Anda di halaman 1dari 21

ASUHAN KEPERAWATAN

HIPOPARATIROIDISME DAN HIPERPARATIROIDISME

Guna Memenuhi Tugas Kelompok Keperawatan Medikal Bedah III


Dosen Pembimbing : Sri Iswahyuni, S.kep.,Ns.,M.Kes

Disusun oleh:

Aldhaniastiti Kuncahya ( 2014.1183 )


Alies Rahmani ( 2014.1184 )
Estik Novi Yanti ( 2014.1201 )
Dhimas Robby Yudha S ( 2014.1192 )
Farida Purnamasari ( 2014.1204 )
Muhammad Arif Dharmawan ( 2014.1219 )
Siti Arifatur Rahmawati ( 2014.1234 )

AKADEMI KEPERAWATAN MAMBA’UL ULUM SURAKARTA


2016
A. Pengertian

Hipoparathyroidisme merupakan keadaan dimana sekresi


hormon paratyroid (Parathormone) oleh kelenjar paratyroid
menurun sehingga terjadi penurunan kardan kalsium darah dan
meningkatan kadar fosfat yang kemudian menimbulkan
iritabilitas neuromuskular yang jelas. (Black, 2009)
Hipoparathyroidisme adalah kondisi dimana tubuh tidak
membuat cukup hormon paratyroid. (Gerysky, 2009)
B. Etiologi
Hipoparathyroidisme disebabkan karena 2 faktor
yaitu :

 Faktor iatrogenik (di dapat) di antaranya pemindahan kelenjar


parathyroid selama thyroidektomi, infak kelenjar parathyroid
akibat tidak adekuatnya suplay darah ke kelenjar selama
pembedahan, dan adanya perlengketan kelenjar satu dengan
yang lainnya pasca operasi.
 Fakktor idiopatik (bawaan) misalnya pada penyakit graves,
Hashimoto atau mungkin terkait dengan penyakit autoimun
(Black, 2009).
C. Manifestasi Klinis
1. Adanya spasme pada otot muka, kram pada satu sisi karena
hiperiritabilitas pada saraf facial.

2. Adanya spasme karpal pada jari-jari tangan setelah dilakukan


pembendungan tekanan darah pada lengan selama 3 menit.

3. Kesemutan pada bibir dan tangan.

4. Rambut kering, kuku rapuh, kulit kering, dan enamel gigi


melemah.

5. Abdomen nyeri, nyeri otot, sakit kepala terus menerus.


Lanjutan . . .
7. Katarak, aretmia jantung, gagal jantung, gelombang
memuncak pada QT (di tampilkan di EKG).
8. Tetany (kejang otot) trakea atau pangkal tenggorokan,
menyebabkan kesulitan bernafas.
9. Batu ginjal dan gagal ginjal karen fosfor tinggi.
10. Cepat marah, kebingungan, demensia, halusinasi.
11. Kejang.
12. Gangguan tidur dan insomnia
13. Kesadaran menurun.
14. Gangguan belajar dan perilaku.
15. Hipokalsemia dan hiperpospathemia.
D.Pathofisiologi

Hipoparathyroidisme merupakan keadaan menurunnya


paratormon (PTH), yang mengakibatkan menurunnya kadar kalsium
serum dan meningkatnya kadar serum fosfat. Pada keadaan normal
PTH berperan meningkatkan resopsi tulang untuk mempertahankan
keseimbangan kadar kalsium serum dan juga mengatur sekresi fosfat
oleh ginjal sehingga terjadi keseimbangan kadar kalsium dengan
fosfat. Dengan demikian jika kadar PTH mempengaruhi resopsi
kalsium dalam tulang dan terganggunya pengaturan reapsopsi
kalsium di tubulus ginjal.
Lanjutan . . .
Sementara itu penurunan PTH akan berpengaruh
terhadap penurunan sekresi fosfat oleh ginjal, sehingga
terjadi peningkatan kadar fosfat serum. Rendahnya kadar
kalsium serum mengakibatkan gangguan berbagai proses
tubuh, diantaranya adalah gangguan konduksi jantung,
dan neuromuskular. Pada pasien dengan hipoparathyroid
dapat mengakibatkan kematian karen obstruksi pernafasan
akibat adanya tetani atau spasme laring.
(Manaf dalam Sjaifoellah Noer, 2012)
E. Pathways

HIPOPARAT
IROIDISME
Defisiensi PTH

absorpsi Ca Reabsorps
absorpsi Ca
eksresi Ca oleh ginjal dalam usus i fosfat
dalam tulang

hipokalsemia

breath blood brain bladder bowel bone

kadar Ca jantung kekurangan ekresi Ca oleh kadar Ca


kadar kalsium
kalsium ginjal
Ca
potential membran fosfat
terganggu potensial Ca banyak potensial potensial membran
membran terbuang membran terganggu
terganggu eksitasi terganggu
potential aksi mudah impuls
terjadi syaraf Gangguan potensial aksi mudah
potensial aksi
keseimba potensial terjadi
mudah terjadi kejang ngan aksi mudah
impuls syaraf ke dan cairan
otot saluran kehilanga terjadi
impuls syaraf ke elektrolit impuls syaraf ke
pernafasan n
otot jantung otot rangka
kesadaran impuls saraf
bronkospasme & aritmia ke otot
spasme laring jantung Resiko
kontraksi tetanik otot
Cidera
disfagia
penurunan
sesak nafas kejang tetani
curah
jantung intake
Ketidak nutrisi
efektifan kurang
tubuh mudah
bersihan jalam capek/ lemah
nafas kebutuhan resiko tetani
nutrisi
Intoleransi kurang dari
Aktivitas kebutuhan
tubuh
F. Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan kadar kalsium serum,


2. Pemeriksaan radiologis.

G. Penatalaksanaan

1. Diet tinggi kalsium dan rendah fosfat, misalnya susu dan kuning telur.
2. Trakheostomi karena adanya sumbatan jalan nafas.
3. Pemberian obat-obatan.
 Vitamin D seperti dihidrotacisterol, ergocalciverol, chole-calciverol.
 Tablet oral garam kalsium seperti kalsium glukonat, aluminum hydroegide
jel atau aluminum karbonat.
 Pemberian preparat hormon parenteral untuk menatasi hipoparathyroidisme
akut disertai tetany.
H. Komplikasi

 Fokus Pengkajian

1. Riwayat penyakit
2. Keluhan utama pasien saat ini
3. Pemeriksaan Fisik
a. Pemeriksaan integument
b. Muskuluskeletal
c. Sistem persarafan
d. Sistem Pernafasan
e. Sistem Kardiovaskuler
I. Diagnosa Keperawatan
1.Tidak efektifnya bersihan jalan nafas berhubungan dengan
kompresi trakhea atau obstruksi.
 Tujuan : Jalan nafas pasien paten.
 KH:
Pasien mengatakan tidak sesak nafas, Jalan nafas bersih,
Pola pernafasan normal.
 Intervensi :
1. Monitor jumlah pernafasan, kedalaman dan kerja pernafasan.
2. Auskultasi bunyi nafas, catat adanya ronkhi.
3. Kaji adanya dispnea, stidor, sianosis dan catat kwalitas suara.
4. Kolaborasi dalam pemberian terapi inhalasi uap.
5. Bantu pasien posisi nyaman, latihan nafas dalam dan batuk
sesuai kondisi
 Rasional :

1. Pernafasan yang cepat dapat berkembang menjadi kegagalan


pernafasan dan dapat terjadi karena kompresi edema atau
perdarahan.

2. Ronkhi inidkasi adanya obstruksi jalan nafas atau adanya


akumulasi slem.

3. Indikator adanya obstruksi trakhea atau spasme laring, data


dibutuhkan untuk intervensi lebih lanjut.

