Anda di halaman 1dari 14

Diajukan oleh:

Ria Amalia (1041511231)

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI “YAYASAN PHARMASI SEMARANG”
2017
Latar Belakang
 Depresi merupakan terganggunya fungsi manusia yang berkaitan dengan perasaan yang
sedih dan gejala penyertanya, termasuk perubahan pada pola tidur dan nafsu makan,
psikomotor, konsentrasi, kelelahan, rasa putus asa dan tidak berdaya, serta bunuh diri
(Kaplan, 2010).

 Menurut World Health Organization (WHO), gangguan depresi menempati urutan ke


empat penyakit di dunia. Pada tahun 2020 diperkirakan depresi akan menempati urutan
ke dua untuk beban global penyakit tidak menular.

 Obat antidepresan yang digunakan dalam mengatasi depresi mencakup golongan


trisiklik, tetrasiklik, monoamine oxydase inhibitor reversible¸ selective serotonin
reuptake inhibitors (SSRI), dan atipikal. SSRI merupakan lini pertama pengobatan
depresi (James Blumenthal dkk, 2007). Ada beberapa jenis antidepresan SSRIs yang
biasa digunakan yaitu sertralin, paroxetin, fluoxetin, fluvoxamin, citalopram.

 Obat antidepresan yang sering digunakan dalam terapi gangguan depresi adalah
Fluoxetin dan Sertraline. Kedua obat tersebut memiliki efek terapi yang sama dengan
harga yang berbeda. Hal ini mendorong untuk dilakukan analisis farmakoekonomi
mengenai Cost Effectiveness Analysis untuk mengetahui manakah diantara terapi
pengobatan fluoxetin dan sertraline yang paling cost effective pada pasien gangguan
depresi.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dapat dirumuskan
suatu permasalahan sebagai berikut :
1. Berapa rerata biaya medik langsung meliputi biaya obat antidepresan
fluoxetin atau sertraline, biaya obat lain, biaya rawat inap, biaya visite
dokter, dan total biaya perawatan pasien dengan diagnosa gangguan
depresi di instalasi rawat inap RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa
Tengah?
2. Bagaimana Cost Effective pada pengobatan gangguan depresi yang
mendapatkan Fluoxetin atau Sertralin di Instalasi Rawat Inap RSJD Dr.
Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah?
Batasan Masalah
1. Rumah sakit tempat penelitian adalah RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah.
2. Periode waktu adalah waktu dimana pasien mendapatkan obat antidepresan Fluoxetin dan
Sertralin di instalasi rawat inap RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah periode Juli-
Desember 2016.
3. Penggunaan obat antidepresan golongan Selective Serotonin Re-uptake Inibitor (SSRI) untuk
pasien gangguan depresi, yaitu Fluoxetin atau Sertraline.
4. Pasien adalah semua pasien jaminan kesehatan yang didiagnosa mengalami depresi tanpa
penyakit penyerta yang menjalani rawat inap di RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa
Tengah periode Juli - Desember 2016.
5. Analisis biaya adalah identifikasi komponen biaya dan besar biaya perawatan yang ditetapkan
oleh RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah dengan cara menghitung rerata biaya
pengobatan pasien yang diterapi dengan obat antidepresan Fluoxetin dan Sertralin.
6. Keefektifan biaya terapi antidepresan yang dihitung berdasarkan : biaya penggunaan obat
antidepresan, dan lama perawatan sebagai outcome terapi menggunakan metode Average Cost
Effectiveness Ratio (ACER) dan Incremental Cost Effectiveness Ratio (ICER).
7. Komponen biaya adalah macam-macam biaya yang digunakan pasien selama dirawat inap RSJD
Dr. Amino Gondohutomo periode Juli-Desember 2016, meliputi biaya rawat inap, biaya visite
dokter, biaya laboratorium dan total biaya perawatan.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan mampu menambah wawasan peneliti tentang
penggunaan obat antidepresan yang efektif, serta penelitian ini diharapkan
dapat memberikan informasi kepada RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provinsi
Jawa Tengah tentang efektivitas penggunaan obat antidepresan di instalasi
rawat inap RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah sebagai
bahan masukan atau pertimbangan bagi manajemen rumah sakit atau dokter
dalam memberikan resep obat antidepresan pada pasien guna meningkatkan
mutu pelayanan medis pada pasien.
BAB II
 Gangguan depresi merupakan gangguan medik serius menyangkut kerja otak, bukan sekedar
perasaan murung atau sedih dalam beberapa hari. Gangguan ini menetap selama beberapa
waktu dan mengganggu fungsi keseharian seseorang. Jika gangguan depresif berjalan dalam
waktu yang panjang (distimia) maka orang tersebut dikesankan sebagai pemurung, pemalas,
menarik diri dari pergaulan, karena ia kehilangan minat hampir disemua aspek kehidupannya
(Depkes RI, 2007).
 Perempuan dua kali lipat beresiko mengalami depresi dibandingkan laki – laki, hal ini diperkirakan
adanya perbedaan hormon, pengaruh melahirkan, dan perbedaan stresor psikososial (Ismail dan
Siste, 2010).
 PPDGI-III (Pedoman Penggolongan Diagnostik Gangguan Jiwa Indonesia III) yang menyebutkan
gejala dalam depresi seperti dibawah ini
Gejala utama, meliputi :
 perasaan depresif atau tertekan
 kehilangan minat dan semangat
 berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah
Gejala lain, meliputi :
 Konsentrasi dan perhatian berkurang
 Perasaan bersalah dan tidak berguna
 Tidur terganggu
 Harga diri dan kepercayaan diri berkurang
 Perbuatan yang membahayakan diri atau bunuh diri
 Pesimistik
Penatalaksanaan Terapi
Terapi Non Farmakologi:

Salah satu bentuk terapi non farmakologi untuk depresi adalah psikoterapi
dan terapi elektrokonvulsif. Di antara berbagai psikoterapi, terapi perilaku
kognitif (cognitive behavioral therapy, CBT) dan terapi interpersonal
(interpersonal therapy, IPT) tampaknya merupakan pendekatan yang paling
efektif (Ikawati, 2011).
Terapi Farmakologi
 Antidepresan Klasik (Trisiklik dan Tetrasiklik )
Mekanisme kerja : Obat–obat ini menghambat resorpsi dari serotonin dan
noradrenalin dari sela sinaps di ujung-ujung saraf.
Contohnya: Amitriptilin, Imipramin

 Antidepresan Generasi ke-2


Mekanisme kerja : SSRI ( Selective Serotonin Re-uptake Inhibitor ) : Obat-obat ini
menghambat resorpsi dari serotonin.
Contohnya: Fluoxetin, Sertraline, citalopram, Fluvoxamin

 Antidepresan MAOI (Monoamine Oxidase Inhibitor)


Mekanisme kerja: MAOI menghambat sistem enzim ini, sehingga menyebabkan
peningkatan konsentrasi amin endogen.
Contohnya: fenelzin, tranilsipromin
Farmakoekonomi
 Farmakoekonomi merupakan analisis biaya terapi dalam suatu sistem
pelayanan kesehatan tentang proses identifikasi, mengukur dan
membandingkan biaya, risiko dan keuntungan dari suatu pelayanan dan
terapi serta determinasi suatu alternatif terbaik. Evaluasi farmakoekonomi
memperkirakan harga produk atau pelayanan berdasarkan satu atau lebih
sudut pandang (Dipiro et al., 1999).

 Manfaat farmakoekonomi dibidang kesehatan Hal yang terpenting adalah


bagaimana memberikan obat yang efektif dengan dana yang tersedia
sehingga dapat memenuhi kebutuhan pasien, serta mengoptimalkan sumber
daya manusia seperti para profesional kesehatan (dokter, farmasis, perawat)
secara efisien (Vogenberg, 2001).

 Cost effectiveness analysis (CEA) merupakan bentuk analisis ekonomi yang


dilakukan dengan mendefinisikan, menilai, dan membandingkan sumber
daya yang digunakan (input) dengan konsekuensi dari pelayanan (output)
antara dua atau lebih alternatif.
BAB III
Subyek dan Obyek Penelitian:

 Subyek penelitian adalah pasien gangguan depresi yang menggunakan


obat antidepresan Fluoxetin atau Sertralin yang dirawat di Instalasi Rawat
Inap RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah periode Juli -
Desember 2016 dan sesuai kriteria inklusi.
 Obyek penelitian adalah penggunaan obat antidepresan Fluoxetin atau
Setraline pada pasien yang menderita Gangguan Depresi.
Kriteria inklusi :

 Pasien gangguan depresi tanpa penyakit penyerta yang dirawat di


Instalasi Rawat Inap RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa
Tengah periode Juli - Desember 2016.
 Pasien yang diterapi menggunakan obat antidepresan golongan SSRI
yaitu, Fluoxetin atau Setraline pada semua usia yang dirawat di Instalasi
Rawat Inap RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah periode
Juli - Desember 2016.

Kriteria eksklusi :

 Pasien yang mendapat diagnosa gangguan depresi tetapi data rekam


mediknya tidak lengkap.
 Pasien yang mengalami depresi dengan penyakit penyerta.
 Pasien yang termasuk rawat jalan.
 Pasien yang menghendaki untuk pulang paksa.
 Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah pasien dengan gangguan depresi di
Instalasi Rawat Inap RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah yang
terpilih. Sampel yang dipilih adalah sampel yang memenuhi kriteria inklusi.
 Teknik Sampling
Pengambilan data dilakukan secara retrospektif dengan teknik sampling yang
digunakan dalam penelitian adalah purposive sampling yaitu pemilihan subjek
berdasarkan atas ciri-ciri atau sifat tertentu yang berkaitan dengan
karakteristik populasi (Taufiqurrahman, 2008), kemudian data dianalisis
dengan metode deskriptif.

 Bahan dan Alat Penelitian


Bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah data rekam medis
pasien yang memenuhi kriteria inklusi.
Skema Penelitian
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai