri sebelum dianestesi, pasien
menghilangkan
tampak lebih gelisah
halusinasi karena
ketamin
mengendalikan kejang
menguntungkan untuk
usia tua
jarang terjadi depresi
nafas, batuk, disritmia
Barbiturat
menimbulkan sedasi dan
menghilangkan kekhawatiran
sebelum operasi
depresan lemah nafas dan
sirkulasi
mual muntah jarang
Midazolam
Midazolam sering digunakan sebagai
premedikasi pada pasien pediatrik sebagai
sedasi dan induksi anestesia.
Pre-medikasi, induksi, rumatan, sedasi
post operasi.
Memiliki efek antikonvulsan sehingga
dapat digunakan untuk mengatasi kejang
grand mal
Dianjurkan sebelum pemberian ketamin
• 3. Golongan Obat Pengering
– bertujuan menurunkan sekresi kelenjar saliva,
keringat, dan lendir di mulut serta menurunkan efek
parasimpatolitik / paravasopagolitik sehingga
menurunkan risiko timbulnya refleks vagal.
– Contoh: sulfas atropine dan skopolamin.
– Efek samping: proses pembuangan panas akan
terganggu, terutama pada anak-anak sehingga
terjadi febris dan dehidrasi
– diberikan jika anestesi dilakukan dengan anestetika
dengan efek hipersekresi, mis: dietileter atau
ketamin.
INDUKSI ANESTESI
• Induksi Intravena
– Induksi intravena paling banyak dikerjakan. Obat induksi bolus
disuntikan dalam kecepatan 30-60 detik. Selama induksi
anesthesia, pernapasan pasien, nadi, dan tekanan darah harus
diawasi dan selalu diberikan oksigen.
– Induksi cara ini dikerjakan pada pasien yang kooperatif.
– Thiopental dapat diberikan 3-7 mg/kgBB, profopol 2-3 mg/kgBB,
dan ketamine dengan dosis 1-2mg/kg BB
• Induksi Intramuskular
– Induksi intramuskular biasanya menggunakan injeksi ketamin
(ketalar) yang dapat diberikan secara intramuscular dengan dosis
5-7 mg/kgBB dan setelah 3-5 menit pasien tidur.
• Induksi Inhalasi
– Induksi inhalasi dikerjakan dengan halotan (fluotan), enfluran, isofluran,
sevofluran.
– Cara induksi ini dikerjakan pada bayi atau anak yang belum terpasang jalur
vena atau dewasa yang takut disuntik.
– Induksi dengan sevofluran lebih disenangi karena pasien jarang batuk.
Walaupun langsung diberikan dengan konsentrasi tinggi sampai 8 vol %.
– Induksi dengan enfluran (etran), isofluran (foran, aeran) atau desfluran jarang
dilakukan, karena pasien sering batuk dan waktu induksi menjadi lama.
• Induksi per rektal
– Cara ini hanya untuk anak atau bayi yang menggunakan tiopental atau
midazolam.
• Induksi mencuri / sical induction
– Dilakukan pada anak atau bayi yang sedang tidur.
– Diberikan dengan sungkup yang tidak ditempelkan langsung ke pasien,
melainkan diberikan jarak beberapa sentimeter sampai pasien tertidur baru
sungkup muka kita tempelkan.
ANESTESI RUMATAN