Anda di halaman 1dari 71

M. Gary Gagarin Akbar, S.H.,M.

H
Universitas Buana Perjuangan
Karawang

PERANCANGAN KONTRAK
PERIKATAN

 APA ITU PERIKATAN ?


PERIKATAN
=
VERBINTENISSENRECHT
Hubungan
Hukum

Prestasi Perikatan Kekayaan

Para Pihak
Pengertian Kontrak

 Hukum kontrak adalah keseluruhan dari


kaidah-kaidah hukum yang mengatur
hubungan hukum antara kedua belah pihak
atau lebih berdasarkan kata sepakat (mutual
consent) untuk menimbulkan akibat hukum.
PERTANYAAN ?

 APA PERBEDAAN KONTRAK


DAN PERJANJIAN ?
Lanjutan....

 Pada Bab II Buku III KUHPerdata Indonesia


menyamakan kontrak dengan perjanjian.Hal
tersebut secara jelas terlihat dalam judul Bab
II Buku III KUHPerdata, yakni “Van
verbintenissen die uit contact of
overeenkomst(Perikatan yang lahir dari
Kontrak atau Perjanjian)”
 Pasal 1313 KUHPerdata menentukan eene
overeenkomst is eene handeling waarbij een of
meer andere verbinden (suatu perjanjian
adalah suatu perbuatan yang terjadi antara
satu orang atau lebih mengikatkan dirinya
kepada satu orang atau lebih lainnya)
Unsur-Unsur Kontrak

1. Ada Para Pihak;


2. Ada kesepakatan yang membentuk kontrak;
3. Kesepakatan itu ditujukan untuk
menimbulkan akibat hukum; dan
4. Ada objek tertentu.
Asas Hukum Kontrak
Asas
Konsensualisme

Asas
Kekuatan
Mengikatnya
Hukum
Kontrak
Kontrak
Asas
Kebebasan
Berkontrak

Asas Iktikad
Baik
Asas Konsensualisme

 Kontrak atau Perjanjian harus didasarkan


pada konsensus (kesepakatan) dari pihak-
pihak yang membuat perjanjian.
 Perjanjian dikatakan telah lahir jika ada kata
sepakat atau persesuaian kehendak diantara
para pihak.
Asas Kekuatan Mengikatnya
Kontrak
 Asas ini juga dikenal sebagai prinsip pacta
sunt servanda.
 Menurut asas ini kesepakatan para pihak itu
mengikat sebagaimana layaknya UU bagi
para pihak yang membuatnya.
Lanjutan..

 Apa yang dinyatakan seseorang dalam suatu


hubungan hukum menjadi hukum bagi
mereka.
 Asas inilah yang menjadi dasar kekuatan
mengikatnya kontrak.
 Ini bukan saja kewajiban moral, tetapi
kewajiban hukum yang harus ditaati.
Asas Kebebasan Berkontrak

 Asas kebebasan berkontrak membawa


implikasi hukum bahwa setiap orang dapat
menciptakan jenis kontrak baru yang
sebelumnya tidak dikenal di dalam perjanjian
bernama dan isinya menyimpang dari
kontrak bernama.
 Asas kebebasan berkontrak diakui di dalam
Pasal 1338 ayat 1 BW yang menyatakan
bahwa semua perjanjian yang dimuat secara
sah mengikat para pihak sebagai UU.
Lanjutan...

 Asas Kebebasan berkontrak bersifat


universal.
 Dalam perkembangannya, ternyata
kebebasan berkontrak dapat menimbulkan
ketidakadilan.
 Pasal 1320 BW sebenarnya membatasi
adanya asas kebebasan berkontrak.
Lanjutan...

 Hukum kontrak Indonesia juga membatasi


kebebasan berkontrak dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan, ketertiban
umum, dan kesusilaan. (1337 BW).

 ada beberapa hal yang menyebabkan makin


berkurangnya asas kebebasan berkontrak,
yaitu :
1. Makin berpengaruhnya ajaran iktikad baik
2. Makin berkembangnya ajaran
penyalahgunaan keadaan.
3. Makin banyaknya perjanjian yang dibuat
dalam bentuk baku yang disodorkan oleh
kreditor.
4. Makin berkembangnya peraturan
perundang-undangan di bidang ekonomi
yang membatasi kebebasan berkontrak.
Asas Iktikad Baik

Iktikad baik pra


kontrak

Asas Iktikad Baik

Iktikad baik
pelaksanaan
kontrak
Iktikad Baik pelaksanaan
kontrak
 Ada tiga persoalan yang berkaitan dengan
iktikad baik:
1. Pengertian iktikad baik tidak bersifat
universal.
2. Tolak ukur (legal test) yang digunakan
hakim untuk menilai ada tidaknya iktikad
baik dalam kontrak.
3. Pemahaman ddan sikap pengadilan di
Indonesia berkaitan dengan fungsi iktikad
baik dalam pelaksanaan kontrak.
Pemahaman iktikad baik dalam
kontrak
 Iktikad baik dalam hukum romawi mengacu
kepada tiga bentuk perilaku para pihak dalam
kontrak.
1. Para pihak harus memegang teguh janji atau
perikatannya.
2. Para pihak tidak boleh mengambil keuntungan
dengan tindakan menyesatkan terhadap salah
satu pihak.
3. para pihak mematuhi kewajibannya dan
berperilaku sebagai orang terhormat dan jujur
walaupun kwajiban ini tidak secara tegas
diperjanjikan.
 Inti hukum romawi kontrak adalah maksim
pacta sunt servanda yang dijadikan dasar
ketentuan iktikad baik.

 Iktikad baik tidak hanya mengacu kepada


iktikad baik para pihak, tetapi harus juga
mengacu kepada nilai-nilai yang berkembang
dalam masyarakat.
Tolak ukur iktikad baik
dalam pelaksanaan kontrak
 Di dalam Pasal 1339 menyatakan bahwa
kontrak tidak hanya mengikat pada apa yang
dinyatakan secara tegas dinyatakan di
dalamnya, tetapi juga kepada segala sesuatu
yang menurut sifat kontrak, diharuskan oleh
kepatutan, kebiasaan dan UU.
 Dalam beberapa sistem kontrak, seperti di
Jerman dan Belanda, iktikad baik dibedakan
antara subjektif dan objektif.
 Iktikad baik subjektif dikaitkan dengan
hukum benda (bezit).
 Iktikad baik yang subjektif ini berkaitan
dengan sikap batin atau kejiwaan.
 Iktikad baik yang objektif dalam pelaksanaan
kontrak adalah standar objektif yang
mengacu kepada suatu norma yang objektif.
 Perilaku para pihak dalam kontrak harus diuji
atas dasar norma-norma objektif yang tidak
tertulis yang berkembang di dalam
masayrakat.
Asas Personalitas

 Asas personalitas bermakna bahwa kontrak


atau perjanjian hanya berlaku bagi pihak-
pihak yang membuatnya.
 Penyimpangan dari asas personalitas dapat
dismpulkan dari ketentuan Pasal 1317 ayat (1)
BW.
Fungsi Kontrak

Fungsi Kontrak

Fungsi
Yuridis: Fungsi
Memberikan Ekonomis
Kepastian
Hukum
Syarat Sahnya Kontrak

 Syarat sahnya perjanjian/kontrak dapat


ditemukan di dalam Pasal 1320 BW.
 Syaratnya antara lain:
1. Adanya kesepakatan;
2. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan;
3. Suatu hal tertentu;
4. Suatu sebab yang tidak terlarang.
Cacat Kehendak

 Cacat kehendak adalah kecacatan dalam


pembentukan kata sepakat dalam suatu kontrak
atau perjanjian.
 Cacat kehendak yang terdapat di dalam Pasal
1321 BW :
1. Kesesatan atau kekhilafan (dwaling);
2. Paksaan (dwang);
3. Penipuan (bedrog);
4. Penyalahgunaan keadaan (misbruik van
omstandigheiden)  Lahir dari yurisprudensi.
Dwaling

 Kekeliruan atau kesesatan dalam


pembentukan kata sepakat dapat
diklasifikasikan menjadi 3 yaitu:
1. Kesesatan dalam motif;
2. Kesesatan semua;
3. Kesesatan yang sebenarnya.
Paksaan

 Cacat kehendak yang masuk kategori


paksaan terdapat dalam Pasal 1323, 1324,
1326, 1327 BW
 Paksaan  munculnya rasa takut
Penipuan

 Penipuan  Pasal 1328 BW


 penipuan adalah tindakan yang bermaksud
jahat yang dilakukan oleh satu pihak sebelum
perjanjian dibuat.
Penyalahgunaan Keadaan

 Penyalahgunaan keadaan terjadi manakala


seseorang di dalam suatu perjanjian
dipengaruhi oleh suatu hal yang
menghalanginya untuk melakukan penilaian
(judgement) yang bebas dari pihak lainnya,
sehingga ia tidak dapat mengambil putusan
yang independen.
Prestasi dan Wanprestasi
dalam Kontrak
 Prestasi adalah kewajiban yang harus
dipenuhi debitor.
 Prestasi  utang
Debitor

Para Pihak

Kreditor
Lanjutan....

Bentuk-bentuk prestasi
dalam kontrak (1234
BW)

Tidak
Memberikan Melaksanakan berbuat/
sesuatu sesuatu melaksanakan
sesuatu
Lanjutan...
Harus tertentu/
dapat
ditentukam

Objeknya
Syarat-syarat diperkenankan
prestasi sebagai oleh hukum
objek perjanjian

Prestasi harus
mungkim
dilaksanakan
Unsur-Unsur Kontrak

Unsur
Essentialia

Unsur
Naturalia
Unsur-Unsur
Kontrak

Unsur
Accidentalia
Unsur Essentalia

 Unsur esentialia adalah unsur yang harus ada


di dalam suatu perjanjian.
 Unsur ini merupakan sifat yang harus ada
dalam perjanjian.
Unsur Naturalia

 Unsur naturalia adalah unsur perjanjinan


yang oleh hukum diatur tetapi dapat
dikesampingkan oleh para pihak.
 Sifat buku ke-3 KUHPerdata yaitu sebagai
Hukum Pelengkap.
Unsur accidentalia

 Unsur accidentalia adalah unsur yang


merupakan sifat pada perjanjian yang secara
tegas diperjanjikan oleh para pihak.
 Contohnya: perjanjian jual beli ini tidak
termasuk pohon dan tanaman di atasnya.
Prestasi

 Prestasi adalah kewajiban yang harus


dipenuhi oleh debitor.
 Di dalam kontrak atau perjanjian, prestasi
adalah kewajiban kontraktual.
 Kewajiban kontraktual dapat berasal dari:
1. Peraturan Per-UU-an
2. Diperjanjikan dalam kontrak
3. Kepatutan dan kebiasaan.
Bentuk-Bentuk Prestasi

Memberikan
Sesuatu

Bentuk-bentuk Melaksanakan
Prestasi Sesuatu

Tidak berbuat
atau
melaksanakan
sesuatu
Memberikan Sesuatu

 Wujud prestasi dalam memberikan sesuatu


berupa kewajiban bagi debitor untuk
memberikan sesuatu kepada kreditor
 Berdasarkan Pasal 1235 KUHPerdata, debitor
berkewajiban merawat barang yang dipinjam
sampai saat penyerahannya.
Melaksanakan Sesuatu

 Yang dimaksud dengan berbuat adalah setiap


prestasi yang bersifat positif tidak berupa
memberi, misalnya melukis atau menebang
pohon.
Tidak berbuat atau
melaksanakan Sesuatu
 Perikatan untuk tidak berbuat sesuatu tidak
menimbulkan masalah, karena prestasi
debitor hanya berupa tidak melakukan
sesuatu atau membiarkan orang lain berbuat
sesuatu
Objek Perikatan

 Objek perikatan harus memenuhi syarat-


syarat tertentu, yaitu:
1. Harus tertentu atau setidaknya dapat
ditentukan.
2. Objeknya diperkenankan oleh hukum.
3. Prestasi itu harus mungkin di laksanakan.
Harus Tertentu atau
Setidaknya dapat ditentukan.
 Prestasi dalam perikatan harus tertentu.
 Suatu perjanjian harus memiliki objek
tertentu dan suatu perjanjian haruslah
mengenai suatu hal tertentu (certainly of
term).
Objeknya diperkenankan oleh
hukum

 Prestasi tidak boleh bertentangan dengan


hukum atau diperbolehkan oleh hukum.
Prestasi itu harus mungkin
dilaksanakan
 Prestasi dalam perikatan harus mungkin
dilaksanakan oleh debitor.
Wanprestasi

 Dalam melaksanakan prestasi tersebut, ada


kalanya debitor tidak dapat melaksanakan
prestasi atau kewajibannya.

 Ada penghalang ketika debitor


melaksanakan prestasi dimaksud.
 Tidak terpenuhinya kewajiban itu ada dua
kemungkinan alasannya yaitu:
1. Karena kesalahan debitor, baik karena
kesengajaan maupun karena kelalaian.
2. Karena keadaan memaksa (overmacht,
force majeur), sesuatu yang terjadi di luar
kemampuan debitor, debitor tidak bersalah.
Bentuk Wanprestasi

 Unsur-unsur wanprestasi adalah sebagai


berikut:
1. Debitor sama sekali tidak berprestasi;
2. Debitor keliru berprestasi;
3. Debitor terlambat berprestasi
Hak Kreditor terhadap
Debitor yang wanprestasi
 Hak kreditor terhadap debitor yang
wanprestasi, antara lain:
1. Meminta pelaksanaan perjanjian;
2. Meminta ganti rugi;
3. Meminta pelaksanaan perjanjian sekaligus
meminta ganti rugi;
4. Dalam perjanjian timbal balik, dapat
dimintakan pembatalan perjanjian sekaligus
meminta ganti rugi.
Ganti Rugi

 Pasal 1243 KUHPerdta merinci ganti rugi


yang mencakup:
1. Biaya (kosnten);
2. Kerugian (schade);
3. Bunga (intresten).
Biaya

 Biaya adalah semua pengeluaran atau ongkos


yang telah secara riil dikeluarkan oleh pihak
dalam perjanjian.
Kerugian

 Kerugian yang dimaksud adalah kerugian


yang secara nyata menimpa harta benda
kreditor.
 Kerugian terhadap harta benda tersebut
terjadi akibat kelalaian debitor.
Bunga

 Bunga adalah kerugian terhadap hilangnya


keuntungan yang diharapkan andai debitor
tidak wanprestasi
Perbuatan Melawan Hukum

 Perbuatan Melawan Hukum secara normatif


diatur di dalam Pasal 1365 BW.
 Pasal 1365 BW menyebutkan:
“setiap perbuatan melawan hukum yang
menimbulkan kerugian terhadap orang lain,
mewajibkan kepada orang itu karena
kesalahannya untuk mengganti”.
Perbuatan

Positif

Perbuatan (daad)
Negatif
Perbuatan tersebut harus
melawan hukum
Makna Perbuatan Melawan
Hukum

1. Melanggar hak subjektif orang lain;


2. Bertentangan dengan kewajiban
hukum pelaku.
3. Bertentangan dengan kaidah
kesusilaan.
4. Bertentangan dengan kepatutan.
Kesalahan (schuld)

 Kesalahan menurut pasal 1365 BW adalah


sesuatu yang tercela, yang dapat
dipersalahkan, yang berkaitan dengan
perilaku dan akibat perilaku pelaku yaitu
kerugian, yang mana perilaku dan kerugian
mana yang dapat dipersalahkan dan
dimintakan pertanggungjawaban.
Kerugian

 Kerugian yang ditimbulkan oleh PMH


meliputi kerugian harta kekayan atau
material dan ideal atau immaterial.
Hubungan sebab akibat antara
kerugian dan perbuatan
 Teori condition sine qua non : bahwa untuk
menentukan sesuatu harus dianggap sebab
dari suatu akibat, dimana setiap masalah
yang merupakan syarat untuk timbulnya
akibat, adalah menjadi sebab dari akibat.
 Teori adequate : bahwa perbuatan harus
dianggap sebagai sebab dari akibat yang
timbul adalah perbuatan yang seimbang
dengan akibat.
Struktur Anatomi Kontrak

1. Judul Kontrak
2. Pembukaan
3. Komparisi (Para Pihak)
4. Premis atau Racital
5. Isi Kontrak
6. Penutup
Judul atau Nama Kontrak

 Dalam kontrak harus diperhatikan kesesuaian


isi dengan judul serta ketentuan hukum yang
mengaturnya, sehingga kesalahpahaman
dapat dihindari.
Pembukaan (Opening)

 Pembukaan berisi kalimat pembuka yang


berisi tanggal dibuatnya kontrak.

 hal ini penting karena berkaitan dengan


kapan dimulainya kontrak.
Komparisi

 Komparisi merupakan bagian suatu akta/kontrak


yang menyebutkan nama-nama para pihak yang
membuat kontrak.
 Fungsi komparisi:
1. Menjelaskan identitas para pihak
2. Dalam kedudukan apa yang bersangkutan
bertindak.
3. Berdasarkan apa kedudukan tersebut.
4. bahwa dia berwenang melakukan tindakan hukum
tersebut.
5. Bahwa ia mempunyai hak melakukan tindakan
hukum tersebut.
Premis atau Racitals

 Premis adalah bagian kontrak yang


menjelaskan latar belakang terjadinya suatu
kontrak.
 Kedudukan premis dalam kontrak bersifat
fakultatif, artinya tidak harus selalu ada.
Isi Kontrak

 Isi kontrak merupakan pokok dalam suatu


perjanjian yang mencakup tentang ketentuan
dan persyaratan.
 Bagian ini merupakan kehendak atau
kesepakatan para pihak sebagai suatu
pernyataan tertulis yang sah yang diharapkan
dapat memuat seluruh isi kontrak secara
mendetail ttg objek kontrak.
Penutup

 Memuat tata cara pengesahan suatu kontrak.

Anda mungkin juga menyukai