Sidang
Sidang
Obat antidepresan yang sering digunakan dalam terapi gangguan depresi adalah
Fluoxetin dan Sertraline. Kedua obat tersebut memiliki efek terapi yang sama dengan
harga yang berbeda. Hal ini mendorong untuk dilakukan analisis farmakoekonomi
mengenai Cost Effectiveness Analysis untuk mengetahui manakah diantara terapi
pengobatan fluoxetin dan sertraline yang paling cost effective pada pasien gangguan
depresi.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dapat dirumuskan
suatu permasalahan sebagai berikut :
1. Berapa rerata biaya medik langsung meliputi biaya obat antidepresan
fluoxetin atau sertraline, biaya obat lain, biaya rawat inap, biaya visite
dokter, dan total biaya perawatan pasien dengan diagnosa gangguan
depresi di instalasi rawat inap RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa
Tengah?
2. Bagaimana Cost Effective pada pengobatan gangguan depresi yang
mendapatkan Fluoxetin atau Sertralin di Instalasi Rawat Inap RSJD Dr.
Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah?
Batasan Masalah
1. Rumah sakit tempat penelitian adalah RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah.
2. Periode waktu adalah waktu dimana pasien mendapatkan obat antidepresan Fluoxetin dan
Sertralin di instalasi rawat inap RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah periode Juli-
Desember 2016.
3. Penggunaan obat antidepresan golongan Selective Serotonin Re-uptake Inibitor (SSRI) untuk
pasien gangguan depresi, yaitu Fluoxetin atau Sertraline.
4. Pasien adalah semua pasien jaminan kesehatan yang didiagnosa mengalami depresi tanpa
penyakit penyerta yang menjalani rawat inap di RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa
Tengah periode Juli - Desember 2016.
5. Analisis biaya adalah identifikasi komponen biaya dan besar biaya perawatan yang ditetapkan
oleh RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah dengan cara menghitung rerata biaya
pengobatan pasien yang diterapi dengan obat antidepresan Fluoxetin dan Sertralin.
6. Keefektifan biaya terapi antidepresan yang dihitung berdasarkan : biaya penggunaan obat
antidepresan, dan lama perawatan sebagai outcome terapi menggunakan metode Average Cost
Effectiveness Ratio (ACER) dan Incremental Cost Effectiveness Ratio (ICER).
7. Komponen biaya adalah macam-macam biaya yang digunakan pasien selama dirawat inap RSJD
Dr. Amino Gondohutomo periode Juli-Desember 2016, meliputi biaya rawat inap, biaya visite
dokter, biaya laboratorium dan total biaya perawatan.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan mampu menambah wawasan peneliti tentang
penggunaan obat antidepresan yang efektif, serta penelitian ini diharapkan
dapat memberikan informasi kepada RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provinsi
Jawa Tengah tentang efektivitas penggunaan obat antidepresan di instalasi
rawat inap RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah sebagai
bahan masukan atau pertimbangan bagi manajemen rumah sakit atau dokter
dalam memberikan resep obat antidepresan pada pasien guna meningkatkan
mutu pelayanan medis pada pasien.
BAB II
Gangguan depresi merupakan gangguan medik serius menyangkut kerja otak, bukan sekedar
perasaan murung atau sedih dalam beberapa hari. Gangguan ini menetap selama beberapa
waktu dan mengganggu fungsi keseharian seseorang. Jika gangguan depresif berjalan dalam
waktu yang panjang (distimia) maka orang tersebut dikesankan sebagai pemurung, pemalas,
menarik diri dari pergaulan, karena ia kehilangan minat hampir disemua aspek kehidupannya
(Depkes RI, 2007).
Perempuan dua kali lipat beresiko mengalami depresi dibandingkan laki – laki, hal ini diperkirakan
adanya perbedaan hormon, pengaruh melahirkan, dan perbedaan stresor psikososial (Ismail dan
Siste, 2010).
PPDGI-III (Pedoman Penggolongan Diagnostik Gangguan Jiwa Indonesia III) yang menyebutkan
gejala dalam depresi seperti dibawah ini
Gejala utama, meliputi :
perasaan depresif atau tertekan
kehilangan minat dan semangat
berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah
Gejala lain, meliputi :
Konsentrasi dan perhatian berkurang
Perasaan bersalah dan tidak berguna
Tidur terganggu
Harga diri dan kepercayaan diri berkurang
Perbuatan yang membahayakan diri atau bunuh diri
Pesimistik
Penatalaksanaan Terapi
Terapi Non Farmakologi:
Salah satu bentuk terapi non farmakologi untuk depresi adalah psikoterapi
dan terapi elektrokonvulsif. Di antara berbagai psikoterapi, terapi perilaku
kognitif (cognitive behavioral therapy, CBT) dan terapi interpersonal
(interpersonal therapy, IPT) tampaknya merupakan pendekatan yang paling
efektif (Ikawati, 2011).
Terapi Farmakologi
Antidepresan Klasik (Trisiklik dan Tetrasiklik )
Mekanisme kerja : Obat–obat ini menghambat resorpsi dari serotonin dan
noradrenalin dari sela sinaps di ujung-ujung saraf.
Contohnya: Amitriptilin, Imipramin
Kriteria eksklusi :