4. Menurangi edema dan melonggarkan jalan nafas.

5. Mempertahankan jalan nafas dan ventilasi, batuk


mengeluarkan slem.
2. Resiko terjadi tetany berhubungan dengan penurunan kadar
kalsium.
 Tujuan : Tetany tidak terjadi
 KH :
Pasien mengatakan tidak mengalami kejang, kram pada
tangan dan jari-jari, Pola pernafasan normal, Kadar hormon
parathyroid dalam batas normal.
 Intervensi :
1. Kaji kembali riwayat adanya tetany.
2. Observasi tanda-tanda awal terjadinya tetany seperti kram,
kesemutan.
3. Monitor tanda vital
4. Monitoring kadar kalsium, fosfat dan hormon PTH.
5. Kolaborasi dalam pemberian terapi
 Rasional :

1. Riwayat tetany memberikan petunjuk rentannya kejadian


berulang.

2. Deteksi dini terjadinya tetany.

3. Pernafasan cepat dan kesulitan bernafas dapat terjadi pada


tetany.

4. Kalsium berperan tinggi dalam proses terjadinya tetany.

5. Meningkatkan dasar kalsium darah.


3. Resiko cedera berhubungan dengan resiko kejang atau tetani
yang diakibatkan oleh hipokalsemia.
 Tujuan: Klien tidak mengalami cedera
 KH :
Reflek normaltanda vital stabil, makan diet dan obat seperti
yang dianjurkan, kadar kalsium serum normal.
 Intervensi:
1. Pantau tanda-tanda vital dan reflek tiap 2 jam sampai 4 jam.
2. Pantau fungsi jantung secara terus menerus/gambaran EKG.
3. Bila pasien dalam tirah baring berikan bantalan paga tempat
tidur dan pertahakan tempat tidur dalam posisi rendah.
4. Pemberian kalsium dengan hati-hati.
5. Berikan suplemen vitamin D dan kalsium sesuai program.
 Rasional

1. untuk mengetahui kelainan sedini mungkin.

2. Untuk mengetahui abnormalitas dari gambaran EKG.

3. Untuk mencegah terjadinya injuri/jatuh.

4. Pemberian kalsium yang terlalu cepat akan mengakibatkan


tromboflebitis hipotensi.

5. Untuk membantu memenuhi kekurangan kalsium dalam


tubuh.
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan cardiak
output.
 Tujuan: Kien dapat memenuhi kebutuhan aktivitas
 KH :
Tingkat aktivitas meningkat tanpa dispnoe, tachicardi atau
peningkatan tekanan darah, Melakukan aktivitas tanpa bersusah
payah.
 Intervensi:
1. Kaji pola aktivitas yang lalu.
2. Kaji terhadap perubahan dalam gejala muskuloskeletal
setiap 8 jam.
3. Kaji respon terhadap aktivitas
4. Seimbangkan antara waktu aktivitas dengan waktu istirahat.
5. Simpan benda-benda dan barang lainnya dalam
jangkauan yang mudah bagi pasien.
 Rasional

1. Untuk membandingkan aktivitas sebelum sakit dan yang


akan diharapkan setelah perawatan.

2. Untuk memantau keberhasilan perawatan.

3. Untuk melihat suatu perkembangan perawatan terhadap


aktivitas secara bertahap.

4. Untuk mengatasi kelelahan akibat latihan.

5. Untuk menghemat penggunaan energi klien.


5. Pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan intake inadekuat
 Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan klien terpenuhi
kebutuhan nutrisinya
 KH :
Ada nafsu makan, tidak terdapat mual, Klien menghabiskan 1
porsi makanan.
 Intervensi
1. Beri makan sedikit tapi sering.
2. Berikan perawatan mulut yang sering.
3. Anjurkan makan pada posisi duduk.
4. Beri terapi diet TKTP 2000 kal/hari terutama protein hewani
5. Observasi albumin setiap harinya.
 Rasional

1. makan banyak sulit mengatur bila pasien anoreksia.

2. menghilangkan rasa tidak enak yang dapat


meningkatkan nafsu makan.

3. menurunkan rasa penuh pada abdomen dan meningkatkan


nafsu makan.

4. untuk memenuhi kebutuhan diet klien.

5. indikator keadekuatan nutrisi klien.


TERIMAKASIH


Anda mungkin juga menyukai