Anda di halaman 1dari 71

MANAJEMEN KEJADIAN LUAR BIASA*)

Dr. Rita Sekarsari SKp., Sp KV.,MHSM

*) DISAMPAIKAN DALAM PELATIHAN


INFECTION PREVENTION CONTROL NURSES
(IPCD), FEBUARI 2019
No Pekerjaan
Rita Sekarsari 1 Ketua Sub Komite
Penegendalian Mutu RSJPDHK
No Pendidikan 2 Koordinator Program Diklat
1 AKPER DEPKES RI 1985 RSJPDHK 2012 - 2016
2 S1 PSIK UI 1993 3 Ketua Sub Komite Keperawatan
3 S2 Monas University Melbourne RSJPDHK 2007 - 2012
2001 4 Manajer Instalasi Rawat Inap &
4 Pengakuan Ns Sp KV 2011 Ketua Komite Keperawatan
5 S3 FIK UI 2013, Doktor RSJPDHK 2001- 2007
Keperawatan 5 Ka Ru ICU RSJPDHK 1993 -
2001
No Organisasi 6 Supervisor Keperawatan
1 Ketua II PP PPNI 2010 - 2015 RSJPDHK
2 President INKAVIN 2012 - 2016 1993 - 2009
3 Ketua Kolegium Keperawatan 7 Koordinator DIKLAT POST
Spesialis Kardiovaskular 2010 - BASIC
4 Pengurus ARSPI 2011 - 2014 1993 - 2001
5 Pengurus MTKI 2011- 2016
6 Surveyor KARS 2010 - Kontak :
2
7 Konsilor KARS 2016 - ritaakbar@yahoo.com
Ph: 08151626004
Keperawatan
Sbg profesi harus memberi pelayanan /
asuhan professional kpd masyarakat 
professional services / care

Praktik Keperawatan
dlm Sistem Pelayanan / Asuhan Keperawatan
Nursing
started with a
focus on
environmental
health
Florence Nightingale, born May 12, 1820, in Florence, Italy,
died August 13, 1910, in London, England
Nursing History Patient Safety (OJIN, 2003)
Florence Nightingale ( 1859 )
• Advocated for safe care.
• Proposed that nurses through their practice had to put the
patient in the best condition possible for nature to act upon
the patient.

• In the Crimea, Nightingale conducted some of the earliest


nursing studies on factors influencing the outcomes of patient
care . It is important that nurses work to continue these
traditions by strengthening the nurse-patient relationship and
diligently using research findings so as to provide safe care for
patients. 5
ICN Position Stement 2006 - Patient Safety

Patient safety is fundamental to quality health and nursing care.


ICN belives that enhancement of patient safey involves a wide
range of action in the recrutment, training and retention of health
care prossionals, performance improvement, environmental
safety and risk management, including infection control,
safe use medication, equipment safety, safe clinical practice,
safe environment of care, and accumulating and integrated
bodies of scintific knowledge focused on patient safety and infra
structure to support its developement

Nurses address patient safety in all aspect of care.


These includes informing patient and others about risk and risk
reduction, advocating for patient safety and reporting adverse
event.
Nurses have a responsibility to :
 Inform patients and famillies of potential risks
 Report adverse events to the approriate authorities promplty
 Take an active role in assessing the safety and quality of care
 Improve communication with patients and other healthcare
professionals
 Lobby for adequate staffing levels
 Support measures that improve patient safety
 Promote rigorous infection control programmes
 Lobby for standardised treatment policies and protocols that
minimise error
 Liaise with the professional bodies representing pharmacists
physicians and others
 To improve packging and labelling of medications
 Collaborate with national reporting systems to record, analyse
and lean from adverse events
 Develop mechanisms, for example trough accreditation, to recognize
 The characteristics of health care providers that offer a benchmark
for excellence in patient safety
Tujuan Penyajian
Pada akhir pelatihan, peserta:
memahami konsep dasar manajemen KLB di RS
memahami peran IPCN dalam investigasi dan
penanggulangan KLB
Termotivasi mempelajari lebih jauh manajemen
KLB

Sesuai dengan peran, fungsi, dan tugas IPCN di


RS, mampu bertindak proaktif, tepat, dan dalam
investigasi dan penanggulangan KLB
8
Pokok Bahasan

1. Pendahuluan
2. Beberapa terminologi (review)
3. Pengertian & Penyebab KLB
4. Tim Manajemen KLB
5. Investigasi & Penanggulangan KLB
1) Persiapan
2) Tujuan dan Sasaran
3) Langkah-langkah/kegiatan
6. Berakhirnya KLB
7. Latihan
9
1. Pendahuluan
 Setiap RS (diharapkan) mempunyai “normal” (baseline)
insidens HAIs; sehingga RS bisa secara dini menduga/
mengetahui adanya peningkatan kasus yang merupakan
“kejadian luar biasa (KLB)”.
 Although outbreaks represent only around 10% of cases of
infection acquired in hospital, any major increase in cases is
evidence that an infection has begun to spread and is beginning
to pose a possible serious threat to other patients and staff.1)
 Rumah sakit perlu mempunyai perangkat/program pengelolaan
KLB HAIs. Komite PPI harus sangat terlibat dan mendukung
keberhasilan program ini.
 Sebagai anggota Komite/Tim PPI, IPCN yang kompeten
(berpengetahuan memadai tentang HAIs, epidemiologi,
statstik/surveilans, manajemen KLB, dll) berperan penting dalam
keberhasilan pengendalian KLB.
10
International Nurses’ Day, May 12
Theme 2014:
Nurses: A Force for Change

Florence Nightingale
Collected data and systematized record-
keeping practice .
Monitored disease mortality rates to show
that with improved sanitation in hospitals,
death rates decreased.
Used the data as a tool for improving city and
military hospitals .
In 1858, she became a Fellow of the Royal
Statistical Society, and in 1874 became an
honorary member of the American Statistical
Association .
11
2. Beberapa Terminologi
Endemi: Keberadaan suatu penyakit/infeksi pada tingkat
prevalensi yang biasa ( “normal” ) di suatu populasi tertentu.
Epidemi: Peningkatan jumlah penyakit/infeksi yang tidak biasa
(lebih tinggi dari yg diharapkan) di suatu populasi tertentu
pada periode tertentu KLB, outbreak
Jumlah
kasus

Endemi Epidemi
Waktu

Pandemi: Epidemi yang meluas di banyak negara (worldwide)


Trias epidemiologi: Host, Agent, Environment  berinteraksi
dinamis  siklus infeksi
Patogenitas: kemampuan suatu agent menimbulkan penyakit
Virulensi: kemampuan suatu agent menimbulkan penyakit yang
12 berat/fatal
2. Beberapa Terminologi
Attack rate: jumlah orang terserang penyakit/infeksi di antara
populasi yang berisiko terserang penyakit/infeksi tsb.
Relative Risk (RR): Rasio dari risiko penyakit/infeksi/kematian
pada orang yang terpapar dibanding risiko penyakit/infeksi
pada orang yang tidak terpapar. RR: ukuran hubungan antara
suatu penyakit/infeksi/kematian dengan faktor yang sedang
diselidiki/diteliti  mis, saat analisa pada investigasi KLB.

Menghitung RR = a/(a+b) dibagi dengan c/(c+d), dan


Estimated RR = Odd Ratio = a x d / b xc

Pengalaman Sakit/infeksi Tidak sakit

Terpapar faktor etiologi a b

Tdk terpapar faktor etiologi c d

13
BUKU PEDOMAN
Penyelidikan dan Penanggulangan Kejadian Luar Biasa
Penyakit Menular dan Keracunan Pangan
(Pedoman Epidemiologi Penyakit)
Edisi Revisi Tahun 2011
3. PENGERTIAN
Kejadian Luar Biasa (KLB)
adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian
kesakitan dan atau kematian yang bermakna secara
epidemiologis pada suatu daerah dalam kurun waktu
tertentu, dan merupakan keadaan yang dapat
menjurus pada terjadinya wabah.

Disamping penyakit menular, penyakit yang juga


dapat menimbulkan KLB adalah penyakit tidak
menular, dan keracunan. Keadaan tertentu yang
rentan terjadinya KLB adalah keadaan bencana dan
keadaan kedaruratan.
16
Suatu daerah dapat ditetapkan dalam keadaan
KLB, apabila memenuhi salah satu kriteria
sebagai berikut:
a. Timbulnya suatu penyakit menular tertentu yang
sebelumnya tidak ada atau tidak dikenal pada
suatu daerah.
b. Peningkatan kejadian kesakitan terus menerus
selama 3 (tiga) kurun waktu dalam jam, hari atau
minggu berturut-turut menurut jenis penyakitnya.
c. Peningkatan kejadian kesakitan dua kali atau
lebih dibandingkan dengan periode sebelumnya
dalam kurun waktu jam, hari atau minggu
menurut jenis penyakitnya.
d. Jumlah penderita baru dalam periode waktu 1
(satu) bulan menunjukkan kenaikan dua kali
atau lebih dibandingkan dengan angka rata-rata
per bulan dalam tahun sebelumnya.

e. Rata-rata jumlah kejadian kesakitan per bulan


selama 1 (satu) tahun menunjukkan kenaikan
dua kali atau lebih dibandingkan dengan rata-
rata jumlah kejadian kesakitan per bulan pada
tahun sebelumnya.
f. Angka kematian kasus suatu penyakit (Case
Fatality Rate) dalam 1 (satu) kurun waktu
tertentu menunjukkan kenaikan 50% (lima
puluh persen) atau lebih dibandingkan dengan
angka kematian kasus suatu penyakit periode
sebelumnya dalam kurun waktu yang sama.

g. Angka proporsi penyakit (Proportional Rate)


penderita baru pada satu periode menunjukkan
kenaikan dua kali atau lebih dibanding satu
periode sebelumnya dalam kurun waktu yang
sama
Penanggulangan KLB adalah kegiatan yang
dilakukan secara terpadu oleh Pemerintah,
pemerintah daerah dan masyarakat. Meliputi:
- penyelidikan epidemiologi;
- penatalaksanaan penderita, yang mencakup
kegiatan pemeriksaan, pengobatan, perawatan
dan isolasi penderita, termasuk tindakan karantina;
- pencegahan dan pengebalan;
- pemusnahan penyebab penyakit;
- penanganan jenazah akibat KLB/wabah;
- penyuluhan kepada masyarakat;
- dan upaya penanggulangan lainnya, mengacu
pada Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes)
Nomor 1501/Menteri/Per/X/2010.
Mengapa KLB terjadi di RS?
Umumnya berkaitan dengan:

 Tangan yang terkontaminasi

 Petugas kesehatan terinfeksi

 Lingkungan/fasilitas yang tercemar

 Peralatan (invasive devices) yang terkontaminasi

 Prosedur yang tidak benar

 Kondisi suseptibilitas dan respons host dimodifikasi secara


natural atau drug-induced immunosuppression ( AIDs,
terapi kanker, penyakit-penyakit malnutrisi, dll
 Produk terkontaminasi

 Kehadiran individu rentan/terinfeksi yang baru berkunjung


ke daerah yang sedang dijangkiti suatu penyakit
21 infeksi/mengalami endemi.
Mars-ManKLB-IPCN-Mei2014
4. Tim Penanganan KLB
Penanganan KLB kerja sama terstruktur dari 3 komponen:
(tergantung Kebijakan RS)
Direktur Medik
Dir/Kabid Keperawatan
Kepala Ruangan

Tim KLB (multi disiplin):


Manaje
 Ahli penyakit dalam/infeksi men
 Ahli epidemiologi
 Ahli mikrobiologi
 IPCN,
 Dokter PPI Tim
 dll
KLB
Komite
Komite PPI
Komite Medik
Komite Perawatan
22 Mars-ManKLB-IPCN-Mei2014 Komite Keselamatan pasien
Tugas Manajemen RS, atl:
1. Menetapkan kebijakan berkaitan dengan
kebutuhan penanganan KLB (antara lain: sistim
kewaspadaan KLB, sistim komunikasi dgn pihak
luar RS)
2. Menetapkan SOP bagi penanganan KLB (setelah
menerima masukan dari Komite-komite dan unit
terkait)
3. Menjamin tersedianya fasiltas bagi penanganan
kasus KLB (ruang isolasi, kelengkapan peralatan
dll)
4. Menjamin kecukupan petugas kesehatan/RS yang
23 kompeten menangani KLB (petugas sudah
Tugas Komite atl:
1. Kepada Manajemen RS, Memberi masukan yang
berkaitan dengan kebijakan penanganan KLB
2. Menetapkan diagmosa klinik kasus-kasus KLB
3. Memberi konsultasi kepada petugas klinik yang
langsung menangani kasus di ruang rawat.

Tugas Tim KLB, atl:


Dengan difasilitasi oleh Manajemen RS dan bekerja
sama dengan Komite, Tim KLB:
1. Menjamin keterlaksananya setiap kegiatan di
setiap langkah investigasi KLB
2. Menjamin keterlaksanaan (tepat waktu) setiap
24 tindakan penangulangan KLB
5. Investigasi & Penanggulangan KLB
A. Persiapan Agent

Ketersediaan Tim KLB (multi disiplin) Host Reservoi


r
Ketersediaan kebijakan & SOP terkait
manajemen KLB Port of
entry
Port of
exit
Ketersediaan fasilitas & peralatan
Trans-
B. Tujuan dan Sasaran, a.l: mission

Mengidentifikasi etiologi/agen penyebab KLB


Memastikan adanya KLB
Menemukan sumber infeksi dan mengetahui cara transmisi 
memutus rantai transmisi
Mengetahui besarnya masalah
Membuat rekomendasi bagi penanggulangan KLB dan
pencegahan transmisi lebih lanjut
C. Langkah Investigasi & penanggulangan
25
RUMAH SAKIT JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH HARAPAN KITA
AREA KLINIS 10 – PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI

C Judul Indikator Angka Ventilator Associated Pneumonia (VAP)

O
Program Peningkatan Mutu, Pencegahan dan Pengendalian Infeksi

Dimensi Keselamatan Pasien, Efisiensi, Efektifitas, Timely

N Tujuan Peningkatan Mutu Meningkatkan mutu pelayanan dan mencegah risiko ventilator associated pneumonia
(VAP)

T Definisi Insiden rate ventilator associated pneumonia adalah jumlah kejadian VAP pada pasien
terpasang ventilator mekanik lebih dari 48 jam dibagi total jumlah hari pemasangan

O ventilator mekanik dalam kurun waktu tertentu dikali 1000

H
Kriteria Inklusi • Seluruh pasien dengan ventilator mekanik > 48 jam
• Ketika masuk Rumah Sakit tidak ada tanda klinis pneumonia dan gangguan paru
• Klinikal: Demam, Temperatur > 380’C atau < 350’C, Sputum purulent, Batuk,
dyspnoe atau tachypnoe, Suara nafas: rales, bronchial
• X ray (≥ 2 foto serial): Infiltrat baru persisten atau progresif, kavitasi, konsolidasi,
pneumatoceles pada bayi berumur < 1 tahun
• Laboratorium: leukosit > 12000/mm3 atau < 4000/mm3, Kultur aspirasi trakheal ≥
105 ppm/ ml
• Perubahan hasil analisa gas darah (↓ sats,P:F ratio<240, ↑O2 req)
• Untuk penderita ≥ 70 tahun, adanya perubahan status mental yang tidak ditemui
penyebab lainnya

Kriteria Eksklusi • Pasien yang telah terpasang ventilator mekanik sebelum masuk RSJPDHK
• Pasien terpasang ECMO, hemodinamik tidak stabil/IABP sebelum operasi

Numerator Jumlah kejadian VAP pada pasien yang terpasang ventilator mekanik dalam waktu
satu bulan

Denumerator Jumlah hari pemasangan ventilator mekanik dalam waktu satu bulan

Sumber Data Laporan Surveilans Infeksi Rumah Sakit

Penanggung Jawab Ketua Sub Komite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi

Alasan Pemilihan Indikator • Kejadian infeksi di rumah sakit bukan saja meningkatkan mortalitas dan morbiditas
pasien, tetapi juga menambah biaya perawatan yang sangat membebani pasien dan
rumah sakit.
• JCI Accreditation Standards for Hospitals 5th ed dan Standar Akreditasi Rumah Sakit
(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia)
• IKI Direktur Utama
• Pedoman Surveilans Kemenkes 2011
• Definition of HAIs , CDC 2017

Type Indikator Struktur Proses Outcome Proses-Outcome

Frekuensi Pengumpulan Data Bulanan

Periode Analisa Data 3 Bulanan

Metodologi Pengumpulan Data Retrospective Concurrent

Target Sampel & Sample Size Seluruh pasien yang terpasang ventilator mekanik di ruang ICU Dewasa, CVCU, dan
ICU Pediatrik

26
Area Monitoring ICU Dewasa, CVCU, dan ICU Pediatrik

Nilai Ambang/Standar < 3,5‰


C
RUMAH SAKIT JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH HARAPAN KITA
AREA KLINIS 10 – PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI

O Judul Indikator Angka Infeksi Daerah Operasi (IDO)

N
Program Peningkatan Mutu, Pencegahan dan Pengendalian Infeksi

Dimensi Keselamatan Pasien, Efisiensi, Efektifitas, Timely

T Tujuan Peningkatan Mutu Meningkatkan mutu pelayanan dan mencegah risiko infeksi daerah operasi

O
Definisi Infeksi Daerah Operasi adalah Infeksi yang terjadi pada daerah insisi daerah operasi
dalam waktu 30 hari tanpa implan dan 90 hari dengan implan pasca bedah terdapat
paling sedikit satu keadaan berikut :

H • Pus keluar dari luka operasi atau drain yang dipasang diatas fascia,
• Biakan positif dari cairan yang keluar dari luka atau jaringan yang diambil secara
aseptic,
• Sengaja dibuka oleh dokter karena terdapat tanda peradangan kecuali hasil
biakan negatif
• Paling sedikit terdapat satu dari tanda – tanda infeksi berikut ini : nyeri,
bengkak lokal, kemerahan dan hangat lokal dan dokter yang menangani
menyatakan terjadi infeksi

Kriteria Inklusi Seluruh pasien yang terjadi infeksi setelah dilakukan pembedahan jantung dan
pembuluh darah serta luka insisi pemasangan Pacu Jantung Menetap (PPM)

Kriteria Eksklusi • Pasien delayed sternal (penundaan penutupan sternum pada pasien pembedahan
jantung)
• Pasien redo operasi jantung

Numerator Jumlah kejadian infeksi daerah operasi jantung dan luka insisi pemasangan PPM
dalam waktu satu bulan

Denumerator Jumlah pasien operasi jantung dan pemasangan PPM dalam waktu satu bulan

Sumber Data Laporan Surveilans Infeksi Rumah Sakit

Penanggung Jawab Ketua Sub Komite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi

Alasan Pemilihan Indikator • Kejadian infeksi di rumah sakit bukan saja meningkatkan mortalitas dan morbiditas
pasien, tetapi juga menambah biaya perawatan yang sangat membebani pasien dan
rumah sakit.
• JCI Accreditation Standards for Hospitals 5th ed dan Standar Akreditasi Rumah Sakit
(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia)
• IKI Direktur Utama
• Pedoman Surveilans Kemenkes 2011
• Definition of HAIs , CDC 2017

Type Indikator Struktur Proses Outcome Proses-Outcome

Frekuensi Pengumpulan Data Bulanan

Periode Analisa Data 3 Bulanan

Metodologi pengumpulan Data Retrospective Concurrent

Target sampel & sample size Seluruh pasien yang terjadi infeksi setelah dilakukan operasi jantung dan pemasangan
PPM

Area monitoring Ruang Tindakan, IGD, Rawat Inap dan Rawat Jalan

Nilai ambang/standar < 2%

27 Jelaskan pengumpulan data dan Data dikumpulkan dan dianalisis oleh tim PPI
analisisnya
28
29
30
C. Langkah Investigasi & Penanggulangan KLB*
1. Memastikan adanya wabah
2. Menetapkan diagnosa kasus yang dilaporkan 
mengidentifikasi agent
3. Menemukan kasus-kasus yang mungkin ada (secara
retrospektif atau konkuren)
4. Menetapan karakteristik kasus (Kumpul & organisasi
data menurut: “Time, Person, Place” dan menghitung
Incidence & Attack Rate
5. Membuat hipotesa
6. Menguji hipotesa
7. Melaksanakan tindakan pengendalian & tindak lanjut
8. Mengevaluasi keberhasilan tindakan pengendalian
9. Mengkomunikasikan dan menulis final report

*Outbreak Management (IFIC 2007)


31
C. Langkah Investigasi & Penanggulangan KLB*

1. Memastikan adanya wabah


 Banding kan kasus yang ada (current) dengan baseline
insidence (dari bulan-bulan/tahun-tahun sebelumnya). Jika data
tdk tersedia, bandingkan dengan data dari RS lain atau data
Sisitim Survei Nasional.
 Perhatikan hal-hal yang mungkin menyebabkan peningkatan
kasus yang melampaui “normal” , mis: definisi kasus yang beda,
unit yang melaporkan bertambah peningkatan kegiatan
surveilans, dll

2. Menetapkan diagnosa kasus


Definisikan kasus berdasarkan faktor kesamaan:
 Populasi berisiko: mis, usia, ras, sex, sosio-ekonomi,

 Dala klinik, mis: onset simptom dan gejala, frekuensi dan


durasi tanda2 klinis yg berhubungan dgn outbreak, perlakuan
(treatment), peralatan (devices)
32
*Outbreak Management (IFIC 2007)
C. Langkah Investigasi & Penanggulangan KLB*

3. Menemukan kasus-kasus
Menemukan kasus yang mungkin ada (secara retrospektif
atau konkuren).
Kumpulkan data penting dan informasi spesimen dari:
 Medical record

 Hasil laboratorium

 Patient’s chart

 Dokter dan perawat ruangan

Perhatikan kasus yg muncul paling awal dan paling akhir


dari KLB yg kemungkinan tidak berhubungan dengan KLB
(outliers).

*Outbreak Management (IFIC 2007)


33 Mars-ManKLB-IPCN-Mei2014
C. Langkah Investigasi & Penanggulangan KLB*
4. Menetapan Karakteristik Kasus

a. Mengumpul & mengelola data menurut: “Time, Place, Person”


(epidemiologi deskriptif).
# Time:
 Periode eksak wabah
 Probable period of exposure
 Date of onset of illness for cases buat kurva epidemi. Apakah
wabah common source (single point source) atau propagated
(sedang ada transmisi)?
# Place: Ruangan, OK, ICU, dll
# Person:
 Karakteristik pasien
 Kemungkinan pajanan
 Therapeutic modalities (prosedur invasif, antibiotika , dll)
b. Menghitung IR, AR, RR

34 *Outbreak Management (IFIC 2007)


Mars-ManKLB-IPCN-Mei2014
C. Langkah Investigasi & Penanggulangan KLB*

5. Membuat Hipotesa

Hypothesis a supposition, arrived at from observation or


reflection, that leads to refutable predictions; any conjecture cast in
a form that will allow it to be tested and refuted.
Hipotesis, Pengandaian, sampai di dari observasi atau refleksi ,
yang mengarah ke prediksi dapat disangkal, setiap dugaan dalam
bentuk yang akan memungkinkan untuk di uji dan disangkal

 Hipotesa tentang penyebab wabah


dikembangkan dari data klinik dan data
epidemiologis (Time, Place, Person).
 Buatlah dugaan (guess) terbaik untuk
menjelaskan observasi.
 Hipotesa harus menjelaskan mayoritas kasus.
*Outbreak Management (IFIC 2007)
35
C. Langkah Investigasi & Penanggulangan KLB*

6. Menguji Hipotesa
a. Menguji hipotesa memerlukan studi khusus/dengan pendekatan
epidemiologi inferensial. Banyak investigasi tidak mencapai
tahap ini dan berhenti pada investigasi dengan epidemiologi
deskriptif. Fase pengujian hipotesa merupakan fungsi dari
ketersediaan tenaga/tenaga ahli, severity of the problem, &
resource allocation.
b. Contoh situasi yg memerlukan uji hipotesa: infeksi yang
berkaitan dgn produk komersil, infeksi yang berhubungan dgn
morbiditas besar
c. Analisa data yang data temuan investigasi menentukan sumber
transmisi dan risk factors yang berhubungan dengan penyakit.
d. Jika diperlukan, investigator memperbaiki hipotesa dan
melaksanakan studi tambahan.

*Outbreak Management (IFIC 2007)


36
C. Langkah Investigasi & Penanggulangan KLB*
7. Melakukan tindakan intervensi & tindak lanjut

Tindakan intervensi disesuaikan dengan karakteristik penyebab


dan penyebaran KLB (mis, karakteristik patogen, moda transmisi).
Umumnya, garis besar hal-hal yang dilakukan terdiri atas:
 Mengendalikan sumber patogen
 memusnahkan sumber patogen
 host menghindari pemaparan
 treatment orang yg terinfeksi
 disinfeksi peralatan
 Memutus transmisi
 Isolasi kasus
 Disinfeksi lingkungan
 Memodifikasi respons host terhadap pemaparan

*Outbreak Management (IFIC 2007)


37
C. Langkah Investigasi & Penanggulangan KLB*

8. Mengevaluasi keberhasilan tindakan


pengendalian

Indikasi keberhasilan:
 tidak muncul kasus baru
 Kondisi kembali ke endemic level
Jika setelah tindakan penanggulanagan tidak ada
perubahan re-evaluasi kasus
Manfaatkan moment outbreak untuk mereview dan
mengkoreksi praktik/tindakan RS yang bisa
berkontribusi bagi terjadinya outbreak di waktu y.a.d.

*Outbreak Management (IFIC 2007)


38
C. Langkah Investigasi & Penanggulangan KLB*

9. Mengkomunikasikan dan Menulis Laporan Akhir

Selama melakukan investigasi wabah, secara tepat


waktu, informasi terkini tentang investigasi wabah
harus dikomunikasikan kepada:
Manajemen RS,
Para ahli klinik/konsultan,
Komite-komite (PPI, Medik, dll)
Dinas Kesehatan,
Pada kasus/kondisi tertentu, informasi bisa
disampaikan pada publik/media.

39 *Outbreak Management (IFIC 2007)


C. Langkah Investigasi & Penanggulangan KLB*
9. Mengkomunikasikan dan menulis Laporan ahir

Laporan akhir investigasi wabah meliputi :


deskripsi wabah,
intervensi yang dilakukan,
efektifitas/keberhasilan intervensi ,
dan ringkasan kontribusi/peran setiap anggota tim
investigasi, dan
Rekomendasi pencegahan wabah
Laporan dipublikasi di jurnal ilmiah dan dapat
digunakan sebagai legal dokumen

40 *Outbreak Management (IFIC 2007)


6. Berakhirnya KLB
KLB berakhir disebabkan faktor berikut:
 Tdak ada individu yang rentan
 Individu yang rentan sudah mengidap penyakit
 Tidak ada pemaparan ke sumber infeksi/penyakit
 Individu meninggalkan tempat sumber penyakit
 Tidak ada lagi sumber kontaminasi
 Berkurang kerentanan individu.
 Masyarakat mendapat vaksin
 Patogenitas patogen berkurang

41 Mars-ManKLB-IPCN-Mei2014
PROGRAM PENGENDALIAN KLB PENYAKIT MENULAR
DAN KERACUNAN PANGAN

PERENCANAAN, PELAKSANAAN &


MONITORING/EVALUASI

1. Perencanaan
Lakukan analisis masalah, mempelajari secara cermat
permasalahan yang ada terkait dengan pengendalian
Kejadian Luar Biasa (KLB). Analisis dapat diawali
dengan kegiatan mengumpulkan semua data yang
terkait dengan KLB tersebut kemudian data itu diolah
dalam bentuk berbagai tampilan dan perhitungan-
perhitungan.
Dari pengolahan tersebut akan didapatkan daftar/
listing masalah. BUKU PEDOMAN
Penyelidikan dan Penanggulangan Kejadian Luar Biasa
Penyakit Menular dan Keracunan Pangan
(Pedoman Epidemiologi Penyakit)
Edisi Revisi Tahun 2011
Beberapa contoh masalah yang terkait dengan KLB
dan keracunan misalnya:
KLB masih sering terjadi setiap waktu
Setiap KLB terjadi menyerang sejumlah besar
penduduk
Setiap KLB terjadi memerlukan waktu lama untuk
menghentikan
Setiap KLB terjadi selalu disertai korban
meninggal yang cukup banyak

Dari serangkaian daftar masalah, selanjutnya dicari


akar penyebab dari masing-masing masalah.
Contoh: memakai teori sirip ikan.
Dari kegiatan ini pada akhirnya akan didapatkan
daftar masalah yg dilengkapi dgn akar masalahnya.
2) Penetapan Masalah Prioritas
Secara sederhana penetapan prioritas dapat
dipertimbangkan beberapa hal di bawah ini:
Keseriusan masalah, yang dapat diukur
dari dampak yang ditimbulkan misalnya
angka kematian dan kecepatan penularan.

Ketersediaan teknologi atau kemudahan


mengatasi masalah tersebut.

Sumber daya yang tersedia.


3) Inventarisasi Alternatif Pemecahan Masalah
Untuk alternatif pemecahan masalah diawali
identifikasi berbagai alternatif pemecahan
masalah. Dari berbagai alternatif masalah
tersebut kemudian ditetapkan alternatif
pemecahan masalah yang paling prioritas.
Untuk menetapkan prioritas alternatif pemecahan
masalah dapat dipertimbangkan beberapa hal di
bawah:
Efektif tidaknya alternatif pemecahan masalah
tersebut

Efisien tidaknya alternatif pemecahan masalah


tersebut
4) Menyusun Dokumen Perencanaan

Dokumen perencanaan sebaiknya ditulis


secara detail/rinci, agar setiap orang
dapat memahami dengan mudah dari isi
perencanaan tersebut.
Beberapa komponen penting yang sebaiknya ditampung
dalam dokumen perencanaan adalah sebagai berikut:
Target/tujuan yang akan dicapai (sebaiknya memenuhi
SMART : specific, measurable, achievable, reliable, timely)
Uraian kegiatan yang akan dilaksanakan
Dimana kegiatan akan dilaksanakan
Kapan kegiatan akan dilaksanakan (jadwal waktu
pelaksanaan)
Satuan setiap kegiatan
Volume setiap kegiatan
Rincian kebutuhan biaya setiap kegiatan dan dari mana
sumber biaya akan diperoleh.
Ada petugas yang bertanggung jawab terhadap setiap
kegiatan
Metoda pengukuran keberhasilan
2. Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan terpenting adalah menggerakkan
seluruh komponen perencanaan, sesuai dengan jadwal
waktu yang telah ditetapkan. Mengkoordinasikan semua
pihak/orang-orang yang bertanggung jawab dari setiap
kegiatan, sehingga terjadi koordinasi dan kerjasama yang
optimal.
Hal-hal yang perlu diwaspadai pada tahap pelaksanaan ini
adalah:
Kemungkinan tidak tepatnya waktu pelaksanaan seperti
yang telah ditetapkan dalam dokumen perencanaan dari
sebagian atau keseluruhan kegiatan.
Kemungkinan tidak terjadinya koordinasi antar kegiatan
Pemahaman yang berbeda dari penanggung jawab
kegiatan
3. Pengendalian (Monitoring/Supervisi)
 Untuk menghindari terjadinya hal-hal yang dapat
mengancam pencapaian tujuan dari perencanaan
tersebut maka diperlukan kegiatan monitoring
secara kontinyu selama kegiatan berlangsung.

 Setiap kegiatan harus dilakukan supervisi secara


rutin dan berkesinambungan.

 Supervisi dilakukan bukan berarti tidak percaya


kepada pananggung jawab kegiatan namun
semata-mata untuk memastikan bahwa seluruh
kegiatan benar-benar dilaksanakan sesuai dengan
dokumen perencanaan.
LANGKAH - LANGKAH PENYELIDIKAN DAN
PENANGGULANGAN KLB

I. Menegakkan atau Memastikan Diagnosis


Alasan mengapa langkah ini penting adalah :
1) Adanya kemungkinan kesalahan dalam diagnosis
2) Anda mungkin tidak dilapori tentang adanya kasus,
melainkan adanya tersangka atau adanya orang
yang mempunyai sindroma tertentu.
3) Informasi dari yang bukan kasus (yaitu kasus-kasus
yang dilaporkan tetapi diagnosisnya tidak dapat
dipastikan) harus dikeluarkan dari informasi kasus
yang digunakan untuk memastikan ada/tidaknya
suatu KLB
Bila diagnosis lapangan telah ditetapkan, maka langkah
selanjutnya adalah menghitung jumlah kasus dengan
cara menghitung distribusi frekuensi dari tanda-tanda
dan gejala-gejala yang ada pada kasus
Contoh, Tabel 1. Frekuensi Gejala pada Kasus suspek Hepatitis A di RS..,
Desember, 2019
II. Memastikan terjadinya KLB
Tujuan tahap ini adalah untuk memastikan apakah
adanya peningkatan kasus yang tengah berjalan
memang benar-benar berbeda dibandingkan dengan
kasus yang "biasa" terjadi pada populasi yang
dianggap mempunyai risiko terinfeksi.

Apabila insidens yang tengah berjalan secara


menonjol melebihi insidens yang "biasa", maka
biasanya dianggap terjadi KLB. Perbedaan-
perbedaan kecil antara insidens yang "biasa" dan
yang tengah berjalan dapat menimbulkan
ketidakpastian, sehingga peneliti harus selalu
waspada mencari kasus-kasus baru yang dapat
memastikan dugaan adanya KLB.
III. Menghitung jumlah kasus/angka insidens yang
tengah berjalan
Apabila dicurigai terjadi suatu KLB, harus dilakukan
penghitungan awal dari kasus-kasus yang tengah berjalan
untuk memastikan adanya frekuensi kasus baru yang
"berlebihan".

Pada saat penghitungan awal itu mungkin tidak terdapat


cukup informasi mengenai setiap kasus untuk memastikan
diagnosis. Dalam keadaan ini, yang paling baik dilakukan
adalah memastikan bahwa setiap kasus benar-benar
memenuhi kriteria kasus yg telah ditetapkan.

Wawancara dan hasil test dapat mendukung sbg


informasi
IV. Menggambarkan karakteristik KLB Seperti disebutkan
di atas, KLB sebaiknya dapat digambarkan menurut
variabel waktu, tempat dan orang.

1. Variabel waktu :
1) Kapan periode yang tepat dari KLB ini?
2) Kapan periode paparan (exposure) yang paling mungkin?
3) Apakah KLB ini bersifat ”common source” atau
’propagated source' atau keduanya?

2. Variabel tempat :
1) Dimanakah distribusi geografik yang paling bermakna
dari kasus-kasus (menurut) tempat tinggal? Tempat
kerja? Tempat lain?
2) Berapakah angka serangan (attack rate) pada setiap
satuan tempat/geografik?
3. Variabel orang (kasus) yang terkena :
1) Berapakah angka serangan menurut
golongan umur, dan jenis kelamin

2) Golongan umur dan jenis kelamin


manakah yang risiko sakit paling tinggi dan
paling rendah

3) Dalam hal apa lagi karakteristik kasus-


kasus berbeda-beda secara bermakna dari
karakteristik populasi seluruhnya
PP-PPNI_Rita_2015
Laporan Penyelidikan hal 25
7. Latihan
Fokus/tujuan utama latihan:
 Meningkatkan pemahaman komprehensif
akan pentingnya keterampilan/
pengetahuan statistik, epidemiologi, dalam
kegiatan surveilans, penanganan KLB dan
program PPI lainnya.
 Meningkatkan minat/motivasi mempelajari
lebih jauh ilmu statistik, epidemiologi,
surveilans  agar menjadi IPCN profesional
berkompetensi tinggi.
61 Mars-ManKLB-IPCN-Mei2014
KONTROL
 Adalah individu yg tak mengalami kasus yg
diamati atau kondisi yang diselidiki
 Tujuan memelih kontrol utk memprediksi
proporsi pajanan dlm populasi tempat kasus
berasal.
 Sumber
 Populasi yg hasilkan kasus (kontrol
populasi)
 Pasien yg cari layan di RS yg sama.
(Kontr RS)
 Tetangga dari kasus (kontrol tetangga)
ANALISIS CASE CONTROL
Status Kasus Kontrol
Pajanan
Terpajan a b

Tidak c d
Terpajan
Jumlah a+c b+d

Rasio Odd = ad/bc


METODA ANALISIS
 Rencana analisis disesuai dg protokok studi,
kuesionarutk jamin informasi utk semua dikum-pulkan
variabel dg cara yg tepat utk analisis
 Organisasi tabel 2-2 yg digunakan utk
membandingkan kasus - Kontrol
 Hitung nilai OR dg rumus OR= ad/bc
 Interpretasikan data
CONTOH KOHORT
Kontrasepsi Ca Cervik Bukan Ca servik
Oral
Ya 100 69

Tidak 40 71

Jumlah 140 140

Rasio Odd = ad/bc = (100 x 71)/ (69 x 40) = 2,6


INTERPRETASI

 OR adalah nilai prediksi RR

 Nilai OR mendekati RR utk kasus-kasus yg jarang

ditemukan (P≤ 0,1)


 Nilai OR = 1 tidak berhubungan

 Nilai OR > 1 faktor penyebab

 Nilai OR < 1 faktor pencegah


ANALISIS HUBUNGAN

Untuk tentukan hubungan/assosiasi antara


faktor risiko dan penyakit dapat dianalisis dg perhitungan
:
• RR : Relative Risk
• OR : Odds Ratio
• AR : Attributable Risk
• Koefisien korelasi atau regressi
ANALISIS HUBUNGAN

Sakit Tak sakit Total

Exposed a b a+b

Not exposed c d c+d

Incidens pd terpajan
RR = ------------------------------------------
Incidence pd tak terpajan
a/a+b
RR = -----------
c/c+d
INTERPRETASI

Jika RR = 1
• tidak ada hubungan faktor risiko dg penyakit
• Insidens klp “terpajan ” = insidens klp “tak terpajan”
Jika RR > 1
• ada hubungan positif; variabel “predictor”
mungkin merupakan faktor risiko terjadi penyakit
• insidens pd kelompok “exposed” > insidens daripada kelompok
“non exposed”
Jika RR < 1
• ada hubungan negatif; variabel “predictor”
mungkin faktor protektor kejadian penyakit
• insidens pd kelompok “exposed” < insidens pada
kelompok “non exposed
Penyederhanaan Pengelompokan Langkah2 RCA sesuai JCI
21 LANGKAH JCI Edisi 4 7 KELOMPOK LANGKAH JCI Edisi 4

1: Organize a Team
INISIASI & RUMUSKAN
2: Define the Problem 1
3: Study the Problem MASALAH
4: Determine What Happened
5: Identify Contributing Process Factors 2 TETAPKAN PERISTIWA SENTINEL
6: Identify Other Contributing Factors
7: Measure, Collect, Assess Data on Proximate and Underlying Causes
3 TETAPKAN CRITICAL EVENT / CMP
8: Design and Implement Immediate Changes
9: Identify Which Systems Are Involved—The Root Causes
10: Prune the List of Root Causes 4 TETAPKAN AKAR MASALAH
11: Confirm Root Causes and Consider Their Interrelationships
12: Explore and Identify Risk Reduction Strategies
TETAPKAN UPAYA
13: Formulate Improvement Actions 5
14: Evaluate Proposed Improvement Actions PENANGGULANGAN RISIKO
15: Design Improvements UJI COBA UPAYA
16: Ensure Acceptability of the Action Plan 6
PENANGGULANGAN RISIKO
17: Implement the Improvement Plan
18: Develop Measures of Effectiveness and Ensure Their Success
UJI COBA UPAYA IMPLEMENTASI
19: Evaluate Implementation of Improvement Efforts 7
20: Take Additional Action UPAYA PENANGGULANGAN RISIKO
21: Communicate the Results

Tetap menggunakan rincian komponen yang sama


Contributory Factors to Suicide

What could happen?

71

Anda mungkin juga menyukai