Anda di halaman 1dari 41

M.

Givari Arija (1701023)


Nola Ayunda Putri (1701029)
Toksisitas
Sarifah Laila intrinsik
(1701035) dan interaksi
pada
Putri Indah obat herbal
(1801132)
Toksisitas dapat diartikan sebagai kemampuan
racun (molekul) untuk menimbulkan kerusakan
apabila masuk ke dalam tubuh dan lokasi organ
yang rentan terhadapnya.

Uji toksisitas adalah uji untuk mendeteksi efek


toksik suatu zat pada sistem biologi, dan untuk
memperoleh data dosis-respon yang khas dari
sediaan uji.
Efek samping herbal yang berasal dari faktor
endogen - efek intrinsik
1.Efek Samping karena Alkaloid pirolizidin
2.Efek Samping karena Asam Aristilokat
3.Efek Samping sebab Monoterpen dan
Fenilpropanoid
4.Efek Samping oleh Lakton Seskuiterpen
5.Efek Samping karena Ester Diterpen
6.Efek Samping dari Lektin dan Aglutinin dalam
tumbuhan
7.Efek Samping dari Furanokumarin
8.Efek Samping turunan Urusiol
ANTI KANKER

Resveratrol
Myristicin Ginseng

(±)-Hesperetin Luteolin

Chlorogenic acid Ginger

S-adenosyl-L-methionine (SAMe)
1. Resveratrol

Resveratrol adalah
senyawa polifenol yang
ditemukan terutama :
• anggur merah,
• kulit anggur merah,
• jus anggur ungu,
• mulberry,
• dan dalam jumlah yang
lebih kecil dalam kacang
Trans-resveratrol memiliki aktivitas antioksidan,
anti-inflamasi, dan antimutagenik.

Resveratrol secara signifikan mengurangi


peroksidasi lipid dan kerusakan organ pada
model hewan dari iskemia-reperfusi.
• Secara in vitro, resveratrol mencegah reduksi
terkait peptida beta-amyloid dalam
glutathione.

• Ini menunjukkan bahwa resveratrol dapat


mencegah kerusakan oksidatif yang
disebabkan oleh peptida beta-amyloid
Interaksi obat
Secara teoritis, resveratrol dapat meningkatkan
tingkat obat yang dimetabolisme oleh enzim-
enzim ini.

Namun, interaksi belum dilaporkan pada


manusia
(±)-Hesperetin
• Hesperetin termasuk
flavanon kelas
flavonoid.

• Hesperetin, dalam
bentuk hesperidin
glikosida, adalah
flavonoid utama
dalam lemon dan
jeruk
Hesperetin menginduksi ekspresi Notch1 dalam
sel karsinoid, kemudian menekan proliferasi
sel tumor dan produksi hormon bioaktif yang
memberikan dukungan untuk studi lebih lanjut
ke hesperetin sebagai pengobatan potensial
untuk kanker karsinoid
• untuk mengurangi ester kolesteril dan
menghambat sekresi apoB hingga 80%

• Hesperetin mungkin memiliki aktivitas


antioksidan, anti-inflamasi, anti-alergi,
hipolipidemik, vasoprotektif, dan
antikarsinogenik.
Asam kolinergik
• Terisolasi dari daun dan buah dari tanaman
dikotil (mis. Biji kopi)
• Kontrol asam caffeic.

• Menunjukkan aktivitas antioksidan, analgesik,


antipiretik dan kemopreventif.
• Menghambat Bcr-Abl tirosin kinase dan
memicu MAP kinase p38-tergantung
apoptosis. Inhibitor aktivitas tumor yang
mempromosikan ester-ester phorbol.

• Tetapi tidak menghambat aktivitas 5-


lipoxygenase dari leukosit polimorfonuklear
yang terstimulasi-manusia-terstimulasi
Myristicin
• Myristicin adalah senyawa fenilpropena yang
ditemukan dalam jumlah kecil dalam minyak
esensial pala, peterseli.
• Menghambat karsinogenesis kimia dan
menginduksi apoptosis
• Menginduksi enzim tikus dan manusia sitokrom
P450 dan glutathione S-transferases.

• Memiliki aktivitas hepatoprotektif yang sangat


kuat.
Luteolin

Antioksidan flavonoid yang


menghambat angiogenesis yang
diinduksi VEGF
• Inhibitor aktivitas katalitik dari
phosphoinositide 3-kinase (PI (3) K), sedangkan
inhibisi PI (3) K oleh luteolin mempengaruhi
apoptosis melalui jalur PI (3) K / Akt (protein
kinase B; PKB) dan efek antimitotik melalui PI
(3) jalur K / p70S6K

• Inhibitor dari fatty acid synthase (FAS) dan


inducer apoptosis
Sedatif, Hipnotik, dan Anxiolytics
Kava

Teh Kava memiliki sejarah panjang


penggunaan di antara Kepulauan Pasifik
untuk efek menenangkan dan
meningkatkan kemampuan bersosialisasi.

Di Amerika Utara, kapsul ekstrak kava


digunakan untuk efek menenangkan
mereka dan sebagai pengobatan untuk
kecemasan.
• Analisis in vitro dan in vivo dilakukan pada
enzim CYP hati dan usus tikus, telah
menunjukkan bahwa asam ginkgolic terbukti
menjadi penghambat potensial CYP1A2,
CYP2C9 dan CYP2C19
• Variasi konstituen gingko (ginkgolides,
biobalides, dan flavone glycosides) dan
bioavailabilitasnya dapat menjelaskan
perbedaan dalam temuan, di samping
variabilitas spesies dalam metabolisme obat.
Hipertensi
• Jus delima
• Untuk hipertensi, beberapa penelitian
menunjukkan bahwa delima dapat
mengurangi aktivitas ACE sekitar 36%.
• Penelitian klinis adalah kontradiktif,
beberapa penelitian menunjukkan
pengurangan sederhana pada tekanan darah
sistolik setelah minum 50 mL / hari hingga
satu tahun
• Penelitian lain menunjukkan tidak ada
manfaat setelah minum 240 mL / hari selama
3 bulan.

• Asam ellagic ditemukan menjadi bahan aktif


utama dalam jus buah delima
Jamu Yang Ada Toksisitas Intrinsik

Dalam uji toksisitas perlu dibedakan obat


tradisional yang dipakai secara singkat (short
term use) dan dalam jangka waktu lama (long
term use).Untuk short term use dipentingkan uji
toksisitas akut, sedangkan untuk long term use
perlu diteliti juga toksisitas subkronik dan kronik.
1. Toksisitas Jahe
2. Toksisitas Kunyit

Toksisitas minyak atsiri kunyit :


LD50 5120mg/kgBB (pada mencit)
Tidak ditemukan efek teratogenik
pada janin mencit
3. Toksisitas Asam Jawa

Tidak menunjukkan efek mutagenik


dan genotoksik pada tikus dengan 3
dosis akut. (Silva et al, 2009
4. Penelitian terkait toksisitas
Superjamu merupakan sediaan herbal yang sedang diuji
lapangan dengan berbagai dosis dan frekwensi pemberian setiap
hari dan selang beberapa hari.The OECD Guidelines for the Testing
of Chemicals (OECD, 2004) merupakan standar yang diterima
secara internasional untuk menguji keamanan produk, meliputi
bahan kimiawi, pestisida, perawatan dan lain-lain. Standar ini
selalu ditinjau oleh banyak pakar dari berbagai negara yang
termasuk anggota OECD.
Metode ini dipilih untuk menguji keamanan produk
Superjamu, sebagai produk yang akan diedarkan untuk
memperkirakan dosis toksik. Metode ini dianggap cukup
ideal karena menggunakan sedikit hewan coba, mudah
aplikasinya dan dapat sekaligus memperkirakan nilai LD
50. Pengujian toksikologi juga dapat digunakan untuk
menghitung No Observed Adverse Effect Level (NOAEL)
dan bermanfaat untuk uji klinik (Setzer and Kimmel, 2003)
Materi dan Metode
Materi penelitian tahap pertama adalah 9
mencit betina galur Swiss umur 3 bulan
dengan rerata berat 25,8 g yang diperoleh
dari Unit Pengembangan Hewan
Percobaan , Laboratorium Pengembangan
dan Penelitian Terpadu Universitas Gadjah
Mada. Tahap kedua penelitian
menggunakan 6 ekor mencit dengan
kondisi fisiologis yang sama dengan tahap
pertama..
Alat-alat pendukung meliputi, spet
bersonde, kandang berbahan dasar
plastik, tempat pakan dan minum,
aquades dan kloroform untuk
etanasi.Ekstrak yang diuji adalah
sediaan cair Superjamu untuk hewan
yang diproduksi oleh kolaborasi antar
institusi dan industri rakyat di Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas
Indonesia
Metode yang digunakan mengacu dari OECD (OECD, 2004)
mengenai pengujian toksisitas akut per oral.Tahap pertama
dimulai dengan membagi 9 ekor mencit menjadi 3 kelompok
secara acak dan diadaptasikan selama 5 hari.Pakan dan
minum disediakan secara ad libitum dan setiap kelompok
dikandangkan tersendiri.Penelitian dilakukan dalam suhu
ruang (25° C) serta pengaturan cahaya redup dan terang
dalam interval 12 jam.Setelah adaptasi hewan kelompok 1
(K1) diberi superjamu dosis 300 mg/kg berat badan, kelompok
2 (K2) diberi superjamu dosis 2000 mg/kg bb dan kelompok
kontrol (K3) diberi aquades 1 mL/ kg berat badan.Pemberiam
herbal dilakukan setiap hari selama 14 hari.
Hasil dan Pembahasan
Selama masa pengujian terdapat kematian 2 ekor mencit pada K 2 pada
hari ke 14.Sebelum kematian didahului dengan gejala depresi dan bulu
berdiri serta gejala syaraf yaitu inkoordinasi. Satu ekor yang lain
menampakkan gejala klinis yang sama. Pada K1 gejala klinis yang sama
tampak juga pada 2 ekor mencit, namun tidak terjadi kematian. Sesuai
dengan ketentuan OECD, maka ketiga mencit yang mengalami depresi
dan bulu berdiri (dua dari kelompok 1 dan satu dari kelompok 2)
dianestesi menggunakan kloroform dan dinekropsi bersama dengan
mencit yang mati pada kelompok 2.
Dikarenakan masih terjadi kematian maka pengujian
dilanjutkan dengan tahap selanjutnya yaitu menurunkan
dosis menjadi 50 mg/kg bb. Pada tahap 2 digunakan 6 ekor
mencit betina dibagi menjadi kelompok perlakuan (KP)
dan kontrol (KK) dengan dosis perlakuan 50 mg/kg bb
selama 14 hari.Selama pengujian tidak terlihat gejala klinis
pada semua mencit.
Hasil pengujian menunjukkan bahwa dosis 50 mg/kg bb merupakan dosis
yang tidakmemberikan gejala toksisitas hingga hari ke-14. Dengan demikian
batas dosis ini aman dan bisa diberikan pada hewan berturut turut selama 14
hari. Sesuai dengan annex 2c.OECD maka dosis toksik superjamu adalah >
50-300 mg/kg bb. Dosis lethal (LD50) pada kisaran 200-300 mg/kg bb.
Penentuan dosis toksik dan dosis lethal menggunakan metode OECD
memiliki kelebihan dibanding metode pengujian toksisitas lain karena
menggunakan sedikit hewan coba serta teknik pengujian yang mudah.
Menurut Combes et al.,2004), regulasi pengujian toksisitas dengan hewan
coba harus memperhatikan kesejahteraan hewan, dengan menggunakan
sesedikit mungkin jumlah hewan coba, serta hasil pengujian nantinya
bermanfaat diaplikasikan ke manusia.
Hasil pengujian menunjukkan bahwa dosis 50 mg/kg bb merupakan dosis
yang tidakmemberikan gejala toksisitas hingga hari ke-14. Dengan demikian batas
dosis ini aman dan bisa diberikan pada hewan berturut turut selama 14 hari.
Sesuai dengan annex 2c.OECD maka dosis toksik superjamu adalah > 50-300
mg/kg bb. Dosis lethal (LD50) pada kisaran 200-300 mg/kg bb. Penentuan dosis
toksik dan dosis lethal menggunakan metode OECD memiliki kelebihan
dibanding metode pengujian toksisitas lain karena menggunakan sedikit hewan
coba serta teknik pengujian yang mudah. Menurut Combes et al.,2004), regulasi
pengujian toksisitas dengan hewan coba harus memperhatikan kesejahteraan
hewan, dengan menggunakan sesedikit mungkin jumlah hewan coba, serta hasil
pengujian nantinya bermanfaat diaplikasikan ke manusia
Sebelum aplikasi lapangan/klinik pengujian
keamanan obat harus dilakukan terhadap hewan
coba.Hasil dari pengujian ini merupakan evaluasi
terhadap efek obat terhadap jaringan dan organ,
hubungan dosis dan respon, efek terhadap
pasien serta berbagai komplikasi yang mungkin
timbul selama pengujian. Pengujian toksisitas
umumnya menggunakan paling tidak 3 dosis
( rendah, sedang dan tinggi) s e r t a m e n g g u
n a k a n k o n t r o l u n t u k membandingkan
efek dari kelompok perlakuan (Robinson et al.,
2009).
Pengujian in vivo menggunakan hewan laboratorium umum
dilakukan untuk mendapatkan data toksisitas akut. Uji toksisitas in
vivo tetap diperlukan karena memiliki beberapa keuntungan
diantaranya adalah akan diperoleh data-data yang berhubungan
dengan kondisi fisiologi dan biokimia normal dan hasil pengujian
in vivo hewan coba dapat diinterpolasikan ke manusia atau sebagai
bahan prediksi toksikologi untuk hewan domestik dan ternak
(Sachana and Hargreaves, 2012).
Sebagaimana lazimnya senyawa obat, maka jamu atau
herbal juga memiliki efek yang bisa merugikan jika tidak
disertai pemahaman tentang aturan dosis dan pemakaian
yang tepat. Superjamu merupakan campuran berbagai
ekstrak tanaman herbal diantaranya, bawang putih, kunyit,
jahe, daun katuk dan beberapa senyawa herbal lain dalam air
dengan persentase komposisi yang belum dicantumkan
dalam
kemasan.
Efek yang tidak diinginkan umumnya terjadi karena bahan yang
belum terstandar, takaran yang belum tepat, efek kombinasi
senyawa penyusun, sifat higroskopis dan volumius atau
kemungkinan kontaminasi oleh mikrobia lain.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai