Anda di halaman 1dari 24

Ensefalopati Hipertensi

Latar Belakang

 Populasi Hipertensi (HT)  70% HT ringan, 20% HT


sedang dan 10% HT berat.
 Pada setiap jenis HT ini dapat timbul krisis hipertensi
dimana tekanan darah (TD) diastolik sangat meningkat
sampai 120 – 130 mmHg kegawatan medik dan
memerlukan pengelolaan yang cepat dan tepat untuk
menyelamatkan jiwa penderita.
 The Fifth Report of the Joint National Comitte on Detection,
Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JNCV)
krisis HT dibagi 2 : hipertensi emergensi (darurat) dan
hipertensi urgensi (mendesak) 5.
 Ensefalopati hipertensi  krisis hipertensi.
 Krisis hipertensi adalah hipertensi yang sangat sering
meningkat dengan tekanan darah diastolik diatas 120
mmHg5

Ensefalopati hipertensi  Hipertensi urgensi maupun emergensi


tergantung dari gejala klinik yang ada.
Hipertensi emergensi kondisi yang sangat serius seperti nyeri
kepala, gangguan penglihatan, kejang bahkan penurunan kesadaran
disertai adanya defisit neurologis.
Ensefalopati hipertensi hipertensi urgensi jika dengan tanpa
kerusakan/komplikasi minimum dari organ sasaran
Tinjauan Pustaka

 Hipertensi  penyakit yang ditandai oleh


peningkatan darah lebih dari normal yang disebabkan
oleh beberapa faktor.
 Hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya 
hipertensi esensial (beberapa ada yang menyebutnya
sebagai hipertensi primer), untuk membedakannya
dengan hipertensi lain yang sekunder karena sebab-
sebab yang diketahui
The seventh report of the joint national comitte on prevention,
detection, evaluation and treatment of high blood pressure
(JNC 7,2003),

Klasifikasi Tekanan darah Tekanan darah


tekanan darah sistol (TDS) diastol (TDD)
Normal < 120 < 80
Pre-hipertensi 120-139 80-89
Hipertensi 140-159 90-99
Derajat I
Hipertensi > 160 > 100
Derajat II
 Pembagian berdasarkan perioritas pengobatan5 :

 Hipertensi emergensi (darurat)


TD Diastolik > 120 mmHg, disertai kerusakan berat dari
organ sasaran yag disebabkan oleh satu atau lebih
penyakit/kondisi akut (tabel I). Keterlambatan pengobatan
akanmenyebebabkan timbulnya sequele atau kematian. TD
harus diturunkan sampai batas tertentu dalam satu sampai
beberapa jam. Penderita perlu dirawat di ruangan intensive
care unit atau (ICU).
 Hipertensi urgensi (mendesak)
TD diastolik > 120 mmHg dan dengan tanpa
kerusakan/komplikasi minimum dari organ sasaran. TD
harus diturunkan dalam 24 jam sampai batas yang aman
memerlukan terapi parenteral.
Ensefalopati hipertensi
 Ensefalopati hipertensi  ensefalopati metabolik yang
diakibatkan edema serebral difus sebagai kelanjutan dari
peningkatan tekanan darah secara drastis dan merusak
pada pasien dengan hipertensi kronik.

 Ensefalopati hipertensi  disfungsi otak atau kerusakan


otak akibat hipertensi malignan.
Pada saat tekanan darah melampaui ambang batas
autoregulasi serebral, maka akan terjadi gangguan aliran
darah serebral (iskemia otak).
Manifestasi dapat berupa nyeri kepala, mual, muntah,
kejang, peningkatan status mental (pada beberapa kasus
dapat berlanjut menjadi koma), papil edema dan
perdarahan retina
Faktor risiko
 Hipertensimultifaktorial yang timbul terutama karena
interaksi antara faktor-faktor risiko tertentu, seperti faktor
lingkungan, konsumsi makanan tinggi garam, obesitas,
pekerjaan, konsumsi alkohol serta kebisingan yang kronik.

 Faktor risiko yang mendorong timbulnya kenaikan tekanan


darah diet tinggi lemak dan minyak, serta tinggi asupan
garam, stress, usia (Hipertensi ensefalopati  terjadi pada
individu usia menengah yang memiliki riwayat hipertensi
lama), ras (frekuensi ensefalopati hipertensi sesuai dengan
terjadinya hipertensi pada populasi umum. Hipertensi lebih
sering terjadi pada orang dengan kulit hitam), obesitas,
konsumsi rokok, gender (hipertensi  sering terjadi pada
pria dibandingkan wanita) & genetik
Etiologi
 Penyakit kronis parenkim ginjal
 Glomerulonefritis akut
 Penghentian agen hipertensi seperti clonidin
 Ensefalitis / meningitis
 Eklamsia atau preeklamsia
 Trauma kepala
 Penyakit kolagen vaskuler
 Hiperaktivitas otonom
 Vaskulitis
 Konsumsi kokain, amfetamin, pensiklidin
Patofisiologi :

Teori “Over Autoregulation”


Dengan kenaikan TD menunjukkan spasme yang berat pada
arteriole mengurangi aliran darah ke otak dan iskemia.
Meningginya permeabilitas kapiler akan menyebabkan
pecahnya dinding kapiler, edema otak, petekhie, pendarahan
dan mikro infark
Patofisiologi :
 H

Teori “Breakthrough of Cerebral Autoregulation”


Bila TD yang melampaui batas regulasi dan mendadak
menyebabkan kegagalan autoregulasi sehingga tidak terjadi
vasokonstriksi tetapi justru vasodilatasi. Vasodilatasi
awalnya terjadi secara fokal, tetapi pada akhirnya akan
terjadi secara difus. Permeabilitas segmen endotel yang
dilatasi terganggu, sehingga menyebabkan ektravasasi
komponen plasma yang akhirnya menimbulkan edema otak
Manifestasi Klinis

 Pasien dengan ensefalopti hipertensi biasanya tekanan


darah sistol lebih dari 180mmHg dan tekanan darah
diastol lebih dari 120 mmHg, pasien juga terkadang
cenderung memiliki gejala neurologis yang meragukan
dengan gejala sakit kepala, kebingungan, gangguan
visual, kejang, mual, dan muntah. Sakit kepala biasanya
terjadi pada bagian anterior dan biasanya menetap.
Timbulnya gejala biasanya terjadi selama 24-48 jam
dengan progresi neurologis lebih 24-48 jam
Diagnosis

 Anamnesa :
Sewaktu penderita masuk, dilakukan anamnesa singkat.
Pada ensefalopati hipertensi biasanya terjadi secara akut,
terjadi pada pasien yang tidak memiliki riwayat hipertensi
dan adanya sindroma klinik (nyeri kepala, gangguan
penglihatan, kejang, kelainan neurologis fokal atau bahkan
penurunan kesadaran).
Diagnosis

 Pemeriksaan fisik :
Pada pemeriksaan fisik dilakukan pengukuran TD ( baring
dan berdiri ) mencari kerusakan organ sasaran ( retinopati,
gangguan neurologi, payah jantung kongestif, altadiseksi ).
Perlu dibedakan komplikasi krisis hipertensi dengan
kegawatan neurologi ataupun payah jantung, kongestif dan
oedema paru. Perlu dicari penyakit penyerta lain seperti
penyakit jantung koroner. Pemeriksaan neurologis seperti
kekutan motorik, GCS dan lain sebagainya, serta
pemeriksaan funduskopi
Pemeriksaan penunjang :
 Pemeriksaan penunjang dilakukan dua cara yaitu :
1. Pemeriksaan yang segera seperti :
◦ Darah : rutin, BUN, creatinine, elektrolik, KGD.
◦ Urine : Urinalisa dan kultur urine.
◦ EKG : 12 Lead, melihat tanda iskemi.
◦ Foto dada : komplikasi oedema paru (dapat ditunggu
setelah pengobatan terlaksana ).

 Pemeriksaan lanjutan (tergantung dari keadaan


klinis dan hasil pemeriksaan yang pertama ) :
◦ Sangkaan kelainan renal : IVP, Renald angiography ( kasus
tertentu ), biopsi renald ( kasus tertentu ).
◦ Menyingkirkan kemungkinan tindakan bedah neurologi :
Spinal tab, CAT-Scan.
◦ Bila disangsikan Feokhromositoma : urine 24 jam untuk
Katekholamine, metamefrin, venumandelic Acid ( VMA ).
Penatalaksanaan
 Pada penatalaksanaan ensefalopati hipertensi, yang harus
diperhatikan adalah menentukan bahwa pasien yang kita
hadapai adalah pasien dengan ensefalopati hipertensi atau
stroke, sebab terapi obat yang diberikan jelas berbeda.

 Pada saat memulai terapi, tekanan darah harus


diperhatikan untuk mecegah penuruanan tekanan darah
yang berlebihan dan mencegah iskemik serebral.
Menurunkan tekanan arteri rata-rata sebesar 25% dan
tekanan darah diastol ke 100-110 mmHg biasanya
merupakan tindakan yang aman karena masih berada pada
interval aliran darah serebral autoregulasi
 Pada pasien dengan ensefalopati hipertensi tekanan darah
harus diturunkan dalam waktu 2 jam, tidak boleh melebihi
25%, kemudian diturunkan lagi dalam waktu 2-6 jam
sampai 160/100 mmHg, dan tekanan darah ini diturunkan
lagi sampai normal secara bertahap.
 Pemilihan obat yang digunakan harus mempunyai sifat
sebagai berikut:
◦ Memiliki efek cepat dan dapat diprediksi
◦ Mudah diberikan
◦ Kecenderungan efek samping yang minimal
Vasodilator
 Sodium Nitropusside : vasodilator terkuat baik arterial
maupun venous. Diberikan secara i.v drip, mempunyai
onset yang cepat, 1-2 menit, dosis 0,25-10 µg/kg/menit.
 Labetalol termasuk golongan beta dan alpha blocking
agent . Dosis : 20-80 mg secara i.v, bolus setiap 10 menit;
2 mg/menit secara infus i.v, onset 5-10 menit. Konsumsi
labetalol memberikan penurunan tekanan darah secara
konsisten dan bertahap terhadap tekanan darah tanpa
mengurangi aliran darah serebral
 Diaxzoside merupakan vasodilator arteri direk yang kuat,
diberikan secara i.v bolus. Onset 1-2 menit, efek puncak
pada 3-5 menit, durasi 4-12 jamk. Dosis permulaan 50 mg
bolus, dapat diulang dengan 25-75 mg setiap 5 menit
sampai TD yang diinginkan.
 Furesemid. Dosis 20-40 mg dalam 1-2 menit
 Manitol 20% dosis yang diberika adalah 250 ml i.v dengan
klem dibuka sepenuhnya, kemudian dilanjutkan 125 ml tiap
6 jam selama 24 jam (4x125 ml). Pemberian manitol juga
dimaksudkan untuk anti edema otak.

Obat Oral :
 Captopril. Dosis 25 mg, dapat diulang setiap 30 menit,
sampai tekanan darah yang diharapkan.
 Nifedipin. Dosis 10 mg, onset lebih cepat bila diberikan
secara sub lingual (5-10 menit), karena diberikan secara
oral, onset kerja 15-20 menit.
Pemeriksaan lanjutan dan Evaluasi

Monitoring TD sangat diperlukan sebagai titrasi yang


adekuat dari obat farmakologis yang diberikan. Secara rutin
harus dilakukan penilaian ulang gambaran neurologis untuk
memonitor tanda munculnya gangguan yang berhubungan
dengan penatalaksanaan yang tidak adekuat, progresifitas
gangguan neurologis, penurunan TD yang terlalu berlebihan
atau untuk mengetahui etiologi lain yang berkaitan dengan
gejala klinik yang dimunculkan.
 Pencegahan
Direkomendasikan untuk melakukan modifikasi gaya
hidup, yang meliputi penurunan berat badan, kurangi
asupan alkohol serta rokok dan meningkatkan aktivitas
fisik dengan berolahraga secara teratur. Pasien juga harus
dilakukan monitoring terapi antihipertensi dan jadwal
penilaian ulang secara berkala untuk mencegah kegagalan
terapi.

 Edukasi
Lakukan modifikasi gaya hidup seperti rutin berolahraga,
hindari stres dengan komunikasi bersama anggota
keluarga, hindari alkohol dan rokok, bila perlu rujuk
pasien pada ahli gizi untuk menentukan pola diet yang
baik guan menurunkan faktor risiko penyakit hipertensi
dan vaskuler
Komplikasi

 Komplikasi hipertensi ensefalopati berkaitan dengan


defisit neurologis dari perdarahan dan stroke, yang
dapat berlanjut dengan kematian. Komplikasi dari
penyakit hipertensi meliputi 5:
 Koma / kematian
 Stroke
 Nefropati atau gagal ginjal
 Iskemia miokard/infark
 Retinopati
 Penyakit vaskuler perifer
Prognosis

 Morbiditas dan kematian pada pasien yang mengalami


ensefalopati hipertensi terkait dengan tingkat kerusakan
organ target. Tanpa penatalaksanaa, tingkat kematian
dalam enam bulandari hipertensi emergensi kurang lebih
adalah 50% dan tingkat mortalitas dalam 1 tahun
mencapai 90%7.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai